Anda di halaman 1dari 8

ORIENTASI NILAI BUDAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ORIENTASI
BUDAYA” ini tepat waktu.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai “ORIENTASI BUDAYA”. Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang orientasi budaya.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal), yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang akan diwariskan kepada
keturunan selanjutnya. Budaya sangat berkaitan dengan kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan,
karena budaya dialamnya juga termasuk adat istiadat, bahasa dan lainnya yang biasanya juga bisa
digunakan untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Budaya juga merupakan suatu pola hidup
yang menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Lalu bagaimana dengan nilai – nilai budaya?
Tentunya setiap budaya juga memiliki nilai – nilai yang berlaku pada masyarakat setempat. Nilai –
nilai budaya merupakan nilai yang terkandung dalam kebudayaan dari setiap daerah, di Indonesia
budaya sangatlah luas, sehingga setiap daerah memiliki nilai kebudayaan yang berbeda.

Terdapat banyak nilai kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai
kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi ke sekian banyak kebudayaan di dunia ini
memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari lima masalah
dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan orientasi nilai budaya?

2. Apa yang dimaksud hakikat hidup? Dan apa hakikat atau tujuan hidup saya?

3. Apa yang dimaksud hakikat karya? Dan pandangan saya mengenai hakikat karya

4. Bagaimana persepsi manusia terhadap waktu dan persepsi saya terhadap waktu?

5. Bagaimana pandangan manusia terhadap alam?

6. Bagaimana manusia dengan manusia lain?

C. Tujuan Penulisan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian orientasi nilai budaya

2. Untuk mengetahui apa itu hakikat hidup dan sedikit mengetahui tentang tujuan hidup saya

3. Untuk mengetahui apa itu hakikat karya dan pandangan saya mengenai hakikat saya

4. Untuk mengetahui persepsi manusia terhadap waktu dan persepsi saya terhadap waktu

5. Untuk mengetahui pandangan manusia terhadap alam

6. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan manusia lain


BAB II

PEMBAHASAN

A. Orientasi Nilai Budaya

Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya


merupakan sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep
itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.

Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku


seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat
secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang
diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu.
Sebab, nilai – nilai tersebut
merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa
sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan
mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.

Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara
universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1)
masalah hakikat hidup, (2) hakikat kerja atau karya manusia, (3) hakikat kedudukan manusia dalam
ruang dan waktu, (4) hakikat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakikat dari hubungan
manusia dengan manusia sesamanya.

Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)

Meskipun cara mengonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal itu
sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan kebudayaan, namun
dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas selalu ada.

Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk menganalisis
masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik –
titik kelemahan dari kebudayaan Indonesia yang menghambat pembangunan nasional.
Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak
percaya kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggung
jawab.

Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk
mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya yang
menguntungkan dan merugikan pembangunan.

Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk
mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga
untuk menelusuri sejauh mana kelompok masyarakat itu memiliki System orientasi nilai budaya yang
sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.

B. Hakikat Hidup

a. Hidup itu buruk.


b. Hidup itu baik.

c. Hidup bisa buruk bisa baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikhtiar agar hidup bisa menjadi
baik.

d. Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.

Hakikat atau tujuan hidup saya :

Hidup itu bisa baik bisa buruk, tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan itu sendiri. Nasib
kita memang sudah ditentukan oleh Allah, tapi bukan kah ada nasib yang bisa kita rubah dengan
cara berikhtiar? Itu yang menjadi pegangan saya. saya yakin kalo kita berusaha dengan sungguh-
sungguh nasib kita pasti bisa berubah. Membahas tentang nasib dan kehidupan, saya Disini ingin
sedikit menceritakan atau membagikan tujuan atau hakikat hidup saya. Tujuan hidup saya terbilang
mainstream atau umum, apalagi tujuan hidup saya sebagai seorang anak yang ingin membahagiakan
orang tua saya disisa hidup mereka. Mainstream bukan? Karena saya rasa itu tujuan hidup atau lebih
tepatnya keinginan semua anak dimuka bumi ini. Saya ingin mereka melihat saya sukses sesuai
keinginan mereka. Tujuan hidup yang paling saya ingin kabulkan dalam waktu dekat ini adalah saya
ingin mendapat ipk minimal 3,00 disemester ini sesuai keinginan ayah saya. Karena saya ingin
menembus rasa kecewa mereka terhadap saya karena saya tidak berhasil masuk ke kampus impian
saya sesuai dengan janji saya kepada mereka. Tujuan hidup saya yang lainnya juga bisa dibilang
mainstream yaitu saya ingin menjadi hamba yang benar-benar taat kepada agama saya. Kenapa hal
itu menjadi salah satu tujuan hidup saya? Ya karena bukan kah memang tujuan hidup kita di dunia
ini? Karena kehidupan itu bukan hanya di dunia saja bukan? Masih ada kehidupan lainnya yang akan
kita tuju. Jadi saya ingin menyiapkan kehidupan selanjutnya dari sekarang, supaya dikehidupan
selanjutnya saya mempunyai kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Tujuan hidup saya yang
lainnya tidak akan saya ceritakan disini, biarkan itu jadi rahasia pribadi saya.

C. Hakikat Karya

a. Karya itu untuk menafkahi hidup.

