Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal.

123-131
Program Studi Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995
Universitas Sebelas Maret http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN


PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PROBLEM
SOLVING DILENGKAPI MEDIA KARTU PINTAR PADA
MATERI HUKUM DASAR KIMIA KELAS X MIA 3
SEMESTER II SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lathifah Nur’aini Sariwati 1, Budi Utami 1*, dan Mohammad Masykuri 1


1
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

*Keperluan Korespondensi, HP 085725255474, email: bu_uut@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar
siswa dengan model problem solving dilengkapi media kartu pintar pada materi hukum dasar kimia
kelas X-MIA 3 SMA Al Islam 1 Surakarta. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi tahap persiapan, perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data meliputi teknik tes yang berupa tes kemampuan
berpikir kritis dan tes aspek pengetahuan, sedangkan teknik non tes berupa observasi, angket
sikap dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I persentase siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi adalah 62% meningkat menjadi 79% pada siklus II. Dalam
penelitian ini prestasi belajar mencangkup 3 aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap dan
ketrampilan. Prestasi belajar siswa aspek pengetahuan pada siklus I sebesar 59% meningkat
menjadi 76% pada siklus II. Sedangkan prestasi belajar siswa aspek sikap pada siklus I sebesar
76% meningkat menjadi 100% pada siklus II, sedangkan prestasi belajar siswa aspek ketrampilan
telah tuntas 100% pada siklus I. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis dan prestasi belajar siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran
problem solving dilengkapi media kartu pintar.

Kata Kunci: Berpikir Kritis, Problem Solving, Kartu Pintar, Hukum Dasar Kimia.

PENDAHULUAN Dalam mempelajari ilmu kimia senantiasa


Di era globalisasi seperti saat ini, dihadapkan dengan permasalahan yang
sangat dibutuhkan sumber daya manusia seringkali memiliki kaitan dengan
yang menguasai sains dan teknologi dan kegiatan sehari-hari dan memerlukan
pendidikanlah yang sangat berperan pemecahan secara sistematis [2].
dalam menciptakan sumber daya SMA Al Islam 1 Surakarta
manusia yang menguasai saintek merupakan salah satu sekolah menengah
tersebut [1]. Secara umum, ilmu sains atas swasta di bawah naungan yayasan
telah dipelajarai para siswa di sekolah Al Islam di kota Surakarta. Dari hasil
mulai dari tingkat pendidikan dasar (SD) observasi yang dan wawancara
hingga sekolah menengah atas (SMA). didapatkan bahwa masih banyak siswa
Sains merupakan suatu cara bertanya yang kesulitan memecahkan
dan menjawab pertanyaan tentang aspek permasalahan kimia dalam bentuk soal,
fisis jagat raya. Ilmu kimia adalah ilmu yang diberikan guru baik secara individu
yang membahas tentang sifat senyawa, maupun kelompok. Selain itu, selama
proses pembentukan dan pembelajaran siswa jarang diberi
transformasinya. Pengetahuan dalam penekanan pada proses sains dan hanya
ilmu kimia bersifat teoritis dan praktis. pemberian materi, terlihat dari guru yang

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 123


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

cenderung menggunakan metode penyebabnya ialah pembelajaran masih


ceramah sebagai metode utama. Guru berpusat pada guru (Teacher Centered
menganggap metode tersebut merupakan Learning).
metode yang ampuh sehingga biasanya Berdasarkan wawancara dengan
guru sudah merasa mengajar apabila guru kimia, salah satu materi yang
sudah melakukan ceramah [3]. dianggap sulit oleh sebagian besar siswa
Penggunaan metode ini menyebabkan di semester II kelas X adalah hukum-
siswa hanya sekedar menerima materi hukum dasar kimia. Dari data dua tahun
pelajaran yang disampaikan sehingga terakhir tingkat kelulusan untuk materi
membuat siswa menjadi kurang aktif hukum-hukum dasar kimia sekitar 48% .
selama kegiatan pembelajaran. Di awal Selama ini model pembelajaran kimia
pembelajaran, guru langsung yang diterapkan guru masih bersifat
memberikan isi materi tanpa adanya konvensional, penekanan terhadap
pengantar yang menarik, sehingga pemberian masalah selama pembelajaran
menyebabkan siswa menjadi kurang masih jarang sehingga siswa hanya
bersemangat menerima pelajaran, karena mencatat dan menghafal dan saat
bagi siswa materi yang diberikan hanya diberikan permasalahan dalam bentuk
sebatas ilmu pelajaran, dan tidak ada soal, siswa sering mengalami kesulitan.
hubungannya dengan kehidupan Salah satu upaya dari pemerintah
keseharian. untuk menekankan pembelajaran
Hasil observasi pada bulan Agustus berdasarkan proses sains adalah
hingga Desember tahun 2014 pada pengesahan kurikulum 2013. Kurikulum
keempat kelas program IPA di tingkat X 2013 memiliki tujuan yaitu menghasilkan
didapatkan nilai ketuntasan rata-rata insan yang produktif, kreatif, inovatif dan
kelas yang paling rendah ialah kelas X- afektif melalui penguatan sikap,
MIA 3, disajikan data lengkap dalam ketrampilan dan pengetahuan yang
Tabel 1 Kelas ini menduduki peringkat terintegrasi [4]. Kurikulum ini memiliki
terendah untuk rata-rata ketuntasan keunggulan yaitu menggunakan
siswanya di hampir seluruh materi kimia pendekatan yang bersifat ilmiah dan
pada Semester I. kontekstual. Sehingga kurikulum 2013
menyempurnakan pembelajaran yang
Tabel 1 Data Ketuntasan Ulangan Harian berpusat pada siswa (Student Centered
Siswa Semester I Tahun Learning) tetapi dengan pendekatan
Pelajaran 2014/2015 scientific (ilmiah) dalam setiap metode
Ketuntasan Ulangan Harian atau model pembelajaran yang
Kelas (%) diterapkan.
1 2 3 Rerata Dalam proses pembelajaran yang
X-MIA 1 61,5 71,8 61,5 65,0 berpusat pada siswa, siswa memperoleh
X-MIA 2 33,3 66,7 51,3 50,4 kesempatan dan fasilitas untuk
X-MIA 3 32,4 30,6 35,1 32,7 membangun sendiri pengetahuannya,
X-MIA 4 31,2 59,0 69,2 53,1 sehingga mereka akan memperoleh
pemahaman yang mendalam (deep
Dari data yang diperoleh, learning) dan pada akhirnya dapat
disimpulkan bahwa kelas X-MIA 3 meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
mengalami kesulitan selama proses Hal ini dapat terwujud apabila selama di
belajar yang berlangsung dikarenakan sekolah telah diterapkan model
persen ketuntasan kelas X-MIA 3 paling pembelajaran inovatif yang akan
rendah diantara ketiga kelas yang lainnya mendukung siswa untuk berperan aktif
selama tiga kali ulangan harian pada dan menanamkan pada siswa agar
semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. berpikir secara sistematis dan logis dalam
Selain itu selama observasi disimpulkan mengatasi masalah-masalah yang
bahwa keaktifan bertanya siswa X-MIA 3 dihadapinya.
tergolong rendah, hanya sebagian besar Pembelajaran aktif yaitu
siswa yang mau bertanya selama proses mengkondisikan agar siswa selalu
belajar berlangsung, salah satu melakukan pengalaman belajar yang

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 124


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

bermakna yang dilaksanakan dengan berkelompok dapat meningkatkan


strategi pembelajaran berbasis siswa kemampuan dalam berpendapat,
(student centered learning) [5]. Salah satu kemampuan observasi dan
cara yang dapat ditempuh untuk menyimpulkan [14]. Komponen yang
meningkatkan prestasi belajar siswa disebutkan tersebut merupakan salat satu
adalah dengan pembelajaran aktif melalui dari beberapa komponen dalam penilaian
model pembelajaran problem solving. kemampuan berpikir kritis. Menggunakan
Model pembelajaran problem pembanding berupa kelas kontrol yang
solving adalah suatu penyajian materi menerapkan pembelajaran tanpa Problem
pelajaran dengan menghadapkan siswa Solving, diperoleh bahwa penggunaan
kepada persoalan yang harus model Problem Solving dapat
diselesaikan untuk mencapai tujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
pembelajaran dan siswa diharuskan [15].
melakukan penyelidikan terhadap Adanya penggunaan media
masalah yang diberikan [6]. Penggunaan pembelajaran yang murah dan inovatif
model problem solving menyebabkan diharapkan dapat membantu
pembelajaran berpusat pada siswa [7]. meningkatkan pemahaman siswa
Tahap-tahap problem solving terhadap materi yang diberikan.
meliputi 5 tahap yaitu orientasi siswa Penggunaan pendukung berupa media
pada masalah, mengorganisasi siswa pembelajaran selama proses belajar
untuk belajar, membimbing penyelidikan dapat meningkatkan pemahaman konsep
individual maupun kelompok, ilmu pengetahuan dan prestasi belajar
mengembangkan dan menyajikan hasil siswa [16]. Dalam penerapan model
karya, serta menganalisis dan pembelajaran problem solving dilengkapi
mengevaluasi proses pemecahan media pembelajaran berupa kartu pintar.
masalah [8]. Telah dilakukan penelitian Kartu pintar adalah media pembelajaran
sebelumnya bahwa penggunaan model visual dua dimensi yang berisi fakta-fakta
pembelajaran problem solving dapat seputar materi [17] Media ini memberi
meningkatkan prestasi belajar siswa [9]. kesempatan siswa untuk mengkonstruk
Selain prestasi belajar, penilaian pengetahuan dengan cara menemukan
proses sains yang terjadi pada siswa dan mengalami sendiri secara langsung,
selama pembelajaran, dapat dilakukan serta memungkinkan terjadinya
dengan mengukur sikap yang mewakili komunikasi multi arah [18]. Media kartu
dari suatu proses itu sendiri. Penilaian pintar ini berisikan tentang garis besar
proses dalam hal ini lebih menekankan dan fenomena keseharian yang
pada kemampuan berpikir dan interaksi. berhubungan dengan materi, hukum
Kemampuan berpikir kritis dinyatakan dasar kimia. Media kartu sendiri dapat
sebagai kemampuan individu untuk membantu siswa dalam menarik
menganalisa argumen dan memberikan kesimpulan dari suatu kejadian [19].
interpretasi berdasarkan persepsi yang Sehingga media kartu pintar akan
benar dan rasional, analisis asumsi dan memandu siswa untuk berpikir kritis
interpretasi logis [10]. Menjadi seorang terhadap fenomena alam yang disajikan
yang berpikir kritis ialah memiliki pikiran dan menarik kesimpulan keterkaitan
yang terbuka, jelas dan berdasarkan fakta antara fenomena tersebut dengan materi
[11]. Banyak siswa mempunyai tingkat yang disampaikan.
hafalan yang baik, namun kurang Berdasarkan permasalahan yang
memahami dan memaknai apa yang telah ada, maka perlu dilakukan tindakan untuk
dipelajarinya [12]. Penelitian sebelumnya memperbaiki kualitas proses
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pembelajaran. Tindakan ini dapat
yang signifikan terhadap kemampuan dilakukan melalui sebuah Penelitian
berpikir kritis siswa yang proses Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
pembelajarannya menggunakan problem Action Research (CAR). Dengan rincian
solving dengan siswa yang penyebab permasalahan seperti yang
pembelajarannya klasikal [13]. Selain itu, diuraikan di atas, maka perlu
pembelajaran problem solving secara diciptakannya suatu pembelajaran yang

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 125


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

aktif. Menurut keseluruhan uraian di atas lain yaitu sebesar 32,71 %. Selain itu,
diharapkan kemampuan berpikir kritis dan pada awal tindakan dilakukan observasi
prestasi belajar siswa X-MIA 3 SMA Al terhadap para siswa kelas X-MIA 3
Islam 1 Surakarta tahun pelajaran selama pembelajaran kimia berlangsung
2014/2015 dapat meningkat dengan terlihat bahwa keaktifan siswa dalam
penggunaan model problem solving menjawab dan bertanya masih rendah,
dilengkapi media kartu pintar dapat apabila dihadapkan pada soal kimia
terhadap materi hukum dasar kimia. mengalami kesulitan, terutama
perhitungan, selain itu saat diminta untuk
METODE PENELITIAN menyimpulkan dari materi yang telah
Jenis penelitian ini adalah dipelajari ataupun dari suatu bahasan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang telah disajikan, siswa masih sulit
penelitian adalah siswa kelas X-MIA 3 kesulitan.
SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran Padahal, siswa yang dapat
2014/2015. Objek pada penelitian ini menguasai konsep dari materi yang
adalah kemampuan berpikir kritis dan diberikan serta terlibat aktif selama
prestasi belajar siswa. pembelajaran menjadi indikator
Pengumpulan data utama yang keberhasilan suatu pembelajaran.
digunakan dalam penelitian ini dilakukan Keterlibatan siswa selama proses
dengan dua teknik yaitu tes dan non-tes. pembelajaran akan mampu menciptakan
Teknik tes meliputi tes kemampuan proses pembelajaran yang aktif dan
berpikir kritis dan tes aspek pengetahuan. berpusat pada siswa. Siswa yang mampu
Sedangkan teknik non-tes meliputi memecahkan persoalan kimia dengan
observasi, angket penilaian diri dan mudah, dapat mengaitkan dan
wawancara. Data hasil dari teknik non-tes mengaplikasikan materi yang telah
akan dilakukan validitas data dipelajari nya, menjadikan materi yang
menggunakan teknik triangulasi [20]. dipelajari melekat kuat dalam ingatan
Data-data hasil penelitian di siswa, karena sejak awal pembelajaran
lapangan diperoleh dalam bentuk data diterapkan pemahaman konsep secara
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif mandiri sehingga siswa bisa dengan cara
dianalisis dengan teknik statistik deskriptif nya sendiri memahami dan mengingat
komparatif, yaitu membandingkan hasil materi yang diberikan. Dampak dari
hitung dari statistik deskriptif. Sedangkan penguasaan konsep siswa secara mandiri
data kualitatif dianalisis dengan teknik ini ditunjukkan dengan prestasi belajar
analisis kualitatif yang mengacu pada siswa yang mencapai nilai batas tuntas.
model analisis Miles dan Huberman yang Oleh karena itu, diterapkan model
dilakukan dalam tiga komponen, yaitu pembelajaran problem solving dilengkapi
reduksi data, penyajian data, dan media kartu pintar dalam kegiatan belajar
penarikan kesimpulan [21]. mengajar pada materi hukum dasar kimia.
Penelitian ini dilaksanakan dalam Model pembelajaran problem solving ini
dua siklus. Prosedur tiap siklus dalam sesuai untuk meningkatkan kemampuan
penelitian ini mengikuti model yang berpikir kritis siswa karena materi ini
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc menjadikan permasalahan dan fenomena
Taggart yaitu berupa model spiral yang yang erat kaitannya dengan kehidupan
meliputi 4 komponen yaitu: perencanaan sehari-hari sebagai landasan
(planning), aksi/tindakan (action), permasalahan, siswa diajak untuk
observasi (observing), refleksi (reflecting) memecahkan permasalahan yang ada
[22]. dan mengkaitakannya dengan materi
yang dipelajari, sehingga dibantu guru
HASIL DAN PEMBAHASAN siswa dapat menyimpulkan sendiri inti
Hal-hal yang mendasari dari materi yang disampaikan
dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan ilustrasi fenomena yang
ini adalah kelas X-MIA 3 merupakan kelas diberikan. Fenomena yang diberikan ini
dengan rata-rata prestasi belajar paling disajikan dalam bentuk kartu pintar yang
rendah dibandingkan dengan kelas yang berisi langkah-langkah menemukan

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 126


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

kesimpulan dari permasalahn tersebut, Setelah keseluruhan langkah-


sehingga diharapkan dapat membentuk langkah konstruk pemahaman dalam
siswa untuk berpikir secara kritis. Adanya kartu pintar terisi dan di dapatkan
diskusi, presentasi kelompok dan evaluasi kesimpulan sementara maka tahap
pada setiap pertemuan diharapkan dapat mengorganisasi siswa untuk belajar telah
meningkatkan pemahaman siswa dalam selesai. Langkah selanjutnya ialah
materi hukum dasar kimia. membimbing penyelidikan secara
kelompok, dengan membagi siswa
Siklus I menjadi kelompok diskusi. Selanjutnya,
Perencanaan mengembangkan dan menyajikan hasil
Langkah pertama yang peneliti dan karya yaitu setiap kelompok diberi
guru lakukan adalah mengkaji terhadap kesempatan untuk menuliskan jawaban
silabus dan RPP yang sebelumnya telah nya di papan tulis dan menerangkan hasil
disusun oleh guru. Silabus yang diskusi kelompoknya kepada kelompok
digunakan diambil dari silabus resmi lain
kurikulum 2013 yang telah disesuaikan Langkah terakhir ialah menganalisis
dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. dan mengevaluasi proses pemecahan
Berdasarkan diskusi bersama antara guru masalah yaitu guru mengecek kembali
dan peneliti, proses pembelajaran siklus I jawaban para siswa yang sudah dituliskan
sebayak 4 kali pertemuan yaitu 6 x 45 di papan tulis dan memberikan
menit untuk penyampaian materi dan 2 x penekanan penting pada point-point dari
45 menit untuk kegiatan evaluasi siklus. materi yang telah dipelajari serta
Pembelajaran dengan model memberikan postest untuk mengukur
Problem Solving, siswa dibagi menjadi tingkat pemahaman siswa. Pertemuan
beberapa kelompok untuk mendukung kedua, langkah mengorganisasikan siswa
proses pembelajaran. Jumlah siswa kelas untuk belajar dan melakukan penyelidikan
X-MIA 3 adalah 34 orang. Selama materi secara kelompok dilakukan dengan
hukum dasar kimia, kelompok dibentuk percobaan.
secara heterogen . Siswa dibagai menjadi
8 kelompok dengan masing-masing Observasi
kelompok berisi 4-5 orang siswa. Pada akhir siklus I dilakukan tes
meliputi tes kemampuan berpikir kritis dan
Pelaksanaan tes aspek pengetahuan, serta pengisian
Materi yang dibahas pada siklus I angket sikap penilaian diri. Selain itu juga
meliputi hukum kekekalan massa (hukum dilaksanakan observasi langsung selama
Lavoiser), hukum perbandingan tetap pembelajaran berlangsung dan
(hukum Proust), hukum perbandingan wawancara di akhir siklus terhadap aspek
berganda (hukum Dalton), hukum sikap. Penilaian sikap meliputi sikap
perbandingan volume (hukum Gay- spiritual dan sikap social yaitu sikap
Lussac) dan hukum Avogadro. disiplin, jujur dan percaya diri.
Di awal kegiatan inti sesuai sintaks Ketercapaian masing-masing aspek pada
model Problem Solving, guru siklus I disajikan dalam Tabel 2
mengorientasikan siswa terhadap
masalah dengan cara memberikan Tabel 2 Target dan Ketercapaian Siklus I
pertanyaan-pertanyaan lisan mengenai Target Keterca-
Aspek Kriteria
fenomena di kehidupan sehari-hari hal ini (%) paian (%)
bertujuan untuk menarik perhatian dan Kemampuan Belum
65,0 62,0
ketertarikan siswa terhadap materi yang Berpikir Kritis Tercapai
akan disampaikan kemudian guru Belum
Pengetahuan 75,0 59,0
membagikan kartu pintar yang berisi Tercapai
ilustrasi fenomena dan permasalahan di Sikap 75,0 76,0 Tercapai
kehidupan sehari-hari yang menuntut Ketrampilan 75,0 100,0 Tercapai
untuk dipecahkan secara runtut
berdasarkan langkah-langkah yang telah
disediakan.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 127


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

Refleksi hal yang belum dipahami. Keempat, guru


Dari siklus I masih terdapat aspek mendorong siswa yang masih malu
yang belum mencapai target, yaitu aspek bertanya untuk mengajukan pertanyaan.
kemampuan berpikir kritis dan aspek Kelima, guru memberikan motivasi
pengetahuan, sehingga perlu kepada siswa untuk terus belajar karena
dilaksanakan tindakan siklus II untuk disetiap akhir pertemuan selalu diadakan
memenuhi target yang diharapkan. evaluasi.
Kemampuan berpikir kritis pada penelitian
ini terdiri dari 7 komponen untuk diujikan, Pelaksanaan
dari 7 indikator kemampuan berpikir kritis, Pelakanaan pembelajaran siklus II
di akhir siklus I, terdapat 3 komponen dilaksanakan 2 kali tatap muka (4 x 45
yang belum tuntas yaitu: 1) Membedakan menit), dengan rincian yaitu pertemuan
fakta, non-fakta dan pendapat, 2) pertama penguatan materi dan
Membedakan informasi yang relevan dan pertemuan kedua tes evaluasi siklus II.
tidak relevan, 3) Berpikir kritis atas apa Secara umum, kegiatan pembelajaran
yang dibaca. Sedangkan, terdapat 4 dengan model problem solving pada
indikator kompetensi aspek pengetahuan siklus II sama dengan kegiatan
yang belum tercapai sesuai target yaitu pembelajaran pada siklus I. Namun, pada
1). Membuktikan hukum perbandingan siklus II ini tidak dilakukan penilaian
berganda (Dalton) melalui perhitungan terhadap aspek ketrampilan, karena pada
kimia dalam persamaan reaksi, 2). siklus I telah tercapai ketuntasan 100%.
Menjelaskan teori hukum perbandingan
volume (Gay-Lussac), 3). Menjelaskan Observasi
teori hukum Avogadro, 4). Membuktikan Pada akhir siklus II dilaksanakan
hukum Avogadro melalui perhitungan tes meliputi tes kemampuan berpikir kritis,
kimia dalam persamaan reaksi. Dari tes aspek pengetahuan dan pengisian
siklus I guru bersama peneliti angket sikap penilaian diri. Selain itu juga
mendiskusikan untuk siklus II. tetap dilakukan observasi selama
pembelajaran dan wawancara di akhir
Siklus II siklus. Ketercapaian masing-masing
Perencanaan aspek pada siklus II disajikan dalam
Tindakan pada siklus II lebih Tabel 3.
difokuskan untuk penyempurnaan dan
perbaikan terhadap kendala yang muncul Tabel 3 Target dan Ketercapaian Siklus II
dan belum terselasaikan pada siklus I. Target Keterca-
Aspek Kriteria
Adapun tindakan yang dilakukan sebagai (%) paian (%)
berikut: pertama, mengganti kelompok Kemampuan
65,0 79,0 Tercapai
sesuai hasil aspek pengetahuan dari Berpikir Kritis
siklus II, hal ini diharapkan agar siswa Pengetahuan 75,0 76,0 Tercapai
yang sudah tuntas dapat membantu Sikap 75,0 100,0 Tercapai
teman dalam satu kelompok yang belum
mengerti sehingga ilmu yang diperoleh Refleksi
sebelumnya dapat merata ke seluruh Pada siklus II ini, semua aspek
siswa dan diskusi kelompok menjadi lebih yang diteliti yaitu kemampuan berpikir
efektif. Kedua, guru merubah pendekatan kritis dan prestasi belajar siswa yang
yang terkait dengan kehidupan sehari-hari meliputi aspek pengetahuan, aspek sikap
pada kartu pintar, diharapkan dengan dan aspek ketrampilan telah mencapai
pendekatan yang berbeda siswa lebih target yang ditentukan, maka guru dan
memahami konsep dari materi yang peneliti sepakat untuk menghentikan
disampaikan. Ketiga, guru memberikan penelitian pada siklus II.
perhatian yang lebih kepada siswa yang
mengalami kesulitan dan siswa yang Perbandingan Siklus I dan Siklus II
mendapatkan nilai di bawah KKM pada Perbandingan jumlah siswa yang
siklus I serta memberi kesempatan lebih memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi,
banyak kepada siswa untuk bertanya hal- sedang dan rendah pada siklus I dan II

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 128


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

disajikan dalam Gambar 1. Hasil analisis Tabel 4 Persentase Capaian Aspek


tes kemampuan berpikir kritis ini, siswa Kemampuan Berpikir Kritis
akan digolongkan dalam 3 kategori yaitu Siklus I dan Siklus II
siswa yang memiliki kemampuan berpikir B. Kritis Tinggi
kritis tinggi, sedang dan rendah. Siswa Komponen (%) Siklus
yang memilki kemampuan berpikir kritis I II
tinggi dikatakan tuntas dalam aspek Membedakan
kemampuan berpikir kritis. Pada 1 fakta, non-fakta 35,3 70,6
pembelajaran dengan model problem dan pendapat.
solving dilengkapi media kartu pintar, Membedakan
terjadi peningkatan hasil ketercapaian antara kesimpulan
baik kemampuan berpikir kritis maupun 2 63,4 70,6
definitif dan
prestasi belajar siswa dari siklus I ke sementara
siklus II. Menguji tingkat
3 82,4 85,3
kepercayaan
90 Membedakan
79 informasi yang
80 4 58,8 73,5
relevan dan tidak
70 62
Jumlah Siswa (%)

relevan
60
Berpikir kritis atas
50 5 50,0 67,7
apa yang dibaca.
40 Siklus I Membuat
6 73,5 75,0
30 2121 keputusan.
18 Mengidentifikasi
20 7 66,2 73,5
10 Siklus II sebab-akibat.
0
0
Tinggi Sedang Rendah 100
Kategori 90
80
Ketercapaian (%)

70
Gambar 1 Perbandingan Jumlah Siswa 60 Siklus I
Tiap Kategori Kemampuan 50
Berpikir Kritis Siklus I dan II 40
30 Siklus II
20
Perbandingan ketercapaian tiap
10
komponen kemampuan berpikir kritis
0
siklus I dan siklus II disajikan dalam Tabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Sedangkan perbandingan ketercapaian
tiap indikator aspek pengetahuan siklus I Indikator Kompetensi (IK)
dan siklus II disajikan dalam Histogram
pada Gambar 2 dan perbandingan
ketercapain tiap indikator aspek sikap Gambar 2 Perbandingan Ketercapaian
siklus I dan siklus II disajikan dalam Tabel Tiap Indikator Aspek
5. Keseluruhan aspek yang dinilai dalam Pengetahuan Siklus I dan II
penelitian ini yaitu kemampuan berpikir
kritis, aspek pengetahuan, sikap dan 10 indikator kompetensi pada aspek
ketrampilan, perbandingan ketercapaian pengetahuan yaitu sebagai berikut:
nya antara siklus I dan II ditampilkan Menjelaskan teori hukum kekekalan
dalam bentuk Histogram pada Gambar 2. massa (Lavoiser), membuktikan hukum
kekekalan massa (Lavoiser) melalui
perhitungan kimia dalam persamaan
reaksi, menjelaskan teori hukum
perbandingan tetap (Proust),
membuktikan hukum perbandingan tetap

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 129


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

(Proust) melalui perhitungan kimia dalam pembelajaran problem solving dilengkapi


persamaan reaksi, menjelaskan teori media kartu pintar pada materi hukum
hukum perbandingan berganda (Dalton), dasar kimia X MIA 3 SMA Al Islam 1
membuktikan hukum berganda (Dalton) Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.
melalui perhitungan kimia dalam Dalam penelitian ini prestasi belajar
persamaan reaksi, menjelaskan teori mencangkup 3 aspek yaitu aspek
hukum perbandingan volume (Gay- pengetahuan, sikap dan ketrampilan .
Lussac), membuktikan hukum
perbandingan volume (Gay-Lussac) UCAPAN TERIMA KASIH
melalui perhitungan kimia dalam Ucapan terima kasih kami
persamaan reaksi, menjelaskan teori sampaikan kepada Drs. Abdul Halim
hukum Avogadro, dan membuktikan selaku kepala sekolah SMA Al Islam 1
hukum Avogadro melalui perhitungan Surakarta dan Musfiah Setyati, S.T selaku
kimia dalam persamaan reaksi. guru kimia kelas X atas seluruh dukungan
dan fasilitas dalam penelitian ini hingga
Tabel 5 Persentase Capaian Aspek Sikap selesai. Semua pihak yang belum penulis
Siklus I dan Siklus II sebutkan satu-persatu telah memberikan
Ketercapaian (%) bantuan dan dukungan.
Komponen Siklus
I II DAFTAR RUJUKAN
1 Spiritual 82 94 [1] Sari, M. (2012). Jurnal Al-Ta’lim. 1
2 Disiplin 71 85 (1): 74-86
3 Jujur 88 100 [2] Hardini, I dan Puspitasari D. (2012).
4 Percaya Diri 68 85 Strategi Pembelajaran Terpadu.
120 Yogyakarta: Familia
100 100 [3] Sanjaya, W. (2006). Strategi
100
Ketercapaian (%)

79 76 76 Pembelajaran Berorientasi Standar


80 62 Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
59
60 Media
40 [4] Mulyasa, E. (2014). Pengembangan
20 Implementasi Kurikulum 2013.
0 Bandung: Remaja Rosdakarya
0
[5] Warsono. (2013). Pembelajaran Aktif.
Bandung: Remaja Rosdakarya
[6] Komariah, K. (2011). Penerapan
Metode Pembelajaran Problem
Solving Model Polya Untuk
Siklus I Siklus II
Memecahkan Masalah Bagi Siswa
Kelas IX J Di SMPN 3 Cimahi.
Gambar 5 Histogram Perbandingan Prosiding Nasional Pendidikan dan
Capaian Kemampuan Penerapan MIPA. Uiversitas Negeri
Berpikir Kritis, Aspek Yogyakarta: 181-188
Pengetahuan, Sikap dan [7] Arfiyani, A.Y., Haryono dan Mulyani,
Ketrampilan
B. (2014). Jurnal Pendidikan Kimia
KESIMPULAN (JPK). 3 (1): 111-116
Kemampuan berpikir kritis siswa [8] Trianto. (2010). Mendesain Model
meningkat dengan menggunakan model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
pembelajaran problem solving dilengkapi Jakarta: Kencana Prenada Media
media kartu pintar pada materi hukum [9] Ali, R., Hukamdad., Akhter dan Khan.
dasar kimia X MIA 3 SMA Al Islam 1 (2010). Asian Social Science. 6 (2):
Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. 67-72
Prestasi belajar siswa meningkat
dengan menggunakan model

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 130


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal. 123-131

[10] Yamin, M. (2008). Paradigma


Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta:
Gaung Persada Press
[11] Harsanto, R. (2005). Melatih Anak
Berpikir Analistis, Kritis dan Kreatif.
Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
[12] Nugraheni, D., Mulyani, S dan
Ariani,S.R. (2013). Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK). 2 (3): 34-41
[13] Astuti, W., Handoyo dan Mustofa.
(2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Solving
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas XI-IS MA
Muhammadiyah 2 Paciran
[14] Tablab, A.A., Kazemi., Khaksaryazdi
dan Veyseh. (2015). Visi Jurnal
Akademik. 1: 94-99
[15] Yin Yin, K., Abdullah dan Alazidiyeen.
(2011). Canadian Center of Science
and Education. 4 (2): 58-62
[16] Sahebzadeh, B., Kikha., Afshari dan
Kharadmand. (2013). International
Journal on New Trends in Education
and Their Implication. 4 (8): 75-88
[17] Warih, J.H.A., Masykuri, M dan
Saputro, S. (2015). Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK). 4 (2): 98-107
[18] Windiastuti, P E., Indah dan
Rosdiana. (2014). Jurnal Pendidikan
Sains e-Pensa. 2 (2): 300-307
[19] Wasilah, E.B. (2012). Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. 1 (1): 82-
90
[20] Moleong, L J. (2009). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya
[21] Sugiyono. (2013). Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
[22] Arikunto, S. (2008). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.

© 2015 Program Studi Pendidikan Kimia 131

Anda mungkin juga menyukai