Anda di halaman 1dari 12

Lahirnya Merkantilisme

Perkembangan perdagangan internasional pada dsarnya diawali dengan perkembangan yang terjadi di Eropa saat
beberapa kerajaan memiliki pusat perdagangan seperti London, Napoli, Paris dan Milan sebagai pusat industri rumah
tangga. Perkembangan itu telah mendorong perubahan dalam masyarakat dari masyarakat yang feodal menuju
masyarakat yang kapitalis. Muncul banyak pedagang yang kemudian melahirkan hubungan antara penguasa dan
pedagang untuk memenangkan perdagangan. Tidak heran pada masa itu muncul hubungan khusus antara
pedagang dengan jeluarga raja untuk mendapatkan proteksi.
Pasca masa pencerahan atau renaisance telah mendorong masyarakat Eropa untuk mencari daerah baru dan
membuka daerah yang belum mereka tmui terutama di belahan dunia timur. Penemuan-penemuan baru pasca
pencerahan telah membuat banyak kerajaan di Eropa yang melakukan penjelajahan yang diawali oleh Spanyol.
Keberhasilan Spanyol kemudian diikuti oleh negara lain seperti Portugal, Inggris, Belanda dan Perancis. Mulai saat
itulah mulai masuk bangsa Barat kenegara Timur yang kemudian kita kenal dengan Negara Dunia Ketiga.
Dalam masyarakat kemudian muncul kelompok-kelompok baru yaitu kelas pedagang atau kelas kapitalis yang
menjadi agen pembangunan dan perubahan struktur ekonomi di negara Eropa. Muncul agen-agen perdagangan
seperti The Merchant Adventures, The Eastland Company, The Muscovy Company, The East India Company dan
VOC yang berusaha mengeruk keuntungan sebesar mungkin melalui monopoli dan kolonialisme. Hal ini mencapai
puncak ketika kepentingan pedagang menjadi kepentingan negara yang kemudian dikenal dengan merkantilisme.
Pada abad ke-17 kepentingan negarawan terpusat pada politik, tetapi merkantilisme merupakan tahap awal dari
kebihajakan ekonomi yang dikenal dengan istilah the commercial or mercantile system dari Adam Smith, pendiri
aliran klasik.
Teori kaum Merkantilisme

Gambar: ​buyturquoise
Menurut perdagangan merkantilisme bahwa sumber kemakmuran terletak pada banyaknya persediaan logam mulia (
emas dan perak ) serta dicapainya ekspor surplus atas nilai impor. Tindakan untuk merealisir hal tersebut adalah :
1. Mendorong meningkatkan ekspor, misalnya dengan pemberian subsidi kepada industri dalam negeri,
pemberian premi ekspor, melarang tenaga ahli pindah ke luar negeri;
2. Membatasi impor, misalnya dengan tariff bea masuk, pelarangan impor, kuota impor;
3. Memperluas daerah koloni atau jajahan guna mendapatkan logam mulia atau untuk mendapatkan bahan
mentah yang murah;
4. memperoleh monopoli dalam perdagangan.
Teori Keunggulan Absolut
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “ The Wealth of Nation “ tahun 1776, yang mengatakan
bahwa sumber-sumber kemakmuran itu tidaklah terletak pada banyaknya logam mulia yang dimiliki akan tetapi
terletak pada banyaknya barang-barang yang dimiliki melalui kegiatan produksi dan mengembangkan hasil produksi
tersebut melalui kegiatan perdagangan.
Disamping itu Adam Smith juga mengemukakan ide tentang pentingnya “ pembagian kerja internasional “
(spesialisasi) dalam perdagangan, artinya suatu Negara lebih baik memfokuskan diri pada kegiatan produksi
barang-barang tertentu yang memiliki efisiensi lebih tinggi dibandibandingkan denagn Negara lain. Dengan adanya
spesialisasi suatu Negara akan memperoleh keuntungan, yaitu jumlah produksi lebih banyak, kualitasnya labih baik
dan harga lebih murah.

Teori keunggulan komparatif


Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo dalam bukunya yang berjudul “ ​Principles of Political Economy and
Taxation​“ tahun 1817. Menurut Ricardo dibedakan menjadi :
1. Perdagangan dalam negeri;
2. Perdagangan luar negeri.
Untuk perdagangan dalam negeri Ricardo berlaku teori keunggulan mutlaknya Adam Smith, sedangkan untuk
perdagangan luar negeri menggunakan teori keunggulan biaya komparatif.
Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu Negara ( dari menjalankan spesialisasi ) karena
dapat menghasilkan produk dengan biaya relative yang lebih rendah daripada Negara lain. Menurut teori ini
perdagangan masih tetap bisa dilakukan meskipun suatu Negara tidak memiliki keunggulan mutlak sekalipun
terhadap Negara lain. Menurut teori ini setiap Negara akan cenderung untuk melakukan spesialisasi dan mengekspor
barang-barang produksinya yang memiliki keunggulan komparatif.
Teori Ricardo ini berdasarkan pada beberapa asumsi, yaitu :
1. Perdagangan internasional hanya terjadi antara dua Negara;
2. Barang-barang yang diperdagangkan hanya dua jenis;
3. Perdagangan dilakukan secara bebas;
4. Tenaga kerja bebas bergerak dalam negeri;
5. Biaya produksi dianggap tetap;
6. biaya transportasi tidak ada;
7. Tidak ada perubahan teknologi.
Teori Modern Faktor Proporsi (Hecksher & Ohlin)
Teori yang lebih modern seperti yang dikemukakan oleh Hecksher dan Ohlin menyatakan bahwa perbedaan dalam
oportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam junilah factor produksi yang
dimilikinya.
Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak danpada negara lain, sedang negara lain memiliki kapital lebih
banyak daripada negara tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran.
Suatu negara, misalnya A, memiliki tenaga keija yang besar dan relatif sedikit kapital, maka untuk sejumlah
pengeluaran uang tertentu akan memperoleh jumlah tenaga kenja lebih banyak daripada kapital. Misalnya uang
RplOO,00 dapat dibeli 20 unit tenaga atau 5 Unit mesin, jadi 20 unit tenaga sama dengan 5 unit mesin.
KURS
Kurs adalah harga sebuah mata uang yang dinyatakan dari segi mata uang lain
Daur Hidup Produk Internasional (International Product Life Cycle) IPLC
Merupakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa suatu produk yang mula-mula sebagai ekspor sebuah negara
akhirnya menjadi impornya.
Gambar daur hidup produk sumber: ​people hofstra
Tahapan daur hidup produk itu melalui:
1. Ekspor
2. Produksi Luar negeri dimulai
3. Persaingan luar negeri dalam pasar ekspor
4. Persaingan impor

Argumen-argumen bagi restriksi perdagangan dan tangkisannya:


▪ Pertahanan Nasional;
▪ Melindungi Industri yang baru tumbuh;
▪ Melindungi tenaga kerja domestic dari tenaga asing yang murah;
▪ Tarif ilmiah atau persaingan yang adil;
Tindakan balasan:
▪ Dumping ​: menjual suatu produk di luar negeri dengan harga kurang dari biaya produksi, harga di pasar dalam
negeri, atau harga untuk Negara-negara ketiga. Penggolongan Dumping:
1. Dumping social: persaingan yng tidak adil oleh berbagai perusahaan di Negara-negara berkembang telah
menurunkan biaya tenaga kerja dan memperburuk kondisi kerja;
2. Dumping lingkungan: persaingan tidak adil disebabkan oleh belum adanya standar-standar lingkungan suatu
Negara;
3. Dumping jasa keuangan: Persaingan tidak adil yang disebabkan oleh rendahnya rasio modal bank/asset yang
dipersyaratkan sebuah Negara;
4. Dumping budaya: Persaingan tidak adil yang disebabkan oleh hambatan-hambatan budaya yang membantu
perusahaan-perusahaan local.
▪ Subsidi:​ sumbangan keuangan, diberikan secara langsung atau tidak langsung oleh pemerintah tanpa imbalan
keuntungan, termasuk hibah, perlakuan pajak istimewa dan asumsi pemerintah mengenai pengeluaran bisnis
yang normal
▪ Sountervailing duties:​ pajak-pajak impor tambahan yang dikenakan atas impor yang telah diperoleh
keuntungan dari subsidi ekspor

Jenis-jenis restriksi:
▪ Hambatan tariff
▪ Bea Ad Valorem, spesifik dan kombinasi
▪ Harga resmi
▪ Bea yang lebih rendah untuk masukan local yang lebih banyak
Hambatan-hambatan non tariff:
Kuantitatif
Kuota : jumlah yang dikenakan atas jenis impor tertentu
Hambatan ekspor sukarela (VER=Voluntary Export Restraints) yaitu kuota ekspor ang dikenakan Negara pengekspor

Karakteristik Negara berkembang:


1. PNB/Kapita kurang dari $9.265 (criteria bank umum);
2. Distribusi pendapatan tidak merata;
3. Dualism teknologi: campuran antara perusahan dengan teknologi mutakhir dan perusahaan dengan cara
primitive;
4. Dualisme regional: produktifitas, pendapatan dan pembangunan ekonomi yang tidak merata antar wilayah;
5. 80 s/d85% penghasilan penduduk dari sector pertanian yang relative kurang produktif;
6. Pengangguran;
7. Pertumbuhan penduduk tinggi 2.5 s/d 4% per tahun;
8. Buta huruf tinggi;
9. Kkeurangan gizi;
10. Instabilitas politik;
11. Sangat bergantung pada produk ekspor terutama pertanian dan pertambangan;
12. Topografi yang tidak ramah (gurun, pegunungan, hutan);
13. Tabungan rendah, fasuilitas bank kurang memadai.

TEORI INVESTASI INTERNASIONAL


▪ Teori Keunggulan monopolistic:​ investasi langsung luar negeri dilakukan oleh perubahan dalam industry
oligopolistic memiliki keunggulan teknis dan keunggulan lain atas perusahaan pribumi.
▪ Ketidaksempurnaan pasar produk dan factor produksi
▪ Daur hidup produk internsional (International Product Life Cycle-IPLC​)
▪ Investasi silang​: investasi langsung luar negeri oleh perusahaan oligopoly di Negara-negara asal
masing-masing sebagai tindakan pertahanan
▪ Teori internalisasi:​ perluasan teori pasar tidak sempurna: untuk memperoleh laba yang lebih tinggi atas
investasinya, sebuah perusahaan akan mentransfer pengetahuan unggulnya ke cabang di luar negeri dari pada
menjualnya di pasar terbuka.
▪ Teori Eklektik Produksi​ Internasional dari Dunning: Bgai perusahaan yang akan melakukan investasi di luar
negeri ia harus mempunyai 3 jenis keunggulan yaitu: kepemilikan yang khas, internalisasi dan kekhasan lokasi.
REFFERENSI:
Donal A. Ball, Wendell H. McCulloch, Jr, Paul L. Frantz, J. Michael Geringer, Michael S.Minor (2004) Bisnis
Internasional: Tantangan Persaingan Global, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

A. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)


Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu
negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara
yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat
penting. Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa pada
awal periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era dimana kesadaran bernegara
sudah mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya, intervensi suatu
negara dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada zaman ini pula sistem
kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang diajarkan oleh teori merkantilisme
akhirnya mendorong terjadinya banyak peperangan dikalangan negara Eropa dan era
imperialisme Eropa akhirnya dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang
pada akhir abad ke-18, seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan
oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru
diadopsi oleh Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.
 
a. Pandangan Aliran Merkantilisme tentang Perdagangan Internasional
Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham yang menganggap bahwa
penimbunan uang, atau logam mulia yang akan ditempa menjadi uang emas ataupun
perak haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan nasional. Pada saat merkantilisme
lahir, sistem masyarakat pada saat itu berdasarkan feodalisme. Sistem feodal pada
dasarnya menanggapi kebutuhan penduduk akan perlindungan
terhadap gangguan perampok. Jaminan keselamatan tersebut diberikan oleh para raja
terhadap para bangsawan, kerabat, dan bawahannya. Sistem inilah yang melahirkan
tuan tanah, bangsawan, kaum petani, dan para vassal yaitu raja-raja kecil yang
diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja besar. Ketika merkantilisme mulai
berkembang, sistem feodalisme yang usang sedikit demi sedikit mulai terkikis, hak-hak
istimewa yang dimiliki oleh para tuan tanah dan para bangsawan mulai dihapus,
lapisan-lapisan sosial yang melekat pada sistem feodal mulai dihilangkan, cara produksi
dan distribusi gaya feodal pun mulai ditinggalkan.

b.Teori Klasik
Keunggulan Mutlak Adam Smith (Absolute Advantage / Absolute Cost)
Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal dengan teori
keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara menghendaki adanya
persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama
juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa. Karena hal itu ia mengusulkan bahwa
sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia
mempunyai keunggulan yang absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.

c. Teori perdagangan modern


Teori modern dalam perdagangan internasional muncul sebagai reaksiterhadap teori
klasik yang mendapat kritik tajam dan pukulan hebat terutama denganmunculnya
depresiasi yang cukup besar pada tahun 1930-an. Teori modern diajukanoleh Bertil
Ohlin pada tahun 1933 dan selanjutnya dikembangkan oleh Eli Heckscher,kemudian
dikenal sebagai teori H-O (Heckscher-Ohlin). Bahkan, kemudian setelah

Teori H-O mencoba mengadakan modifikasi terhadap teori klasik untukmengkaji lebih
lanjut akan faktor-faktor yang menentukan adanhya keuntungankomparatif. Modifikasi
yang dilakukan oleh teori H-O meliputi antara lain :

1.​ ​Pengaruh biaya transportasi yang dalam teori klasik dianggap tidak ada ataunol.
2.​ ​Pemakaian tiga faktor produksi neoklasik; tanah, modal dan tenaga kerjasebagai ganti
tenaga kerja saja karena itu mengubah konsep keuntungan alamidan keuntungan yang
dikembangkan.
3.​ ​Pemberian arti biaya sebagai harga faktor-faktor produksi dalam uang sebagaipengganti
teori nilai berdasarkan tenaga kerja.
4.​ ​Menitikberatkan pentingnya pengertian tentang produk yang salingketergantungan dan
pasar serta harga faktor produksi lain yang mendorongperdagangan. Sehingga
memberikan jangkauan analisa yang jauh lebih luasdibandingkan teori klasik yang lebih
menitikberatkan pada perdaganganbarter.
5.​ ​Pernyataan bahwa perdagangan akan mempengaruhi harga-harga yang harusdibayar
untuk berbagai faktor produksi yang dipakai dalam menghasilkanbarang-barang yang
diekspor. Jadi, asumsi bahwa distribusi pendapatan konstan tidak lagi digunakan.

Perbedaan perdagangan klasik dan perdagangan modern:

Negara klasik Berbasis Teori Perdagangan​


1. Merkantilisme
2. Keuntungan mutlak
3. Keunggulan komparatif
4. Keunggulan Komparatif dengan Uang
5. Relatif Faktor Wakaf

Kantor modern Berbasis Teori Perdagangan​


1. ​Kesamaan Teori Negara

2. Siklus Hidup Produk Teori


3. Rivalitas global Teori Strategis​
4. ​Porter Keunggulan Kompetitif Nasional

B. TEORI INVESTASI INTERNASIONAL

1)​ ​Jenis Investasi Internasional


∙​ ​Investasi Langsung Asing

∙​ ​Portofolio Investasi

2)​ ​Teori Investasi Internasional


∙​ ​Ownership Advantages (kepemilikan Keuntungan)
∙​ ​Internalization (internalisasi)
∙​ ​Dunning’s Eclectic Theory (Dunning Elektik Teori)
3)​ ​Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan FDI
∙​ ​Supply Factors​ : b ​ iaya produksi​, l​ ogistik​, k​ etersediaan sumber daya​, A
​ kses ke
teknologi
∙​ ​Demand Factors : ​akses pelanggan, pemasaran keuntungan, Eksploitasi keunggulan
kompetitif, pelanggan mobilitas
∙​ ​Political Factors : M ​ enghindari hambatan perdagangan, Pembangunan
ekonomi insentif

a.​ Teori Investasi Internasional

• ​Teori keunggulan monopolitistik (Stephen Hymer​ 1960) investasi langsung LN


dilakukan oleh perusahaan dalam industri oligopolistik memiliki keunggulan teknis dan
keunggulan lain atas perusahaan pribumi
• ​Ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi (Caves)​: pengetahuan
unggul memungkinkan perusahaan yang melakukan Investasi memproduksi suatu
produk yang disukai konsumen sama dgn buatan local; dgn demikian perusahaan dapat
mengendalikan harga jual dan keunggulan atas perusahaan pribumi
• ​Investasi silang​ ; investasi langsung luar negeri oleh perusahaan oligopoly di negara
asal masing-masing sebagai tindakan pertahanan.
• ​IPLC The follow-the-leader-theory(Knickerboxer):​Jika suatu perusahaan yang
memimpin/memulai masuk pasar dalam pasar oligopolistik,maka perusahaan lain akan
mengikuti
• ​Teori Internalisasi ;​ perluasan teori pasar tidak sempurna: untuk memperoleh laba
yang lebih tinggi atas investasinya, sebuah perusahaan akan mentransfer pengetahuan
unggulnya kecabang diluar negeri daripada menjualnya di pasar terbuka
• ​Teori eklektik produksi (Dunning)​ : bagi perusahaan yang akan berinvestasi di luar
negeri harus mempunyai tiga jenis keunggulan: kekhasan pemilikan, internalisasi dan
kekhasan lokasi.

Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal Asing (Foreign


Investment)

• Perdagangan Internasional( Expor-Impor)


• Penanaman Modal Asing adalah ikatan atau komitmen modal yang diinvestasikan di luar
negeri dengan mengharapkan keuntungan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENANAMAN MODAL ASING
BAB I
Pendahuluan
I. Pengertian Umum​
Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam
Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal.
Penanam Modal Asing dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan
tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal asing atas
bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010
Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Perusahaan Penanaman Modal Asing mendapatkan fasilitas dalam bentuk :


● pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat
tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu;
● pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau
peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;
● pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong
untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;
● pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang
modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;
● penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan
● keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu,
pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Asing yang mendapatkan fasilitas antara lain :
● Menyerap banyak tenaga kerja
● Termasuk skala prioritas tinggi
● Termasuk pembangunan infrastruktur
● Melakukan alih teknologi
● Melakukan industri pionir
● Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah
lain yang dianggap perlu
● Menjaga kelestarian lingkungan hidup
● Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
● Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi
● Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi didalam negeri.
II . Latar Belakang​
Penanaman modal dalam negeri memberikan peranan dalam pembangunan ekonomi di
negara-negara sedang berkembang. Hal ini terjadi dalam berbagai bentuk. Modal
Investasi mampu mengurangi kekurangan tabungan dan melalui pemasukan peralatan
modal dan bahan mentah, dengan demikian menaikkan laju pemasukan modal.Selain
itu, tabungan dan investasi yang rendah mencerminkan kurangnya modal di negara
keterbelakangan teknologi. ​Sehingga dengan masuknya perusahaan asing ini dalam
kegiatan investasi di Indonesia dimaksudkan sebagai pelengkap untuk mengisi
sektor-sektor usaha dan industri yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh
pihak swasta nasional, baik karena alasan teknologi, manajemen, maupun alasan
permodalan. Modal asing juga diharapkan secara langsung maupun tidak langsung
dapat lebih merangsang dan menggairahkan iklim atau kehidupan dunia usaha dalam
berbagai bidang usaha, serta dapat dimanfaatkan sebagai upaya menembus jaringan
pemasaran internasional melalui jaringan yang mereka miliki. Selanjutnya modal asing
diharapkan secara langsung dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi
Indonesia.​
BAB II
Pembahasan
A.​ ​Peranan Penting Penanaman Modal Asing di Indonesia

Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara
sedang berkembang seperti negara Indonesia dapat diperinci menjadi lima hal yaitu :
1.​ ​Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang

berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.


2.​ ​Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur

produksi dan perdagangan.


3.​ ​Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi

struktural.
4.​ ​Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural

benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif.


5.​ ​Bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun

industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat
membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik,
industri kimia dasar dan sebagainya.
Dan untuk mendukung investasi di Indonesia maka perlu pembentukan hukum
ekonomi dengan perangkat peraturan membutuhkan kajian yang bersifat komprehensif
dan pendekatan secara makro dengan informasi yang akurat demi multidisipliner dari
berbagai aspek antara lain :
a.​ ​Ekonomi dan social.
b.​ ​Sosiologis dan budaya.
c.​ ​Kebutuhan-kebutuhan dasae dan pembangunan.
d.​ ​Praktis dan operasional dan kebutuhan kedepan.
e.​ ​Moral dan etika bisnis yang berlaku dalam konsep kelayakan dan kepatutan dalam
kehidupan manusia dan kemanusiaan yang beradab.

B. Kendala dalam menanam modal di Indonesia


1. Pengaruh Nilai Tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi
bersifat ​uncertainty (​ tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs
yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs
tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran
domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi
investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal
dengan ​expenditure reducing effect. K ​ arena penurunan tingkat kurs ini akan
menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga
secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat.
Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada
pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (​expenditure
switching) ​akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan
nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur
dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga
barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (​traded goods)r​ elatif
terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan ​(non traded goods)​, sehingga
didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi
investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk
berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan
baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final.
3. Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan
karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan
dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam
modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu
menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan
sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan
pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti
dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya
menurunkan tingkat inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan
kebijakan moneter uang ketat (​tigh money policy​). Dengan demikian tingkat inflasi
domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya
pada tingkat bunga domestik.
4. Pengaruh Infrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor
guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan
tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut
dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Melihat
perkembangan makro-ekonomi saat ini, terutama memperhatikan kecenderungan
penurunan tingkat bunga.
Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan
yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan
infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang selanjutnya akan berpengaruh
pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai,
efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat
semakin meningkat.
Dalam beberapa tahun terakhir terasa keengganan masuknya investasi asing dan
adanya indikasi relokasi investasi ke negara – Negara lain yang diakibatkan karena
tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia dewasa ini.
Dan apabila ditinjau dari Undang-Undang Penanaman Modal, sudah dapat
dikatakan bahwa UUtersebut mencakup semua aspek penting, seperti pelayanan,
koordinasi, fasilitas, hak dan kewajiban investor, ketenagakerjaan, dan sector-sektor
yang dapat dimasuki investor. Hal tersebut diupayakan secara maksimal agar
terjadinya peningkatan investasi di Indonesia dari sisi pemerintah dan kepastian
berinvestasi dari sisi pengusaha/investor.
Beberapa poin penting dalam Undang-Undang Penanaman Modal,
diantaranya adalah pada bab I pasal 1 Nomer 10 terkait pelayanan terpadu satu pintu.
Yang artinya bahwa system pelayanan tersebut diharapkan dapat mengakomodasi
keinginan investor/pengusaha untuk memperoleh pelayanan yang lebih efisien, mudah,
dan cepat. Sehingga bagi manca Negara yang ingin berinvestasi disebuah wilayah
Indonesia, tidak perlu lagi menunggu dengan waktu yang lama untuk memperoleh izin
berinvestasi di Indonesia, bahkan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pajak maupun
pungutan lain akibat panjangnya jalur birokrasi.
Kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal
yang terdapat dalam pasal 4 Nomer 2b, belum sepenuhnya terlaksana.
Kendala perijinan penanaman modal di Indonesia, juga menjadi
penghambat. Karena izin investasi tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi harus menjadi satu paket dengan izin-izin lain yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kegiatan usaha dan menentukan
untung-ruginya suatu usaha. Misalnya di sector perhotelan, jumlah izin yang diperlukan
mencapai 37 buah, karena setiap bagian dari hotel harus memiliki izin khusus dari
departemen yang terkait. Kondisi perizinan penanaman modal yang rumit ini, seringkali
membuat para penanam modal membatalkan niatnya untuk berinvestasi di Indonesia.
Meskipun pelayanan terpadu satu pintu sudah diterapkan.
Khusus masalah birokrasi, yang tercerminkan oleh antara lain prosedur
administrasi dalam mengurus investasi seperti perizinan, peraturan atau persyaratan
lainnya yang berbelit-belit dan langkah prosedurnya yang tidak jelas. Hal ini merupakan
masalah klasik yang membuat investor enggan berinvestasi di Indonesia. Sehingga
permalahan ini menjadi kendala tertinggi penanaman modal asing di Indonesia.
Masalah ini bukan hanya membuat banyak waktu yang terbuang, tetapi besarnya biaya
yang harus ditanggung oleh pengusaha atau calon investor.
C.Peraturan dan Perundang-undangan terkait :
● Undang-undang No. 25 Tahun 2007 - Tentang Penanaman Modal
● Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
● Peraturan Presiden No. 36 Th 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal
● Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Permohonan Penanaman Modal
D.Dokumen yang akan diproses dan Jangka Waktu
Jangka Jangka
Waktu Waktu
No. Keterangan
(Hari Kerja) (Hari Kerja)
NORMAL EKSPRESS
1. Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
Konsultasi dan Perisiapan pendirian Perusahaan
1-5 1-5
Penanaman Modal Asing
Cek dan Booking Nama Perusahaan 2 1
Persetujuan Pendaftaran Penanaman Modal di
10 4
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Akta Pendirian Perusahaan oleh Notaris 3 1
Surat Keterangan Domisili Perusahaan (Lurah –
5 2
Camat)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 3 2
Surat Pengukuhan Perusahaan Kena Pajak (SP
5 2
PKP)
Surat Keputusan/Pengesahan Menteri Hukum dan
14 7
HAM
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 14 7
TOTAL 61 31

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Posisi akan penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara
sedang berkembang dapat dibilang adalah penting dan dapat diperinci menjadi lima,
yaitu :
a.​ ​sumber dana eksternal (modal asing) yang dapat dimanfaatkan oleh negara sedang

berkembang sebagai dasar dalam mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi.


b.​ ​pertumbuhan ekonomi yang meningkat harus diikuti oleh perpindahan struktur produksi

dan perdagangan.
c.​ ​modal asing mempunyai suatu peranan yang vital dalam memobilisasi dana maupun

transformasi struktural.
d.​ ​kebutuhan akan modal asing akan menurun segera setelah perubahan struktural

benar-benar terjadi.
e.​ ​bagi negara-negara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun

industri-industri berat dan industri strategis, karena dengan adanya akan sangat
membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabrik yang dibutuhkan untuk
menopang perkembangan kehidupan ekonomi sesuai dengan konsep hukum dalam
kegiatan ekonomi dan cita-cita hukum ekonomi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai