Anda di halaman 1dari 15

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SDN 008 Samarinda Ulu terletak di Jalan Jl. Kedondong Vorfo,

Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda Prov. Kalimantan

Timur kode 75123 dengan kontak layanan Telepon/Fax 0541744451,

alamat E-Mail sdn011smdulu@gmail.com dan didirikan pada tahun 1984 di

atas tanah seluas 3,102 m2 yang dibiayai oleh pemerintah. Pada awalnya

bernama SDN 011 Samarnda Ulu dan kemudian berganti menjadi SDN 008

Samarinda Ulu dengan akreditas A berdasarkan SK Kemendikbud 28/BAP-

SM/HK/X/2014 .

1. Visi :

Membentuk warga Negara Unggul sejak dini yang cerdas,

berprestasi,bertaqwa, cinta budaya daerah dan lingkungan

2. Misi :

a. Melaksanakan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik

b. Mendorong dan menumbuhkan semangat bersaing yang sehat

c. Mampu menerapkan bahasa Inggris dasar dalam kehidupan sehari-

hari

d. Mampu menerapkan kegiatan ibadah dalam kehidupan sehari-hari

e. Mencintai budaya daerah sendiri

f. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman


2

SDN 008 Samarnda Ulu melaksanakan pelayanan kesehatan melalui

program Unit Kesehatan Siswa (UKS) serta melakukan pembinaan ke

siswa/siswi dengan cara program dokter kecil sebagai fasilitas prevensi,

promosi, kuratif dan rehabilitasi serta riset di bidang kesehatan jiwa.

Penelitian dilakukan di ruangan kelas 4, kelas 5, dan kelas 6, pada

tanggal 29-30 April 2019. Ruangan kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 merupakan

tempat dimana peneliti menemukan responden yang sedang melakukan

proses pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pernyataan tentang

kesehatan mental anak sekolah sesuai dengan keempat indikator yaitu gejala

emosional, masalah perilaku, hiperaktvitas, hubungan dengan teman sebaya

serta indikator perilaku prososial yang merupakan kekuatan mental anak

usia sekolah. Populasi pada penelitian ini adalah siswa/siswi yang sedang

melakukan proses pembelajaran di SDN 008 Samarinda Ulu dan jumlah

penelitian dalam satu minggu diperkirakan 120 orang, dengan sampel yakni

113 responden. Pengambilan sampel ini mengikuti kriteria inklusi. Setelah

menjalankan kuesioner dan setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan

data, kemudian dilakukan pengolahan data. Berdasarkan pengolahan data,

peneliti akan menyajikan analisis data secara deskriptif survey.

Hasil penelitian ini akan menguraikan tentang karakteristik

responden dan gambaran kesehatan mental pada anak kelas 4, kelas 5, dan

kelas 6 sekolah dasar.


3

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan angket/kuesioner yang telah diisi responden didapatkan

hasil sebagai berikut :

a) Usia Responden

Distribusi usia responden adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di
kelas 4, 5, dan 6 SDN 008 Samarnda Ulu
29 April – 30 April 2019
Usia Responden (tahun) Frekuensi %
10 34 30,1
11 32 28,3
12 37 32,7
13 10 8,8
Total 113 100,0
Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden

berdasarkan usia menunjukkan bahwa jumlah usia hampir setengah

responden berada dikelompok usia 12 tahun yaitu masa anak akhir

(32,7%), sedangkan sebagian kecil responden berada dikelompok

usia 13 tahun yaitu masa remaja awal sebanyak 10 orang (8,8%).


4

b) Jenis kelamin

Distribusi jenis kelamin responden adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di kelas 4, 5, dan 6 SDN 008 Samarnda Ulu
29 April – 30 April 2019
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 52 46
Perempuan 61 54
Total 113 100,0
Sumber: data primer, 2019

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa hampir setengah

responden jenis kelamin perempuan (54%), sedangkan sebagian

kecil responden jenis kelamin laki laki 52 orang (46%).

2. Gambaran Kesehatan Mental Anak Sekolah

Berdasarkan angket/kuesioner yang telah diisi responden didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kesehatan mental
anak di Kelas 4, 5, dan 6 SDN 008 Samarinda Ulu
Kalimantan Timur 29 April – 30 April 2019
Kesehatan Mental Frekuensi Presentase (%)
Normal
85 75,2
0-15
Borderline
20 17,7
16-19
Abnormal
8 7,1
20-40
Total 113 100,0
Sumber : Data Primer 2019
5

Berdasarkan Hasil Penelitian kesehatan mental anak sekolah

menunjukkan bahwa tingkat kesehatan mental sebagian besar responden

adalah normal sebanyak 85 orang (75,2%), dan hampir setengah

responden tingkat kesehatan mental anak borderline sebanyak 20 orang

(17,7%) dan responden dengan tingkat kesehatan mental abrnormal

sebanyak 8 orang (7,1%).

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian secara univariat, maka dapat dilakukan

pembahasan untuk masing-masing hasil penelitian sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

a) Usia

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden

berdasarkan usia menunjukkan bahwa jumlah usia hampir setengah

responden berada dikelompok usia 12 tahun yaitu anak akhir

(32,7%), sedangkan sebagian kecil responden berada dikelompok

usia 13 tahun yaitu masa remaja awal sebanyak 10 orang (8,8%).

Umur dikelompokkan berdasarkan kategori Depkes (2009). Dari

hasil penelitian rentang usia, sebagian besar responden berada pada

kelompok 12 tahun, yang dikategorikan sebagai masa anak akhir.

Hasil penelitian ini sesuai menurut (Widakdo & Besral, 2013)

usia berhubungan dengan gejala masalah mental emosional dimana

pada masa usia anak akhir 9-13 tahun terjadi perubahan hormon

yakni hormon esterogen pada perempuan dan hormon progesteron


6

pada laki-laki yang akan mempengaruhi perkembangan kesehatan

mental anak itu sendiri dan semakin berkembang seiring

bertambahnya usia.

Usia anak berhubungan dengan tahap-tahap perkembangan

kesehatan mental dimana semakin bertambah usia anak maka

semakin berkembang pula kesehatan mental anak itu, meliputi

emosional yang mulai stabil seperti anak akan mulai belajar

mencari tahu apa yang membuat dirinya sedih marah, takut

sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol,

perilaku dan pola fikir yang konkrit, dan egonya yang mencari

ksempatan untuk bersatu atau berkumpul dengan teman-teman

sebayanya (Kurnia, 2008)

Menurut asumsi peneliti masa anak akhir (9-13 tahun) atau

masa anak usia sekolah cenderung membuuhkan teman-teman

sebaya dan mencintai diri sendiri, suka dengan teman-teman yang

memiliki kesamaan dengannya, dan pikiran yang labil atau plin

plan. Pada masa usia anak akhir anak mulai bergejolak untuk

mencari identitas diri, selalu ingin diakui dan dihargai sehingga

untuk menghadapi berbagai macam persoalan anak membutuhkan

adanya bimbingan dan dukungan dari oang lain,baik guru di

sekolah, orang tua di rumah serta masyarakat.


7

b) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa hampir setengah

responden jenis kelamin perempuan (54%), sedangkan sebagian

kecil responden jenis kelamin laki laki 52 orang (46%). Hal ini

karena tempat penelitian didominasi siswa/siswi dengan jenis

kelamin perempuan daripada laki-laki. Jenis kelamin juga dapat

mempengaruhi perkembangan kesehatan mental anak.

Hasil penelitian ini sesuai menurut Azis & Mangestuti (2005)

Jenis kelamin sangat mempengaruhi perkembangan mental anak.

Terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam

kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Perempuan lebih

tinggi 53 % dibandingkan laki-laki 47%.

Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan

oleh Mubasyiroh, putri & tjandrarini (2015) menyatakan bahwa

anak perempuan lebih cenderung banyak mengalami gejala mental

lebih tinggi 54,5% dibandingkan laki-laki.

Jenis kelamin sangat berpengaruh bagi perkembangan

kesehatan mental anak. Sebuah teori perkembangan yakni teori

nature menyebutkan bahwa laki-laki cenderung perkasa dan kuat,

sedangkan perempuan cenderung lemah karena perempuan

cenderung lebih peka dan sensitif terhadap stressor dibandingkan

laki-laki ( Hurlock, 2010).


8

Hal tersebut didukung pula dengan penelitian sebelumnya oleh

Selina (2010) bahwa perkembangan emosional anak perempuan

65% lebih terganggu dibandingkan anak laki-laki bila

mendapatkan stressor seperti bullying, kekerasan atau gaya hidup.

Menurut asumsi peneliti jenis kelamin baik itu perempuan atau

laki-laki sangat berpengaruh dalam perkembangan kesehatan

mental anak itu sendiri. Identitas jenis kelamin melibatkan

kesadaran, pemahaman, pengetahhuan, serta penerimaan anak

sebagai laki-laki atau perempuan. Dan perbedaan antara anak laki-

laki dan anak perempuan berada pada kepribadian mereka.

Kepribadian perempuan lebih cenderung hangat, emosional, peka

atau sensitif, sopan kepada guru dan orangtua, serta menaati

peraturan. Sedangkan, laki-laki stabil dan dominan. Sehingga

pekembangan kesehatan mental kurang baik pada perempuan

daripada laki-laki karena perempuan lebih peka terhadap stressor

seperti ejekan teman di sekolah.

2. Gambaran Kesehatan Mental Anak Sekolah

Berdasarkan Hasil Penelitian kesehatan mental anak sekolah

menunjukkan bahwa tingkat kesehatan mental sebagian besar

responden adalah normal sebanyak 85 orang (75,2%), dan hampir

setengah responden tingkat kesehatan mental anak borderline sebanyak

20 orang (17,7%) dan responden dengan tingkat kesehatan mental

abrnormal sebanyak 8 orang (7,1%). Kesehatan mental anak ini


9

meliputi gejala emosional, masalah perilaku, hiperaktivitas, dan

hubungan dengan teman sebaya.

Meskipun sebagian besar kesehatan mental anak normal akan

tetapi tidak sedikit juga kesehatan mental anak yang kurang baik. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Vivi Oktaviani

(2018) hasil penelitian menunjukan bahwa 87 anak (88,8%) mengalami

gejala gangguan kesehatan mental yang buruk. Anak terlihat sulit

mengendalikan diri, berkata kasar terhadap guru dan teman-temanya,

anak tidak patuh kepada guru, tidak mau duduk tenang saat proses

pembelajaran berlangsung, cemas saat ditanya dan kadang mengalami

gangguan makan seperti nafsu makan berkurang .

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian lainya yang

sebelumnya diteliti oleh Damayanti (2011) hasil penelitian menunjukan

bahwa 35 % anak mengalami masalah kesehatan mental yang kurang

baik. Serta penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2011) hasil

penelitian menunjukan bahwa 40% anak usia sekolah mengalami

masalah kesehatan mental anak.

Pada masa anak usia 9-13 tahun atau pada masa anak sekolah

merupakan masa di mana menjelang pubertas sehingga dapat

menyebabkan angka kejadian gangguan kesehatan mental yang tinggi

yang nantinya akan mempengaruhi masa depan anak itu sendiri

(Widakdo & Besral, 2013).


10

Pada masa usia ini anak juga berhadapan dengan berbagai Banyak

hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan yang dapat

mempengaruhi kesehatan mental anak itu sendiri. Mereka berhadapkan

dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun

target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di lain

hal, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan

dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha

untuk mencapai kemandirian. Dengan adanya berbagai permasalahan

ini tentunya dapat berpotensi menimbulkan masalah-masalah kesehatan

mental dan memicu timbulnya tekanan yang nyata dalam kehidupan

remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut

(IDAI, 2013).

Menurut asumsi peneliti dengan berbagai permasalahan dan

tuntutan yang ada pada masa anak usia sekolah sewaktu-waktu dapat

menimbulkan gangguan-gangguan pada anak itu sendiri baik dari segi

kesehatan fisik maupun kesehatan mental jika tidak adanya dukungan

atau bimbingan dari orang sekitarnya.

