Anda di halaman 1dari 8

PEWARISAN GEN RANGKAI KELAMIN

Oleh :
Nama : Hastya Tri Andini
NIM : B1A017081
Rombongan : IV
Kelompok :B
Asisten : Dyah Retno Annisa

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Data Perhitungan Rombongan IV


Jumlah
HariKe Kenampaka
Lalat Keadaan Media Kultur Nama Pengamat
- n Pupa
Imago

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


1 6 Tidak berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


2 6 Tidak berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


3 6 Tidak berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


4 6 Tidak berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


5 5 2 Berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


6 5 2 Berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


7 5 6 berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


8 0 14 berisi
normal, lembap Rombongan IV

Tidak terkontaminasi, Kelompok E


9 15 60 berisi
normal, lembap Rombongan IV
Persilangan antara Drosophila betina Virgin white eyes dengan Drosophila
jantan liar. Persilangan adalah sebagai berikut :

Hasil

Rombongan Jantan
Jantan Betina white
white Betina liar
liar eyes
eyes
IV 11 0 12 0

Diketahui :
♂ = XY
♀ = XX
White eyes = ww
Liar = WW
P1 : ♀ white eyes x ♂ liar
Gamet : XwXw x XWY
F1 : XWXw : XwY,
♀ liar (carier) : ♂ white eyes
100 : 0
B. Pembahasan

Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai


kelamin (sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-gen
ini disebut peristiwa rangkai kelamin (linkage). Seperti halnya gen berangkai
(autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak mengalami segregasi dan penggabungan
secara acak di dalam gamet-gamet yang terbentuk. Akibatnya, individu-individu
yang dihasilkan melalui kombinasi gamet tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe
dan genotipe yang menyimpang dari hukum Mendel (Susanto, 2011). Berangkai
(linkage) adalah suatu peristiwa terdapatnya dua atau lebih gen dalam sebuah
kromosom. Berangkai ada 2 macam yaitu berangkai sempurna dan berangkai
tidak sempurna. Berangkai sempurna terjadi apabila tidak ada pindah silang antara
gen-gen pada satu kromosom, sedangkan berangkai tidak sempurna terjadi bila ada
pindah silang ( crossing over ) antara gen-gen dalam satu kromosom (Suryo,
1994). Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom biasanya letaknya tidak
berdekatan satu dengan lainnya, sehingga gen-gen itu dapat mengalami perubahan
letak yangdisebabkan karena adanya penukaran segmen dari kromatid-kromatid pada
sepasang kromosom homolog. Peristiwa ini sering disebut dengan pindah silang
(crossing over) (Suryo, 1994).
Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas
macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada
umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin
dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes).
Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi
memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai
kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes) (Susanto, 2011).
1. Gen rangkai X, merupakan gen-gen yang terdapat pada kromosom X. Ekspresi
gen yang diatur oleh kromosom X antara lain :
a. Warna mata pada Drosophila.
b. Hemophilia, mengakibatkan darah seseorang sukar membeku saat terjadi
luka. Waktu beku darah normal yaitu 2-6 menit, sedangkan pada orang
hemophilia waktu beku darahnya antara 50 menit sampai 2 jam sehingga
dapat menyebabkan kematian.
c. Buta warna, tidak dapat membedakan warna dengan jelas.
d. Ichyosis, kulit tubuh bersisik.
e. Anodontia, tidak memiliki benih gigi di dalam rahangnya sehingga gigi tidak
tumbuh seterusnya.
2. Gen rangkai Y, merupakan gen-gen yang terdapat pada kromosom Y. Ekspresi
gen yang diatur oleh kromosom Y antara lain :
a. Hypertrichosis, pertumbuhan rambut yang berlebihan pada bagian tubuh
tertentu, misalnya pada kuping.
b. Hystrix gravior, pertumbuhan rambut kasar.
c. Webbed toes, terdapat selaput pada jari.
3. Gen rangkai tidak sempurna, en ini sebenarnya tidak tepat disebut sebagai gen
rangkai kelamin. Hal ini dikarenakan gen ini terletak pada bagian kromosom X
yang memiliki homologi dengan bagian kromosom Y sehingga pola
pewarisannya tidak bergantung kepada jenis kelamin, tetapi berlangsung seperti
pada pola pewarisan gen rangkai autosomal. Contoh ekspresi gen yang diatur
adalah bulu kaki yang pendek pada organisme percobaan lalat Drosophila.
Gen-gen rangkai kelamin juga dapat mengalami perkawinan resiprok.
Perkawinan resiprok merupakan perkawinan yang menukarkan sifat parental
terhadap individu keturunannya. Perkawinan resiprok yang melibatkan gen rangkai
X maupun gen rangkai Y akan menghasilkan keturunan yang berbeda. Dalam hal ini
sering sekali terjadi peristiwa yang disebut sebagai pewarisan saling silang (criss-
cross inheritance), yaitu individu jantan akan memiliki fenotipe sama seperti tetua
betinanya, dan sebaliknya individu betina akan menyerupai tetua jantannya.
Berdasarkan praktikum hasil persilangan antara Drosophila betina normal (tipe liar)
dengan Drosophila jantan mutan white eyes, dari pola persilangannya terbukti bahwa
warna mata pada Drosophila diatur atau dipengaruhi oleh gen rangkai kelamin pada
kromosom X (gen rangkai X).
Nilai penting yang membedakan pewarisan rangkai kelamin yaitu:
1. Perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang berbeda.
2. Generasi berkelamin jantan lebih menyerupai parental betina dan generasi
berkelamin betina lebih menyerupai parental jantan.
Russel (1992) mengatakan bahwa persilangan resiprok yang dilakukan pada
lalat dan melibatkan gen rangkai kelamin menghasilkan F1 maupun F2 yang
berbeda. Perbedaan pada nisbah fenotipe F2 yaitu persilangan antarajantan liar
dengan betina white eyes adalah 1 : 1 : 1 : 1, sedangkan pada persilangan jantan
white eyes dengan betina liar, nisbah fenotipenya 3 : 1 dengan white untuk lalat
jantan sehingga dapat dikatakan bahwa sex parental menentukan generasi yang
diturunkan.
Individu F2 yang diperoleh menunjukkan pola pewarisan saling-silang pada
perkawinan antara jantan liar dan betina white. Pola pewarisan ini disebut pola
pewarisan saling-silang (criss-cross inheritance), yaitu individu jantan akan memiliki
fenotipe seperti tetua betinanya, dan sebaliknya individu betina akan menyerupai
tetua jantannya. Warna putih dapat muncul pada lalat betina bila dua buah kromosom
yang mengandung gen warna mata white bertemu. Pada lalat betina umumnya warna
mata bergantung pada gen yang dibawa oleh kromosom X. Warna putih dapat
muncul pada lalat jantan karena lalat jantan memiliki satu kromosom X dan
kromosom Y dimana kromosom Y tidak membawa gen warna mata. Gen rangkai Y
hanya akan di ekspresikan pada individu jantan sehingga sering juga dinamakan gen
holandrik. Perkawinan resiprok yang melibatkan baik gen rangkai kelamin X
maupun gen rangkai kelamin Y akan menghasilkan keturunan yang berbeda.
Praktikum kali ini menyilangkan lalat jantan tipe liar dengan lalat betina
white eyes merupakan contoh dari gen rangkai X karena mengatur warna mata pada
lalat Drosophila. Berdasarkan hasil persilangan pada rombongan IV didapatkan hasil
F1 yaitu 11 ekor lalat jantan tipe liar dan 12 ekor lalat betina tipe liar, tidak
didapatkan hasil yang lalat mutan (white eyes). Praktikum ini tidak menunjukkan
peristiwa pada gen rangkai X, karena tidak munculnya lalat mutan white eyes. Alasan
memakai lalat betina white eyes yaitu disebabkan pewarisan warna mata Drosophila
melanogaster mengikuti pewarisan gen kelamin X, sehingga pewarisannya terjadi
baik pada lalat jantan maupun betina (Pai, 1992). Menurut Suryo (1994), apabila
betina yang bermutan disilangkan dengan jantan yang normal maka akan dihasilkan
F1 adalah betina yang normal dan jantan yang mutan. Untuk keturunan selanjutnya
diperoleh jantan maupun betina 50% mutan dan 50% normal.
Pada praktikum ini hasilnya tidak sesuai dengan hukum Morgan. Menurut
Sisunandar (2011) menyatakan bahwa hasil persilangan gen terpaut seks sangat
tergantung kepada fenotip pada setiap jenis parentalnya. Hal ini karena hewan betina
mempunyai dua kromosom X sedangkan bagi hewan jantan hanya mempunyai
sebuah kromosom X saja. Namun ada faktor lain yang mempengaruhinya yaitu:
1. Kelalaian dalam menghitung lalat Drosophila yang kurang teliti sehingga data
yang diperoleh tidak valid.
2. Kurang atau sedikit lalat Drosophila yang telah diamati.
3. Dalam proses perkawinan mengalami nondisjunction yaitu akibat dari kromosom
yang tidak memisah pada anafase dari meiosis dan menyebabkan penambahan
atau pengurangan kromosom dalam gamet dan zigot.
DAFTAR PUSTAKA

Pai, A., 1992. Dasar-Dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat. Jakarta: Erlangga.

Sisunandar., 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto: UMP.

Suryo., 1994. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Susanto, A. H., 2011. Buku Teks Genetika. Purwokerto: Universitas Jendral


Soedirman Press.

Anda mungkin juga menyukai