Anda di halaman 1dari 32

Analisa Data Curah Hujan

Data Curah Hujan Harian


Dalam menentukan curah hujan bulanan maksimum untuk masing-
masing stasiun Singosari, stasiun Pakis, stasiun Ciliwung dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pada tabel curah hujan harian dari masing-masing stasiun yang
ada, dicari titik hujan yang tertinggi tiap bulan.
2. Maka akan didapatkan curah hujan bulanan maksimum pada
masing-masing stasiun.
3. Hal tersebut dilakukan pada tiap-tiap tahun antara tahun 1982-
2002.

Data Curah Hujan Tahunan


Dalam menentukan curah hujan tahunan untuk masing-masing stasiun
memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Dari stasiun yang ada cari titik tertinggi pada masing-masing
tahun.
2. Lakukan pula pada stasiun-stasiun yang lain.
3. Maka akan didapatkan curah hujan bulanan pada masing-masing
stasiun.
4. Lakukan hal tersebut pada tiap-tiap tahun dengan antara periode
1982-2002.

Hasil dari pengolahan diatas dapat dilihat pada tabel


DATA CURAH HUJAN HARIAN STASIUN
Tahun Tanggal Bulan sta. Pakis sta. Singosari sta. Ciliwung
23 april 103 50 0
1982 23 desember 0 105 0
3 januari 0 0 95
1983 10 februari 123 66 97
11 januari 34 86 15
7 desember 6 10 99
1984 5 desember 115 0 6
11 januari 60 86 12
14 februari 8 1 78
1985 28 mei 108 9 0
8 maret 52 77 9
27 maret 42 27 114
1986 25 januari 104 40 0
12 februari 23 56 40
15 november 0 35 115
1987 21 desember 98 3 0
2 maret 0 142 24
4 februari 0 44 99
1988 21 januari 96 7 0
31 januari 56 83 0
31 desember 37 29 110
1989 1 desember 95 0 0
4 maret 0 71 0
15 desember 0 0 94
1990 3 jan 95 67 16
24 mei 6 68 0
24 januari 22 29 99
1991 5 februari 87 18 0
12 april 0 98 31
7 januari 15 61 80
1992 19 januari 91 98 43
24 desember 42 115 28
21 januari 23 21 114
1993 9 februari 83 19 6
4 januari 20 115 14
1 desember 31 6 95
1994 27 mei 78 0 0
10 januari 10 77 15
9 januari 23 77 125
1995 5 desember 92 37 37
13 januari 17 127 84
13 januari 17 127 84
1996 26 oktober 145 0 8
19 november 77 85 0
26 maret 9 0 78
1997 9 desember 118 0 45
13 februari 60 74 6
14 januari 8 27 105
1998 26 maret 92 1 43
7 februari 38 108 35
27 april 22 0 78
1999 11 april 84 69 0
7 april 15 102 8
7 desember 55 9 125
2000 7 januari 127 0 0
11 desember 32 125 0
10 november 43 0 83
2001 6 februari 158 10 33
21 januari 3 80 64
26 maret 47 20 97
2002 19 november 101 0 0
21 februari 0 89 63
18 maret 0 9 96

DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM PER TAHUN


Tahun sta. Pakis sta. Singosari sta. Ciliwung
1982 103 105 95
1983 123 86 99
1984 115 86 78
1985 108 77 114
1986 104 56 115
1987 98 142 99
1988 96 83 110
1989 95 71 94
1990 95 68 99
1991 87 98 80
1992 91 115 114
1993 83 115 95
1994 78 77 125
1995 92 127 84
1996 145 85 78
1997 118 74 105
1998 92 108 78
1999 127 102 125
2000 158 125 83
2001 158 80 97
2002 101 89 96
Uji Konsistensi
Rumus :
Y = Ax + B
Dimana :
Y : Variabel tidak bebas ( dapat memperngaruhi persamaan )
X : Variabel bebas
A : Intersep dari garis sumbu Y
B : jumlah perubahan Y untuk setiap perubahan X

Contoh perhitungan :

UJI KONSISTENSI I

- Data Sta.1 dibandingkan dengan data Sta.2-3


1991  Kumulatif Sta.1 tahun 1991 = 1330.00
 Y Sta.1 tahun 1992 = 1260.0
 Kumulatif Sta.2-3 tahun 1991 ( x ) = 117.50
 Nilai A = 1.0602 ( didapat dari persamaan regresi )
B = 105.96 ( didapat dari persamaan regresi )
Y = Ax + B
Y = 1.0602 (117.50 ) + 105.96
= 1354,3
Sta 1 = 1354,3 – 1260,0
= 94.4

- Data Sta.2 dibandingkan dengan data Sta.1-3


1991  Kumulatif Sta.2 tahun 1991 = 1195.00
 Y Sta.2 tahun 1992 = 1052.66
 Kumulatif Sta.1-3 tahun 1991 ( x ) = 1195.00
 Nilai A = 0.9438 ( didapat dari persamaan regresi )
B = 8.8149 ( didapat dari persamaan regresi )

