Anda di halaman 1dari 2

MODEL PERUBAHAN PERILAKU DARI GREEN Suatu teori lain yang dikembangkan oleh

Lawrence Green mengatakan bahwa kesehatan individu/masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku (non-perilaku). Faktor perilaku ditentukan
oleh tiga kelompok faktor, yaitu faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor
predisposisi (predidposing factors) mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi,
norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Faktor
pendukung enabling factors) ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk
mencapainya, sedangkan faktor pendorong (reinforeing factors) adalah sikap dan perilaku
petugas kesehatan. Green menyatakan balıwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting
dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan
sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap
kesehatan pada umumnya. Model teori Green ini dapat digambarkan dalam skema di atas.

Model Green ini dapat digunakan untuk menganalisis program imunisasi di Indonesia.
Pemerintah menyediakan sarana obat dan petugas imunisasi memberi penyuluhan (pendidikan
kesehatan) dan mendekati para ibu yang anaknya memerlukan imunisasi (faktor pendorong)
sehingga ibu-ibu tersebut menjadi paham mengenai pentingnya mencegah penyakit melalui
imunisasi (faktor predisposisi). Ini semua diarahkan untuk mencapai perilaku positif yaitu
membawa anak ke posyandu, puskesmas, atau praktik dokter swasta untuk imunisasi. Selain
perilaku, ada pula aspek non-perilaku yang dapat memengaruhi pencapaian kesehatan
individu/masyarakat, misalnya sulitnya mencapai sarana pelayanan kesehatan, mahalnya biaya
transportasi dan peng- obatan.

Berkaitan dengan teori Green, dikembangkan teori lain yang dinamakan health belief model oleh
Rosenstock (1982). Ia percaya bahwa perilaku indivi- du ditentukan oleh motif dan
kepercayaannya, tanpa memperdulikan apakah motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak
dengan realitas atau pan- dangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut.
Sangat pen- ting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang objektif dan yang
subjektif. Kebutuhan kesehatan yang objektif ialah kebutuhan yang diidenti- fikasi oleh petugas
kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat
mengganggu/membahayakan kesehatan in- dividu. Sebaliknya, individu menentukan sendiri
apakah dirinya mengalami suatu penyakit berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri.
Pendapat/ke- percayaan ini dapat sesuai dengan realitas, tetapi dapat pula berbeda dengan
kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut Rosenstock,
pendapat subjektif inilah yang merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu
tindakan kesehatan. Artinya, individu akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan
penyakitnya jika ia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak, ia tidak akan
melakukan tindakan apa pun.

Model kepercayaan kesehatan ini mencakup lima unsur utama (Rosen- stock, 1982). Pertama
adalah persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit (perceived
susceptibility). Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam.
Unsur yang kedua ialah pandangan individu bahwa makin berat penyakit tersebut, makin besar
an camannya (perceived threats). Ancaman ini mendorong individu melakukan tindakan
pencegahan atau penyembuhan penyakit. Namun, ancaman yang terlalu besar akan menimbulkan
rasa takut dalam diri individu yang justru akan menghambat dalam melakukan tindakan karena
individu tersebut mera sa tidak berdaya melawan setiap ancaman. Untuk mengurangi rasa te
ditawarkan suatu alternatif raneam tindakan oleh petugas kesehatan. Setuju atau tidak nya
individu dengan alternatif yang dianjurkan, tergantung pada pandangan- nya t entang manfaat
dan hambatan pelaksanaan alternatif tersebut. Individu akan mempertimbangkan, apakah
alternatif itu memang dapat mengurangi ancaman penyakit dan akibatnya yang merugikan.
Namun sebaliknya, kon- sekuensi negatif dari tindakan yang dianjurkan itu (biaya yang mahal,
rasa rasa sakit, dsb) seringkali menimbulkan keinginan individu untuk menghindari alternatif
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Hal ini menunjukkan perceived benefits and barriers
dari tindakan yang dianjurkan. Untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif tindakan
tersebut di- perlukan satu unsur lagi, yaitu faktor pencetus (cues to action).

Anda mungkin juga menyukai