Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN

KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan waktu kota-kota yang ada di Indonesia mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Begitu pula dengan Kota Palembang, ibu kota

Sumatera Selatan yang merupakan kota terbesar kedua di Pulau Sumatera. Lokasi

yang strategis termasuk dalam koridor ekonomi sumatera membuat kota ini terus

berkembang pesat. Dilihat dari sejarahnya, sudah dari jaman Kerajaan Sriwijaya

Kota Palembang menjadi pusat perdagangan karena kota ini dikelilingi oleh

sungai-sungai sebagai jalur perdagangan. Saat ini dengan jumlah penduduk

1.455.284 jiwa berdasarkan hasil sensus 2010, serta terus miningkatnya

pertumbuhan penduduk menyebabkan kegiatan yang ada didalam kota tersebut

semakin kompleks dan membutuhkan sarana atau fasilitas untuk mendukungnya.

Saat ini Kota Palembang dapat dikatakan sebagai kota metropolitan dilihat dari

kepadatan penduduknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan

infrastruktur, sarana dan prasarana yang terus dilengkapi.

Kota Palembang memiliki misi, salah satunya melanjutkan pembangunan

Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan yang bertaraf internasional, beradat

dan sejahtera. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pun sudah merencanakan

beberapa program untuk pengembangan kota Palembang. Disebutkan dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang 2012-2032. Oleh karena itu untuk

mewujudkan harapan tersebut pemerintah daerah semakin gencar membangun

dan membuka investasi secara besar-besaran terutama dalam pembangunan

1
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 2
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
infrastruktur. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terdapat proyek-proyek

pembangunan seperti pembangunan jalan, jembatan, pusat perbelanjaan,

kompleks perkantoran, hotel berbintang dan restoran yang semakin menjamur di

kota ini. Dikarenakan aktivitas penduduknya semakin kompleks dan perlunya

infrastruktur untuk menunjang aktivitas tersebut membuat kenampakan fisik kota

berubah.

Pembangunan infrastruktur telah meyebabkan perubahan yang signifikan

terhadap bentuk fisik Kota Palembang. Seperti yang diketahui bahwa telah

menyebabkan perubahan terhadap bentuk fisik kota itu sendiri, kota semakin

padat dengan adanya bangunan-bangunan yang berdiri serta pemekaran kota

sampai ke arah pinggiran kota. Hal tersebut tentunya langsung dapat berdampak

kepada kegiatan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Salah satu kawasan

yang merupakan area perkembangan baru adalah kawasan di koridor jalan lingkar

Soekarno-Hatta. Pertumbuhan daerah di dekat koridor jalan sangatlah terlihat jelas

perubahannya, karena ditunjang dengan aksesibilitas yang baik, keberadaan jalur-

jalur transportasi utama kota sehingga memberikan kemudahan bagi penduduk

dalam hal menjangkau pusat kegiatan atau fasilitas pelayanan. Disamping itu

adanya jalan dapat meningkatkan interaksi antar kota dengan desa atau kota

dengan kota lain di sekitarnya. Dengan adanya kemudahan ini lah koridor kota

sebagai daerah pilihan utama bagi penduduk lokal maupun para

pendatang/investor yang mencari lahan kosong akibat semakin terbatasnya lahan

kosong di tengah kota.

Kawasan ini dulunya merupakan area kosong yang belum berkembang,

pergerakan penduduk yang cenderung menuju ke pinggiran kota telah

memberikan dampak perubahan-perubahan struktural bagi daerah pinggiran kota


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 3
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
itu sendiri. Dimulai dari status desa menjadi kota, berubahnya kegiatan ekonomi

yang semulanya didominasi oleh kegiatan pertanian menjadi non-pertanian seperti

perdagangan, jasa, industri dan lain sebagainya.

Adanya jalan tersebut yang melalui kawasan ini, perkembangan kawasan

ini terutama perubahan fisik menjadi sangat pesat. Dari segi dominasi kegiatan

yang berada disepanjang kanan dan kiri jalan dimanfaatkan sebagai kegiatan

perdangan/jasa. Banyak terdapat ruko-ruko, bengkel, kantor, dan lain lain. Adanya

kegiatan perdagangan/jasa tersebut tentunya berpengaruh besar terhadap

perkembangan fisik kawasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Jalan Soekarno-Hatta membantu mengarahkan perkembangan Kota

Palembang ke bagian barat dan juga untuk mengatasi kemacetan serta beban pusat

kota. Dengan adanya Jalan Soekarno Hatta menyebabkan perubahan baik secara

keruangan maupun kegiatan masyarakat yang berada di kawasan tersebut.

Perubahan itu berkembang terus menerus karena meningkatnya aktivitas

pemanfaatan ruang sebagai akibat pembangunan infrastruktur fisik oleh semua

stakeholder. Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah rumusan masalah

mengenai “Bagaimana dampak infrastruktur jalan terhadap perkembangan fisik

kota dan kegiatan perdagangan/jasa di Kawasan Koridor Jalan Lingkar

Soekarno Hatta Kota Palembang?” Terkait dengan rumusan masalah, maka ada

beberapa pertanyaan untuk memperdalam penelitiaan ini, yaitu :


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 4
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1. Bagaimanakah pengaruh infrastruktur Jalan Soekarno-Hatta terhadap

perkembangan karakteristik spasial disekitar?

2. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan

perdagangan/jasa di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak infrastruktur jalan

terhadap perkembangan fisik kawasan koridor Jalan Soekarno Hatta dan

perkembangan kegiatan perdagangan/jasa di sepanjang jalan. Untuk mencapai

tujuan tersebut yang menjadi sasaran studi adalah

1. Menganalisis pengaruh Jalan Soekarno-Hatta terhadap perkembangan

karakteristik spasial di kawasan penelitian.

2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan

perdagangan/jasa di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini tentunya untuk

memperkaya kajian penelitian mengenai perkembangan suatu kota khususnya

perkembangan Kota Palembang. Berikut rincian manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini :

1. Sebagai bahan kajian bagi pembaca mengenai perkembangan suatu

perkotaan akibat infrastruktur jalan.

2. Dapat dijadikan referensi atau informasi bagi pemerintah dalam

mengambi suatu kebijakan terkait perkembangan kota


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 5
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Sebagai kajian bagi penelitian berikutnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai perkembangan fisik kota sudah banyak dilakukan

oleh peneliti sebelumnya dengan obyek, lokasi dan tujuan penelitian yang

beragam. Pada bagian ini disajikan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis

dengan penelitian ini, agar terlihat persamaan dan perbedaan penelitian yang saya

lakukan dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian mengenai perkembangan fisik kota pernah dilakukan oleh Siti

Nurkholisyah pada tahun 2005, penelitian dengan judul “Perkembangan Fisik

Kota Kediri Dari Tahun 1996 Sampai Dengan Tahun 2003” penelitian ini

mengunakan metode penelitian berupa kualitatif dengan teknik pengambilan data

pengambilan sampel purposive. Dan penelitian ini telah menentukan sebelumnya

bahwa faktor utama perkembangan fisik di Kota Kediri diakibatkan oleh

aksesibilitas dan keberadaan jalan di kota tersebut. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang saya buat adalah menjadikan perubahan kenampakan fisik

berupa penggunaan lahan sebagai variabel utama dalam penelitian dan

mengunaakn teknik perbandingan peta urut waktu, sehinggan dapat melihat

perkembangan fisiknya dari tahun ke tahun. Adapun perbedaan dengan penelitian

saya adalah penelitian ini tidak membahas mengenai kegiatan yang mendominasi

di kawasan penelitian.

Penelitian lainnya yang juga membahas perkembangan fisik kota adalah

penlitian yang dilakukan oleh Puryanto tahun 2003 yang berjudul “Pengaruh

Pembangunan Jalan Arteri Citarum-Pedurungan Terhadap Perkembangan

Keruangan BWK V Kota Semarang”. Dalam penelitian ini memeliki dua lingkup
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 6
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
spasial yaitu, lingkup mikro yaitu kawasan sekitar kanan dan kiri Jalan Arteri

Citarum-Pedurung dan lingkup makro yang meliputi wilayah BWK V Kota

Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dan pendekatan

komparatif, dimana pendekatan komparatif akan membandingkan perubahan tata

guna lahan dan perkembangan fisik kota antara sebelum dan sesudah

pembangunan jalan arteri. Berdasarkan hasil studi literatur yang didapat berikut

tabel 1.1mengenai tujuan,metode dan hasil penelitian sebelumnya:

Tabel 1.1

Keaslian Penelitian

NO Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil


1. Nurkolisyah,Si Perkembangan 1. Mengetahui Teknik 1. Distribusi
ti (2005) Fisik Kota Kediri distribusi dari pengambilan perkembangan
Dari Tahun 1996 perkembangan sampel fisik Kota
Sampai Dengan Kota Kediri menggunakan Kediri yaitu,
Tahun 2003. 2. Mengetahui purposive terjadi
faktor-faktor sampling penambahan
yang penggunaan
berpengaruh. lahan
3. Mengetahui 2. Faktor penentu
kecenderungan perkembangan
arah fisik kota yaitu
perkembangan aksesibilitas.
fisik Kota Kediri 3. Kecenderunga
n arah
perkembangan
fisik dominasi
ke arah
tenggara.
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 7
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2. Susanti,Arkiya Perkembangan 1. Mengkaji pola Metode slovin 1. Pola
na (2008) Morfologi perkembangan proporsional perkembangan
KotaKawasan Solo morfologi kota random morfologi kota
Baru Kabupaten 2. Mengkaji faktor sampling dan adalah linear
Sukoharjo Provinsi paling systematic dan sektoral
Jawa Tengah 1990- berpengaruh sampling 2. Faktor
2006. terhadap perkembangan
perkembangan paling kuat
morfologi kota. terhadap
perkembagan
morfologi kota
adalah
karakteristik
lahan.
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 8
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Puryanto Pengaruh 1. Mengidentifikasi Metode 1. Identifikasi
(2003) Pembangunan perkembangan analisis perkembangan
Jalan Arteri keruangan BWK deskriptif keruangan
Citarum- V Kota Semarang dengan BWK V Kota
Pedurungan dengan menggunakan Semarang
Terhadap menganalisa data skunder dengan
Perkembangan perubahan dan primer menganalisa
Keruangan BWK V keruangan anatar perubahan
Kota Semarang sebelum dan keruangan
sesudah 2. Menganalisa
pembangunan besarnya
jalan pengaruh
2. Menganalisa pembangunan
besarnya Jalan Arteri
pengaruh Citarum-
pembangunan Pedurung
jalan arteri terhadap
terhadap perkembangan
perkembangan keruangan
keruangan BWK BWK V Kota
V Kota Semarang Semarang.
3. Mengidentifikasi 3. Mengidentifika
faktor-faktor si faktor-faktor
utama penentu utama penentu
perkembangan perkembangan
jalan arteri keruangan
kawasan
sekitar Jalan
Arteri-Citarum
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 9
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4. Wahyu Pertambahan 1. Mengetahui Metode Dari 5 variabel
Kuncoro Lahan Terbangun pertambahan analisis pengaruh yang
(2009) di Wilayah lahan terbangun deskriptif, diteliti, yaitu
Aglomerasi di APY bagian interpretasi kepadatan
Perkotaan Kabupaten peta dan penduduk,
Yogyakarta Sleman antara wawancara pertumbuhan
Sebagai Kabupaten tahun 1990-2006 responden penduduk,
Sleman Antara 2. Mempelajari ketersediaan
Tahun 1990-2006 faktor-faktor fasilitas sosial dan
yang ekonomi, jumlah
mempengaruhi rumah tangga non
pertambahan tani dan arak ke
lahan terbangun pusat kota.
di wilayah APY
bagian
Kabupaten
Sleman antara
tahun 1990-2006
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 10
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5. Rr. Liza Perkembangan 1. Mengkaji Interpretasi 1. Faktor
Khoirunnisa Fisik Kecamatan variasi foto udara, aksesibilitas
(2006) Mlati Kabupaten distribusi survey dan peraturan
Sleman Tahun spasial lapangan dan pemerintah
1992-2000 perkembangan wawancara secara
fisik dengan signifikan
Kecamatan responden. mempengaruhi
Mlati Untuk analisis perkembangan
2. Mengkaji data ,encakup fisik
perubahan luas analisis Kecamatan
lahan pertanian korelasi dan Mlati
menjadi non regresi 2. Faktor
pertanian serta aksesibilitas
pengaruhnya merupakan
terhadap faktor yang
perkembangan paling
fisik berpengaruh
Kecamatan terhadap
Mlati perkembangan
3. Mengkaji fisik Kota
faktor-faktor Mlati.
yang
berpengaruh
dalam
perkembangan
fisik
Kecamatan
Mlati.
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 11
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1.6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 Pengertian Evaluasi

Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana

penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada

orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih

rendah keahliannya. Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap

pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan untuk

meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program ke

depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat ke depan dari pada

melihat kesalahankesalahan dimasa lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan

kesempatan demi keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu

adalah perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara

objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil

evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang

akan dilakukan di depan (Yunus, 2000). Dalam hal ini Yunus menitikberatkan

kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi itu merupakan salah satu

fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau

sosial manajemen lainnya, yaitu perencanaan

1.6.2 Pengertian Dampak

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.

Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 12
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu

keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa

yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI ,2010) Dampak secara

sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan

yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri, baik itu

dampak positif maupun dampak negatif. Dampak juga bisa merupakan proses

lanjutan dari sebuah pembangunan infrastruktur berupa jalan, apa yang

ditimbulakan dari keberadaan jalan di lingkungan sekitarnya, seperti yang dibahas

dalam penelitian ini.

1.6.3 Studi Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala

muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang bersifat

fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahanya melalui

pendekatan keruang, ekologi dan regional untuk kepentingan program, proses dan

keberhasilan pembangaunan (Bintarto,1979). Dalam ilmu geografi terdapat 3

pendekatan utama, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan

pendekatan kompleks wilayah. Penelitian dalam bidang geografi harus

berorientasi pada salah satu atau gabungan dari ke tiga macam pendekatan

geografi ini yang menekankan pada space sebagai variable;man-environment

inter-relationship atau regional complex system agar fitrah geografi tidak

menghilang.

Pendekatan keruangan merupakan metode untuk memahami gejala

tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 13
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
yang dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis

(Yunus,2010). Hal ini dapat diartikan bahwa ruang menjadi variabel yang

ditekankan. Pendekatan ekologi lebih mempelajari mengenai hubungan timbal

balik atau interaksi antar suatu organisme itu sendiri dan juga dengan

lingkungannya. Istilah organisme sendiri tidak terbatas pada tanaman dan

tumbuhan saja, namun meliputi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Memahami suatu wilayah yang memiliki perbedaan satu sama lainnya.

Sementara itu suatu wilayah terbagi menjadi subwilayah yang memiliki elemen-

elemen wilayah yang berbeda-beda pula yang menjalin keterkaitan dan interaksi

yang dapat disebut sebagai suatu wilayah sistem. Hal inilah yang disebut sebagai

pendekatan kompleks wilayah yang menganggap wilayah bersangkutan sebagai

suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen wilayah yang

diyakini saling berkaitan satu sama lain. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis kompleks wilayah yang merupakan kombinasi

anatara analisa keruangan dan ekologi. Analisa keruangan digunakan untuk

mengetahui sebaran keruangan dari perkembangan fisik kota yang diteliti.

1.6.4 Perkembangan Kota

A. Pengertian Kota

Pengertian kota sangat beragam, Menurut Bintarto (1983) kota adalah

suatu jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk

yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan

coraknya materialistis. Kota merupakan pusat kegiatan sosial, kegiatan

perekonomian, pusat-pusat hunian. Secara fisik kota selalu berkembang, baik

melaui perembesan wilayah perkotaan, maupun pemekaran kota. Wilayah


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 14
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
perkotaan adalah suatu kota dengan wilayah pengaruhnya. Seperti hubungan

ketergantungan antara suatu wilayah perkotaan dengan kota-kota kecil atau desa-

desa dan sebaliknya. Wilayah kota adalah kota yang secara administratif berada di

wilayah yang dibatasi oleh batas administratif yang berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku.

Hadi Sabari Yunus (2005) menjelaskan definis kota dalam 6 (enam)

tinjauan terhadap kota. Tinjauan kota menurut Hadi Sabari Yunus (2005) adalah

(1) tinjauan dari segi Yuridis Administratif, (2) Segi Fisik lima Morfologis, (3)

Jumlah Penduduk, (4) Kepadatan Penduduk, (5) Fungsi dalam suatu wilayah

organik, dan (6) segi Sosial-kultural. Kota dalam tinjauan yuridis administratif

menurut Sujarto dalam Yunus (2005) adalah suatu wilayah negara/suatu areal

yang dibatasi oleh batas-batas administrasi tertentu, baik berupa garis yang

bersifat maya/abstrak ataupun batas-batas fisikal (misalnya sungai, jalan raya,

lembah, barisan pegunungan dan lain sebagainya) yang berada dalam wewenang

suatu tingkat pemerintahan tertentu yang berhak dan berkewajiban mengatur dan

mengurus rumah tangga di wilayah tersebut.

Kenampakan kota ditinjau dari aspek morfologis adalah kenampakan

fisikal kot, bentuk-bentuk maujud, tangible, yang mencerminkan dan ditandai

adanya kenampakan internal sesuatu kota (Barlow dan Newton dalam Yunus,

2005). Smailes dalam Yunus (2005) mengemukakan 3 indikator yang dapat

digunakan untuk mencermati morfologi kota, yaitu (1) indikator kekhasan

penggunaan lahan, (2) indikator kekhasan bangunan dan fungsinya, (3) indikator

kekhasan pola sirkulasi.


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 15
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
B. Perkembangan Kota

Perkembangan kota adalah suatu proses perubahan perkotaan dari suatu

keadaan ke keadaan lain dalam waktu berbeda akibat dari proses-proses

kehidupan yang terjadi di dalam kota(Barlow dan Newton dalam Yunus, 2005).

Perkembangan kota yang terus menerus tentunya akan membentuk suatu pola

yang mengarah ke suatu tempat tertentu yang memiliki potensi untuk

berkembang. Menurut Barlow dan Newton dalam Yunus (2005) salah satu cara

melihat sebuah perkembagan kota ialah dilihat dari morfologi wilayah

perkotannya.Secara teori ada 3 teknis perkembangan kota yaitu :

1. Perkembangan horizontal

Cara perkembanganya mengarah ke luar, artinya daerah bertambah,

sedangkan ketinggian dan kuantitas lahan terbangun tetap sama.

Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di pinggir kota, dimana lahan

masih lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke pusat kota.

2. Perkembangan vertikal

Cara perkembanganya mengarah ke atas, artinya daerah pembangunan dan

kuantitas lahan terbangun tetap sama, sedangkan ketingguan bangunan-

bangunan bertambah. Perkembangan dengan cara ini sering terjadi di

pusat-pusat perdagangan yang memiliki potensi ekonomi.

3. Perkembangan interstisial

Cara perkembangannya di langsungkan ke dalam, artinya daerah dan

ketinggian bangunan rata-rata sama, sedangkan kuantitas lahan bangunan

bertambah. Perkembagan dengan cara ini sering terjadi di pusat kota dan

antara pusat dan pinggir kota yang kawasanya sudah divatasi dan hanya

dapat dipindahkan.
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 16
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Perkembangan kota memiliki ekspresi yang bervariasi. Ekspresi keruangan

ini sebagian terjadi melalui proses-proses tertentu yang dipengaruhi faktor-faktor

fisik dan non fisik. Faktor fisik berkaitan dengan topografi struktur geologi,

geomorfologi, perairan dan tanah. Faktor-faktor non-fisik antara lain kegiatan

penduduk, urbanisasi, peningkatan kebutuhan akan ruang, perencanaan tata kota

dan lain sebagainya. Peran aksesibilitas, prasarana transportasi, sarana transportasi

mempunyai peran yang besar pula dalam membentuk variasi keruangan

kenampakan kota.

1.6.5 Struktur Tata Ruang Kota

Struktur tata ruang kota dapat membantu dalam memberi pernahaman

tentang perkernbangan suatu kota. Ada 3 (tiga) teori struktur tata ruang kota yang

berhubungan erat dengan perkembangan guna lahan kota dan perkembangan kota,

yaitu (Bourne,1971).

A. Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan

EW.Burkss. Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa

bentuk guna lahan yang berbeda pada kota membentuk suatu zona

konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam 5 (lima) zona

penggunaan lahan
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 17
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1.1 Teori Konsentris


(sumber Bourne,1971 )

B. Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt.

Dalam teori ini Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari

bentuk guna lahan kota yang berupa suatu penjelasan dengan penggunaan

lahan permukiman yang lebih memfokusan pada pusat kota dan sepanjang

jalan transportasi. Dalam teorinya ini, Hoyt membagi wilayah kota dalam

beberapa zona dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 1.2 Teori Sektor


(sumber : Bourne,1971 )

C. Teori banyak pusat (multiple-nuclei concept) yang dikernukakan oleh

Kenzie. Menurut Kenzie teori banyak pusat ini didasarkan pada

pengamatan lingkungan sekitar yang sering terdapat suatu kesamaan pusat


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 18
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dalam bentuk pola guna lahan kota daripada satu titik pusat yang

dikemukakan pada teori sebelumnya. Dalarn teori ini pula Kenzie

menerangkan bahwa kota meliputi pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi,

kawasan hunian dan pusat lainnya. Teori banyak pusat ini selanjutnya

dikembangkan oleh Harris dan Ullman yang kemudian membagi kawasan

kota menjadi beberapa penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar di

bawah ini

Gambar 1.3 : Teori Banyak Pusat


(Sumber : Bourne,1971 )

Menurut Yunus, tipe-tipe struktur tata ruang kota diatas merupakan tipe

struktur ruang yang berdasarkan pendekatan ekologikal. Pendekatan ekologikal

memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hubungan

interrelasi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk penggunahn lahan

yaitu merupakan proses bertempat tinggal, mengembangkan keturunan, dan

tempat mencari makan (Yunus, 1999).

Struktur tata ruang kota juga dapat dijelaskan berdasarkan pendekatan

morfologikal, Beberapa sumber mengernukakan bahwa tinjauan terhadap

morfologi kota. Ditekankan pada bentuk-bentuk- fisikal dari lingkungan kekotaan


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 19
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dan hal ini dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang antara lain

tercermin pada sistern jalan - jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah

hunian ataupun bukan (perdagangan/ industri) dan juga bangunan bangunan

individual. Ada tujuh pola struktur tata ruang kota. yang didasarkan pada

pendekatan morfologikal ini (Hudson dalam Yunus, 2003) yaitu:

1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru

Kota dengan bentuk seperti ini terjadi bila kota utama dengan kota-kota

kecil disekitarnya terjalin hubungan fungsional efektif dan efisien.

2. Bentuk stelar atau radial

Kota dengan bentuk seperti ini memiliki lidah yang dibentuk pusat

kegiatan kedua yang berfungsi memberi pelayanan pada areal perkotaan

dan menjorok ke dalam, direncanakan sebagai jalur hijau dan berfungsi

sebagai paru-paru kota, RTH dan tempat rekreasi.

3. Bentuk cincin

Kota berkembang di sepanjang jalan utama yang melingkar, bagian

tengah tetap sebagai daerah terbuka hijau.

4. Bentuk linier bermanik

Pusat perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan kiri pusat kota

utamanya, perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama, sehingga

pola umumnya linier, di pinggir jalan ditempati bangunan komersial dan di

belakanganya permukiman penduduk.

5. Bentuk inti/kompak

Perkembangan kotanya lebih didominasi oleh perkembangan vertikal,

sehingga memungkinkan konsentrasi bangunan pada areal kecil

6. Bentuk memencar
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 20
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Kota bentuk memancar dalam kesatuan morfologi besar dan kompak

terdapat beberapa urban center dimana masing-masing pusat memiliki

fungsi-fungsi khusus yang berbeda satu dengan yang lain.

7. Bentuk kota bawah tanah

Bentuk kota bawah tanya memiliki struktur perkotaan yang dibangun di

bawah permukaan bumi, sehingga kenampakannya tidak dapat diamati di

permukaan bumi. Daerah atasnya berfungsi sebagai jalur hijau dan

pertanian.

Terdapat banyak indikator yang dapat mempengaruhi kenampakan fisik kota,

pola jalan atau lay out of streets merupakan indikator yang paling

mempengaruhi. Menurut Northam dalam Yunus (2000) ada tiga sistem pola

jalan, yaitu:

1. Sistem pola jalan tidak teratur

Sistem ini memiliki pola jalan yang tidak teratur baik itu lebar maupun

arah jalannya. Tidak teraturannya sistem jalan ini terlihat pada pola jalan

yang melingkar-lingkar, lebarnya bervariasi dengan memiliki cabang yang

banyak. Hal ini mengakibatkan pola permukimannya yang tidak teratur

pula. Pada umumnya kota-kota awal pertumbuhannya selalu ditandai oleh

sistem jalan seperti ini, tetapi pada tahapan perkembangan selanjutnya

akan mengikut perencanaan yang teratur. Sistem pola jalan seperti ini

banyak terdapat di negara berkembang seperti Kota Jakarta.

2. Sistem pola jalan radial konsentris

Sistem ini memiliki pola jalan radial konsentris yang mana memiliki

bagian pusat sebagai tempat kegiatan utama. Jalannya besar dan menjari

dari titik pusat kota sehingga membentuk seperti jaring laba-laba. Kota
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 21
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Paris merupakan salah satu contoh kota yang memiliki sistem pola jalan

ini.

3. Sistem pola jalan bersudut siku atau grid

Sistem pola jalan seperti ini akan membentuk fisik kota menjadi blok-blok

empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang pararel longitudinal dan

transversal membentuk sudut siku-siku. Jalan utamanya membentang dari

pintu gerbang utama kota sampai ke pusat kota, pengembangan kotanya

tampak teratur karena polanya telah terbentuk. Sistem pola jalan seperti ini

banyak terdapat di kota-kota Amerika.

1.6.6 Definisi Infrastruktur dan jalan

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem

sosial dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

dapat didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan-peralatan,

instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem

sosial dan sistem ekonomi masyarakat. Infrastruktur adalah alat atau utilitas yang

disediakan oleh pihak swasta dan pemerintah yang berfungsi sebagai pendukung

fusngsi-fungsi tertentu bagi kehidupan masyarakat. Menurut The World Bank

(1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu :

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan

untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga,

telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan,

kanal, irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel,

pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan

rekreasi.
EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 22
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, control

administrasi dan koordinasi.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang

Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis

infrasturktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur

transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum

dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan

infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur

tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya

yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah.

Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan infrastruktur

yang memadai sangat diperlukan seperti halnya infrastruktur jalan. Keterbatasan

pembangunan infrastruktur jalan, menyebabkan melambatnya laju investasi dan

perkembagan kota.

Pasal 1 angka 4 UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, memberikan

definisi mengenai jalan yaitu prasarana transportasi darat yang meliputi segala

bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas

permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan

air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Pembangunan jaringan jalan ditujukan untuk mebentuk struktur ruang

yang sesuai dengan rencana dan arah pengembangan wilayah. Sudah selayaknya

dalam perencanaan pembangunan jaringan jalan di suatu wilayah harus


EVALUASI DAMPAK INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK KOTA DAN
KEGIATAN PERDAGANGAN/JASA 23
DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA KOTA PALEMBANG
WILDA WIJA BAHANA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
memperhatikan kondisi wilayah itu sendiri. Menurut Northam dalam Yunus

(2000) pola jalan atau lay out of streets merupakan indikator yang paling

mempengaruhi struktur ruang kota. Sehingga pengembangan jariang jalan harus

dilakukan secara terpadu dengan sektor-sektor lain dengan mengacu kepada

rencana tata ruang, yang mana jaringan jalan tidak hanya berfungsi untuk

meningkatkan aksesibilitas kawasan, tatepi juga berperan dalm perkembangn

suatu wilayah.

1.6.7 Pengaruh Pembangunan Jalan Terhadap Perkembangan Kota dan

Ekonomi.

Pembangunan jalan yang semaik kompleks baik dalam maupun luar kota

akan menimbulkan pusat-pusat kegiatan dan fungsi-fungsi perkotaan baru, yang

menempati sepanjang jalur-jalur yang ada sehingga perluasan lahan terbangun

paling banyak terjadi di kiri dan kanan jalur transportasi. Hal ini menyebabkan

kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan non terbangun menjadi lahan

terbangun di sekitar jalan tersebut.

Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah proses transportasi

yang menghubungkan pusat kota (CBD) dengan daerah bagian luarnya. Daerah

yang dilalui transportasi akan mempunyai perkembangan fisik yang berbeda

dengan daerah-daerah diantara jalur-jalur transportasi. Perkembangan zona yang

ada pada sepanjang poros transportasi akan terlihat besar dibandingkan dengan

daerah-daerah yang terletak diantaranya.

Anda mungkin juga menyukai