WTO sering diartikan sebagai badan perdagangan bebas. Namun sebenarnya, tarif dan beberapa bentuk
proteksi masih diperbolehkan. Jadi, WTO tepatnya merupakan sistem yang mengatur kompetisi yang
terbuka, adil (fair) dan sehat. Pemberlakuan prinsip MFN (most-favored nation) dan perlakuan nasional
dirancang untuk mempertahankan perdagangan yang adil, termasuk pada masalah dumping dan subsidi.
Pada intinya, persetujuan ditujukan untuk mendukung kompetisi yang sehat di bidang perdagangan
barang, pertanian, hak atas kekayaan intelektual dan jasa.
Para ahli ekonomi dan pembangunan mengakui bahwa sistem WTO dapat memberikan kontribusi pada
pembangunan. Persetujuan-persetujuan WTO juga memuat aturan mengenai fleksibilitas yang diberikan
kepada negara-negara berkembang dalam menerapkan ketentuan-ketentuan WTO. Bahkan
persetujuan-persetujuan tersebut juga memuat ketentuan yang memungkinkan negara-negara paling
terbelakang (Least Developed Countries/LDCs) mendapatkan bantuan khusus serta konsesi dagang
seperti halnya peraturan-peraturan GATT. Pada akhir Putaran Uruguay, negara-negara berkembang
seperti halnya negara-negara maju, telah siap menjalankan persetujuan-persetujuan WTO walaupun
dengan perbedaan tenggang waktu untuk masa implementasinya. Negara-negara maju juga diharuskan
untuk mempercepat pelaksanaan komitmen akses pasarnya bagi ekspor dari negara berkembang dan
negara berkembang paling terbelakang serta meningkatkan bantuan teknis bagi negara-negara tersebut.
● Meningkatkan Prediktabilitas
Pembentukan sistem perdagangan multilateral merupakan usaha anggota WTO untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang stabil dan dapat diprediksi. Dengan stabilitas dan kebijakan yang diprediksi, maka
investasi dapat dilakukan, lapangan pekerjaan diciptakan dan konsumen dapat memperoleh keuntungan
dari sistem kompetisi yang fair. Contoh perdagangan multilateral ini mencoba untuk meningkatkan
prediktabilitas dan stabilitas perdagangan internasional. Salah satu cara adalah dengan mengurangi
penggunaan kuota untuk membatasi impor. Cara lain adalah dengan meningkatkan transparansi
peraturan perdagangan suatu negara. Melalui sistem ini, dapat pula dapat dibuat suatu aturan
perdagangan yang jelas dan transparan. Pemantauan secara regular kebijakan nasional perdagangan
melalui mekanisme peninjauan kebijakan perdagangan (Trade Policy Review Mechanism), merupakan
suatu sarana untuk meningkatkan keterbukaan baik pada tingkat domestik maupun tingkat multilateral
https://www.kompasiana.com/muhamat50930/5bc87821c112fe6b49170bd5/pengaruh-wto-dalam-per
dagangan-internasional?page=all
Istilah Politik Dumping ini memang mempunyai konotasi negatif karena bisa membuatkan
persaingan yang tidak sehat di pasar. Mengacu pada salah satu contoh macam-macam perjanjian
internasional, yaitu pada Pasal VI Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (GATT), tindakan dumping ini
sebenarnya tidak dilarang, kecuali jika sudah mengakibatkan terjadinya kerugian terhadap industri di
dalam negeri yang juga memproduksi barang yang sama, mengancam terjadinya kerugian terhadap
industri di dalam negeri terkait produk yang sama, atau menghalangi perkembangan industri barang
yang sama di dalam negeri.
