PENDAHULUAN Penyakit (disease) dapat diartikan sebagai gangguan fungsi suatu organisme yang diakibatkan oleh infeksi atau pengaruh negatif dari lingkungan. Karena itu penyakit bersifat obyektif. Hal ini berbeda dengan sakit (illnes), yaitu penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit (bersifat subjektif). Penyakit maupun keluhan sakit, jelas menurunkan derajat kesehatan masyarakat Pengertian epidemiologi mengalami pergeseran pada era modern. Istilah epidemiologi dulunya lebih mengarah pada penyakit menular, namun saat ini istilah tersebut diasosiasikan kearah permasalahan kesehatan dengan cakupan yang lebih luas Keadaan ini terjadi diakibatkan adanya transisi pola penyakit pada masyarakat, bergesernya pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat dan jangkauan masyarakat yang semakin luas. Epidemiologi sebelumnya berfokus dalam mengkaji penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Upaya ini dilakukan melalui penemuan jenis penyakit wabah, penularan atau penyebabnya, serta pencegahan dan penanggulangan penyakit tersebut. Kemudian berkembang sehingga beberapa penyakit infeksi non-wabah juga dikaji lebih dalam; penyakit non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll juga kemudian menjadi objek analisis dalam perkembangannya Objek kajian kemudian meluas sehingga beberapa hal yang tidak termasuk dalam kategori penyakit, seperti fertilitas, menopouse, kecelakaan, kenakalan remaja, konsumsi obat-obat terlarang, merokok, serta permasalahan yang sering terjadi pada masyarakat. Beberapa masalah tersebut di antaranya meliputi program keluarga berencana, isu seputar kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, serta pengadaan sarana kesehatan. Dengan kata lain, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan. PTM merupakan penyakit yang dapat dicegah bila Faktor risiko dapat dikontrol. Hal ini menandakan bahwa kegagalan pengelolaan program pencegahan dan penanggulangan akan mempengaruhi perawatan pasien PTM. Pencegahan dan penanggulangan PTM dinilai sebagai upaya pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh petugas dan individu yang bersangkutan secara mandiri. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengembangkan suatu sistem pelayanan yang dapat mendukung upaya pemeliharaan kesehatan mandiri, dengan melakukan redefinisi peran dan fungsi seluruh sarana pelayanan kesehatan, untuk menghubungkan pelayanan medis dengan pendekatan promosi dan pencegahan. PENGERTIAN TRANSISI EPIDEMIOLOGI Transisi epidemiologi sangat erat hubungannya dengan transisi kesehatan.Konsep transisi kesehatan Pertama kali dikemukakan pada tahun 1970-an oleh Omran, kemudian Olshanky, Ault: 1. Perkembangan sosio-ekonomi menyebabkan pergeseran angka mortalitas dan fertilitas. Pergeseran tersebut mengurangi angka kedua kasus tersebut. Hal ini kemudian mempengaruhi beberapa aspek, yakni meningkatnya jumlah populasi usia lanjut dengan pesat, bertambahnya kasus penyakit infeksi, penyakit perinatal dan kelainan nutrisi menjadi pola penyakit yang didominasi penyakit tidak menular. 2. Klasifikasi konvensional dari 4 tahapan yang berkaitan dengan perkembangan sosioekonomi dan pola penyakit Transisi Epidemiologi memiliki dua pengertian, menurut Omran (1971):
Statis, yakni interval waktu yang dimulai dari dominasi
penyakit menular dan diakhiri dengan dominasi penyakit tidak menular sebagai penyebab kematian. Dinamis, suatu proses dinamis pola sehat sakit dari suatu masyarakat berubah sebagai akibat dari perubahan demografi, sosial ekonomi, teknologi dan politisTransisi epidemiologi atau transisi kesehatan diawali olah transisi demografi Pengertian Transisi Epidemiologi Transisi epidemiologi adalah keadaan yang ditandai dengan adanya perubahan dari mortalitas dan morbiditas yang dulunya lebih disebabkan oleh penyakit infeksi (infectious disease) atau penyakit menular (communicable disease) sekarang lebih sering disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sifatnya kronis atau tidak menular. Peralihan keadaan demografi biasanya dibagi menjadi 4 tahap 1. Tahap I: angka kelahiran dan kematian yang tinggi sekitar 40 – 50. Angka kelahiran menjadi tidak terkontrol pada tahap ini. Hal ini menyebabkan kasus kematian menjadi bervariasi tiap tahunnya serta merebaknya isu kelaparan serta penyakit menular yang menyebabkan kematian. Tahap ini dikenal sebagai masa penyakit pes. Selain itu, kasus kelaparan juga terjadi di banyak tempat saat masa transisi epidemiologi. 2. Tahap II: angka kematian berkurang dikarenakan banyaknya obat baru yang ditemukan serta peningkatan dana kesehatan yang disediakan. Akan tetapi, angka kelahiran yang tinggi tetap tidak berubah yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk yang signifikan. 3. Tahap III: angka kematian terus mengalami penurunan namun tidak signifikan seperti pada tahap II. Angka kelahiran juga menurun dikarenakan urbanisasi, pendidikan, dan kemajuan peralatan kontrasepsi. Pada transisi epidemiologi, tahap II dan III dikenal dengan masa ketika pandemik dan penyakit menular mulai menghilang 4. Tahap IV : Tahap yang disebut sebagai masa penyakit degeneratif dan penyakit buatan manusia ini menunjukan penurunan angka kelahiran dan kematian hingga tingkat rendah. Akibatnya, kondisi pertumbuhan penduduk beralih seperti pada tahap I, yaitu mendekati nol. Hubungan antara transisi epidemiologi terhadap transisi kesehatan Empat tahap transisi kesehatan Tahap Perkembangan Umur Perubahan pada kategori Perubahan dalam kategori sosio ekonomi Harapan penyakit secara luas penyakit (proporsi mortalitas) Hidup 1. Tahap/Masa infeksi + ~30 Infeksi Defisiensi nutrisi CVD: 5-10% dan kekeringan berhubungan dengan nutrisi/infeksi (mis: RHD, Chagas) 2. Tahap/Masa ++ 30-50 Sanitasi membaik: CVD: 10-35% pandemik berkurang (negara sedang infeksi, diet (salt), penyakit jantung berkembang) aging hipertensi, stroke, RHD, dan CHF
penyakit degeneratif (negara dalam berhubungan dengan Obesitas, dislipidemia, dan penyakit transisi) status sosiail ekonomi tekanan darah tinggi, yang dibuat oleh tinggi (diet, merokok manusia aktivitas, adiksi/ CHD, stroke, sering pada ketergantungan obat/ usia awal/dini (pertama kali NAPZA) pada status sosial ekonomi ) 4. Masa penyakit ++++ ~70 Perilaku berisiko CVD: <50% degeneratif (negara-negara berkurang dalam (penurunan CVD total melambat barat) populasi (pencegahan karena populasi aging dan dan promosi kesehatan) peningkatan prevalensi dan terapi baru karena terapi yang membaik) Keterangan: 1. CVD = Cardiovascular Disease (Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) 2. RHD = Rheumatic Heart Disease (Penyakit Jantung Rematik) 3. CHD = Congestive Heart Disease (Penyakit Payah Jantung) Determinasi Angka Fertilitas Angka Fertilitas Tinggi 1. Kebutuhan ekonomi dari masyarakat agraris 2. Sedikit usia kerja keras untuk kemajuan 3. Mortalitas tinggi pada anak-anak 4. Doktrin bersifat agamis dan sanksi masyarakat 5. Individu tidak penting 6. Melahirkan merupakan sumber prestise yang utama dan dukungan ekonomi bagi perempuan Angka Fertilitas Rendah 1. Biaya untuk anak mahal 2. Mortalitas berkurang pada anak-anak 3. Keluarga dan masyarakat kurang penting untuk penghuni kota yang mobile (individualistik) 4. Pekerjaan atau industri membuat individu bertanggung jawab terhadap penyelesaian yang baik 5. Pendidikan dan cara pandang rasional menjadi penting 6. Menikah ditunda, migrasi, aborsi dan kontrasepsi Transisi Gaya Hidup 1. Perilaku, misal merokok, kebiasaan kurang gerak 2. Transisi nutrisi, misal diet tinggi lemak, rendah karbohidrat kompleks, akibat dari : 1) Industrialisasi 2) Urbanisasi 3) Globalisasi dari perdagangan dunia dan media massa Beberapa Isu yang Berhubungan dengan Transisi Ekonomi 1. Keseimbangan 1) Akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko dan penyakit tidak menular 2) Biaya yang berkaitan dengan pengambilan perilaku atau gaya hidup sehat 3) Biaya pengobatan penyakit tidak menular yang kronis 2. Perbedaan Sosi-Ekonomi dalam Populasi 1) Kantong-kantong miskin dalam negara barat 2) Variasi yang luas dalam pembangunan di dalam negara sedang berkembang 3. Dinamika pembangunan kebelakang dan kedepan Tidak berkembang dapat mengikuti fase/tahap dari pembangunan Transisi Pelayanan Kesehatan Ketersediaan pelayanan pencegahan dan pengobatan (imunisasi, kontrasepsi, pelayanan KIA, antibiotik) Pengaruh yang besar pada dinamika transisi demografi. Misal model transisi demografi yang lambat pada banyak negara sedang berkembang (penurunan pada mortalitas bayi yang tidak diikuti dengan penurunan pada kelahiran sehingga terjadi peningkatan populasi) Heterogenesitas antara populasi oleh karena biaya dengan efisiensi dalam alokasi pelayanan kesehatan Mekanisme terjadinya transisi epidemiologi 1. Penurunan fertilitas yang akan mempengaruhi struktur umur. 2. Perubahan faktor risiko yang akan mempengaruhi insiden penyakit. 1) Perubahan tersebut berimbas pada probabilitas menjadi sakit mengingat pengaruh perubahan ini terhadap berbagai tipe risiko biologis, lingkungan, pekerjaan, sosial dan perilaku yang dikembangkan dengan proses modernisasi 2) Hubungan modernisasi dengan risiko kesehatan yaitu terjadi pergeseran dari dominasi produksi pertanian ke produksi industri yang menyebabkan pergeseran tempat tinggal dari desa ke kota 3. Perbaikan organisasi dan teknologi pelayanan kesehatan yang berimbas padaCrude Fatality Rate (CFR). Perubahan dari segi jumlah, distribusi, organisasi dan kualitas pelayanan kesehatan juga terjadi. Hal ini yang memengaruhi transisi epidemiologi dengan tehnik diagnosis dan terapi yang baik sehingga CFR dapat diturunkan. 4. Intervensi Pengobatan Pengaruh dari aspek ini adalah berkurangnya kemungkinan kematian penderita. Pada penderita penyakit kronis hal ini secara pasti menyebabkan kenaikan angka kesakitan. Hal disebabkan oleh durasi rata-rata sakit. Konsekuensi dari Transisi Kesehatan terhadap Peningkatan Penyakit Tidak Menular di Negara sedang Berkembang 1. Konsekuensi yang meningakat dan tinggi pada kelompok usia produktif 2. Dampak negatif pada ekonomi mikro : kesehatan pada rumah tangga, dampak tidak langsung pada pelayanan kesehatan anak, biaya kesehatan 3. Dampak negatif makro ekonomi : dampak jangka pendek pada biaya, dampak jangka panjang pada produksi, eskalasi biaya jangka panjang 4. Implikasi negatif dari keseimbangan : akses dan informasi terhadap faktor risiko dan terapi 5. Isu efisiensi alokasi sumber daya : intervensi bersifat pencegahan dan kuratif Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular 1. Pencegahan Primer (lebih utama dilakukan) Bertujuan untuk membatasi kasus baru dengan : a. Strategi populasi, yaitu pendekatan kesehatan masyarakat dengan target populasi atau masyarakat b. Strategi kelompok risiko tinggi, yaitu manajemen klinis terhadap faktor risiko berupa penyakit dengan pendekatan individual 2. Pencegahan Sekunder Bertujuan untuk menemukan kasus sedini mungkin dan memberikan terapi yang tepat serta membatasi kecacatan. Upaya yang bisa dilakukan dengan melakukan skrining, meningkatkan pelayanan kesehatan berupa ketersediaan teknologi diagnostik dan terapi yang semakin canggih dan terjangkau, survive sehingga banyak kasus yang selamat ( ) dan survivor kualitas hidup membaik 3. Pencegahan Tersier Bertujuan untuk membuat optimalsurvivor dengan sisa kemampuan yang ada sehingga kualitas hidupnya menjadi baik melalui kegiatan rehabilitasi, survivor dan dukungan yang positif dari keluarga TERIMAKASIH