Anda di halaman 1dari 4

Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.

php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 4 (1), Januari 2017, 124-127

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP


PENANGANAN PERTAMA SISWA SYNCOPE
DI SMAN 1 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA

Panji Nugroho, Cornelia D.Y. Nekada, Tia Amestiasih*)


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta, Jl.
Raya Tajem KM 1,5 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282

Abstrak
Syncope adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot dalam beberapa detik hingga beberapa menit
yang menyebabkan seseorang jatuh pingsan. Kejadian syncope sering terjadi di SMA Negeri 1
Ngaglik Sleman Yogyakarta kurang lebih sebanyak 6-8 orang dalam 1 bulan. Tujuan penelitian ini
adalah diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan terhadap penanganan pertama siswa syncope di
SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode
deskriptif analitik menggunakan pendekatan crossectional, jumlah sampel pada penelitian ini 64
responden dari 176 siswa, Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode
purposive sampling. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah somer. Data di ambil pada
tanggal 28 Maret 2016 sampai 1 April 2016 di SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan baik responden sebanyak 34 orang (53,1%) dan
penanganan pertama baik responden sebanyak 38 orang (59,4%) nilai P-Value 0,679 (>0,1).
Keterampilan dalam memberikan penanganan pertama siswa syncope tidak hanya dipengaruhi oleh
pengetahuan saja akan tetapi ada hal lain yang berkontribusi seperti motivasi dan interaksi. Tidak
ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap penanganan pertama siswa syncope di SMA Negeri 1
Ngaglik Sleman Yogyakarta.

Kata Kunci : SPGDT, Syncope, Pengetahuan.

Abstract
[The Correlation Between Level Of Knowledge And First Aid Treament For Students Who
Experince Syncope At SMAN 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta] Syncope is loss of consciousness and
muscle strength for a few seconds until a few minutes which causes someone to faint. The incidence of
syncope frequently occurs at SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta in approximately 6-8
people within one month. To identify the correlation between Level of knowledge and first aid
treatment for students who experience syncope at SMAN 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. This
research is quantitative which employed descriptive analytical method with cross sectional
approach. The sample size in this research was 64 respondents out of 176 students. Sampling was
taken purposive sampling. Statistics used in this research was Somer's. Data were collected on 28
March 2016 to 1 April 2016 at SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman, Yogyakarta. The research results
indicated that the level of knowledge of the respondents was good numbering 34 students (53.1%) and
first aid treatment of the respondents was good numbering 38 students (59.4%) with p value of
0.679 (>0.1). Skills in giving the first aid treatment for students who experienced syncope are not only
affected by knowledge, but there are other things that contribute such as motivation and
environmental interaction. There is no correlation between level of knowledge and first aid treatment
for students who experience syncope at SMAN 1 Ngaglik, Sleman Yogyakarta.

Keywords: SPGDT, Syncope, Knowledge

Info Artikel : Dikirim 10 November 2016; Revisi 23 November 2016; Diterima 10 Januari 2017

*) Penulis Korespondensi
Email: tia.amestiasih@gmail.com

124
Copyright ©2017, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 4 (1), Januari 2017, 124-127

1. Pendahuluan 2. Bahan Metode


Kebanyakan individu pernah mengalami Jenis pada penelitian ini adalah kuantitatif
pingsan setidaknya sekali dalam hidupnya, hal ini dengan metode deskriptif analitik, menggunakan
dipicu dari berbagai faktor diantaranya kondisi yang pendekatan crossectional (Dharma, 2011). Tempat
panas disertai dehidrasi, berdiri terlalu lama, penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 yang
kemudian posisi tubuh yang naik secara mendadak beralamat di Desa Donoharjo kecamatan Ngaglik
seperti dari jongkok ke berdiri, dan bisa juga kabupaten Sleman Yogyakarta yang dilaksanakan
dipengaruhi oleh tekanan emosi, sakit perut, pada tanggal 28 Maret sampai 1 April 2016. Populasi
kehilangan darah, batuk-batuk, buang air kecil dalam penelitian ini adalah Siswa kelas 11 SMAN 1
biasanya disertai sakit, serta merosotnya kadar gula Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Jumlah populasi pada
darah dan gangguan jantung (Saubers, 2011). penelitian ini berjumlah 176 siswa dengan seluruh
Berdasarkan Studi pendahuluan yang kelas 11 IPA dan IPS. Kriteria sampel dapat
dilakukan di SMAN 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inklusi dan
didapatkan hasil informasi dari guru Bimbingan eksklusi (Nursalam, 2013). Kriteria pengambilan
Konseling (BK) dan siswa yang mengikuti organisasi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Palang Merah Remaja (PMR) bahwa kejadian bersedia menjadi responden & Aktif mengikuti PBM
syncope biasanya sering terjadi pada saat (Proses Belajar Mengajar) dalam kelas. Adapun
pelaksanaan upacara bendera hari senin dan pada kriteria eksklusinya adalah tidak hadir dan tidak naik
saat kegiatan belajar mengajar dikelas, kurang lebih kelas.
kejadian syncope di SMAN 1 Ngaglik sebanyak 6-8 Teknik pengambilan sampel pada penelitian
orang dalam 1 bulan, biasanya siswa syncope ini menggunakan Non probality sampling yaitu
disebabkan karena siswa belum sarapan, ditambah dengan metode purposive sampling. Metode
pelaksanaan upacara bendera hari senin yang purposive sampling adalah suatu metode pemilihan
terpapar oleh sinar matahari langsung dan menurut sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau
informasi guru BK siswa syncope juga disebabkan tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti.
oleh beban masalah pribadi, mayoritas yang (Dharma, 2011). Pada penelitian ini uji validitas
mengalami pingsan adalah wanita. Guru instrumen yang digunakan adalah uji expert
mengungkapkan pernah ada siswa yang tidak segera judgment. Dari hasil rata-rata penilaian dari kedua
sadarkan diri kemudian di bawa kepuskesmas ekpert ini didapatkan hasil nilai rata-rata
terdekat. penilaiannya adalah dengan nilai 0,8625 atau skor
Hasil wawancara dari 1 guru 18 orang siswa rata-rata ≥ 0,75 maka uji validitas intrument
pada tanggal 11 November 2015 dan 28 November berdasarkan ekpert judgment di nyatakan layak untuk
2015 tindakan yang dilakukan siswa (PMR) pada dipergunakan didalam penelitian ini. Instrumen
saat siswa pingsan adalah langsung membawa dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
korban ke UKS dan melakukan tindakan Analisa bivariat dalam penelitian ini
menyadarkan dengan cara dibaringkan terlebih dilakukan untuk mengetahui siswa interaksi antar
dahulu ditempat tidur, melonggarkan pakaian yang variabel pengetahuan syncope dan perilaku
dikenakan siswa, mengoleskan minyak kayu putih penanganan syncope pada siswa SMAN 1 Ngaglik
dan freshcare jika sudah sadar korban diberikan air Sleman, Yogyakarta. Analisa bivariat pada penelitian
minum atau air teh hangat kemudian korban disuruh ini menggunakan uji somer’s.
istirahat. Sedangkan pada siswa yang tidak
mengikuti PMR rata-rata siswa banyak yang tidak 3. Hasil Penelitian
mengetahui cara penanganan syncope yang tepat dan Karateristik Jenis Kelamin
benar, banyak dari mereka juga yang tidak tahu dan Grafik 1 karateristik jenis kelamin responden
tidak menolong atau tidak tahu hanya menonton, terbanyak pada penelitian ini adalah perempuan
tetapi ada dari mereka yang ikut membantu hanya sebanyak 35 orang (54,7%).
sebatas menggotong dan memberikan bau-bauan
saja. Sehinga banyak siswa yang belum memahami 60 54,7 %
cara penanganan pertama orang syncope, oleh karena 45,3 %
itu pengetahuan siswa terhadap penanganan pingsan 40
masih kurang tepat. Maka peneliti tertarik untuk Laki-laki
meneliti sejauh mana pengetahuan penanganan 20
Perempuan
syncope di SMAN 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan 0
tingkat pengetahuan terhadap penanganan pertama Jenis kelamin
pada siswa syncope di SMAN 1 Ngaglik Sleman
Yogyakarta.
Grafik 1 Distribusi Frekuensi Karateristik Jenis
Kelamin Responden di SMAN 1 Ngaglik Sleman
DIY (n= 64 responden).

125
Copyright ©2017, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 4 (1), Januari 2017, 124-127

Hal ini didukung oleh penelitian yang


Tingkat Pengetahuan Dan Kategori Penanganan dilakukan oleh Novitasari (2014) yang berjudul
Pertama Siswa Syncope “Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan
Grafik 2 Kategori pengetahuan baik perilaku petugas kesehatan dalam penatalaksaan
responden sebanyak 34 orang (53,1%) dan Kategori manajemen terpadu balita sakit (MTBS) diare di
penanganan baik responden sebanyak 38 orang puskesmas kota cilegon” menunjukan bahwa tidak
(59,4%) ada hubungan yang bermakna antara variabel yang
diuji, yaitu pengetahuan dengan perilaku petugas
kesehatan dalam penatalaksaan MTBS diare p=
0.968. Dapat peneliti simpulkan bahwa tidak selalu
pengetahuan dan perilaku penanganan terdapat
hubungan.
Hal ini berlawanan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penelitian Hidayat (2014) yang
berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dengan
sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada
siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan
Mojolaban kabupaten sukoharjo” Menunjukan
bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
Grafik 2 Distribusi Frekuensi Karateristik Kategori dengan sikap pendidik terhadap pertolongan pertama
Tingkat Pengetahuan Dan Kategori Penanganan siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan
Pertama Siswa Syncope di SMAN 1 Ngaglik Sleman Mojolaban kabupaten sukoharjo”. Notoatmojo
DIY (n= 64 responden) (2012) mengatakan Secara teori memang perubahan
perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu
Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan seperti
Penanganan Pertama Siswa Syncope melalui proses perubahan : pengetahuan, sikap dan
Tabel 1 Hubungan tingkat pengetahuan terhadap praktik.. Beberapa penelitian juga telah
penanganan pertama siswa syncope di SMAN 1 membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga
Ngaglik Sleman DIY (n= 65 responden) membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu
seperti teori di atas (pengetahuan, sikap dan pratik),
Kategori bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi
Kategori P
Penanganan Total sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku
Pengetahuan Value
Kurang Baik positif meskipun pengetahuan dan sikapnya masih
Kurang 13 17 30 negatif.
Baik 13 21 34 0,679 Menurut Horwood (2009) dalam Novitasari
Total 26 38 64 (2014) Pengetahuan dan keterampilan selama
pelatihan sangat penting sebagai penentu kinerja
Tabel 1 Menunjukan bahwa kategori tingkat akan tetapi kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor
pengetahuan dengan penanganan kurang sebanyak yang lain seperti persepsi dan motivasi, sikap klien
13 resonden pengetahuan kurang dengan penangana dan masyarakat dan lingkungan yang menunjang.
baik sebanyak 17 responden, pengetahuan baik Oleh sebab itu pentingnya motivasi yang bersumber
dengan penanganan kurang sebanyak 13 responden dari dalam diri itu sendiri untuk memberikan
pengetahuan baik dengan penanganan baik sebanyak dorongan dan kekuatan untuk melakukan tindakan
21 responden. ini dilihat dari hasil uji somer yang diinginkan. Hasil penelitian Nursyamsiah
didapatkan hasil P value 0,679 (>0,1). Hasil (2015) yang berjudul “Hubungan motivasi dan minat
penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan belajar terhadap kesiapan menjadi bidan pada
yang bermakna terhadap tingkat pengetahuan dan mahasiswa DIII kebidanan semester VI poltekkes
penanganan pertama siswa syncope di SMAN 1 permata indonesia yogyakarta” menjelaskan motivasi
Ngaglik SlemanYogyakarta. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Dengan kata lain adanya usaha yang tekun
4. Pembahasan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang
Pengetahuan dapat di pengaruhi oleh yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang
pendidikan semakin tinggi pendidikan maka semakin baik. Dari penelitian tersebut bisa disimpulkan
luas pula pengetahuannya, Akan tetapi bukan berarti dengan motivasi seseorang dapat melakukan suatu
seseorang yang berpendidikan rendah mutlak kegiatan atau pun tindakan yang disebabkan oleh
berpengetahuan rendah pula (Wawan & Dewi 2011). dorongan diri atau motivasi.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuk tindakan seseorang 5. Kesimpulan
(ovent behaviour) ( Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan penanganan pertama siswa
syncope di SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman

126
Copyright ©2017, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728
Tersedia online di: http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/index
Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 4 (1), Januari 2017, 124-127

Yogyakarta. Bahwa kategori tingkat pengetahuan Hidayat, N.R. (2014) “hubungan tingkat
baik sebanyak 53,1%, Sedangkan kategori tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam
pengetahuan kurang sebanyak 46,9 %. Penanganan pertolongan pertama pada siswa yang
pertama siswa syncope di SMA Negeri 1 Ngaglik mengalami sinkop di SD kecamatan
Sleman Yogyakarta. Bahwa kategori penanganan mojolaban kabupaten sukoharjo”, Skripsi.
baik sebanyak 59,4 %, sedangkan kategori Stikes kusuma husada surakarta
penanganan kurang sebanyak 40,6 %. Tidak ada Notoatmodjo, S. (2012). promosi kesehatan dan
hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka cipta
penanganan pertama siswa syncope di SMA Negeri 1 Novitasari. (2014). Hubungan pengetahuan dan
Ngaglik Sleman Yogyakarta. motivasi dengan perilaku petugas kesehatan
dalam penatalaksaan manajemen terpadu
6. Saran balita sakit (MTBS) diare di puskesmas kota
Tenaga kesehatan dapat memberikan cilegon. Skripsi. Universitas islam negeri
pelatihan kesehatan mengenai penanganan atau syarif hidayatullah jakarta
pertolongan pertama pada orang mengalami syncope Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian ilmu
dikalangan sekolah-sekolah agar dapat meningkatkan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
ilmu pengetahuan penanganan pertolongan pertama Nursyamsiah. (2015). Hubungan motivasi dan minat
syncope dengan cepat, tanggap dan tepat. Intitusi belajar terhadap kesiapan menjadi bidan
pendidikan diharapkan dapat bekerja sama dengan pada mahasiswa DIII kebidanan semester VI
instansi kesehatan yang berada diwilayah Ngaglik poltekkes permata indonesia yogyakarta.
agar dapat mewujudkan pelatihan pertolongan Skripsi. Universitas Respati Yogyakarta
pertama pada kecelakaan (P3K) khususnya tentang Riduwan, Akdon. (2007). Rumus atau data aplikasi
penanganan pertama orang yang mengalami syncope. statistika untuk penelitian (Administrasi
Siswa SMA hendaknya mereka dapat memperoleh Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-
pelatihan kesehatan khususnya pada pertolongan Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-
pertama syncope, sehingga mereka mengetahui dan Kesehatan). Bandung. Alfabeta
dapat melaksanakan nya dengan tepat. Saubers, N. (2011). Semua yang harus anda ketahui
tentang P3K. Yogyakarta: Pallmall
7. Daftar pustaka Wawan A, & Dewi, M. (2011).Tteori & pengukuran
Dharma, K, K. (2011). Metodologi Penelitian pengetahuan, sikap dan perilaku
Keperawatan (pedoman melaksanakan dan manusia.Yogyakarta: Nuha Medika.
menerapkan hasil penelitian). Jakarta: CV.
Trans Info Media

127
Copyright ©2017, Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, p-ISSN: 2088-8872; e-ISSN: 2541-2728

Anda mungkin juga menyukai