1. Sortasi
Proses sortasi sangat berperan penting dalam menghasilkan biji kakao dengan
kualitas yang baik. Digunakan untuk memisahkan buah kakao yang sehat dari buah
kakao yang rusak karena penyakit, busuk maupun cacat. Hal ini perlu dilakukan
agar buah yang sehat tidak ikut tercemar karena ditimbun di satu tempat.
2. Pemeraman
Pemeraman buah bertujuan untuk membantu pembentukan cita rasa dan aroma
kakao. Di samping itu juga mempermudah proses fermentasi karena pemeraman
akan menyebabkan pulp lebih mudah terlepas dari biji kakao. Waktu pemeraman
berkisar antara 6-9 hari sebelum buah tersebut dipecah.
3. Pengupasan
Setelah pemeraman, buah segera dikupas atau dipecahkan baik dengan pisau,
arit maupun pemukul kayu. Pemecah biji harus dilakukan secara hati-hati supaya
tidak melukai biji yang kemudian diikuti dengan pemisahan biji dari buah dan
sekaligus disortasi agar diperoleh ukuran biji yang seragam. Penundaan proses
pengolahan dapat berpengaruh negatif pada mutu karena terjadi pra fermentasi biji
kakao secara tidak terkontrol (Chatt, 1953 dan Jones, 1987).
4. Fermentasi
Fermentasi bertujuan untuk membentuk cita rasa coklat serta mengurangi rasa
pahit dan sepat yang ada dalam biji kakao (Clapperton, 1994). Selain itu untuk
melepaskan pulp dari keping biji, dan mempermudah lepasnya kulit biji dari keping
biji pada proses pengeringan/penyangraian biji kakao (Siregar et al., 2005). Beberapa
hal penting untuk kesempurnaan proses fermentasi adalah berat biji yang akan
difermentasi, pengadukan (pembalikan), lama fermentasi dan rancangan kotak
fermentasi.
Proses fermentasi biasanya berlangsung 4-6 hari, namun waktu fermentasi yang
sempurna dianjurkan adalah selama 5 hari. Biji-biji yang difermentasi secara penuh
(fully fermented) ditandai dengan adanya warna coklat gelap pada 80% kulit luar
biji dan terbentuknya pori-pori kecil di dalam biji. Apabila fermentasi gagal warna
biji sebagian besar ungu dan tidak ada pori-pori di dalam biji.
5. Pengeringan
Kadar air yang tinggi pada akhir proses fermentasi (± k.a 60%), harus diturunkan
menjadi sekitar 6-7% sebelum biji kakao tersebut diolah lebih lanjut. Hal ini dilakukan
agar pada biji kakao tidak mudah tumbuh kapang maupun jamur yang dapat
Badan Litbang Pertanian Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII
4 AgroinovasI
mengurangi kualitas dari biji kakao. Ada berbagai cara pengeringan yang dapat
dilakukan yaitu pengeringan secara alami (penjemuran/sun drying) dan pengeringan
secara buatan (menggunakan alat/artificial drying) (Mulato dan Widyotomo, 2003).
Syarat umum biji kakao yang akan diekspor ditentukan atas dasar ukuran biji,
tingkat kekeringan dan tingkat kontaminasi benda asing. Ukuran biji dinyatakan
dalam jumlah biji per 100 g biji kakao kering (kadar air 6–7%).
Syarat khusus lebih terkait dengan cita-rasa dan aroma serta masalah kebersihan.
Setelah dilakukan klasifikasi mutu umum, setiap partai biji kakao perlu digolongkan
lagi menjadi dua tingkat mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 5
Tabel 3. Syarat khusus biji kakao
Persyaratan (maks.)
Karakteristik
Mutu I Mutu II
Kadar biji berkapang (b/b) 3% 4%
Kadar biji tidak terfermentasi (biji/biji) 3% 8%
Kadar biji berserangga, pipih dan berkecambah 3% 6%
Sumber : SNI 01 – 2323 – 1991
1. Penyangraian
Penyangraian merupakan salahsatu proses
penentu kualitas dari kakao yang dihasilkan.
Penyangraian bertujuan untuk mengembangkan
rasa, aroma, warna, memudahkan pelepasan kulit
dari biji, mengurangi kadar air dan mengendorkan
kulit sehingga dengan mudah dapat dipisahkan
kulitnya dari proses pemisahan kulit biji. Rasa
dan aroma yang didapat dari proses penyangraian
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu suhu dan lama
penyangraian, panas spesifik biji, bentuk biji, jenis
varietas biji, cara pengolahan serta cara dan lama
proses penyimpanan biji coklat. Menurut Mulato,
et al., (2004) waktu sangrai berkisar 15-50 menit
tergantung pada jumlah biji kakao yang disangrai
dan kadar airnya. Waktu pendingin optimum
berkisar antara 8-10 menit dan sudah cukup untuk
mencegah biji kakao menjadi gosong (over roasted).
Badan Litbang Pertanian Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII
6 AgroinovasI
3. Pemastaan
Proses pemastaan merupakan proses
penghancuran nib menjadi ukuran tertentu (<20
m) sehingga dapat dihancurkan menjadi pasta
cair kental. Penghancuran tersebut bertujuan juga
memperbesar luas permukaan kakao, sehingga
pada saat perlakuan pengempaan dengan bantuan
pemanasan massa kakao akan memberikan pengaruh semakin banyaknya kakao
yang akan diekstrak. Kadar kulit dan kadar air biji kakao akan mempengaruhi
tingkat kesulitan dalam penghancuran nib menjadi pasta kakao (Beckett, 2000).
4. Pengempaan
Pengempaan bertujuan untuk memisahkan lemak kakao dari pasta kasar yang
telah dihasilkan. Inputnya adalah pasta kakao yang dikemas dalam kantong kain
sedangkan outputnya berupa lemak dan bungkil kakao. Rendemen pengempaan
Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 7
Penyortiran
Penyangraian
Pemastaan
Pasta coklat
Pengempaan
Bubuk coklat
Pasta coklat
Gula Lemak coklat
Susu Pencampuran Bahan lain
Penghalusan
Tempering
Pencetakan
Pengemasan
Gambar 2. Tahapan pengolahan lemak dan pasta coklat menjadi makanan coklat
Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 9
Selain bubuk coklat, pasta dan lemak coklat juga merupakan bahan baku penting
untuk industri berbagai macam makanan coklat. Proses pengolahan lemak dan
pasta coklat menjadi makanan coklat dibagi menjadi 4 tahapan yaitu pencampuran,
penghalusan, tempering dan pencetakan.
Pencampuran dilakukan dengan mengaduk campuran pasta dan lemak coklat,
susu, dan bahan lain sebagai penambah rasa dengan perbandingan tertentu serta
mentega dan lesitin untuk mendapatkan penampilan coklat yang baik (mengkilap).
Adonan yang sudah homogen kemudian dihaluskan/dikoncing secara berulang
dengan menggunakan alat rener (mesin penghalus adonan coklat tipe roll
bertingkat) untuk menghasilkan kehalusan pasta dengan ukuran partikel < 20 m.
Proses koncing diatur suhunya antara 60-70oC selama 18-24 jam. Selama proses
koncing partikel coklat, gula dan susu akan terikat dan terselimuti dengan baik oleh
lapisan lemak sehingga memberikan sensasi halus dalam mulut.
Adonan coklat yang telah jadi sebelum dicetak harus melewati proses tempering
Badan Litbang Pertanian Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII
10 AgroinovasI
terlebih dahulu, yaitu penyimpanan adonan dalam ruangan dengan kondisi suhu
dan waktu tertentu. Pada tahap awal ruang tempering dipanaskan secara perlahan
sehingga suhu adonan coklat meningkat dari suhu 33oC menjadi 48oC selama 10-
12 menit. Kemudian diikuti proses pendinginan awal, suhu adonan diturunkan
menjadi 33oC. Pada tahap ini kristal lemak belum terbentuk sehingga perlu
diturunkan lanjut pada 26oC. Adonan kemudian dipanaskan ulang sampai suhu
33oC saat adonan akan dituang ke cetakan.
Tahap terakhir adalah pengemasan yang bertujuan untuk mempertahankan
aroma, cita rasa dan penampilan produk makanan coklat. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keawetan makanan coklat adalah suhu lingkungan,
kelembaban dan kandungan oksigen di dalam. Kemasan harus ditutup rapat
dengan perlakuan panas dan tekanan. Beberapa jenis kemasan menggunakan
sistem vakum untuk memperpanjang masa simpan bahan dan makanan coklat.
Erina Septianti -
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Makassar
Edisi 20-26 Maret 2013 No.3499 Tahun XLIII Badan Litbang Pertanian