Y = Ax + B
Y = 0.9438 (1195.00) + 8.8149
= 1136.6559
Sta 2 = 1136.6559– 1052.66
= 84.0

- Data Sta.3 dibandingkan dengan data Sta.1-2


1991  Kumulatif Sta.3 tahun 1991 = 1160.00
 Y Sta.3 tahun 1992 = 1061.90
 Kumulatif Sta.1-2 tahun 1991 ( x ) = 1165.00
 Nilai A = 0.9912 ( didapat dari persamaan regresi )
B = 5.2768 ( didapat dari persamaan regresi )
Y = Ax + B
Y = 0.9912 (1165.00) + 5.2768
= 1160.02
Sta 3 = 1160.02– 1061.90
= 98.1

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam tabel

DATA AKHIR KONSISTENSI

Sta. 2 Sta. 3
Tahun Sta. 1 Pakis
Singosari Ciliwung
1982 106 93 94
1983 98 120 118
1984 87 114 140
1985 101 119 113
1986 91 80 99
1987 128 105 95
1988 102 105 114
1989 87 83 108
1990 89 96 77
1991 94 84 98
1992 121 97 102
1993 111 79 92
1994 108 92 81
1995 111 89 82
1996 86 97 89
1997 95 93 134
1998 99 103 79
1999 120 105 92
2000 110 91 100
2001 200 114 104
2002 98 93 103

Uji Homogenitas
Rn
TR = x TR sebagai ordinat, dimana :
R
N = jumlah tahun data sebagai absis
Rn = Hujan tahunan dengan periode ulang n tahun.
R = curah hujan rata-rata.
TR = Periode ulangnya R
Untuk mencari Rn dengan analisa frekuensi didapat garis regesi sbb:
1
Rn =   . y

Dimana:
R = curah hujan harian maksimum.
y = variasi reduksi
1
  R  . yn

1 SD
=
 Sn

Contoh Perhitungan :
Sta 1 :
R = 106.76 mm/hari

 Ri  R 
2

SD =
n 1
11917.81
=
21  1
= 25.045
Dari tabel : N = 21  Sn = 1.0696
Yn = 0.5252
1 SD
=
 Sn
25.025
= = 23.415
1.0696
1
 = R .Yn

= 106.55 – 23.415 (0.5252)
= 94.502

Jadi persamaan regresi sebagai berikut :


1
R =+ .Y

= 94.502 + 23.415 Y

PUH (Periode Ulang Hujan) = 5 tahun


TR = 3

Dari grafik gumbel diperoleh


R5 = 130.317
R5
TR = xT R
R
130.317
= x3
106.76
= 3.052

Jadi Koordinatnya (N, TR)  (21, 3.052)


Dari grafik homogenitas, koordinat (21,3.052) masuk dalam grafik sehingga
data menjadi homogen. Untuk perhitungan diatas saluran kwarter
menggunakan kala ulang 10 tahun dan menghasilkan koordinat (N,TR) =
(21,3.281) masuk dalam grafik

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

Analisa Curah Hujan


Perhitungan Curah hujan daerah dilakukan apabila data pada studi
kelayakan dinyatakan valid atau memenuhi kelayakan. Pada perencanaan ini
yang digunakan ialah metode Rata-rata Aljabar, Karena dalam hal ini
penyusun kesulitan dalam memperoleh stasiun yang ada pada peta kontur
untuk daerah tersebut sehingga menggunakan perhitungan hujan rata-rata
Aljabar. Dalam hal ini perhitungan rata-rata hanya berlaku untuk suatu
waktu hujan tertentu. Untuk menentukan banjir terbesar kita harus memilih
kombinasi hujan-hujan pada saat tertentu yang menghasilkan hujan rata-rata
terbesar.

Curah Hujan Daerah


R=
1
R1  R 2  ...  Rn 
n
dimana :
R = curah hujan daerah (mm)
R1,R1,…,Rn = Curah hujan tiap titik pengamatan
n = Jumlah titik pengamatan
Contoh Perhitungan :
- Tahun 1982
Sta 1 Pakis = 106 mm
Sta 2 Singosari = 93 mm
Sta 3 Ciliwung = 94 mm

