Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS


Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas I

Disusun
Oleh:

KELOMPOK 5

Nurshalina : 16172017
Yusrina : 16172028
Syahrianda : 161720

Pembimbing:
Ns. Syarifah Mastura, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
TAHUN 2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1. Perubahan fisik
2. Pemeriksaan fisik
3. Tanda-tanda bahaya pada Ibu nifas
4. Penanganan

B. Tujuan
Tujuan asuhan masa nifas yaitu :
1. Dapat mengetahui pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Menjaga Kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik
3. Mengeetahui tanda-tanda bahaya pada ibu nifas
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya
dan perawatan bayi sehat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal.
Masa nifas adalah waktu yang dimulai setelah kelahiran placenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
(Prawirohardjo, 2002:122)
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudahnya persalinan terhitung
darisaat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan.
(Depkes RI, 2004:176)
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu.(Muchtar, 1998:115)
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu.(Kapita Selekta Jilid I, 2001:316)

B. Perubahan Fisilogi pada Masa Nifas


Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu:
1. Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,
selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari
ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.

2
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas
implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi
plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
56 hari (minggu) normal 50gr
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post
partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah
dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa
nifas.

3
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post
partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah
normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses
persalinan.
1. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang
kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko
preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi
serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
2) Suhu
Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat
selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat
pada hari kedua samapi hari kesepuluh yang menunjukkan adanya
morbiditas puerperalis.
3) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal selama beberapa jam pertama pascapartum.
Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau
persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi
diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan
mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum
lambat.

4
4) Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita
selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi
seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli
paru.
b. Kepala,wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva
mata, mukosa mulut, adanya pembesaran limfe, pembesaran kelenjar
thiroid dan bendungan vena jugolaris.
c. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai ondikasi keluhan ibu,
atau perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.
Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara, adanya
kolostrum, apakah payudara terisi susu, dan adanya sumbatan ductus,
kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial.
d. Abdomen dan uterus
Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diatesis recti dan
kandung kemih. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, posisi
dan tinggi fundus uteri.
e. Genitalia
Pengkajian perinium terhadap memar, oedema, hematoma,
penyembuhan setiap jahitan, inflamasi. Pemeriksaan type, kuntitas
dan bau lokhea. Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid.
f. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan
atau panas pada betis adanya tanda homan, refleks.
Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada
lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap
lurus. Dorsifleksi kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka
tanda homan positif.

5
2. Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjnag lainnya.

D. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas


1. Petunjuk
a. Susunlah alat secara ergonomis dan mudah dijangkau
b. Bertindaklah dengan lembut dan hati-hati
c. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakkan
penggunaanya
d. Pakailah alat sesuai fungsinya
2. Peralatan
a. Stetoschope
b. Spignomanometer
c. Thermometer
d. Jam tangan
e. Reflex hammer
f. Pengukur tinggi badan
g. Timbangan
3. Prosedur Tindakan
Langkah Kerja Gambar
a. Jelaskan Prosedur tindakan kepada Ibu
Key point:
 Menerangkan apa kegunaan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
b. Periksa Tanda Tanda Vital ibu
Key Point:
 Pemeriksaan tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan
sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali
secara spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa hari
bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum,
komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan
tekanan darah signifikan. Tekanan darah normal 120/80 mmHg

6
 Pemeriksaan suhu
Suhu badan pasca persalinan (periode intrapartum) dapat naik
lebih dari 0,5°C dari keadaan normal dan stabil dalam 24 jam
pertama pascapartum. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam
pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali
normal. Bila lebih dari 38°C kemungkinan ada infeksi. Suhu
Normal 36-37’C.
 Pemeriksaan nadi
Denyut nadi meningkat selama persalinan akhir, kemabali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam
selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Nadi umumnya 60-80 x/menit dan
segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat
takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan/penyakit jantung. Apabila denyut nadi di atas 100
selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin
menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
Pada nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu
badan. Nadi normal 60-90 kali per menit.
 Pemeriksaan pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama
jam pertama pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan
lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti
kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru. Nafas
normal 16-24 kali permenit.
c. Payudara
Key Point:
 Adanya pembesaran atau tidak
 Putting susu menonjol atau tidak
 Simetris atau tidak
 Hiperpigmentasi atau tidak
 Aerola bersih atau tidak

7
 Pengeluaran kolostrum ada atau tidak
d. Punggung dan pinggang
Key Point:
 Simetris atau tidak
 Apakah terjadi skoliosis, lordosis dan kifosis atau tidak
e. Posisi tulang belakang
Key point:
 Simetris atau tidak
 Ada kelainan atau tidak
f. Ekstermitas atas dan bawah
Key point:
 Oedema atau tidak
 Ada kemerahan atau tidak
 Varises atau tidak
g. Abdomen
Key point:
 Ada bekas luka operasi atau tidak
 Kandung kemih kosong atau tidak
Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung
kemih dapat dilakukan kateterisasi. Untuk mengistirahatkan otot-
otot kandung kencing sehingga kelancaran kedua sistem tersebut
berlangsung dengan baik BAB harus dilakukan setelah 2 hari PP.
h. Vulva
Key point:
 Apakah vulva bersih atau tidak
 Apakan ada pengeluaran darah dan cairan lain atau tidak
Palpasi
i. Leher
Key point:
 Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe atau
tidak

8
j. Dada
Key point:
 Apakah ada retraksi atau tidak
k. Abdomen
 Teraba pembesaran kelenjar lien/ tidak,
 Teraba pembesaran hepar/ tidak,
 Berapa tinggi fundus uterinya.
Auskultasi
Key point:
 Apakah pada dada terdengar wheezing dan ronchi atau tidak
 Apakah pada abdomen terdengar bising usu atau tidak
l. Perkusi
Key point:
 Apakah perut kembung atau tidak
 Apakah ada reflek patella
m. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Key point:
 Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
n. Dokumentasi
Key point:
 Catat hasil pemeriksaan

E. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas


1. Perdarahan Pervaginam Banyak dan Menggumpal
a. Kurang 24 jam PP, penyebabnya:
 Sisa uri
 Kontraksi lemah/inertia uteri
 Perdarahan karena luka jalan lahir
b. Lebih dari 24 jam PP penyebabnya adalah sisa uri
2. Lochia Berbau

9
Kemungkinan penyebab: koprostatis (lochea yang tertimbun pada vagina)

3. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa nyeri


a. Bendungan Payudara
 Suhu tidak lebih dari 38,5°C
 Terjadi dalam minggu-minggu pertama PP
b. Mastitis
 Suhu lebih dari 38,5°C
 Terjadi pada minggu ke-2 PP
 Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan
4. Kaki terasa sakit, merah dan bengkak
Kemungkinan penyebab tromboplebitis femuralis
5. Demam
a. Kemungkinan penyebab:
 Febris puerpuralis
 Mastilitis
 Flegmasia Alba Dolens
6. Rasa Sakit Waktu BAK, Kemungkinan Penyebab Sistitis
Gejala :
 kencing sakit
 daerah atas sympisis nyeri tekan
7. Rasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastitik

F. Penanganan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru

10
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya.
b. menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari
dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan
panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke
dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.

11
2) Ubtuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin
e. minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu
tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan
sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.

12
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %
kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.

13
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran
barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase
ini.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Pada masa nifas juga terjadi perubahan pada alat
reproduksi yaitu pada serviks dan endometrium. Pada psikologi ibu nifas juga
terjadi perubahan yaitu masa taking in, taking hold, dan letting go.
Pada masa nifas TFU 2 jari di bawah pusat, pada hari ke-5 post partum
uterus kurang lebuh setinggi 7 cm atas symfisis/ setengah sympisis pusat.
Setelah 12 hari uterus sudah tidak teraba lagi.
Pada masa nifas dapat terjadi masalah – masalah yang dapat berakibat
fatal karena dapat menyebabkan kematian ibu. Maka ibu perlu perhatian yang
lebih banyak dimana seorang bidan harus bisa memberikan dapat melakukan
asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post
partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah
normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses
persalinan.

B. Saran
1. Sebaiknya Petugas Kesehatan melakukan pemeriksaan fisik dengan hati-
hati dan teliti
2. Segera lakukan tindakan bila ada tanda-tanda abnormal pada Ibu nifas
pada saat melakukan pemeriksaan fisik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Perawatan Ibu di Puskesmas. Surabaya.

Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus.
Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.

Neil-Wendy Rose. Perawatan Kehamilan. Dian Rakyat. Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Pusdiknakes. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.

Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. JHPIEGO. Jakarta.

Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Supriyadi, Teddy-Gunawan, Johanes. 1994. Kapita Selekta Kedokteran Obstetri


dan Ginekologi. Jakarta: Buku Kedokteran.

Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.

16
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan rahmat,taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok dalam membuat makalah yang berjudul
“PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS.” Makalah ini disusun sebagai bahan
diskusi kelompok kami.
Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami dan
pengupulan data dari beberapa buku panduan yang ada, serta dengan bantuan dari
dunia maya yaitu melalui situs internet, dan yang lainnya.
kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan
semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada makalah ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen
pembimbing serta teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan
makalah kami agar dapat bermamfaat bagi seluruh pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Aceh Besar, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Pengertian Masa Nifas.......................................................................... 2
B. Perubahan Fisilogi pada Masa Nifas..................................................... 2
C. Pemeriksaan Fisik................................................................................. 4
D. Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas................ 6
E. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas......................................................... 9
F. Penanganan........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15


A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

ii

Anda mungkin juga menyukai