Dalam pasal ini juga dijabarkan tiga metode yang bisa digunakan untuk mengetahui harga normal atas
suatu produk. Metode yang paling utama digunakan adalah dengan melihat harga barang yang sama di
pasar domestik pengekspor. Jika metode pertama ini tidak berhasil, maka dua metode lain dapat
digunakan, yaitu dengan melihat harga yang dibebankan pengekspor di negara tujuan atau dengan
menggabungkan biaya produksi di negara pengekspor, biaya-biaya lain dan batas keuntungan normal.
Sebenarnya politik dumping ini tidak selalu bisa dilakukan.
ADA BEBERAPA SYARAT YANG HARUS DIPENUHI AGAR POLITIK DUMPING BISA DITERAPKAN.
SYARAT-SYARAT TERSEBUT, YAITU:
Permintaan terhadap barang yang diproduksi di dalam negeri kurang elastis dibandingkan dengan di luar
negeri yang memiliki kondisi pasar persaingan sempurna.
Konsumen di dalam negeri tidak mungkin membeli produk tersebut di luar negeri.
Jika syarat-syarat di atas terpenuhi, maka politik dumping memungkinkan untuk diterapkan. Adapun
politik dumping yang bisa diterapkan ada tiga macam, terbagi berdasarkan tujuan atau latar belakang
politik dumping tersebut dilakukan. Berikut Ini Adalah Tiga Jenis Kebijakan Politik
Dumping Beserta Contohnya Yang Pernah Terjadi Di Aktivitas Perdagangan
Dunia:
Persistent Dumping
Persistent dumping adalah praktik dumping yang dilakukan atas kecenderungan sebuah negara
melakukan tindakan monopoli yang berkelanjutan dari suatu perusahaan di pasar domestik. Tujuan dari
dilakukannya persistent dumping ini adalah untuk mendapatkan laba maksimal dengan cara
menetapkan harga yang lebih tinggi di pasar domestik dibandingkan pasar luar negeri. Contoh dari
persistent dumping misalnya di negara Jepang barang-barang elektronik produksi dalam negeri dijual
dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan tidak ada kompetisi asing dalam industri elektronik
Jepang. Sementara itu, barang-barang elektronik ini dijual dengan harga lebih rendah di Amerika atau
negara-negara lain untuk menjaga market share produk tersebut.
Predatory Dumping
Predatory dumping adalah tindakan perusahaan yang menjual hasil produksinya dengan harga yang
lebih rendah dalam jangka waktu tertentu. Tujuan dari predatory dumping ini adalah untuk memaksa
perusahaan lain turut menurunkan harga jualnya juga menjadi lebih rendah hingga pada batas
perusahaan lain itu tidak lagi mampu sehingga mengalami kebangkrutan dan keluar dari persaingan.
Setelah pasar dikuasai, maka perusahaan tersebut akan memonopoli pasar dan kembali menaikkan
harga jual barang seperti semula hingga tidak ada kompetitor lain untuk bisa memaksimalkan laba yang
didapatnya. Predatory dumping ini bisa jadi merupakan contoh era baru kapitalisme di zaman modern.
Contoh politik dumping predatory ini misalnya perusahaan Hitachi yang dituduh melakukan praktik
predatory dumping untuk chip yang bernama EPROM (Electrically Programmable Read Only Memory).
Selain Hitachi, ada juga kasus predatory dumping yang dituduhkan oleh Zenith USA kepada pabrik
televisi Jepang yang membuat penagihan yang salah serta potongan harga tersembunyi untuk memberi
harga perangkat televisi yang lebih murah di pasar Amerika. Zenith berargumen hal tersebut adalah
strategi untuk membuat perusahaan Amerika keluar dari persaingan agar pabrik Jepang bisa
memonopoli pasar.