Masalah gangguan kesehatan mental pada masa anak usia sekolah

tidak hanya disebabkan dari anak itu sendiri tapi juga bisa disebabkan

dari faktor bagaimana suasana di sekolah, dukungan sosial dari guru

kepada anak didiknya, serta dukungan dari teman sebaya. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2012) mengatakan

bahwa anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman satu


11

kelompoknya oleh karena itu, apabila teman sekelompoknya tidak

berperilaku baik maka anak akan ikut seperti teman sekelompoknya

begitu juga sebaliknya jika teman sekelompoknya berperilaku baik

maka anak akan ikut berperilaku baik seperti teman kelompoknya.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, antara lain :

1. Penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga tidak dapat menggali

lebih dalam bagaimana kesehatan mental pada anak kelas 4, kelas 5, dan

kelas 6 SDN 008 Samarinda Ulu.

2. Pengumpulan data dengan kuesioner dapat memungkinkan responden

menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan apa yang dirasakan

responden, sekedar mengisi kuesioner tanpa membaca dan memahami

pertanyaan terlebih dahulu sehingga dapat menimbulkan bias pada hasil

penelitian skripsi ini.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian dari hasil penelitian maka peneliti

dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian gambaran kesehatan

mental anak yang berada di kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 SDN 008 Samarinda

Ulu dengan responden 113 orang kesimpulan yang dapat diambil dari tujuan

penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

1) Karakteristik responden berdasarkan usia responden dari 113

responden distribusi frekuensi menunjukkan bahwa usia hampir

setengah responden berumur 12 tahun yakni sebanyak 37 orang

(32,7%), hampir setengah responden berumur 10 tahun sebanyak 34

orang (30,1%), hampir setengah responden berumur 11 tahun sebanyak

32 orang (28,3%), dan sebagian kecil responden berumur 13 tahun

sebanyak 10 orang (8,8%).

2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin distribusi frekuensi

menunjukkan bahwa sebagian responden jenis kelamin perempuan

(54%), sedangkan sebagian kecil responden jenis kelamin laki laki 52

orang (46%).

3) Kesehatan mental anak yang berada di kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 dari

113 responden distribusi frekuensi menunjukkan bahwa tingkat

kesehatan mental tertingggi responden adalah normal sebanyak 85

orang (75,2%), tingkat kesehatan mental anak borderline sebanyak 20


orang (17,7%) dan yang terendah responden dengan tingkat kesehatan

mental abrnormal sebanyak 8 orang (7,1%).

B. Saran

Penelitian ini memiliki beberapa saran yang dapat disampaikan yang

kiranya dapat bermanfaat, yaitu :

1) Bagi Keluarga Pasien

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi yang

positif bagi keluarga reponden agar lebih memperhatikan kegiatan

yang sedang dijalani anak, sehingga nantinya dapat memberikan

aspek positif bagi anak itu sendiri agar anak itu sendiri mampu

memahami mana yang baik dan mana yang buruk.

2) Bagi SDN 008 Samarinda Ulu Hasil penelitian ini dapat

memberikan masukan kepada sekolah agar dapat memperhatikan

kesehatan mental anak didiknya. Seperti memberikan informasi atau

penyuluhan kesehatan kepada anak didiknya. Diharapkan setelah

mendapatkan informasi kesehatan mental, anak dapat terhindar dari

gangguan mental.

3) Bagi ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai masukan untuk

memberikan informasi tambahan lagi kependidikan keperawatan

jiwa mengenai karakteristik dan gambaran kesehatan mental anak

yang berada di kelas 4, 5, dan 6 SDN 008 Samarinda Ulu.


4) Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat meneliti lebih

mendalam lagi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kesehatan mental anak dan memperlebar wilayah penelitian dengan

menambah jumlah variable penelitian dan jumlah sampel penelitian

sehingga tidak hanya kesehatan mental saja yang diteliti tetapi juga

upaya pencegahannya.
15

Anda mungkin juga menyukai