Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL JURNAL

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. J


DENGAN RISIKO JATUH DI UPT PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA JEMBER

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
NOVELIN ANNISA
FAJRIYAH 1701021037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
ARTIKEL JURNAL

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. J


DENGAN RISIKO JATUH DI UPT PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA JEMBER

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
NOVELIN ANNISA
FAJRIYAH 1701021037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020

i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................iii

LEMBAR PENGUJI ARTIKEL...................................................................iv

DAFTAR ISI..................................................................................................v

ABSTRAK......................................................................................................1

ABSTRAK........................................................................................................2

PENDAHULUAN..........................................................................................3

METODE........................................................................................................4

STUDI KASUS..............................................................................................4

PEMBAHASAN...........................................................................................10

SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

v
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. J
DENGAN RISIKO JATUH DI UPT PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA JEMBER

Novelin Annisa Fajriyah


1701021037
(Program Studi Diploma III Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Jember)
e-mail: novelinannisa@gmail.com

ABSTRAK

Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia maka terjadi penurunan kondisi fisik, mental dan fungsi tubuh.
Risiko jatuh pada lansia merupakan sindrom geriatri yang paling sering terjadi
pada lansia (Rudy & Setyanto, 2019). Kejadian jatuh pada lansia setiap tahunnya
tercatat sekitar 30% terjadi pada lansia berusia 65 tahun dan pada lansia berusia
80 tahun atau lebih angka kejadian jatuh meningkat menjadi 50% di seluruh dunia
Hamid et al (2017) dalam Dewi (2019). Risiko jatuh pada lansia dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Lansia yang memiliki
riwayat jatuh maka akan berisiko mengalami jatuh berulang sehingga lansia
memiliki trauma untuk beraktivitas dan apabila lansia mengalami jatuh maka akan
berisiko mengalami fraktur.
Tujuan studi kasus ini adalah mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
lansia dengan risiko jatuh secara tepat melalui proses keperawatan mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosis, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Berdasarkan hasil studi kasus, setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan pada klien selama 4 kali kunjungan masalah risiko jatuh teratasi,
klien tidak mengalami jatuh selama beberapa minggu terakhir, klien tampak sudah
mampu mempertahankan keseimbangan ketika berdiri dengan menggunakan
bantuan tongkat, klien tampak mengelilingi kamar sudah tidak menggunakan
tongkat, klien tampak sudah mampu menyesuaikan perbedaan tekstur permukaan
lantai ke tangga.
Kata Kunci: lansia, risiko jatuh.

1
2

ABSTRACT

Fall is a physical problem that often occurs in the elderly, along with
increase of age accordingly the physical condition, function of body and mental is
decreased. The risk of falling in the elderly is a geriatric syndrome which often
occur in the elderly (Rudy & Setyanto, 2019). The incidence rate of falling each
year was recorded around 30% in the elderly aged 65 years and 80 years or
older, the incidence rate of falling is increase to 50% in the world Hamid et al
(2017) in Dewi (2019). The risk of falling in the elderly is influenced by two
factors, that is intrinsic factor and extrinsic factor. The elderly who have history
of falling, accordingly have risk of falling will be repeat so that them can be
trauma to activity and can be risk of fracture.
The purpose of this case study is to apply nursing care in elderly with risk
of falling appropriately through the assessment, diagnose, intervention,
implementation and evaluation of nursing care.
Based on the result of the case study, after the treatment of nursing care in
client during 4 visits the problem risk of falling is resolved, the client doesn’t fall
in the last few weeks, the client can to maintain balance when standing with the
help a stick, the client can to surround in the room without using a stick, the client
seemed to adjust the difference in the surface texture of the floor to the stairs.
Key words: elderly, the risk of falling.
PENDAHULUAN mencapai 63,82 %, selanjutnya diikuti
Indonesia merupakan salah oleh lansia madya (70-79 tahun) dan
satu negara berkembang dengan lansia tua (80+ tahun) dengan besaran
jumlah lansia terbanyak di dunia. masing-masing 27,68
Dalam waktu hampir lima dekade, % dan 8,50 %. Pada tahun 2019 sudah
persentase lansia Indonesia ada lima provinsi yang memiliki
meningkat sekitar dua kali lipat struktur penduduk tua di mana
(1971-2019), yakni menjadi 9,6 % penduduk lansianya sudah mencapai
(25 juta-an) di mana lansia 10 %, yaitu di Yogyakarta (14,50 %),
perempuan sekitar satu persen lebih Jawa Tengah (13,36 %),
banyak dibandingkan lansia laki-laki Jawa Timur (12,96 %), Bali (11,30
(10,10 % banding 9,10 %). Dari %) dan Sulawesi Barat (11,15 %)
seluruh lansia yang ada di Indonesia, (Maylasari et al., 2019). Jawa Timur
lansia muda (60-69 tahun) jauh termasuk provinsi dengan jumlah
mendominasi dengan besaran yang lansia terbanyak ke 3 di Indonesia. Di
3

Jember sendiri termasuk memiliki cukup banyak berkisar 14,30%


persentase penduduk lansia yang (Parowoto & Agustin, 2015). Dari
sekian banyak lansia yang ada di
Jember hanya sebagian kecil lansia
yang berada di UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Jember yaitu
berkisar 140 lansia dari 650 lansia
yang ada di Kabupaten Jember.
Hamid et al (2017) dalam Dewi
(2019) menyebutkan bahwa resiko
jatuh pada lansia akan semakin
meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Kejadian jatuh
pada lansia setiap tahunnya tercatat
sekitar 30% terjadi pada lansia
berusia 65 tahun atau lebih dan pada
lansia berusia 80 tahun atau lebih
angka kejadian jatuh meningkat
menjadi 50% di seluruh dunia.
Jatuh merupakan suatu
keadaan dimana terjadi kegagalan
pada manusia untuk
mempertahankan keseimbangan
tubuhnya untuk berdiri. Jatuh
merupakan masalah fisik yang sering
terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia maka terjadi
penurunan kondisi fisik, mental dan
fungsi tubuh. Risiko jatuh pada
lansia merupakan sindrom geriatri
yang paling sering terjadi pada lansia
(Rudy & Setyanto, 2019).

Risiko jatuh dipengaruhi oleh neuropsikiatrik, penurunan visus,


dua faktor yaitu faktor intrinsik dan perubahan neuromuskular, gaya
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berjalan, reflek postural, gangguan
meliputi kondisi fisik, jantung dan sirkulasi darah, gangguan
4

sistem susunan saraf, gangguan kognitif, dan juga dari lingkungan.


sistem anggota gerak, serta gangguan Komplikasi jatuh pada lansia
psikologis menurut Azizah (2011) dalam
(Rahmawardani, 2018). Faktor Rahmawardani (2018) yaitu lansia
ekstrinsik berasal dari lingkungan berisiko mengalami fraktur.
lansia yang berupa lantai licin dan Penatalaksanaan risiko jatuh berupa
tidak merata, tersandung oleh benda- modifikasi lingkungan dan latihan
benda, kursi roda yang tidak keseimbangan (Rahmawardani,
terkunci, penerangan cahaya yang 2018), pemeriksaan risiko jatuh
kurang terang dan gampang menggunakan TUG dengan
terpeleset atau tersandung. Hal interpretasi lansia yang mengalami
tersebut membuat trauma sendiri risiko jatuh yaitu 14-24 detik.
bagi lansia sehingga menyebabkan
lansia takut melakukan aktivitas dan METODE
hanya beristirahat saja, dan trauma Metode penulisan artikel ini
yang dialami lansia karena jatuh adalah studi kasus risiko jatuh pada
dapat menurunkan ADL pada lansia Ny. J (86 tahun) di UPT Pelayanan
(Rahmawardani, 2018). Sosial Tresna Werdha Jember pada
Tanda dan gejala lansia yang tanggal 24 sampai 27 Februari 2020.
mengalami risiko jatuh menurut Studi literatur diambil dari berbagai
Stanley & Beare (2006) dalam sumber. Pendekatan ini dilakukan
Rahmawardani (2018) penggunaan dengan pendekatan proses
kacamata, gaya berjalan, keperawatan yang terdiri dari
keseimbangan, mengalami gangguan pengkajian, analisis data, diagnosis
keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi
keperawatan.

STUDI KASUS
Ny. J berumur 86 tahun, jenis
kelamin perempuan. Ny. J beragama
Islam dan bersuku Jawa, alamat asal
5

Ny. J yaitu di Kasian Kecamatan berjalan ke tempat bimbingan. Klien


Balung Kabupaten Jember, status mengatakan alergi terhadap sayur
Ny. J adalah janda atau cerai mati kol.
dan Ny. J tidak berpendidikan (tidak Klien mengatakan pernah
sekolah). Pengkajian dilakukan pada jatuh dikamar mandi dalam 3 bulan
tanggal 24 Februari 2020 di wisma terakhir ini sebanyak 3 kali hal
melati UPT PSTW Jember. tersebut terjadi karena tangga di
Klien mengeluh nyeri di kamar mandi cukup tinggi namun
ekstremitas bawah, nyeri dirasakan sekarang sudah diperbaiki menjadi
apabila klien berjalan, nyeri lebih rendah dan bisa di jangkau
berkurang saat klien istirahat, nyeri oleh klien sehingga mengurangi
seperti di pukul, nyeri dirasakan klien untuk terjatuh kembali, bukan
tidak menyebar hanya pada hanya itu klien juga mengalami
ekstremitas bawah saja terutama masalah dengan mata kirinya yaitu
pada daerah lutut, skala nyeri 6, klien mengalami penyakit katarak
nyeri dirasakan bertahap dan nyeri yaitu pada mata sebelah kiri dimana
di ekstremitas dirasakan sudah hal itu juga menjadi salah satu
cukup lama oleh klien yaitu kurang penyebab klien jatuh, klien
lebih 10 tahun, namun karena klien mengalami katarak kurang lebih
mengalami jatuh beberapa kali, sudah 3 tahun, klien juga pernah
klien merasakan nyerinya jatuh di pintu belakang sebanyak 2
bertambah dan frekuensi nyeri yang kali satu bulan terakhir ini, efek
dirasakan semakin sering. Untuk jatuh yang dialami klien yaitu klien
mengatasi keluhan tersebut klien mengeluh nyeri di kaki klien,
hanya meminum jamur tradisional tangan kanan klien juga merasa
dan menggunakan analgesik nyeri, upaya klien untuk mengatasi
eksternal. efek jatuh tersebut hanya diberi
Klien mengatakan tidak analgesik eksternal atau “Rimason”
dapat melakukan aktifitas apapun dan mengkonsumsi jamu Kunir,
diusia sekarang, klien hanya gejala sisa dari jatuh masih
mengikuti bimbingan dari depan dirasakan oleh klien dimana klien
kamarnya saja dan tidak dapat tidak dapat menggerakkan tangan

kanan klien ke atas dan kaki klien compos mentis, ekspresi wajah klien
masih terasa nyeri. meringis kesakitan, mata kiri klien
Dari data pemeriksaan fisik mengalami katarak dan klien hanya
klien yaitu tingkat kesadaran mampu melihat dengan jarak kurang
6

lebih 4-5 meter. Tes romberg keseimbangan, nyeri kronis yang


positif dalam waktu 20-30 detik berhubungan agens pencedara,dan
klien tampak sudah tidak seimbang, hambatan mobilitas fisik yang
gaya berjalan tidak seimbang berhubungan dengan penurunan
membutuhkan bantuan dalam kekuatan otot.
berjalan berupa pegangan atau Pelaksanaan asuhan
tongkat, pijakan lebar menurun. keperawatan dilaksanakan selama 4 kali
Mengalami penurunan kekuatan kunjungan, sesuai intervensi yang telah
otot, klien berisiko
malnutrisi, dibuat dengan keterangan:
pemeriksaan TUG didapatkan hasil
34 detik dengan interpretasi No. TINDAKAN
diperkirakan Dx
1 - Membantu klien
membutuhkan bantuan dalam untuk pindah ke
mobilisasi dan ADL, tingkat ADL posisi duduk,
menstabilkan tubuh
ketergantungan ringan, pengkajian dengan tangan
kognitif dengan MMSE klien diletakkan di sisi
atas tempat tidur
mengalami gangguan kognitif atau kursi
sedang, dan SPSMQ yaitu fungsi - Melakukan
program latihan
intelektual klien masih utuh. fisik rutin yang
Dari pengelompokan data meliputi berjalan
- Membantu untuk
didapat 3 urutan diagnosis berdiri atau duduk
keperawatan berdasarkan urutan dan mengayun
tubuh dari sisi ke
prioritas yaitu risiko jatuh yang sisi untuk
berhubungan dengan gangguan menstimulasi
mekanisme
keseimbangan
- Memonitoring dan
melakukan
evaluasi terhadap
keseimbangan
tubuh, berjalan,
dan perbedakaan
permukaan lantai
- Melakukan edukasi
tentang
pencegahan risiko
jatuh
2 edukasi
- Melakukan - tentang perawatandan
Memberikan hambatan mobilitas
ajarkan teknik fisik
Evaluasi pada relaksasi
tanggal 24
- Mendukung
Februari 2020 untuk diagnosis
istirahat/tidur yang
cukup untuk pertama didapat klien mengatakan
membantu
pernah jatuh dikamar mandi dalam 3
penurunan nyeri
- Memberikan bulan terakhir ini sebanyak 3 kali hal
analgesik eksternal
tersebut terjadi karena tangga di
(Balsem)
- Memonitoring dan kamar mandi cukup tinggi namun
melakukan
sekarang sudah diperbaiki menjadi
observasi terhadap
skala nyeri, lebih rendah dan bisa di jangkau oleh
ekspresi wajah, dan
klien sehingga mengurangi klien
kemampuan pasien
- Melakukan edukasi untuk terjatuh kembali, bukan hanya
tentang perawatan
itu klien juga mengalami masalah
nyeri
3 - Melatih agar otot dengan mata kirinya yaitu klien
pasien tetap
mengalami penyakit katarak yaitu
bekerja dengan
cara senam pada mata sebelah kiri dimana hal itu
sederhana saat
juga menjadi salah satu penyebab
bimbingan
- Mengurangi resiko klien jatuh, klien mengalami katarak
pasien kurang
kurang lebih sudah 3 tahun, klien
gerak dengan cara
terus memotivasi juga pernah jatuh di pintu belakang
klien untuk
sebanyak 2 kali dalam satu bulan
mengikuti
bimbingan dan terakhir ini, klien tampak masih tidak
berjalan ke tempat
mampu mempertahankan
bimbingan dan
membantu klien keseimbangan ketika berdiri
berjalan dari wisma
walaupun dengan menggunakan
ke tempat
bimbingan bantuan, klien tampak mengelilingi
- Mengajarkan klien
kamar masih menggunakan tongkat,
ROM pasif dan
aktif klien tampak sedikit mampu
- Memonitoring dan
menyesuaikan perbedaan tekstur
melakukan
observasi terhadap permukaan lantai ke tangga.
mobilisasi, ROM,
Diagnosis kedua yaitu nyeri kronis,
dan kemampuan
klien berdiri
klien mengatakan nyeri di seperti di pukul, nyeri dirasakan tidak
ekstremitas bawah, nyeri dirasakan menyebar hanya pada ekstremitas
apabila klien berjalan, nyeri bawah saja terutama pada daerah
berkurang saat klien istirahat, nyeri lutut, skala nyeri 6, nyeri dirasakan
bertahap dan nyeri di ekstremitas bimbingan, klien tampak mengikuti
dirasakan sudah cukup lama oleh ROM yang diajarkan oleh perawat,
klien yaitu kurang lebih 10 tahun, klien tampak masih tidak mampu
namun karena klien mengalami jatuh bangkit secara mandiri tanpa
beberapa kali, klien merasakan menggunakan bantuan dari posisi
nyerinya bertambah dan frekuensi duduk ke berdiri.
nyeri yang dirasakan semakin sering, Evaluasi pada tanggal 25
ekspresi wajah klien tampak tidak Februari 2020, diagnosis pertama
rileks, klien tampak mempraktekan yaitu risiko jatuh, klien mengatakan
cara nafas dalam. Diagnosis ketiga kakinya masih sakit saat digunakan
yaitu hambatan mobilitas fisik, klien untuk berjalan tetapi sudah
mengatakan semakin bertambahnya berkurang dan klien mengatakan
usia klien sering merasakan nyeri beberapa minggu ini sudah tidak
dikakinya apalagi digunakan untuk pernah jatuh lagi dan klien tidak
berjalan, klien mengatakan tidak menginginkan hal itu berulang
dapat melakukan apapun di usia karena memberikan efek yang tidak
sekarang, klien hanya istirahat, pergi nyaman kepada klien, klien tampak
ke kamar mandi itupun dibantu sedikit mampu mempertahankan
dengan alat bantu dan pegangan di keseimbangan ketika berdiri dengan
sekitar kamar mandi, klien hanya menggunakan bantuan, klien tampak
duduk di depan kamar, klien tampak mengelilingi kamar masih
mengikuti bimbingan dari depan menggunakan tongkat, klien tampak
kamar dan klien tidak berjalan ke sedikit mampu menyesuaikan.
tempat Diagnosis kedua nyeri kronis, klien
mengatakan masih nyeri di
ekstremitas bawah, nyeri dirasakan
apabila klien berjalan, nyeri
berkurang saat klien istirahat, nyeri
seperti di pukul, nyeri dirasakan
tidak menyebar hanya pada
ekstremitas bawah saja terutama
pada daerah lutut, skala nyeri 5, nyeri

dirasakan bertahap, ekspresi wajah hambatan mobilitas fisik, klien


klien tampak sedikit rileks, klien mengatakan kakinya masih sedikit
tampak mempraktekan cara nafas nyeri saat digunakan untuk berjalan,
dalam. Diagnosis ketiga yaitu klien tampak sudah mengikuti
bimbingan di tempat bimbingan, sudah mampu menyesuaikan
klien tampak mengikuti ROM yang perbedaan tekstur permukaan lantai
diajarkan oleh perawat, klien tampak ke tangga. Diagnosis kedua yaitu
sedikit mampu bangkit secara nyeri kronis, klien mengatakan
mandiri dengan bantuan dari posisi sedikit nyeri di ekstremitas bawah,
duduk ke berdiri, dengan bantuan nyeri dirasakan apabila klien
satu tangannya saja. berjalan, nyeri berkurang saat klien
Evaluasi pada tanggal 26 istirahat, nyeri dirasakan tidak
Februari 2020, untuk diagnosis menyebar hanya pada ekstremitas
pertama yaitu risiko jatuh, klien bawah saja terutama pada daerah
mengatakan kakinya sedikit sakit lutut, skala nyeri 3, ekspresi wajah
saat digunakan untuk berjalan tetapi klien rileks, karena tampak klien
sudah tidak seperti kemarinnya dan selalu tersenyum, klien tampak
klien mengatakan beberap minggu mempraktekan cara nafas dalam.
ini sudah tidak pernah jatuh lagi dan Diagnosis ke tiga hambatan mobilitas
klien tidak menginginkan hal itu fisik, klien mengatakan kakinya
berulang karena memberikan efek sedikit nyeri saat digunakan untuk
yang tidak nyaman kepada klien, berjalan tetapi sudah tidak seperti
klien tampak sudah mampu kemarin, klien tampak sudah
mempertahankan keseimbangan mengikuti bimbingan di tempat
ketika berdiri dengan menggunakan bimbingan, klien tampak mengikuti
bantuan tongkat, klien tampak ROM yang diajarkan oleh perawat,
mengelilingi kamar sudah tidak klien tampak sudah mampu bangkit
menggunakan tongkat, klien tampak secara mandiri dengan bantuan dari
posisi duduk ke berdiri, dengan
bantuan satu tangannya saja.
Evaluasi pada tanggal 27
Februari 2020 yaitu untuk diagnosis
kedua nyeri kronis, klien mengatakan
sedikit nyeri di ekstremitas bawah
yaitu di lutut klien, klien mengikuti
bimbingan kreatif di depan wisma

dan berjalan dari wisma ke tempat mampu beradaptasi dengan nyeri klien
bimbingan dengan bantuan tongkat di buktikan dengan saat ditanya
dan sedikit dibantu oleh perawat, sesudah klien berjalan dari kamar ke
skala nyeri 3 tetapi klien sudah tempat bimbingan klien mengatakan
lupa jika mengalami sedikit nyeri di interpretasinya adalah membutuhkan
lututnya, ekspresi wajah klien rileks, bantuan dalam mobilisasi dan
karena tampak klien selalu melakukan ADL, serta klien
tersenyum saat mengikuti bimbingan mengalami gangguan kognitif
dan klien ikut membaca puisi saat sedang. Diagnosis keperawatan yang
bimbingan kreatif, klien tampak muncul yaitu risiko jatuh, nyeri
mempraktekan cara nafas dalam. kronis dan hambatan mobilitas fisik.
Berdasarkan ketiga diagnosis
PEMBAHASAN yang sudah diambil maka peneliti
Data yang peneliti temukan mengintervensi tindakan yang akan
pada Ny. J sesuai dengan penelitian dilakukan selama 4 hari binaan.
yang dilakukan oleh Dewi (2019) Intervensi yang dilakukan oleh
dimana risiko jatuh dipengaruhi oleh penulis sesuai dengan NIC edisi
2 faktor yaitu faktor intrinsik dan keenam dan NOC edisi kelima,
faktor ekstrinsik, dimana klien namun ada beberapa intervensi yang
memiliki riwayat jatuh 5 kali memang tidak dilakukan karena
dikarenakan tangga yang terlalu terkendala beberapa hal, salah
tinggi menuju kamar mandi, klien satunya karena lansia itu sendiri
juga mengalami masalah penglihatan tidak mampu untuk melakukan
di mata kiri yaitu mata kiri klien intervensi tersebut dan harus benar-
mengalami katarak, klien mengalami benar disesuikan dengan kondisi
penurunan kekuatan otot pada lansia itu sendiri serta kondisi
ekstremitas bawah, pijakan lebar lingkungan apakah mendukung atau
menurun, TUG 34 detik dimana tidak untuk dilakukan intervensi.
Berdasarkan intervensi yang
telah dirumuskan maka peneliti
mengimplementasikan kepada klien
selama 4 hari binaan.
Berdasarkan implementasi
yang telah dilakukan maka dilakukan
evaluasi setiap harinya pada setiap
diagnosis yang telah ditetapkan,

evaluasi yang dilakukan implementasi dan evaluasi selama


menggunakan format SOAP. Untuk 3 kali kunjungan dan untuk
diagnosis risiko jatuh dan hambatan diagnosis nyeri kronis dilakukan
mobilitas fisik dilakukan implementasi dan evaluasi selama
4 kali kunjungan, dan untuk semua ADL, mata kiri klien
masalah teratasi dari hal tersebut mengalami katarak, pijakan
diharapkan klien mau serta mampu lebar menurun, klien
untuk melakukan intervensi yang mengeluh nyeri dibagian
telah peniliti ajarkan secara mandiri. ekstremitas dengan skala
nyeri 6, dan klien mengalami
SIMPULAN deformitas pada lutut.
Asuhan keperawatan gerontik 2. Diagnosis keperawatan yang
pada Ny. J dengan risiko jatuh di muncul yaitu risiko jatuh,
UPT Pelayanan Sosial Tresna nyeri kronis dan hambatan
Werdha Jember telah dilaksanakan mobilitas fisik
pada tanggal 24 Februari 2020 3. Intervensi yang peniliti
sampai 27 Februari 2020 dengan lakukan yaitu berupa nursing
baik. treatment, monitoring dan
1. Data yang ditemukan yaitu evaluasi, serta edukasi untuk
Klien jatuh di kamar mandi 3 semua diagnosis keperawatan
kali dalam 3 bulan terakhir 4. Peneliti melakukan
dan klien mengalami jatuh di implementasi untuk diagnosis
pintu belakang sebanyak 2 risiko jatuh dan hambatan
kali dalam satu bulan terakhir mobilitas fisik dilakukan
ini, TUG 34 detik dimana selama 3 kali kunjungan dan
interpretasinya adalah untuk diagnosis nyeri kronis
membutuhkan bantuan dalam selama 4 kali kunjungan
mobilisasi dan melakukan 5. Evaluasi yang peneliti
lakukan menggunakan format
SOAP, untuk diagnosis risiko
jatuh dan hambatan mobilitas
fisik dilakukan evaluasi
selama 3 kali kunjungan dan
nyeri kronis selama 4 kali
kunjungan dan semua
masalah teratasi.

SARAN oleh lansia binaan, hendaknya


1. Bagi PSTW pengelola PSTW mengambil
Mengingat adanya gangguan beberapa tindakan untuk
keseimbangan yang dialami meningkatkan keamanan lansia
seperti misalnya memasang 3. Bagi lansia
hand rail di sepanjang Lansia harus lebih proaktif
dinding, untuk ikut serta dalam
memasang alas karet di kegiatan olahraga untuk
kamar mandi, memperbaiki membantu mempertahankan
penerangan, memasang keseimbangan dan mematuhi
paving di sepanjang jalan protokol kebersihan dan
menuju kamar mandi keamanan lingkungan di
mengingat akses menuju PSTW untuk mengurangi
kamar mandi cukup sulit jatuh.
dilalui lansia karena jalannya 4. Bagi pembaca
yang berbatu. Diharapkan dengan adanya
2. Bagi petugas kesehatan karya tulis ilmiah tentang
Petugas kesehatan harus lebih asuhan keperawatan lansia
peka terhadap peningkatan dengan risiko jatuh di
keamanan lansia. Petugas pelayanan sosial tresna
harus melakukan observasi werdha dapat menjadi
atau pencegahan resiko jatuh referensi untuk melakukan
dan diharap mampu asuhan keperawatan secara
mengambil langkah yang mandiri.
tepat untuk mengurangi
resiko jatuh lansia, melatih DAFTAR PUSTAKA
senam keseimbangan, dan Ashar, P. H. (2016). Gambaran
lain sebagainya. Persepsi Faktor Risiko Jatuh
pada Lansia di Panti Werdha
Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1-88.
Bulechek, G., Butcher, H.,
Dochterman, J., & Wagner,
C. (2016). Nursing
Interventions Classification
(NIC) Edisi keenam.
Yogyakarta: Mocomedia.
Dewi, S. R. (2019). Status Nutrisi Herdman, T., & Kamitsuru, S. (2018).
Lansia dan Risiko Jatuh pada NANDA-I Diagnosis
Lansia. The Indonesian Keperawatan Definisi dan
Journal Of Health Science, Klasifikasi 2018-2020.
11(1), 22-29. Jakarta: EGC.
Humaryanto. (2017). Deteksi Dini Rohmah, N., & Walid, S. (2017).
Osteoporosis Pasca Dokumentasi
Menopause. JMJ, 5(2), 164-
177. Proses Keperawatan
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Pendekatan KKNI, NANDA,
Gerontik. Jakarta: Pusdik dan SDKI.
SDM Kesehatan. Jember: Fakultas Ilmu
Maylasari, I., Rachmawati, Y., Kesehatan Universitas
Wilson, H., Nugroho, S. W., Muhammadiyah Jember.
Sulistyowati, N. P., & Rohmah, S. A., Santoso, T. H., &
Rosmala Dewi, F. W. (2019). Suryaningsih, Y. (2017).
Statistik Penduduk Lanjut Pengaruh Senam Low Impact
Usia 2019. Jakarta: Badan Aerobic Terhadap Penurunan
Pusat Statistik. Risiko Jatuh pada Lansia di
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, UPT PSTW Jember.
M., & Swanson, E. (2016). Universitas Muhammadiyah
Nursing Jember, 1-9.
Outcomes Rudy, A., & Setyanto, R. B. (2019).
Classification (NOC) Edisi Analisis Faktor yang
kelima. Yogyakarta: Mempengaruhi Risiko Jatuh
Mocomedia. pada Lansia. Jurnal Ilmiah
Parowoto, & Agustin, T. (2015). Ilmu Kesehatan, 5(2), 162-
Proyeksi 166.
Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M.
Penduduk Kabupaten atau M., Sumedi, T., Widayanti,
Kota Provinsi Jawa Timur E. D., Sukrillah, U. A., et al.
2010- 2020. Jakarta: Badan (2016). Asuhan Keperawatan
Pusat Statistik. Gerontik. Yogyakarta: CV.
Rahmawardani, N. (2018). Pengaruh Andi Offset.
Senam Tai Chi Terhadap Utomo, B., & Takarini, N. (2010).
Keseimbangan Tubuh Saat Uji Validitas Kriteria Time
Berjalan pada Lansia dengan Up and Go Test (TUG)
Risiko Jatuh di UPT Sebagai Alat Ukur
Pelayanan Sosial Tresna Keseimbangan Pada Lansia.
Werdha Jember. Fakultas Jurnal Visioterapi, 9(2), 86-
Keperawatan Universitas 93.
Jember, 1-121.

Anda mungkin juga menyukai