Curah hujan daerah = 106  93  94 


1
3
= 97.72 mm

- Tahun 1983
Sta 1 Pakis i = 98 mm
Sta 2 Singosari = 120 mm
Sta 3 Ciliwung = 118 mm
Curah hujan daerah = 98  120  118 
1
3
= 112.12 mm
- Tahun 1984
Sta 1 Pakis = 87 mm
Sta 2 Singosari = 114 mm
Sta 3 Ciliwung = 140 mm
Curah hujan daerah = 87  114  140 
1
3
= 113.64 mm
Setiap tahun dihitung sehingga menghasilkan tabel curah hujan
sebagai berikut:
Tabel : Curah Hujan Rata-rata Daerah
Stasiun Pengamatan Hujan
Rata-rata
Tahun Sta 1 Sta 2 Sta 3
Daerah
Pakis Singosari Ciliwung (mm)
1982 106 93 94 97.72
1983 98 120 118 112.12
1984 87 114 140 113.64
1985 101 119 113 111.22
1986 91 80 99 90.00
1987 128 105 95 109.38
1988 102 105 114 107.18
1989 87 83 108 92.85
1990 89 96 77 87.05
1991 94 84 98 92.16
1992 121 97 102 106.74
1993 111 79 92 93.94
1994 108 92 81 93.31
1995 111 89 82 94.26
1996 86 97 89 90.78
1997 95 93 134 107.22
1998 99 103 79 93.75
1999 120 105 92 105.59
2000 110 91 100 100.32
2001 200 114 104 138.99
2002 98 93 103 98.18

Sx =  Log xi  Log x ²
n 1
0.0454
=
21  1
= 0.047629
n. Log xi  Log x ³
Cs =
n  1n  2.Sx³
23 x0.0022
=
21  121  2.x0.047629 ³
= 1.148483
Harga Cs mempunyai nilai positif, dari tabel Nilai-nilai Distribusi Log-
Pearson III dengan cara interpolasi :
PUH 10 tahun
1 1
P = x 100 % = x 100 %
Tr 10
= 10%
Cara interpolasi untuk memperoleh harga X
Cs 10 %
1.1 1.341
1.148483 X
1.2 1.340

 1.340  1.341  
X = 1.341 +  .1.148483  1.1
 1.2  1.1  
= 1.3389
Log X = Log x + X. Sx
= 2.0049+ 1.3389 x 0.0476
= 2.0687
X = 102.0687
= 117.125 mm
B. Metode Gumbel
Yt  Yn
XT  X  Sx ………..(Subarkah, 1980) dimana,
Sn
X = Curah hujan rata-rata
Yt = Simpangan tereduksi kala ulang
= -ln [-ln{(Tr – 1)/Tr}] dengan Tr = Kala ulang
Yn = Simpangan rata-rata tereduksi (tabel)
Sn = Simpangan baku tereduksi (tabel)
Sx = Simpangan baku

Sx 
 Xi  X  ²
n 1
Rentang keyakinan (Rk) dihitung sebagai berikut ( Subarkah, 1980)
Yt  Yn
K
Sn
b  1  1.3K  1.1K ²
Sx
Se  b.
n
Rk = + t(a) . Se Nilai t(a) berasal dari tabel.
Jadi curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu, yaitu :
X = XT + Rk
CURAH HUJAN RANCANGAN METODE GUMBEL

Tahun Xi (mm) Xi - X (Xi - X)²

(1) (2) (3) = (2) - X (4) = (3)²


1982 97.72 -3.84 14.8
1983 112.12 10.56 111.4
1984 113.64 12.08 145.8
1985 111.22 9.66 93.2
1986 90.00 -11.56 133.7
1987 109.38 7.82 61.1
1988 107.18 5.62 31.5
1989 92.85 -8.71 75.9
1990 87.05 -14.51 210.7
1991 92.16 -9.40 88.4
1992 106.74 5.18 26.8
1993 93.94 -7.62 58.1
1994 93.31 -8.25 68.1
1995 94.26 -7.30 53.3
1996 90.78 -10.78 116.3
1997 107.22 5.66 32.0
1998 93.75 -7.81 61.1
1999 105.59 4.03 16.2
2000 100.32 -1.24 1.5
2001 138.99 37.43 1400.7
2002 98.00 -3.56 12.7

Jumlah 2136.40 2812.3

101.56
X

n = 21 (jumlah data)
PUH = 10 Tahun
Sn (tabel) = 1.0692
Yn (tabel) = 0.5252
2812 .3
Sx  = 11.858
21  1
Yt = -ln [-ln{(10 – 1)/10}]
= 2.2502
2.2502  0.5252
X T  101.56  (11.858)
1.0692
= 120.688 mm
Tabel : Curah Hujan untuk berbagai kala ulang

Kala
Ulang n Sx Yn Sn Yt K XT
(Tr)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (6-4)/(5) (8) = X + (7).(3)
5 21 11.858 0.5252 1.0696 1.4999 0.9113 112.370
10 21 11.858 0.5252 1.0696 2.2502 1.6128 120.688
25 21 11.858 0.5252 1.0696 3.1985 2.4993 131.201

Jadi curah hujan rancangan dengan periode ulang 10 tahun, yaitu :


X = 120.688 mm
C. Metode Iwai
Rumus :
1
log( x  b)  log( x0  b)   .
c
dimana :  adalah variabel normal, ( Tabel 2.6 )
log xo  b   xo adalah harga rata-rata dari log (xi + b).

Tabel 3.17 CURAH HUJAN RANCANGAN METODE IWAI

Tahun xi (mm) Log xi (xi + b) Log (xi + b) (Log (xi + b))²

(1) (2) (3) (4) = (2) + b (5) = log(4) (6) = (5)²

2001 138.99 2.1430 99.6 1.9984 3.993738


1984 113.64 2.0555 74.3 1.8709 3.500299
1983 112.12 2.0497 72.8 1.8619 3.466760
1985 111.22 2.0462 71.9 1.8565 3.446695
1987 109.38 2.0389 70.0 1.8453 3.405018
1997 107.22 2.0303 67.9 1.8317 3.354997
1988 107.18 2.0301 67.8 1.8314 3.353956
1992 106.74 2.0283 67.4 1.8286 3.343728
1999 105.59 2.0236 66.2 1.8211 3.316481
2000 100.32 2.0014 61.0 1.7851 3.186495
2002 98.18 1.9920 58.8 1.7696 3.131507
1982 97.72 1.9900 58.4 1.7661 3.119234
1995 94.26 1.9743 54.9 1.7396 3.026291
1993 93.94 1.9728 54.6 1.7371 3.017415
1998 93.75 1.9720 54.4 1.7355 3.012123
1994 93.31 1.9699 54.0 1.7321 3.000087
1989 92.85 1.9678 53.5 1.7284 2.987221
1991 92.16 1.9646 52.8 1.7227 2.967700
1996 90.78 1.9580 51.4 1.7112 2.928068
1986 90.00 1.9542 50.6 1.7045 2.905395
1990 87.05 1.9398 47.7 1.6785 2.817222

Jumlah 42.1024 37.5561 67.280428

1 n
Log xo
=  log xi
n i 1
Log xo
= 2.0049
xo = 101.1296

Perhitungan b dengan xs .xt  xo2


persamaan : bi 
2 xo  ( xs  xt )
n
m= 10

m= 2

xs . xt - 2xo - (xs +
No. xs xt xs . xt xs + xt bi
xo² xt)
1 138.99 87.05 12098.9 226.04 1871.74 -23.781 -78.707
2 113.64 90.00 10227.2 203.64 0.00 -1.377 0.000

Jumlah -78.707
1 n
b=  bi
m i 1

b = -39.353
harga x o dan x 2
1 n
xo   log( xi  b)
n i 1

xo  1.7884

1 n
x2  
n i 1
{log( xi  b)} 2

x2  3.2038
1 2n
harga  .( x 2  x o2 )
c n 1

= 0.107451276
Rumus Iwai :
1
log( x  b)  log( x 0  b)   .
c
1
log( x  b)  xo   .
c

Karena tahun maka


T = 10 = 0.9062

log (x + b) = 1.885760418
(x + b) = 76.871
x= 76.871 -b
x= 116.224 mm
Metode PUH Curah Hujan Harian Maksimum
(Tahun) (mm)
LOG-PEARSON III 10 117.125
GUMBLE 10 120.688
IWAI 10 116.224

Dari ketiga metode diatas maka untuk perhitungan selanjutnya


menggunakan curah hujan rancangan yang terbesar sebagai faktor keamanan
dengan PUH 10 Tahun yaitu metode Gumbel sebesar 120.688 mm
Intensitas Curah Hujan
Rumus Mononobe
2/3
R  24 
I = 24   ..... ( Subarkah, 1980)
24  t 

Dimana : I = Intensitas Hujan (mm/jam).


R24 = Curah Hujan Harian Maksimum (diperoleh dari pengolahan
data hidrologi dengan metode Gumbel )
t = lamanya hujan (jam)
Contoh perhitungan :
No.1
t = 5 menit
2/3
120 .688  24 
I=  
24  (5 / 60) 
I = 219.30
I.t = 219.30 x 5 = 1096.52
I² = 219.30² = 48094.50
I².t = 48094.50 x 5 = 240472.51
Log t = log 5 = 0.70
Log I = log 219.30 = 2.34
Logt . log I = 0.70 x 2.34 = 1.64
(log t)² = (0.70)² = 0.49
t = 5 = 2.24
It = 219.30 x 2.24 = 490.38
I²t = 48094.50 x 2.24 = 107542.58
Dalam mempelajari Intensitas Curah Hujan pada setiap kejadian, ada
beberapa persamaan matematik antara lain (Suyono, 1999):
1. Cara Prof. Sherman (1905)
a
I
tn
[logI ].[(log t )²]  [log t.log I ].[log t ]
loga =
N .[(log t )²]  [log t ].[log t ]

[logI ].[log t ]  N .[log t. log I ]


n =
N .[(log t )²]  [log t ].[log t ]
2.Cara Prof. Talbot (1881)
a
I 
t b
[ I .t ][ I ²]  [ I ².t ][ I ]
a=
N.[ I ²]  [ I ][ I ]
[ I ][ I .t ]  N [ I ².t ]
b=
N.[ I ²]  [ I ][ I ]
3.Cara Dr. Ishiguro
a
I
t b

[ I . t ][ I ²]  [ I ². t ][ I ]
a=
N .[ I ²]  [ I ][ I ]

[ I ][ I . t ]  N [ I ². t ]
b=
N .[ I ²]  [ I ][ I ]

dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
a = konstanta dari persamaan
t = waktu konsentrasi (menit)
n = konstanta dari persamaan
b = konstanta dari persamaan
Contoh perhitungan

I = 648.19  log t . log I = 17.50


 I.t = 14006.22  (log t)² = 15.27
 I² = 87722.05  t = 40.16
 I².t = 1034417.45  I.t = 2652.21
 log t = 9.86  I² .t = 273514.90
 log I = 13.07
Diketahui :
a. Cara Shearman
[13.07].[15.27]  [17.50.[9.86]
log a 
7.[15.27]  [9.86].[9.86]
a = 641.250503
[13.07].[9.86]  7.[17.50]
n
7.[15.27]  [9.86].[9.86]
641 .251
= 0.66666667  I
t 0.6667

b Cara Talbot
[14006 .22][87722 .05]  [1034417 .45][648.19]
a
7.[87722 .05]  [648.19][648.19]
= 2878.5
[648.19][14006 .22]  7.[1034417 .45]
b
7[87722 .05]  [648.19][648.19]
2878 .5
= 9.5  I
t  9.5

c Cara Dr. Ishiguro


[2652 .21][87722 .05]  [273514 .90].[648.19]
a
7.[87722 .05]  [648.19][648.19]
= 285.540
[648.19][2652 .21]  7.[273514 .90]
b
7.[87722 .05]  [64819 ][648.19]
285.540
= -1.008077  I
t  1.008

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel


Analisa kecocokan rumus intensitas
Contoh perhitungan:
No.1 ; t = 5 menit
I = 219.29
641 .250503
I (sherman) = = 219.29
5 0.6667
|  | (sherman) = 219.29 – 219.29 = 0
2878 .5
I (Talbot) = = 198.82
5  9.5
|| (Talbot ) = |198.82 – 219.29| = -20.47
285.540
I (Ishiquro) = = 232.53
5  1.008
|| (Ishiquro ) = |232.53– 219.29| = 19.23
Analisa kecocokan rumus intensitas
Analisa Data Intensitas PUH 10 Tahun
Intensitas Hujan Deviasi M(s)
No t I Talbot Sherman Ishiguro talbot Sherman Ishiguro
1 5 219.29 198.82 219.29 232.53 -20.47 0.00 13.23
2 10 138.14 147.79 138.14 132.55 9.64 0.00 -5.59
3 15 105.42 117.60 105.42 99.67 12.18 0.00 -5.75
4 30 66.41 72.91 66.41 63.89 6.50 0.00 -2.52
5 45 50.68 52.84 50.68 50.09 2.16 0.00 -0.59
6 60 41.83 41.43 41.83 42.38 -0.40 0.00 0.55
7 120 26.35 22.23 26.35 28.71 -4.12 0.00 2.36

 ([]) 5.50 0.01 1.69


M ([]) 0.54953 0.01 0.169056

Nilai deviasi rata-rata M ([]) adalah 0,01 sehingga perhitungan intensitas


curah hujan dalam perhitungan menggunakan type a) Cara Shearman
641 .251
I
t 0.6667

Tabel 3. 20 : Hubungan Intensitas curah hujan dengan waktu


5 10 15 30 45 60 120
2 181.36 114.25 87.19 54.92 41.92 34.60 21.80
5 204.19 128.63 98.16 61.84 47.19 38.96 24.54
10 219.30 138.15 105.43 66.42 50.69 41.84 26.36
25 238.41 150.19 114.61 72.20 55.10 45.48 28.65
Grafik Intensitas Hujan (IDFC)

300

250
Intensitas curah hujan

200
5 tahun
I(mm/jam)

10 tahun
150 25 tahun
2 tahun

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130

Lamanya curah hujan (t)(menit)

Debit air hujan


Kapasitas pengaliran diperkirakan dengan metode rasional yang
mempunyai rumus sebagai berikut :
1
Q = . C . I . A ..................( Bagio T H,1996)
3,6
Dimana : C = Koefisien pengaliran (tabel 2.9)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (ha).
tc = waktu konsentrasi (menit)
td = lamanya pengaliran dalam saluran (menit)

3.3.1 Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus :
tc = to + td
3.26 (1,1  C ) . Lo1 / 2
to = .....................( Bagio T H,1996)
So1 / 3

Dimana :
to = waktu limpasan (menit)
C = koefisien pengaliran
Lo = panjang limpasan (m)
So = kemiringan daerah limpasan (%)
Ld
td = ..................( Bagio T H,1996)
60 .Vd

Dimana : td = waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir dalam


saluran (menit)
60 = angka konversi, 1 menit = 60 detik
Ld = panjang saluran (m)
Vd = Kecepatan rata – rata dalam saluran (m/detik)

Contoh perhitungan :
No saluran 7 – 9
PUH = 10 tahun
So = - Blok = 0.5 %
- Jalan = 2 %
Lo = - Blok = 16 m (panjang bagian belakang rumah ke saluran)
- Jalan = 4 m (as jalan ke saluran)
Ld = 106 m
C = - Blok = 0.4
- Jalan = 0.7 (aspal)
Vd = 0.74 m/dt (tabel 2.7)
3.26 (1,1  0.4 ) . 161 / 2
to = - Blok = = 11.501 menit
0.51 / 3
3.26 (1,1  0.7) . 61 / 2
- Jalan = = 2.535 menit
21 / 3
106
td = Blok dan jalan = = 2.45 menit
60 x 0.72
tc = - Blok = to + td
= 11.501 + 2.45
= 13.95 menit
tc = - Jalan = to + td
= 2.535 + 2.45
= 4.99 menit
641 .251
I = - Blok = = 110.65 mm/jam
13.95 0.6667
641.251
- Jalan = = 219.74 mm/jam
4.99 0.6667
A = - Blok = Ld x Lo
= 106 x 16
= 1696 m2 = 0,001696 km2
- Jalan = Ld x Lo
= 106 x 6
= 636 m2 = 0,000636 km2

Sehingga debit air hujan yang terjadi pada saluran 7 – 9 :


1
Q = .C.I.A
3,6
1
Q = - Blok = . 0.4 x 110.65 x 0.001696
3,6
= 0.021 m³/dt
= 21 lt/dt
1
- Jalan = . 0.7 x 219.74 x 0.000636
3,6
= 0.027 m³/dt
= 27 lt/dt
Jadi Q total yang mengalir pada saluran 7 - 9 sebesar :
Qtotal = Qblok + Qjalan
= 0.021 + 0.27
= 0.048 m³/dt

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.


Contoh perhitungan :
No saluran 48 – 49
PUH = 10 tahun
So = - Blok = 0.5 %
- Jalan = 2 %
Lo = - Blok = 15 m (panjang bagian belakang rumah ke saluran)
- Jalan = 4 m (as jalan ke saluran)
Ld = 109 m
C = - Blok = 0.4
- Jalan = 0.7 (aspal)
Vd = 0.47 m/dt
3.26 (1,1  0.4 ) . 151 / 2
to = - Blok = = 11.135 menit
0.51 / 3
3.26 (1,1  0.7) . 41 / 2
- Jalan = = 2.070 menit
0.21 / 3
109
td = Blok dan jalan = = 3.87 menit
60 x 0.47
tc = - Blok = to + td
= 11.135 + 3.87
= 115.01 menit
tc = - Jalan = to + td
= 2.070 + 3.87
= 5.94 menit
641.251
I = - Blok = = 105.41 mm/jam
115.010.6667
641.251
- Jalan = = 195.51 mm/jam
5.94 0.6667
A = - Blok = Ld x Lo
= 109 x 15
= 1635 m2 = 0,0016 km2

- Jalan = Ld x Lo
= 109 x 4
= 436 m2 = 0,0004 km2

Sehingga debit air hujan yang terjadi pada saluran 48 - 49 :


1
Q = .C.I.A
3,6
1
Q = - Blok = . 0.4 x 105,41 x 0.0016
3,6
= 0. 019 m³/dt
1
- Jalan = . 0.7 x 195.51 x 0.0004
3,6
= 0.017 m³/dt

Jadi Q total yang mengalir pada saluran 48 - 49 sebesar :


Qtotal = Qblok + Qjalan
= 0.019 + 0. 017
= 0.036 m³/dt

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.


3.4 Debit Air Kotor

Untuk perhitungan Debit air kotor tiap satu saluran harus diketahui
jumlah orang dalam satu rumah dan jumlah kebutuhan tiap orang. Untuk
asumsi dibuat seperti dalam tabel berikut berdasarkan Type rumah :

Type Rumah Jumlah orang Tiap rumah


36/84
40/80
45/104 4
50/104
54/121.5
60/121.5 5
70/150
72/150 6

Jumlah Air Buangan per Orang


Dalam perencanaan diasumsikan, 1 (satu) orang selama 1 (satu) hari
rata-rata membutuhkan air sebanyak 200 liter dalam kurun waktu 9 jam dan
prosentase air yang dibuang 80 % atau sebanyak 4.9.10-6 lt/detik.
0,8.200.0,001
Debit per orang =
9.3600
= 4,9 x 10-6 m3 / detik
dimana :
3600 = Faktor pengali ke satuan detik
0,8 = Prosentase air yang masuk ke saluran
0,001 = Faktor pengali ke satuan m3
200 = Kebutuan air/orang/detik
9 = Waktu pemakaian dalam 1(satu) hari

Contoh perhitungan sebagai berikut :

Blok B 3
Saluran 7 – 9
Type rumah 60/121,5 jumlah rumah 2 buah terdiri dari 10 orang (tiap rumah 5
orang)
Type rumah 40/80 jumlah rumah 9 buah terdiri dari 36 orang (tiap rumah 4 orang)

Debit total = jumlah orang tiap type rumah x Debit per orang
= ( 10 + 36 ) orang x 4,9 x 10-6 m3 / detik
= 0,0002254
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.

Perhitungan Dimensi Saluran


Dimensi yang direncanakan dalam proyek ini berbentuk trapesium.
Perhitungan dimensi saluran dipengaruhi oleh :
1. Debit kumulatif
Debit kumulatif berasal dari debit air kotor dan air hujan saluran itu sendiri
dengan saluran hulu. Perhitungan ini harus melihat arah aliran air.
2. Kecepatan
Kecepatan yang dihasilkan dari pendimensian diharapkan tidak melewati
batas maksimum yang telah diijinkan.
Contoh perhitungan sebagai berikut :
a. Jalur 7 – 9 ( Trapesium )
b. Panjang saluran (Ld) = 106 m
c. Debit kum = debit hujan + debit air kotor + debit hulu (Q 8-7)+(Q 1– 6) +
(Q 5 – 6)
= 0.0.048+ 0.04231+ 0.077+0.0070
= 0.0.17480 m3 /dt
d. Angka koefisien kekasaran Manning = 0.025
e. Jenis saluran = kwarter
f. Rencana Saluran : ( h = 2b )
g. Luas penampang basah (A)
= ( b x h ) + ( mh x h )
= ( b + 2b ) + ( 2/3h x 2b )
= 2b2 + ( 2b x 1,34b )
= 4,68 b2
h. Keliling penampang basah (Lu) = b  2 (hm)²  h²
2
= b  2 (0,67 x2b)²  (2b)
2
= b  2 1,7956 b²  4b
= b  2 5,4956 b²

= b + 4,815 b
= 5,81 b

A
i. Jari-jari hidrolis saluran (R) =
Lu
4,48b 2
=  0,805b m.
5,81b

j. Elevasi titik awal (3) = 96.47


k. Elevasi titik akhir (10) = 996.12
El.awal  El.akhir
l. Kemiringan dasar saluran di lapangan (Sxt) =
Ld
| 96.47  96.12 |
=
106
= 0.003
m. Kecepatan ijin (Vd) = 0.6 m/detik
1 2 / 3 1/ 2
n. Debit yang ada di lapangan (Q) = .R .S A
n
.0.805  .S  4,68b 2
1 2/3 1/ 2
=
0.025
= 161,995 (b)2/3 S1/2
3/8
 Q 
o. Lebar dimensi (b) =  1/ 2 
161,995 xS 
3/8
 0,11980 
=  1/ 2 
161,995 x0,003 
= 0.23 m
p. Tinggi jagaan (w) = 0.375 x 0.45 m =0.17
q. Dimensi akhir yang diperoleh:
Bentuk = trapesium
Lebar (b) = 0.23 m.
Tinggi air = ( 2 b ) = 0.46
Tinggi (H) = h + w
= 0.45+ 0.17 = 0.62 m.
1
Talud (m) =
3 w
r. Kontrol V ( kecepatan)
= 4,68 b2 1
h
= 4,68 ( 0.23)2 m
b
= 0.243 m2
Q 0,1748
r. Vrencana = = = 0.72 m2/dt
A 0.243

Dicoba dengan cara b = h


a Jalur 49 – 52 ( Trapesium )
b Panjang saluran (Ld) = 30 m
Debit kum = 0.07968 m3 /dt
Angka koefisien kekasaran Manning = 0.025
c Jenis saluran = kwarter
d Rencana Saluran : ( h = b )
e Luas penampang basah (A)
= ( b x h ) + ( mh x h )
= ( b + b ) + ( 2/3b x 2b )
= 1,667 b2
f Keliling penampang basah (Lu) = b  2 (hm)²  h²
2
= b  2 (0,67 xb)²  (b)
= b  2 b²  0,4449 b 2
= b + 2,4040 b
= 3,4040 b

A
g Jari-jari hidrolis saluran (R) =
Lu
1,667b 2
=  0,49b m.
3,4040 b

h Elevasi titik awal (49) = 96.50


i Elevasi titik akhir (52)= 96.41
El.awal  El.akhir
j Kemiringan dasar saluran di lapangan (Sxt) =
Ld
| 96.50  96.41 |
=
30

= 0.003
k Kecepatan ijin (Vd) = 0.6 m/detik
1 2 / 3 1/ 2
l Debit yang ada di lapangan (Q) = .R .S A
n
.4,9b .S  1,67b 2
1 2/3 1/ 2
=
0.025
= 41,44 (b)2/3 S1/2
3/8
 Q 
m Lebar dimensi (b) =  1/ 2 
 41,44 xS 
3/8
 0,11980 
=  1/ 2 
 41,44 x0,003 
= 0.28 m
n Tinggi jagaan (w) = 0.375 x 0.28 = 0.11 m
o Dimensi akhir yang diperoleh:
Bentuk = trapesium
Lebar (b) = 0.28 m w
Tinggi air = 0,28 m 1
Tinggi (H) = h + w h
m
= 0.28+ 0.11= 0.39 m
1 b
Talud (m) =
3
r. Kontrol V ( kecepatan)
A = 1,667b2
= 1,667 ( 0.28 ) 2
= 0.135 m2
Q 0,0.07968
s. Vrencana = = = 0.59 m2/dt
A 0.135

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam tabel.


Direncanakan Penampang Persegi empat ( h = 2b )
a Jalur 48 - 49
b Panjang saluran (Ld) = 109 m
c Debit kum = debit hujan + debit air kotor + debit hulu (Q 47-48)+
= 0.036 + 0.000262 + 0.01821
= 0.05447 m3 /dt
d Angka koefisien kekasaran Manning = 0.025
e Jenis saluran = kwarter
f Rencana Saluran : ( h = 2b )
g Luas penampang basah (A)
= bxh
= ( b x 2b )
= 2 b2
h Keliling penampang basah (Lu) = 2 h + b
= (2 x 2b) + b
= 4b + b
= 5b
A
i Jari-jari hidrolis saluran (R) =
Lu
2
2b
=  0.4b m.
5b

j Elevasi titik awal (3) = 96.84


k Elevasi titik akhir (10) = 96.50
El.awal  El.akhir
l Kemiringan dasar saluran di lapangan (Sxt) =
Ld
| 96.84  96.50 |
=
109
= 0.0031

m Kecepatan ijin (Vd) = 0.47 m/detik


1 2 / 3 1/ 2
n Debit yang ada di lapangan (Q) = .R .S A
n
.0,4b .S  b 2
1 2/3 1/ 2
=
0.025
= 43.44 (b)2/3 S1/2
3/8
 Q 
o Lebar dimensi (b) =  1/ 2 
 43,44 xS 
3/8
 0,13901 
=  1/ 2 
 43,44 x0,0031 
= 0.24 m
p Tinggi jagaan (w) = 0.375 x 0.48 m = 0.18 m
q Dimensi akhir yang diperoleh:
Bentuk = kotak
w
Lebar (b) = 0.24 m.
Tinggi air = 0,24 m h H
Tinggi (H) = h + w
= 0.24+ 0.18 = 0.66 m.
1 b
Talud (m) =
3
r. Kontrol V ( kecepatan)
A = b x 2b
= 0.24 x 2.( 0.24)
= 0.116 m2
Q 0,05447
s. Vrencana = = = 0.47 m2/dt
A 0.116

Perhitungan selanjutnya disajikan dalam tabel.

Perhitungan Gorong-gorong ( Lingkaran )


Untuk perhitungan gorong –gorong, perhitungan debit dimbil dari
jumlah debit saluran sebelumnya.

Contoh perhitungan : ( Saluran 6 – 7 )


Q komulatif ( 4-7 ) = Q komulatif ( 1-6 ) + Q komulatif ( 5-6 )
= 0.077 + 0.04231
= 0.120 m3/dt
Rencana saluran :
V = 0.75 m/dt ( dilakukan dengan cara coba-coba untuk memenuhi syarat
S)
Q Q
Ad =  m2
V (0,75)
A = 1/8 (  - sin  ) D2 ............................( SNI 03 – 3424 – 1994 )
= 1/8 ( 4.5 - sin 4,5 ) D2
= 0.553 D2
A = Ad
Q
0.553 D2 =
(0,75)
0,120
D =
0,7.0,553
D = 0.48 m
h = 0,8 D
= 0,8 x 0,48
= 0,39 m
A = 0,553 ( D 2 )
= 0,553 ( 0,48 2 )
= 0,13 m2
P =D
= 0,48 x 4,5
= 2.17 m
A 0,13
R=   0,05925
P 2,17

2
 V .n 
S =  2 
R 3 
2
 0,75.0,015 
=  
 0,05925 
= 0,0055
= 0,55 %
memenuhi syarat gorong – gorong 0,5 % ≤ S ≤ 2 %.........( SNI 03 – 3424 –
1994 )

Keterangan :

D
h

 = besarnya sudut dalam radian ( 4,5 radian )


h = tinggi selokan yang tergenang air ( m )
= 0,8 D
A = Luas penampang basah ( m2 )
P = Keliling basah ( m )
R = Jari – jari hidrolik
V = Kecepatan aliran (m2/dt )
Ad = Luas penampang berdasrkan debit air yang ada ( m 2 )

Perhitugan selanjutnya disajikan pada Tabel !

Anda mungkin juga menyukai