Ada beberapa yang menganggap kerja adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk bertahan dalam
kehidupan (survival). Dan saya termasuk dalam beberapa orang tersebut. Saya setuju bahwa kerja
merupakan salah satu cara untuk menafkahi hidup. Meskipun sebenarnya rezeki kita sudah diatur
oleh Yang Maha Esa. Tapi kalau kita hanya diam diri tidak bekerja, rezeki itu tidak akan datang
kepada kita. Dengan bekerja juga selain mendapat rezeki, bonusnya kita juga dapat kehormatan jika
ditempat kerja kita sudah mendapat jabatan yang disegani. Jadi intinya, menurut saya kerja atau
karya itu untuk menafkahi hidup, kehormatan hanya sebagai bonus. Karena kehormatan selalu tidak
dapat menolong kita dalam bertahan hidup.

b. Karya itu untuk kehormatan.

Ada juga yang berpendapat bahwa bekerja itu untuk mendapatkan pangkat, jabatan, bahkan ada
yang berpikir bekerja untuk meninggikan prestasi. Bukan harta yang dicari, namun status sosial yang
dimiliki setiap individu.

D. Persepsi Manusia Terhadap Waktu

a. Berorientasi hanya kepada masa kini


“Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena seseorang
yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal mungkin untuk hari-harinya.”

Membahas masa kini, pandangan saya mengenai masa sekarang adalah saya harus menjalani masa
ini dengan sangat maksimal sesuai dengan isi teori di atas. Meskipun ungkapan saya itu hanya kata-
kata saja. Karena di kehidupan nyata saya tidak seambisius itu, saya menjalani hidup saya saat ini
dengan santai saja. Padahal kalo melihat dari tujuan hidup saya harusnya saya bekerja keras untuk
mewujudkan itu bukan? Tapi memang harapan itu kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Hidup
memang seperti itu. Jadi ya jalani saja hidup kita didunia ini dengan sesantai dan sebahagia mungkin.
Tapi jangan terlalu santai, karena ingat kita punya tujuan hidup yang harus kita capai.

b. Orientasi masa lalu

“Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa
yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.”

Membahas mengenai masa lalu, sebenarnya sih saya bukan termasuk orang yang terlalu memikirkan
masa lalu. Saya menganggap bahwa masa lalu hanya bagian dari hidup saya yang tidak perlu saya
pikirkan dan sesali. Masa lalu saya jadikan sebagai pembelajaran dalam menghadapi berbagai
masalah dimasa sekarang maupun masa depan supaya saya tidak mengulangi kesalahan saya di
masa lalu.

c. Orientasi masa depan

“Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan yang lainnya, pikirannya terbentang
jauh ke depan dan mempunyai pemikiran yang lebih matang mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukannya.”

Saya sangat suka dengan teori di atas. Manusia itu memang seharusnya berorientasi ke masa depan.
Kenapa harus berorientasi ke depan? Supaya di masa depan kita tidak mengalami penyesalan dalam
kehidupan kita dimasa depan dan supaya kehidupan kita juga tertata rapih dan sesuai dengan
keinginan kita, meskipun tidak akan 100% sesuai dengan keinginan kita.

E. Pandangan Manusia Terhadap Alam

a. Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat

Masalah ini menyangkut kepercayaan bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia.

b. Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam

Ada kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam

c. Manusia berusaha menguasai alam

Ada juga yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia.

F. Hubungan Manusia Terhadap Manusia Lain


a. Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya.

Manusia itu makhluk sosial, sebagai makhluk sosial memang sudah menjadi suatu kodratnya untuk
hidup berdampingan (interaksi) bersama orang lain atau masyarakat karena manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Itulah yang mendorong manusia untuk menjadi makhluk
sosial. Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin
berhubungan dan ketergantungan dengan manusia lain. Contohnya di kehidupan saya menjadi
mahasiswi, saya sangat bergantung pada teman-teman sekelas saya terutama teman perempuan,
saya memerlukan mereka untuk sekedar curhat masalah pribadi, mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dosen dan masih banyak lagi.

b. Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk
memerintah dan memimpin

Dalam kehidupan organisasi pasti terdapat rasa ketergantungan terhadap tokoh-tokoh yang
memimpin organisasi tersebut. Karena dalam kehidupan organisasi itu pasti kita dipimpin oleh
seorang pemimpin, tugas seorang pemimpin adalah mengatur dan memerintah supaya organisasi
tersebut berjalan dengan sehat. Apa jadinya apabila di suatu organisasi tidak ada seorang
pemimpin? Pasti organisasi itu tidak akan berjalan lancar.

c. Individualisme, menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terdapat banyak nilai kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai
kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan di dunia ini
memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari lima masalah
dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.

Terdapat lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia
(kerangka Kluckhohn) :

1. Hakikat hidup

2. Hakikat karya

3. Persepsi manusia tentang waktu

4. Pandangan terhadap alam

5. Hubungan manusia dengan alam

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Muhammad Syukri Albani, M. Nur Husein Daulay, dan Syarifuddin Syam. 2017. Ilmu Sosial
Budaya Dasar. Jakarta : Rajawali Pers.

http://wiwideew.blogspot.co.id/2017/03/orientasi-nilai-budaya.html

http://revianasitimardiah.blogspot.com/2017/11/makalah-orientasi-nilai-budaya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai