Disusun Oleh:
Nena Febrianty 12100118054
Chrisan Bimo 12100118078
Tantsa Tamia 12100118170
Preseptor:
dr. Asep Saefulloh, Sp.S
dr. Waya Nurruhyuliawati , Sp.S
0
SATUAN ACARA PENYULUHAN
LOW BACK PAIN
LATAR BELAKANG
Low Back Pain (nyeri punggung belakang) bukan merupakan suatu
penyakit atau diagnosis suatu penyakit melainkan suatu gejala nyeri dipunggung
belakang. Low back pain sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di
negara-negara industri. Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh populasi pernah
mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari
15 – 45 %, dengan point prevalensi rata-rata 30%.
Penyakit low back pain menjadi kasus yang sangat serius dan terus
meningkat sepanjang tahun pada masyarakat barat. Telah diketahui faktor-faktor
penyebab, patofisiologi, biomekanik, psikologis, dan faktor sosial tetapi teori
yang memuaskan tentang patogenesis belum seluruhnya diketahui.
Penyebab Low Back Pain bermacam-macam dan multifaktorial; banyak
yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat
dan tepat. Sebagian besar low back pain dapat sembuh dalam waktu singkat,
sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang cukup mendalam.
Oleh karena itu, kemungkinan penyebab yang lebih serius tidak dikenali sedini
mungkin. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti serta analisis
perasaan nyeri yang seksama dapat didiagnosis dengan tepat sedini mungkin.
Sebagian besar penderita Low Back Pain mengalami hernia nucleus
pulposus (HNP) dimana terjadi penekanan saraf spinal pada foramen
intervertebrale sehingga menimbulkan rasa nyeri segmental serta kelumpuhan
partial dari otot yang diurus segmen tersebut.
1
I. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat mengerti dan
memahami definisi, faktor resiko, penyebab dan gejala epilepsi
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat:
1. Memahami pengertian epilepsi
2. Memahami faktor resiko dan penyebab epilepsi
3. Memahami tanda dan gejala epilepsi
4. Memahami penanggulangan demensia
III. Metode
1. Pemaparan
2. Tanya jawab
IV. Media
1. Slide power point
2. Proyektor
V. Susunan acara
2
- Mengucapkan salam
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Otot Punggung
Paling banyak terjadi 60 – 70%. Hal ini ditandai dengan nyeri yang
terlokalisir di satu tempat, rasa seperti tumpul (kemeng, linu, cekot2), Membaik
dengan pemijatan dan onsetnya mendadak.
Ditandai dengan adanya nyeri terlokalisir di satu tempat, Rasa seperti tumpul
(kemeng, linu, cekot2), tidak membaik dengan pemijatan, dan onsetnya lama (kronis).
5
3. Saraf Spinal
Ciri khas nya nyeri menjalar sampai ke kaki, rasa tajam, seperti tersetrum, terbakar,
disilet, kesemutan dan mati rasa tidak membaik dengan pemijatan bisa akut / kronis.
6
4. Organ
7
berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya
nyeri pinggang.
2.3.3. Faktor Indeks Massa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
2.3.4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab
serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli
pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban
berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri
pinggang.
8
2.3.5. Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal.
Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban
tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Red Flags adalah indicator yang mungkin suatu kondisi serius untuk ditangani . Red Flags
dibuat untuk diindikasikan pada kondisi Low Back pain akut.
9
infection
e. IV drug use
f. Immunospuresson
g. Pain worsening at
night or when supine
From physical
examination
Evidensce of neurological
deficit
Yellow flags diindikasikan dengan factor resiko dari Low back pain yang berkaitan dengan
psikososial yang memungkinkan mempengaruhi timbulnya low back pain.
10
1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari
aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih tanda
atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di
daerah nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi patologis
yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi terlentang
c) Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
11
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT
mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang
menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi
terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:
12
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau
ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah
adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus
prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%.
2.6. Penatalaksanaan
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai dengan edukasi
dan konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan pasien sehingga
13
sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari sering dapat meringankan nyeri.
Namun jika terlalu lama tidak dianjurkan. Penggunaan obat-obatan NSAID dapat
membantu, dan untuk obat-obatan yang lebih keras dapat digunakan seperti muscle
relaksan dan narkotik dapat digunakan dalam jangka waktu yang pendek
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan, disebut
pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun. Termasuk bantuan
pasif adalah terapi panas, terapi dingin, massage, ultrasound, stimulation listrik,
traksi dan akupuntur.
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung bawah
adalah prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau merusak area yang
dirasakan atau yang menyebabkan nyeri, contohnya intra discal electrothermy
(IDET) yang mana sebuah coiled wire ditempatkan pada diskus dan kemudian
dipanaskan, dan radiofrequency ablation (RFA). Ini lebih invasive sebab dapat
merusak jaringan, memiliki resiko yang lebih besar dan efek samping yang lebih
lama dibanding terapi yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien untuk
tidak dilakukan prosedur bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi
kontroversi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per. Tirah baring
ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP.
b. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain analgetika
(salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti
inflamasi non-steroid (AINS) misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik
(secara sentral) misalnya aminiptrilin, dan obat penenang minor misalnya
diazepam, klordiasepoksid.
1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik.
Contohnya aspirin.
- Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
- Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi perdarahan,
gangguan faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk menghilangkan
rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
- Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari
Obat-obat kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolangenase (untuk
HNP).
14
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut,
serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh
sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri
atau sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri
masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat)
2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan
tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi
akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan
infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot belakang
dan melancarka peredaran darah.
d. Terapi Operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat diketahui adalah gangguan
fungsi otonom dan paraplegia.
Foraminotomy. Merupakan operasi untuk memindahkan atau membersihkan
atau memperbesar lubang pada tulang (foramen) dimana serabut saraf keluar
dari kanalis spinalis. Penonjolan discus atau penebalan dari persendian akibat
proses degeneratif dapat menyebabkan penurunan dari rongga dimana diskus
spinalis keluar dan dapat menekan saraf, sehingga menyebabkan terjadinya
rasa nyeri, kekakuan dari tangan dan kaki. Bagian kecil dari tulang sepanjang
serabut saraf dipindahkan melalui celah sempit, yang memungkinkan ahli
bedah untuk memotong jalur hambatan dan memperbaiki tekanan dari serabut
saraf. 4
Intra Discal Electrothermal Therapy (IDET). Menggunakan terapi energi
panas untuk mengobati nyeri akibat penonjolan diskus spinalis atau kerusakan
diskus spinalis. Jarum khusus dimasukkan melalui kateter ke dalam diskus dan
dipanaskan hingga temperatur yang tinggi selama lebih dari 20 menit.
15
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat segera
bekerja seperti semula dan tidak timbul NPB lagi kemudian hari. Agar
penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak mengalami komplikasi yang
membahayakan penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi saluran
kencing, dan sebagainya.
f. Latihan
2.7. Pencegahan
A. Posisi berdiri:
• Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi
• Jangan berdiri pada waktu yang lama, selingi dengan duduk
• Berdiri dengan satu kaki diletakkan lebih tinggi untuk mengurangi hiperlordosis
lumbar
• Bila mengambil sesuatu di tanah jangan membungkuk, tapi tekuklah panggul dan
lutut.
• Bila mengangkat benda berat, renggangkan kedua kaki lalu tekuklah panggul,
lutut dan punggung tetap tegak dan angkatlah barang tersebut sedekat mungkin
dengan tubuh
B. Saat Berjalan:
• Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
C. Posisi duduk, pilihlah tempat duduk dengan kriteria:
• Busa jangan terlalu lunak
• Punggung kursi berbentuk huruf S
• Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan kursi
16
• Bila duduk waktu lama, letakkan satu kaki lebih tinggi dari yang satunya.
D. Posisi tidur
• Punggung dalam keadaan mendatar (jangan menggunakan alas per).
• Pada saat akut duduk perlahan di pinggir tempat tidur, kemudian berbaring
menyamping dengan dibantu lengan, dengan panggul dan lutut tetap fleksi, ubah
posisi menjadi berbaring telentang dan kaki menempel pada permukaan tempat
tidur.
• kaki perlahan diluruskan dan diganjal dengan bantal di bawah lutut.
Benar Salah
17
E. Hindari olahraga kontak satu lawan satu karena akan meningkatkan stress pada
punggung. Dianjurkan renang.
F. Olahraga yang teratur
G. Mengatur asupan dengan menghindari makanan-makanan yang mengandung banyak
lemak dan asam urat untuk memperlambat terjadinya pengapuran tulang belakang
H. Mencegah terjadinya kelebihan berat badan
I. Hidup yang teratur dan menghindari stres
2.8. Prognosis
Nyeri pinggang akut biasanya 90% sembuh spontan atau membaik dalam waktu 6
minggu. Sisanya berkembang menjadi kronis.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
1. National Institute Of Neurogical Disorders and Stroke : Low Back Pain Fact Sheet,
URL www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detailbackpain.htm, 2010.
2. Harsono, Soeharso. Nyeri Punggung Bawah. In : Kapita Selekta Neurologi. Harsono,
editor. Edisi 2. Gadjah Mada University Press ; Yogyakarta ; 2010.
3. Soeroso J. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. In : Workshop Physical
Diagnosis and Treatment Option Of Low Back Pain. Kalim H, Handono S, Suryana P,
editors. Surabaya, 2011.
4. Nuartha AA. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah.
Denpasar, 2010.
5. Hartwig MS, Wilson LM. Nyeri. In : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Price SA, Wilson LM, editors. 6th ed. Vol 2. EGC ; Jakarta ; 2011
20