Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DARI SAMPAH

DAUN KERING

NAMA KELOMPOK:
BAGUS WICAKSONO
MUHAMMAD AL IRSYAD
TYO MARULI P

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA
2019
1. PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses
pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk
mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-
teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami.
Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat
berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi
sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik,
seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah
organik industri, serta limbahpertanian dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik
secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan.
Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain: PROMI
(Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green
Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism) atau
menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap
aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah, sehingga
produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari
pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis,
menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah
petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca
penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia.

1.2 Tujuan
1) Mengetahui proses pembuatan kompos dari sampah daun kering dengan
metode anaerob
2) Mengetahui manfaat dari penggunaan kompos
3) Mengetahui nilai ekonomis kompos yang dibuat dari sampah dauh kering
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah
proses di mana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-
rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang
dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap
harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah
tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana
95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang
dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat

2.2 Manfaat Kompos


Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba
tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti
menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih
enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya
merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan
menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan
transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia
tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan
hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi
daripada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea),
menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk
cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada
pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil.
Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganiktidak memberikan efek apapun
pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam
dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian
kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam
keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos
bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman
tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara
signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa
kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap
penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk
anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan
diameter dari batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula
dalam tebu.

2.3 Karakteristik Kompos


Selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, pupuk kompos bekerja dengan
cara memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik, kompos
meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air sebagai cadangan di saat
kekeringan. Kompos juga membuat tanah menjadi gembur dan cocok sebagai
media tumbuh akar tanaman. Pada tanah tipe pasir sekalipun, material kompos
berguna menjadi perekat sehingga tanah menjadi lebih solid. Sedangkan pada
tanah liat atau tanah lempung, kompos berfungsi menggemburkan tanah agar tidak
terlalu solid.
Secara kimiawi, pupuk kompos bisa meningkatkan kapasitas tukar kation
dalam tanah. Karena semakin banyak kandungan organik dalam tanah, semakin
baik kapasitas tukar kationnya. Kapasitas tukar kation berfungsi melepaskan
unsur-unsur penting agar bisa diserap dengan mudah oleh tanaman.
Secara biologi, pupuk kompos adalah media yang baik bagi organisme tanah
untuk berkembang biak. Baik itu dari jenis mikroorganisme maupun satwa tanah
lainnya. Aktivitas mikroorganisme dan satwa tanah akan memperkaya tanah
dengan zat hara penting bagi tanaman.
Pupuk kompos yang baik memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1) Baunya sama dengan tanah, tidak berbau busuk,
2) Warna coklat kehitaman, berbentuk butiran gembur seperti tanah,
3) Jika dimasukkan ke dalam air seluruhnya tenggelam, dan air tetap jernih
tidak berubah warna,
4) Jika diaplikasikan pada tanah tidak memicu tumbuhnya gulma.

2.3.1 Proses pembentukan kompos


Material organik jenis apapun secara alami akan mengalami pelapukan dan
penguraian oleh ratusan jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, ragi) dan satwa
tanah lainnya. Proses penguraiannya berjalan dengan reaksi aerob dan anaerob
silih berganti.
Pada proses aerob, selama proses pengomposan tidak timbul bau busuk dan
akan melepaskan energi dalam bentuk panas. Kenaikan suhu akibat panas yang
dilepas sangat menguntungkan bagi lingkungan mikroba aerob. Namun apabila
panas melebihi 65oC kebanyakan mikroba akan mati dan proses pengomposan
berjalan lambat. Sehingga perlu penurunan suhu dengan cara diaduk atau dibalik.
Pada proses anaerob reaksi berlangsung secara bertahap. Tahap pertama,
beberapa jenis bakteri fakultatif akan menguraikan bahan organik menjadi asam
lemak. Kemudian diikuti tahap kedua, dimana kelompok mikroba lain akan
mengubah asam lemak menjadi amoniak, metan, karbondioksida dan hidrogen.
Panas yang dihasilkan dalam proses anaerobik lebih rendah dibanding aerobik.
Secara umum tahapan pengomposan dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama
merupakan dekomposisi bahan organik yang mudah terurai, menghasilkan panas
yang tinggi dan berlangsung singkat. Kemudian diikuti fase kedua yaitu
penguraian bahan organik yang sulit terurai. Kedua fase tersebut menghasilkan
kompos segar. Kemudian fase ketiga berupa pematangan kompos menjadi ikatan
komplek lempung-humus yang hasilnya berupa kompos matang. Cirinya, tidak
berbau, remah, warna kehitaman, mengandung hara dan memiliki kemampuan
mengikat air.
2.3.2 Bahan baku pupuk kompos
Bahan baku kompos bisa diambil dari sisa-sisa tanaman dan atau kotoran
hewan. Masing-masing bahan memiliki kandungan unsur-unsur yang berbeda.
Unsur-unsur tersebut berfungsi sebagai zat hara yang diperlukan tanaman.
Sebelum membuat pupuk kompos, sebaiknya kita mengetahui tujuan
pemupukan terlebih dahulu. Kita harus tahu zat apa yang paling dibutuhkan oleh
tanaman yang sedang kita rawat. Misalnya, tanaman yang baru tumbuh
membutuhkan unsur nitrogen (N) yang lebih, sedangkan tanaman yang akan
berbuah membutuhkan unsur kalium (K) yang lebih.
Setelah kita tahu tujuan pemupukannya, baru ditentukan pupuk kompos
seperti apa yang butuhkan. Pupuk kompos tidak seperti pupuk kimia sintetis,
dimana zat hara yang terkandung dalam pupuk sudah jelas komposisinya. Pada
pupuk kompos zat hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam komposisi yang
berbeda-beda. Komposisinya tergantung pada bahan baku yang digunakan.
Meskipun begitu, kita bisa membuat pupuk kompos dengan komposisi zat
hara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kita bisa membuatnya dengan
melakukan pendekatan bahan baku. Setiap material organik memiliki kekhasan
kandungan unsur-unsur. Misalnya, jerami, hijauan dan kotoran ayam memiliki
kandungan N yang besar. Nah, bahan-bahan tersebut bisa kita jadikan kompos
yang kaya akan unsur N.

2.4 Jenis-Jenis Kompos


Pengelompokan jenis-jenis pupuk kompos bisa dilihat dari tiga aspek.
Pertama, dilihat dari proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob.
Kedua, dilihat dari dekomposernya, ada kompos yang menggunakan
mikroorganisme ada juga yang memanfaatkan aktivitas makroorganisme. Ketiga,
dilihat dari bentuknya ada yang berbentuk padat dan ada juga yang cair. Berikut
ini beberapa contoh dari jenis-jenis pupuk kompos yang umum dipakai.
1. Pupuk kompos aerob
Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan
oksigen. Bahan baku utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman,
kotoran hewan atau campuran keduanya. Proses pembuatannya memakan waktu
40-50 hari, untuk lebih jelasnya silahkan baca cara membuat kompos. Lamanya
waktu dekomposisi tergantung dari jenis dekomposer dan bahan baku pupuk.
2. Pupuk bokashi
Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang
paling terkenal. Ciri khas pupuk bokashi terletak pada jenis inokulan yang
digunakan sebagai starter-nya, yaitu efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini
terdiri dari campuran berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa
mendekomposisi bahan organik dengan cepat dan efektif. Untuk mengetahui cara
membuatnya, silahkan baca artikel cara membuat pupuk bokashi.
3. Vermikompos
Vermikompos merupakan salah satu produk kompos yang memanfaatkan
makroorganisme sebagai pengurai. Makroorganisme yang digunakan adalah
cacing tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat dengan
cara memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah. Kotoran yang
dihasilkan cacing tanah inilah yang dinamakan vermikompos. Jenis organisme
lain yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah belatung (maggot black
soldier fly).
4. Pupuk organik cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara
pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob. Pupuk
organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari beberapa
praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun dibanding pada akar
(kecuali pada sistem hidroponik). Penyemprotan pupuk organik cair pada daun
harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat. Pemberian dosis yang
berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan cepat. Untuk mengetahui
cara membuatnya silahkan baca cara membuat pupuk organik cair.
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Proses pembuatan kompos ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Lingkungan hasil Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan. Pelaksanaan
proses pembuatan kompos ini dimulai pada hari Selasa, 12 Maret 2019, bertempat
di area belakang wisma taruni SEPHIA.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan selama proses pembuatan kompos adalah
sebagai berikut:
1) Cangkul
2) Ember
3) Handphone
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan selama proses pembuatan kompos
adalah sebagai berikut:
1) Sampah dauh kering
2) bakteri EM4
3) Air
4) Tanah

3.3 Prosedur Pembuatan Kompos


Langkah-langkah Selama proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut:
1) Pilih lokasi yang tepat untuk mengubur kompos
2) Buat lubang dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman sesuai
dengan kebutuhan. Untuk hal ini kelompok kami membuat lubang sedalam
50cm dikarenakan ukuran ember yang digunakan sebagai wadah berukuran
tinggi 30cm
3) Siapkan sampah daun kering yang akan digunakan dan masukkan ke dalam
ember. Untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri, sampah daun
kering dipisahkan dengan tangkainya
4) Campurkan sampah daun kering yang sudah dipisahkan dari tangkainya
dengan bakteri EM4 yang sudah dicairkan dengan perbandingan 1:5
5) Tutup ember rapat agar tidak ada udara masuk karena proses pembuatan
yang digunakan yaitu anaerob
6) Masukkan ember kedalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutup
lubang hingga menutupi seluruh bagian ember dan rata dengan permukaan
tanah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai