Pada pertengahan abad ke-18 (1707-1778) Carolus Linnaeus mengajukkan sistem penamaan makhluk
hidup dalam tulisannya “Systema nature” dengan istilah “Binomial nomenclatur” (bi= dua, nomen=nama)
yang artinya tata nama seluruh organisme ditandai dengan nama ilmiah yang terdiri dari dua kata latin atau
yang dilatinkan. Bahasa latin dipilih karena bahasa ini dimengerti semua ilmuwan pada saat itu dan tidak ada
perubahan tata bahasa atau kosa katanya.
Kata pertama pada sistem penamanaan makluk hidup menunjukkan genus, yang penulisannya dimulai
dengan hurup besar, sedangkan kata kedua merupakan “epitethon spesificum“ artinya penunjukkan jenis
(spesies) yang penulisannya dimulai dengan huruf kecil. Misalnya untuk nama ilmiah jagung Zea mays. Zea
menunjukkan genus, sedangkan mays merupakan ciri khususnya, yang berarti sejenis hewan yang dipelihara
di dalam rumah (domestik).
c. Tidak ada dua organisme atau lebih yang mempunyai nama spesies yang sama atau hampir sama.
d. Nama genus harus terdiri dari satu kata dan penulisannya selalu dimulai dengan hurup besar
e. Nama spesies terdiri dari dua kata. Kata pertama merupakan nama genus dan kata kedua merupakan
petunjuk spesies. Contoh nama ilmiah padi:
Oryza sativa
1 2
1 = nama genus
2 = nama petunjuk spesies
1 + 2 = nama spesies
f. Penulisan nama spesies harus ditulis menggunakan huruf miring atau digaris bawahi. Garis bawah kata
pertama dan kedua harus terpisah. Selain itu juga dapat dicetak tebal. Contoh nama ilmiah padi:
g. Nama penemu boleh dicantumkan dibelakang nama spesies, seperti: Oryza sativa L., Rosa hybrida Hort,
dsb. L dan Hort merupakan singkatan nama atau nama penemunya.
h. Untuk pemberian nama suku (famili) terdiri dari satu kata majemuk dibentuk dari salah satu nama genus
yang dibawahinya ditambah akhiran –ceae untuk tumbuhan dan akhiran –idea untuk hewan. Seperti:
i. Jika tidak diketahui penunjukkan jenis (spesies) maka nama spesiesnya adalah setelah genus ditulis sp.
dengan huruf kecil dan tidak dicetak miring, digaris bawah atau dicetak tebal.