Sporadic Dumping
Sporadic dumping adalah kebijakan perdagangan sebuah perusahaan untuk menjual produk hasil
produksi ke luar negeri dengan harga lebih rendah secara acak atau sporadic dibandingkan harga jual di
dalam negeri. Sporadic dumping ini dilakukan biasanya untuk mengatasi adanya kelebihan produksi di
dalam negeri dengan melikuidasi kelebihan stok yang terkadang terjadi. Sebagai contoh dari sporadic
dumping ini adalah petani Asia yang membuang anak-anak ayam ke laut karena produksi yang terlalu
banyak. Namun, metode lain pun dilakukan yaitu dengan ‘membuang’ suplai yang berlebih tersebut ke
pasar asing dimana produk tersebut biasanya tidak dijual.
Selain contoh-contoh politik dumping di atas, masih ada contoh politik dumping lainnya yang pernah
terjadi di Indonesia dalam rangka menjalankan peran indonesia dalam hubungan internasional di bidang
perdagangan internasional. Misalnya saja kasus tuduhan praktik dumping yang dilakukan oleh Indonesia
pada sengketa produk kertas dengan Korea Selatan. Dalam kasus ini, Indonesia sebagai negara yang
turut mengikuti perdagangan internasional sekaligus anggota WTO (World Trade Organization), pernah
dituduh melakukan praktik dumping pada produk kertas yang dijual ke Korea Selatan.
Pada mulanya, industri kertas di Korea Selatan membuat petisi anti dumping terhadap produk kertas
Indonesia kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002. Produses kertas yang
dikenakan tuduhan adalah PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk., PT. Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas
Tjiwi Kimia Tbk., dan April Pine Paper Trading Pte. Ltd. Ada 16 jenis produk kertas Indonesia yang dikenai
tuduhan dumping tersebut, dimana produk-produk ini termasuk dalam jenis uncoated paper and paper
board used for writing, printing or other graphic purpose, serta carbon paper, self copy paper and other
copying atau transfer paper.
Dalam penyelesaian sengketa dumping ini, Indonesia melakukan konsultasi dengan Korea Selatan yang
selanjutnya berlanjut dengan Pembentukan Panel sebagai dampak dari tidak bisa diraihnya kesepakatan
atau titik temu dalam konsultasi tersebut. Dalam menjalankan fungsi WTO, DSB WTO kemudian
membuat pernyataan bahwa Korea Selatan telah melanggar ketentuan dalam persetujuan anti dumping
dalam mengenakan bea masuk anti dumping terhadap produk kertas yang diekspor Indonesia. DSB WTO
juga menyatakan bahwa KTC terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus sengketa ini. Tidak hanya itu,
DSB WTO juga membuat rekomendasi supaya Korea Selatan meninjau kembali kebijakannya
mengenakan BMAD terhadap produk kertas dari Indonesia serta melakukan penyesuaian sesuai dengan
kewajiban-kewajiban yang telah diatur dalam perjanjian WTO. Selain itu, ada juga contoh politik
dumping lainnya yang terjadi di Indonesia. Contohnya adalah sebagai berikut:
Pada penjualan handphone dengan merek Xiaomi yang memiliki harga lebih murah di Indonesia
dibandingkan harga jual Xiaomi di negara asalnya yaitu Cina.
Kegiatan ekspor sutera dari Cina ke India dengan harga murah, padahal India juga merupakan negara
penghasil sutera.
Dominasi terigu Turki di Indonesia pada tahun 2009 akibat harga terigu yang diimpor dari Turki lebih
murah.
Penjualan ban dari Cina di Amerika dengan harga lebih murah dibanding harga pasar di Amerika.
Jepang yang menjual produk mobil, motor, dan alat-alat elektronik lainnya dengan harga mahal di dalam
negeri, namun sangat murah di luar negeri. Tujuan Jepang melakukan hal ini bisa karena untuk
mengatasi produksi yang berlebihan, menguasai pasar luar negeri dan untuk mencapai target
pemasaran dan penjualan.
Cina menjual produk karpet di Indonesia dengan harga lebih rendah dibandingkan harga jual karpet
produksi Indonesia sendiri.
Contoh-contoh politik dumping di atas menyadarkan kita bahwa perdagangan internasional tidak selalu
berdampak baik untuk sisi perekonomian dalam negeri. Persaingan yang tidak sehat, jika tidak diawasi
dan ditangani dengan tepat, dapat justru mengganggu produk dalam negeri untuk menjadi tuan rumah
di negara sendiri dan menjadi contoh ancaman non militer di bidang ekonomi. Kita sebagai konsumen
pun sebaiknya lebih bijak dalam memilih produk untuk dibeli. Tidak hanya dengan mempertimbangkan
harga, tapi hendaknya juga mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.
Terlebih salah satu isi dalam fungsi Garis Besar Haluan Negara dalam hal hukum keuangan negara adalah
untuk mengembangkan ekonomi global dengan mengoptimalkan industri kecil untuk menunjang
keuangan negara. Demikian pembahasan mengenai contoh politik dumping dengan jenis-jenis dumping
yang ada di perdagangan internasional. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!
https://guruppkn.com/contoh-politik-dumping
Tujuan Dumping
Tujuan dari dumping menuju pada politik untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan cara mendiskriminasi harga yaitu dengan cara menjual atau melakukan ekspor produk ke negara
lain dengan menyetujui harga yang murah atau lebih rendah dari harga yang dijual di negara
pengeskport atau negara lain.
Jenis-Jenis Dumping
Pada umumnya perdagangan melakukan dumping pada perdagangan internasional dibagi menjadi tiga
jenis antara lain:
1. Pembuangan Sporadis
Sporadis dumping yaitu dumping yang sifatnya sporadis. Dumping ini diluncurkan dengan menjual
barang ke luar negeri dengan waktu cepat / cepat. Tujuan dumping sporadik adalah untuk mencegah
penumpukan barang di pasar domestik karena kelebihan produksi di pabrik menghasilkan di eksport
dengan harga yang murah. Hal itu tentu saja akan menarik perdebatan harga di waktu tertentu oleh
produsen yang untuk dapat menjual produk di luar negeri.
2. Pembuangan Terus-menerus
Dumping persistent merupakan penjualan dumping yang dilakukan dengan terus menerus dan
diselesaikan. Jenis dumping ini dinamakan juga perbandingan harga Internasional. Dumping ini
dijalankan oleh para produsen barang-barang yang memiliki pasar monopolistik dalam negeri yang lebih
menguntungkan dari yang dijual di pasar domestiknya. Membuang ini bisa berjalan lama karena ada
perbedaan antara negara importir dan mengekspor.
3. Pembuangan Predator
Pembuangan predator memiliki tujuan untuk melumpuhkan para pendukung. Sesudah motivasi
tumbang, ganti rugi dumping ini akan menaikan harga barangnya sesuai kemauannya. Dengan seperti
itu, perdagangan bisa dimonopoli dan diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama sebelumnya yang
lebih dulu menimbulkan kerugian dalam jangka pendek.
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/03/pengertian-dumping-tujuan-jenis-jenis.html
Sebagai strategi persaingan yang disetujui tidak sehat, harus disetujui praktik dumping memang
menguntungkan sekaligus merugikan. Adapun keuntungan dari praktik dumping dapat
diuraikan sebagai berikut.
Memenuhi kebutuhan akan produk atau perdagangan antar-negara. Ada negara yang harus
memperbaiki produksi yang akan bersaing tertentu, jadi untuk mencukupi disetujui di dalam negerinya
harus dilakukan impor.
Di sisi lain, ada negara yang meningkatkan surplus produksi sehingga hanya memenuhi kebutuhan pasar
dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri melalui kegiatan ekspor. Penjualan ke pasar luar negeri
dengan harga murah dan selalu merupakan cara dumping dengan konotasi negatif. Adanya perbedaan
pasar antara negara importir dengan eksportir bisa jadi mempengaruhi harga jual yang lebih murah.
Dapat diedit dan diperbesar. Tak bisa dipungkiri banyak pemain dalam sektor ekonomi, dirilis distribusi
internasional. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat, sehingga sulit untuk meningkatkan dan
meningkatkan pasar.
Praktik dumping Lebih murahnya harga produk yang ditawarkan ke pasar luar negeri mampu menarik
perhatian importir untuk ikut terlibat dalam transaksi dagang internasional.
Menambah Pendapatan untuk Negara Ekspor. Pembayaran produk dalam perdagangan internasional
dilakukan dengan mata uang asing. Praktik dumping yang mampu meningkatkan pasar, mengumpulkan
semakin banyak devisa atau mata uang yang diperoleh atau masuk ke negara eksportir.
Meski memiliki keuntungan, namun praktik dumping juga berisiko kehilangan. Sebenarnya kerugian dari
praktik dumping ini tidak hanya menyerang negara importir saja, tetapi juga eksportir.
Menumbangkan produsen-produsen mendukung baik di dalam maupun luar negeri. Praktik dumping
yang disetujui sebagai wujud dari persaingan tidak sehat dapat dibuat untuk menunjang bisnis baik di
dalam maupun di luar negeri. Harapannya, dengan menjual produk ke pasar internasional dengan harga
lebih rendah, perusahaan mengekspor mampu memenangkan pasar.
Eksportir terancam bangkrut. Sebenarnya kerugian dari praktik dumping ini tidak hanya diterima oleh
produsen di negara importir saja, tetapi juga perusahaan eksportir. Penjualan produk yang ditawarkan
dengan harga yang lebih rendah tidak mampu menutup biaya produksi yang dikeluarkan.
Dugaan praktik dumping pernah terjadi dalam perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan.
Korea Selatan menuduh Indonesia melakukan dumping dalam penjualan produk kertas. Kasus dugaan
dumping tersebut bermula kompilasi produsen kertas Korea Selatan tidak mampu memasok kebutuhan
dalam negeri, sehingga memungkinkan dari Indonesia.
Produk kertas Indonesia lebih digemari daripada produk dalam negeri, karena selain kualitasnya lebih
bagus daripada lebih murah. Penyebab dianggap Korea Selatan kemudian menuduh Indonesia
melakukan dumping. Untuk mengatasinya, Korea Selatan memberlakukan tarif BMAD yang cukup tinggi
sehingga bertentangan dengan produsen eksportir di Indonesia. Tak tinggal diam, Indonesia kemudian
mengajukan gugatan ke mahkamah internasional. Hasilnya, Indonesia menang atas gugatan tersebut.
Indonesia sendiri mengeluarkan praktik dumping dengan membuat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.
Negara membuang dumping sebagai upaya untuk menciptakan kompetisi yang sehat dan adil.
Perusahaan eksportir tidak dapat membuka harga, karena penetapan harga jual produk ekspor harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, larangan dumping juga ditawarkan untuk melindungi
harga produk di pasar dalam negeri.
Meskipun masuk dalam sektor ekonomi, namun praktik dumping dalam perdagangan internasional ini
juga bernuansa politis. Negara-negara yang melakukan dumping umumnya ingin memahami pasar luar
negeri, mencapai target pemasaran, dan menghindari penimbunan barang alias cuci gudang. Bagi
mereka, menjual barang dengan harga murah akan lebih menguntungkan dibandingkan hanya
menimbunnya dan tidak menghasilkan uang. Sebagai negara-negara yang pernah melakukan dumping di
Jepang, Singapura, dan Cina.
Apapun alasannya baik ekonomi maupun politik, praktik dumping dalam perdagangan internasional
meminta suatu tindakan yang dibenarkan. Selain merugikan juga bisa memperbaiki kerusakan pada
harga baik di dalam maupun luar negeri. Tak hanya itu, dumping juga bisa bersaing dan tidak sehat.
https://www.simulasikredit.com/untung-rugi-praktik-dumping-dalam-perdagangan-internasional/