LAGI
KANGEN
RAMADHAN
Sahabatmu,
Arafat
PENDAHULUAN
Sungguh saya sudah berencana agar pesan pertama sekali ketika
Anda membaca buku ini adalah; Jangan berhenti menghargai
orang-orang di sekitar Anda! Sebab penghargaan sekecil apapun
yang Anda berikan, tidak pernah bisa Anda terka betapa besar
manfaatnya di kemudian hari.
Semua usaha tersebut tentu agar kedua-dua buku yang Anda miliki
ini saling melengkapi satu sama lain. Meskipun, secara teknis Anda
tetap bisa membaca masing-masing secara mandiri.
Sementara beberapa elemen tetap saya pertahankan, seperti kata-
kata mutiara singkat yang tersebar di sepanjang halaman buku.
Hal ini semata untuk memanjakan Anda, agar tetap rileks dan
ringan dalam menikmati tulisan-tulisan yang disajikan.
Tetapi, insya Allah ada sebaris hikmah yang akhirnya akan terpatri
dalam ingatan Anda masing-masing. Barisan inilah yang harus
Anda lingkari, sehingga Anda bisa mudah mengenalinya berulang-
ulang setiap membuka buku ini. Harapannya, semoga baris favorit
itu mengubah hidup Anda, atau membuka jalan bagi setiap hal
yang pada akhirnya juga untuk mengubah hidup Anda.
“Nak, belikan ibu gula di warung sebelah ya. Ini duitnya sepuluh
ribu, harga gula kan delapan ribu, jadi masih ada sisa kembalian,
buat kamu aja.“
Keesokan harinya ibu itu kembali kehabisan bahan dapur. Kali ini
garamnya habis. Padahal ia sedang masak sop ayam. Aromanya saja
sudah harum dan gurih menyebar ke sudut-sudut rumah, nikmat
sekali! Sayang sop itu rasanya hambar, kan belum digarami.
“Nak, belikan ibu garam ya. Ini uangnya lima ribu, tapi kali ini gak
ada kembaliannya karena harga garamnya memang lima ribu. Gak
papa kan?“
Sebagai anak yang baik, ia juga tahu diri. Orang tua sudah
mengandung, melahirkan, menyusui, memberi nafkah,
mencurahkan perhatian, menyiapkan pakaian, tempat tinggal, dan
lain-lain banyak banget! Masa cuma disuruh ke warung sebelah
harus minta pamrih segala? Kelewatan itu sih!
Sekali lagi, sebagai orang tua sah-sah saja untuk memerintahkan
anaknya tanpa perlu menjanjikan upah apapun. Anda setuju?
***
Selanjutnya kita ingat tentang guru-guru sekolah yang baik hati.
Insya Allah, Anda juga punya pengalaman memiliki guru seperti ini.
Guru yang selalu menyiapkan hadiah bagi murid-muridnya yang
lulus ujian akhir semester.
***
Setelah membaca dua kisah tersebut, mari kita bandingkan saat Allah
memerintahkan mahlukNya dengan suatu kewajiban. Shalat lima
waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dan lain-lain.
Perintah Allah yang bersifat wajib ini banyak sekali. Namun semuanya
memiliki satu hal yang sama, yaitu sama-sama dijanjikan pahala
besar sekali bagi yang melaksanakannya.
Padahal kalau kita mau jujur, perintah Allah tidak harus disertai
imbalan apa-apa. Tanpa pahala sekalipun, sah-sah saja bagi Allah
untuk memerintahkan hambaNya. Allah sudah menciptakan kita,
menunjukkan kita hidayah kepada agama Islam, menjamin rezeki kita
sampai hari ini, memberi kesehatan saat kita sakit, menguatkan kita
saat mengalami musibah, melindungi orang-orang yang kita cintai
sehingga kita selalu bersama mereka, dan lain-lain banyak banget!
Namun Dia-lah Allah Yang Maha Baik lagi Maha Dermawan, dalam
keadaan seperti ini ternyata Allah masih menjanjikan pahala yang
besar bagi saat Dia memerintahkan kita dengan kewajiban agama.
Ah, rasanya saya senang sekali dan ingin berlari sekencang-
kencangnya melaksanakan perintah itu.
Masih ada satu hal lagi, bahwa segala kewajiban tersebut kan
manfaatnya kembali kepada kita sendiri. Bukan buat Allah.
Kekuasaan Allah tidak bertambah sedikitpun karena ibadah
hamba-Nya, dan tidak berkurang sedikitpun jika seluruh mahluk
bermaksiat kepada-Nya. Semua ketaatan yang dilakukan seorang
hamba, seratus persen kembali kepada dirinya sendiri. Kalau ia
patuh yang untung ya dia. Kalau ia melanggar yang rugi juga dia.
Jadi memang tidak ada yang mengharuskan Allah untuk
menyiapkan sebuah imbalan atas perintahNya.
1. Puasa
Secara bersamaan puasa memiliki manfaat ganda yaitu
menyebabkan orang yang menjalankannya masuk ke dalam surga,
serta melindungi dari neraka.
2. Shalat
Begitu besarnya rahmat Allah kepada hambaNya bisa terlihat dari
shalat, karena ibadah yang satu ini tetap berpahala besar
meskipun terlambat dikerjakan (karena alasan syar‘i)
“Ridha Allah ada di awal waktu shalat dan ampunan Allah ada di
4
akhir waktu.“
***
Mungkin hadist-hadist di atas sudah tidak asing di telinga Anda.
Tetapi saya yakin emosinya akan berbeda setelah kita menginstall
mindset baru dalam pikiran kita, bahwa seluruh balasan tersebut
sebenarnya bukan suatu keharusan bagi Allah menjanjikannya
kepada kita, melainkan semata-mata karena kemurahanNya.
Melainkan katakanlah,
“Maaf malas, tapi sekarang sedang
Ramadhan!“
PENUTUP
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Yang Maha Pemurah, dengan
sebab kepemurahanNya saja buku ini akhirnya dapat selesai.
Shalawat dan salam kepada sebaik-baik Nabi dan Rasul, yaitu Baginda
Nabi Muhammad beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Maka saya berharap kepada Allah, agar buku ini bisa menjadi
bagian dari usaha saya untuk ikut menambah semarak Ramadhan
juga. Saya yakin semua yang kita upayakan akan menjadi bukti
yang meringankan hisab di hari kiamat kelak, bahwa kita termasuk
dalam golongan orang-orang yang memuliakan Ramadhan.
Sudah tiga buku cetak yang ia tulis, yaitu Kangen Ramadhan Lagi,
Satu Langkah Setiap Hari, dan Lagi Kangen Ramadhan. Selain itu
juga berkarya dalam bentuk digital di mana hingga hari ini sudah
mencapai empat judul e-book yang ia tulis.