Oleh :
Mia Apriyani
2820173070
2B
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Asuhan keperawatan pada pasien Ny. ‘T’ dengan gangguan Sistem
Endokrin DM (Diabetes Militus) di Poliklinik Bedah RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik
Klinik Keperawatan Medikal Bedah I pada semester IV, pada :
Hari : Kamis
Praktikan
(Mia Apriyani)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus pada
pasien Ny. T di Poliklinik Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan pada pasien Ny. “T” dengan diagnosa medis Diabetes
Mellitus, meliputi :
A. Definisi
B. Etiologi
Faktor predisposisi yang dapat menimbulkan Diabetes Mellitus (Brunner &
Suddarth, 2012) :
1. Hiperglikemi
2. Obesitas
3. Defisiensi sekresi insulin
4. Determinan genetic
5. Kurang gerak/malas.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2012)
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia berpuasa
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. Komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
D. Patofisiologi
Menurut Crowin (2009), pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
G. Komplikasi
Menurut McCloskey & Bulechek (2015)
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar non ketotik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar
b. Mikroangiopati
c. Neuropati diabetik
d. Infeksi : gingivitis, ISK
e. Kaki diabetic
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
I. Pengkajian Fokus
K. Intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Tujuan : perfusi jaringan perifer efektif
Kriteria Hasil :
a. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatik hipertensi
Intervensi :
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/
dingin/ tajam/ tumpul
2) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
3) Kolaborasi pemberian analgetik
2. Nyeri
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu mengenali nyeri (Paliatif, Qualitas, Region, Skala,
Timing)
b. Pasien mampu mengontrol nyeri
c. Pasien mampu menggunakan tehnik non farmakologi
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
3) Ajarkan tentang tehnik non farmakologis
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
b. Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
4) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
5) Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
6) Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala.
7) Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
8) Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
9) Kolaborasi dengan ahli diet.
4. Kekurangan volume cairan
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
b. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
c. Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu
nafas
d. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
e. Pantau masukan dan pengeluaran
f. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500
ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
g. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
h. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
BB, nadi tidak teratur
i. Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2011, Diabetes Mellitus : Dalam Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas dan
Diabetes Mellitus. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. Jakarta :
EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Herlina & Sylvia (2014). Mudah Mempelajari Patofisiologi. Edisi 4.Manado :
Binarupa Aksara.
International Diabetes Federation (IDF). 2017. Diabetes Atlas: The Global
Burden. Retrieved from http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/theglobal-
burden (Diakses pada Senin, 23 mei 2019, pukul 20.05 WIB)
Mahdiana, R. 2010. Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini. Yogyakarta: Tora
Book.
McCloskey&Bulechek, 2015, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,
By Mosby-Year book.Inc,Newyork
Muflihatin, K.S. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar Glukosa Darah
Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Di RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda. Jurnal STIKES Muhammadiyah Samarinda.
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
Nurarif Amin (2015). NANDA North American Nursing Diagnosis Association.
Jogyakarta : Mediaction Publishing. Nasriati, R. (2013). Stres dan Perilaku
Pasien DM dalam Mengontrol Kadar Gula Darah. Jurnal Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponogoro.