Anda di halaman 1dari 22

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN NILAI-NILAI DASAR ASN

A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI


1. Lokasi Aktualisasi
Aktualisasi nilai-nilai dasar ASN (ANEKA) serta kedudukan dan
peran ASN akan penulis laksanakan di BLUD RS H.M Djafar Harun
Kabupaten Kolaka Utara yang berada di Jalan Trans Sulawesi No.
Lasusua Kabupaten Kolaka Utara dengan luas 52.824 m2.
Berdasarkan SK MENKES RI No. 359/MENKES/SK/1994
tanggal 28 April 1994 BLUD RS. H.M. Djafar Harun ditingkatkan
tipenya dari tipe D ke tipe C dan diresmikan pemakaiannya oleh
Gubernur Sulawesi Selatan pada tanggal 3 September 1994. Pada
tahun 2012 telah mengalami perubahan status menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan status BLUD Penuh sesuai
SK Bupati nomor 449/KTSP/XII/2011.
BLUD RS H.M Djafar Harun Kabupaten Kolaka Utara
memberikan pelayanan rawat jalan dan juga rawat inap. Pelayanan
rawat jalan dilakukan oleh 8 poliklinik yang ada, lengkap dengan
dokter spesialisnya, kecuali poli umum dan poli gigi, selain itu
dilengkapi dengan unit penunjang antara lain unit laboratorium,
radiologi, fisioterapi dan instalasi farmasi serta instalasi gawat darurat
yang melayani 24 jam.

2. Kelembagaan BLUD RS. H.M. Djafar Harun


1. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadikan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit
H.M Djafar Harun kabupaten Kolaka Utara sebagai rumah
sakit rujukan berkualitas dan terjangkau
b. Misi
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan bermutu, merata, adil
dan terjangkau oleh masyarakat.
2) Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan BLUD RS
H.M Djafar Harun Kabupaten Kolaka Utara menjadi rumah
sakit mitra keluarga
3) Melaksanakan dan mengembangkan manajemen rumah
sakit.
4) Pengembangan Sumber Daya Manusia tenaga kesehatan
dibidangnya menuju tercapainya pelayanan yang
profesionalisme.

2. Tugas dan Fungsi


Tugas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.
Sedangkan, Tugas menurut para ahli yaitu Dale Yoder dalam
Moekijat (1998) “The Term Task is Frequently Used to Describe
One Portion or Element in a Job.” (Tugas digunakan untuk
mengembangkan satu bagian atau satu unsur dalam suatu
jabatan). Sementara Stone dalam Moekijat(1998),
mengemukakan bahwa “A Task is a Spesific Work activity Carried
Out to Active a Specifik Purpose” (suatu tugas merupakan suatu
kegiatan pekerjaan khusus yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu).
Tugas pokok adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan
yang paling utama dan rutin dilakukan oleh para pegawai dalam
sebuah organisasi yang memberikan gambaran tentang ruang
lingkup atau kompleksitas jabatan atau organisasi demi mencapai
tujuan tertentu.
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang
tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional. Suatu organisasi menyelenggarakan
fungsi-fungsi dalam rangka melaksanakan sebuah tugas
pokok.Tupoksi adalah sasaran utama atau pekerjaan yang
dibebankan kepada organisasi untuk dicapai dan dilakukan.
Tupoksi merupakan suatu kesatuan yang saling terkait
antara tugas pokok dan fungsi. Dalam peraturan perundang-
undangan tentang organisasi dan tata kerja suatu kementrian
Negara/lembaga sering disebutkan bahwa suatu organisasi
menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam rangka melaksanakan
sebuah tugas pokok.
Undang – Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) pasal 10 menyebutkan bahwa fungsi pegawai ASN
adalah sebagai :
a. Pelaksana Kebijakan Publik
b. Pelayan Publik
c. Perekat dan Pemersatu Bangsa
Sedangkan Tugas Aparatur Sipil Negara sebagaimana
tercantum pada Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
adalah :
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang professional dan
berkualitas
c. Mempereratperaturan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Sebagai seorang dokter yang merupakan bagian dari
Aparatur Sipil Negara memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)
sesuai dengan KEPMENPAN Nomor:139/KEP/M.PAN/11/2003
tentang jabatan fungsional dokter dan angka kreditnya adalah
memberikan pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
serta membina peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian
di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Adapun rincian kegiatan Dokter Pertama sebagai berikut:
1) Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat
pertama;
2) Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3) Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana;
4) Melakukan tindakan khusus tingkat sedang;
5) Melakukan tindakan spesialitik tiingkat sedehana;
6) Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7) Melakukan tindakan darurat medik/pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8) Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9) Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10) Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
11) Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12) Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13) Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14) Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15) Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16) Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17) Melakukan pelayanan imunisasi;
18) Melakukan pelayanan gizi;
19) Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit;
20) Melakukan penyuluhan medik;
21) Membuat catatan medik rawat jalan;
22) Membuat catatan medik rawat inap;
23) Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24) Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25) Menguji kesehatan individu;
26) Menjadi tim penguji kesehatan;
27) Melakukan visum et repertum tingkat sederhana;
28) Melakukan visum et repertum kompleks tingkat I;
29) Menjadi saksi ahli;
30) Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31) Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium;
32) Melakukan tugas jaga/on call;
33) Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
34) Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35) Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan
tingkat sederhana.
Secara umum dokter mempunyai tugas dalam rangka
pelayanan kesehatan perorangan maupun dalam skala
masyarakat. Fungsi dokter umum di BLUD RS H.M Djafar Harun
Kabupaten Kolaka Utara adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pelayanan medik di Unit Gawat Darurat (UGD);
2) Melakukan konsultasi medik kepada dokter spesialis sesuai
dengan kompetensi bidang masing-masing;
3) Menerima dan menjawab konsultasi dari Instalasi Rawat Inap;
4) Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap di
hari libur nasional.

3. Nilai-Nilai Organisasi BLUD RS H.M Djafar Harun Kabupaten


Kolaka Utara (5 Sentuhan)
a. Sentuhan Mata
Memberikan kesigapan dalam melayani masyarakat sejak
pandangan pertama serta membina rasa percaya masyarakat
dalam pelayanan kesehatan

b. Sentuhan Senyum
Membudayakan senyum kepada masyarakat agar terbina rasa
kekeluargaan, rasa nyaman, dan rasa aman.
c. Sentuhan Kata
Memberikan pelayanan terbaik melalui tutur kata yang sopan
dan santun. Sehingga tercipta rasa tenang pada hati
masyarakat.
d. Sentuhan Tangan
Senantiasa melakukan pelayanan dan penanganan terbaik
kepada masyarakat. Memegang teguh sikap lege artis demi
meningkatkan sikap profesionalisme
e. Sentuhan Hati
Senantiasa melayani dengan tulus hati sehingga tercipta rasa
kekeluargaan dengan masyarakat. Melayani dengan penuh
rasa tanggung jawab demi terwujudnya rasa percaya
masyarakat.
4. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI BLUD RS. H.M. DJAFAR HARUN
KABUPATEN KOLAKA UTARA
DIREKTUR

BAGIAN TATA USAHA

SUBAG SUBAG SUBAG.


UMUM & KEPEGAWAIA REKAM
PERLENGKAP N MEDIK DAN
AN PKMRS

BIDANG BIDANG BIDANGKEUANGAN


KEPERAWATAN PELAYANAN DAN PROGRAM
KESEHATAN

SEKSI ASUHAN SEKSI PENUNJANG SEKSI


KEPERAWATAN, ETIKA & DAN PELAYANAN
MUTU KEPERAWATAN MEDIS

SEKSI SEKSI SEKSI


PENDIDIKAN DAN PENGAWASAN DAN
PENYULUHAN PENGENDALIAN

INSTALASI
RAWAT JALAN STAF MEDIS
RAWAT INAP FUNGSIONAL
RAWAT DARURAT
KAMAR BEDAH KOMITE
RADIOLOGI
GIGI DAN MULUT MEDIS
FARMASI
PATOLOGI KLINIK
GIZI
PEMELIHARAAN SARANA
RUMAH SAKIT
SPESIALISTIK SESUAI
KEBUTUHAN
B. NILAI-NILAI DASAR ASN

Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN)


sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan
pemersatu bangsa, maka diperlukan ASN yang profesional, kompeten
dan berintegritas yang berkarakter ANEKA. Karakter ANEKA yaitu
mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Adapun inti penjelasan terkait nilai-
nilai ANEKA adalah sebagai berikut:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas hampir memiliki kesamaan makna dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun, keduanya memiliki
konsep yang berbeda. Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai, sedangkan responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggungjawab.
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS)
adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan
kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu
menyediakan kontrol demokratis, mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.
Untuk menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel,
maka diperlukan beberapa aspek yang merupakan indikator dari nilai
dasar akuntabilitas, antara lain kepemimpinan, integritas, tanggung
jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan
konsistensi.
Sementara itu, indikator adanya akuntabilitas pada
pelaksanaan pemerintahan antara lain:

a. Terciptanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat;


b. Terwujudnya masyarakat madani yang berintegrasi dengan
pemerintah;
c. Terciptanya Good Governance dan tercapainya tujuan nasional yakni
Indonesia Jaya;
d. Adanya dukungan serta legitimasi masyarakat terhadap Pemerintah;
e. Adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah;
f. Masyarakat mendukung dan melaksanakan kebijakan Pemerintah.

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai
kebangsaan. Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai
kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk
menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung didalamnya oleh setiap penyelenggara negara, baik
di pusat maupun di daerah.
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai
tanah air Indonesia (nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan
nasional. Nasionalisme merupakan salah satu perwujudan dari fungsi
PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan
tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan
kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan
yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas
segalanya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus
berpegang pada prinsip adil dan netral. Adil dalam artian tidak boleh
berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur, transparan.
Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu
kelompok atau golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil
dalam melaksanakan tugasnya, PNS akan mampu menciptakan
kondisi yang aman, damai, dan tentram di lingkungan kerja dan
masyarakat sekitar.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa; menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap
rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga
sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak
dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
mengembangkan sikap tenggang rasa.
3. Etika Publik
Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika merupakan
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang
dianut. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
pasal 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, yakni:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945 serta pemerintah yang sah;
c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

Setiap jenjang Pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing-masing


yang dipegang oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan
seorang pejabat, semakin besar juga implikasi dari penggunaan
kekuasaan bagi warga masyarakat. Oleh sebab itu, azas etika publik
mensyaratkan agar setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan
norma etika maupun norma hukum.

4. Komitmen Mutu

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean


governance) sudah menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mewujudkan keniscayaan tersebut,
namun dalam implementasinya masih belum sesuai dengan harapan.
Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima
sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin
meningkatkan kepercayaan publik.
Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola paternalisitik
dan feodal yang selalu minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang
siap melayani dan senantiasa mengedepankan kebutuhan dan keinginan
masyarakat sebagai stakeholder pemerintah. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab PNS, semua harus dilaksanakan secara optimal
agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Aspek utama yang
menjadi target stakeholder adalah layanan yang komitmen pada mutu,
melalui penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien dan inovatif.
Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas,
efisiensi, inovasi, dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Ekeftivitas
merupakan sejauh mana sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah sumber daya yang
digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk
mencapai sebuah tujuan. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa karakterisitik utama yang dijadikan dasar untuk mengukur tingkat
efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat
dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberikan
kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya,
waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara
inovasi, muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan
yang terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi
dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna.
Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi, inovasi,
dan berorientasi pada mutu.
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti
perbuatan yang tidak baik, buruk, dapat disuap dan tidak bermoral.
Sedangkan tidak pidana korupsi berarti tindakan melanggar hukum yang
dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dapat dipertanggungjawabkan oleh peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Sedangkan pada UU No. 20 Tahun
2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi antara lain: (1) Kerugian
Keuangan Negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan
curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi.
Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri
dari nilai-nilai anti korupsi, yaitu:
a. Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefinisikan sebagai
sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan
tidak curang.
b. Kepedulian adalah mengindahkan, memerhatikan dan
menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap
lingkungan sekitar.
c. Kemandirian berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak
banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatu.
f. Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan
terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja,
pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan
dan membela kebenaran.
i. Keadilan adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak. Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Untuk menjadi PNS yang professional, hendaknya kita memiliki
karakter ANEKA. Marilah kita implementasikan nilai-nilai ANEKA dalam
kehidupan kita sehari-hari.

C. KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang


Aparatur Sipil Negara menyatakan bahwa : Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Dengan terbitnya Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang


aparatur sipil Negara, pegawai negeri sipil diharuskan mempunyai fungsi
sebagai:
a. pelaksana kebijakan publik;
b. pelayan publik; dan
c. perekat dan pemersatu bangsa.

Berdasarkan pada Pasal 13 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014


tentang aparatur sipil Negara mengatur bahwa jabatan ASN terdiri atas:
a. Jabatan Administrasi;
b. Jabatan Fungsional; dan
c. Jabatan Pimpinan Tinggi.
Peran dan kedudukan ASN dalam NKRI bisa dilihat dari
kemampuan mereka memahami manajemen ASN, Pelayanan Publik dan
inovasi yang berkaitan dengan whole of government (WOG).
a. Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan zaman.
 Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep
yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
a. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan,
memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
b. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik.
c. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun
demikian pegawai ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi
pegawai ASN sangat penting, mengingat dengan adanya
desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadinya isu putra daerah
yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan
birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut
merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
 Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayan publik
c. Perekat dan pemersatu bangsa
 Hak dan kewajiban ASN
Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik , dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang
diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut;
PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.

PPPK berhak memperoleh:


a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.

Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU


No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai
ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian;
d. Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang
bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang
sepatutnya diberikan.Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang;
b. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran,dan tanggung jawab;
d. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan;
e. menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan bersedia ditempatkan di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa ASN
sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode
etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku
berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN.
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yangberwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
c. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
d. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab,efektif, dan efisien
e. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
f. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yangmemerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan
g. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status kek
uasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
h. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN
i. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.

b. Whole of Government
Whole of Government (WoG) Berdasarkan interpretasi analitis dan
manifestasi empiris di lapangan, maka WoG didefinisikan sebagai
“suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap”
yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit
dipecahkan dan di atasi karena berbagai karakteristik atau keadaan
yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku.
 Penerapan Whole of Government
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik
dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini
pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia
dalam level-level tertentu.
a. Penguatan koordinasi antar lembaga.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus, pembentukan lembaga
terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan
sektor atau kementrian adalah salah satu cara melakukan WoG.
c. Membangun gugus tugas, gugus tugas merupakan bentuk
pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal,
yang setidaknya tidak permanen.
d. Koalisi sosial, koalisi sosial merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu
membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.
 Praktek Whole of Government (WoG)
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan
seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan
publik yang dikenalI dapat didekati oleh pendekatan WoG sebagai
berikut:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP,
status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau
penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi
seperti SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-
lain.
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan dan lain-
lain.
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis
barang yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan,
perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain
d. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman
dan peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang
mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
 Nilai-nilai dasar Whole of Government
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan
seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik berdasarkan
nilai-nilai dasar berikut ini.
a. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan
efisien antar lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan
b. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar
lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh
c. Singkronisasi
Singkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang
berasal dari berbagai sumber , dengan menyingkronkan seluruh
sumber tersebut.
d. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait
data/proses disuatu lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan
biaya.

c. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah sebagai bentuk kegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan
dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa baik
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat (Lembaga Administrasi Negara
:1998)
Sementara Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa
pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan
menghasilkan produk baik berupa barang dan jasa.
Sedangkan definisi rujukan utama dalam penyelenggaraan
pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang-undang Nomor 25
Tahun 2009 dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayana administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Berbagai literatur administrasi publik menyebutkan bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah :
1) Partisipatif
2) Transparan
3) Responsif
4) Tidak diskriminatif
5) Mudah dan murah
6) Efektif dan efesien
7) Aksesibel
8) Akuntabel
9) Berkeadilan

Anda mungkin juga menyukai