Anda di halaman 1dari 28

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. LANDASAN TEORI
1. Nilai – Nilai Dasar ANEKA
Berdasarkan pada nilai-nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang
harus diterapkan dan ditanamkan pada Aparatur Sipil Negara (ASN), maka
perlu diketahui indikator-indikator dari kelima dasar tersebut yaitu:
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang
harus dicapai.Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban setiap individu,
kelompok, atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik.
Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat
akuntabilitas. Alat akuntabilitasnya berupa perencanaan strategis
(strategic plans), kontrak kinerja, dan laporan kinerja. Dalam
menciptakan lingkungan kerja akuntabel, ada beberapa nilai dasar yang
harus diperhatikan, yaitu:
1) Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas: adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan.
4) Tanggung Jawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di

10
11

sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan


kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan
hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pandangan kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai nilai
pancasila, sehingga senantiasa menempatkan persatuan dan kesatuan
serta kepentingan dan keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi
dan golongan (Tim penulis, 2015b).
PNS yang memiliki Nasionalisme yang kuat adalah PNS yang
memahami dan memiliki kesadaran mengaktualisasikan wawasan
kebangsaan dan jiwa nasionalisme dalam menjalankan profesinya
sebagai pelayan publik yang berintegritas. Adapun nilai dasar
Nasionalisme yaitu:
Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan YME.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan YME,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
12

3) Mengembankan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


antara pemeluk agama dengan penganut kepercayan yang berbeda-
beda terhadap Tuhan YME.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesame umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan YME.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
YME kepada orang lain.
8) Memiliki etos kerja yang tinggi

Sila 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan YME.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa memebeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesame manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
13

Sila 3: Persatuan Indonesia


1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kepada
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila 4: Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
1) Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentungan bersama diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
14

8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat sesuai hati nurani yang


luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melakukan persmusyawaratan.

Sila 5: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
c. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar atau norma
yang menentukan baik-buruk, benar – salah tindakan keputusan,
15

perilaku untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka


menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
undang-undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab
pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar
dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai dasar dari
komitmen mutu adalah sebagai berikut:
1) Efektifitas dan efisiensi
2) Inovasi
16

3) Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customer/pelanggan


4) Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan
memelihara agar customers/client tetap setia
5) Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat,
tanpa kesalahan, dan tidak ada pemborosan
6) Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi baik dengan pergeseran
tuntutan kebutuhan customers/client maupun perkembangan
teknologi
7) Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan
8) Melakukan upaya secara berkelanjutan melalui berbagai cara,
antara lain pendidikan, pelatihan dan pengembangan, ide kreatif,
dan kolaboratif.
e. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya,
korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu
alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas.
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan
untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan
norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan negara, masyarakat baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan
negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan
dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan atau gratifikasi.
Adapun nilai nilai dasar anti korupsi adalah: Jujur, Peduli,
Mandiri, Disiplin, Tanggung jawab, Kerja keras, Sederhana, Berani,
dan Adil.
17

2. Peran dan Kedudukan PNS dalam Negara Kesatuan Republik


Indonesia
PNS wajib mengetahui peran dan kedudukannya dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) agar dapat memahami peran dan kedudukan
PNS dalam NKRI.
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No.5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
1) Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK)
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah dan serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan politik.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun
demikian merupakan satu kesatuan.
4) Fungsi pegawai ASN adalah: pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta perekan dan pemersatu bangsa.
5) Pegawai ASN bertugas:
a) Melaksanakan kebijakan dari Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c) Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan
baik, dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN
dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.Setelah mendapatkan
18

haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan


tanggung jawabnya (Fatimah & Irawati, 2016).
b. Whole of Government
Whole of Governement (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
kordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.WoG juga
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan
yang relevan (Suwarno.& Sejati, 2016). Terkait implementasi WoG
berdasarkan UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, telah
ditetapkan asas-asas umumpenyelenggaraan negara yang harus
menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan
negara oleh Aparatur Sipil Negara, yaitu :
1) Asas Kepastian Hukum;
2) Asas Kepentingan Umum;
3) Asas Akuntabilitas;
4) Asas Proporsionalitas;
5) Asa Profesionalitas;
6) Asas Keterbukaan;
7) Asas Efisiensi; dan
8) Asas Efektifitas.
c. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
penyelenggara pelayanan publik.
19

Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan


pelayanan yang prima adalah partisipatif, transparan, responsive, tidak
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel,
akuntabel, dan berkeadilan.

3. Rencana Pemulangan Pasien (Discharge Planning)


Rencana pemulangan pasien (discharge planning) adalah suatu
proses untuk membuat perkiraan, persiapan, dan koordinasi yang
dilakukan oleh para pemberi asuhan yang terlibat dalam pelayanan pasien
untuk memfasilitasi perbekalan perawatan kesehatan pasien sebelum dan
setelah pemulangan.
Asesmen awal pasien meliputi kebutuhan akan adanya perencanaan
untuk pemulangan pasien (discharge planning). Pada kondisi tertentu,
pasien memerlukan perencanaan pemulangan sedini mungkin, demi
kepentingan penanganan selanjutnya di rumah. Hal ini berhubungan
dengan kelanjutan pengobatan, kepatuhan minum obat, proses rehabilitasi,
dan lain sebagainya.
Tujuan rencana pemulangan pasien (discharge planning) antara
lain :
a. Mengurangi hari rawatan pasien.
b. Meningkatkan kemajuan perkembangan kondisi kesehatan pasien.
c. Menurunkan komplikasi penyakit.
d. Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
e. Mencegah kekambuhan.
f. Menurunkan beban perawatan pada keluarga.
g. Membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum
dipulangkan.
h. Meningkatkan kontinuitas perawatan.
i. Meningkatkan kualitas perawatan.
j. Memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.
20

Asesmen perlu/tidaknya discharge planning setidaknya harus


meliputi :
a. Siapa yang akan melanjutkan perawatan di rumah saat pulang
nantinya.
b. Bagaimana tingkat ketergantungan pasien setelah di rumah (dilihat
dari jenis dan beratnya ringannya penyakit yang diderita.
c. Pemahaman dari pasien/keluarga/yang merawat di rumah tentang
penyakit pasien dan rencana penanganan yang ada, termasuk obat-
obatan yang diberikan, serta pengkajian lain (pemeriksaan penunjang)
yang dilakukan.
Hasil akhir asesmen cukup didokumentasikan sebagai perlu/tidak
perlu discharge planning. Instruksi pelatihan maupun edukasi yang
diperlukan, termasuk perencanaan transportasi didiskusikan oleh dokter
maupun perawat dengan keluarga/pengampu/penanggung jawab pasien.
Perencanaan pemulangan pasien perlu dilakukan pada pasien
sebagai berikut :
a. Pasien yang tinggal sendiri
b. Pasien yang penyakitnya tidak akan sembuh total dan memerlukan
perawatan lanjutan di rumah atau di tempat lain
c. Pasien dengan gangguan mental
d. Pasien intensive care unit, high care unit, cardiovascular care unit
e. Bayi prematur, cacat
f. Pasien yang memerlukan pembedahan
g. Pasien warganegara asing yang mungkin memerlukan pemulangan ke
negara asalnya.
Adapun tata laksana perencanaan pemulangan pasien sebagai
berikut :
a. Sebelum pasien di ruang rawat inap (pre-admission)
1. Dilakukan asesmen pasien
- Semua pasien yang dilayani rumah sakit untuk pelayanan
rawat inap harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya
21

melalui suatu proses asesmen, meliputi medis dan asesmen


keperawatan.
- Asesmen/pengkajian pasien terdiri atas 3 proses utama :
a) Mengumpulkan informasi dan data (anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang/pemeriksaan
yang lain),
b) Melakukan analisis informasi dan data sehingga
menghasilkan suatu diagnosa untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan kesehatan pasien,
c) Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua
kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi.
- Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan
keputusan tentang pengobatan pasien yang harus segera
dilakukan dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk
emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika
kondisi pasien berubah.
- Dari hasil asesmen didapatkan antara lain :
a) Identitas pasien, kondisi fisik, mental, emosional, dan
spiritual pasien, aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial
pasien.
b) Identifikasi siapa pendamping utama/penanggung jawab
perawatan pasien.
c) Menetapkan diagnosa awal, diagnosa banding, dan
indikasi pasien masuk rumah sakit.
d) Identifikasi kebutuhan pasien, apakah sederhana (simple)
atau kompleks.
- Menetepkan rencana pelayanan untuk memenuhi semua
kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi (rencana diagnosa,
rencana terapi, rencana monitoring, rencana
edukasi/penyuluhan). Rencana pelayanan ini harus terencana
dalam waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit.
22

2) Setelah asesmen pasien dilakukan, maka dapat dimulai


merancang perencanaan pasien pulang.
3) Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan Perawat
Penanggung Jawab Pasien (PPJP) harus memahami mengenai
rencana pemulangan pasien (discharge planning).
4) DPJP dan PPJP berkoordinasi tentang kebutuhan pasien dan
keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien, menetapkan
prioritas, merancang perencanaan pasien pulang.
5) Libatkan pasien dan keluarga pasien/penanggung jawab
perawatan pasien dalam rencana pemulangan pasien (discharge
planning).
6) Tanyakan mengenai keinginan/harapan pasien dan/atau keluarga
pasien/penanggung jawab pasien.
7) Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf
harus memberitahukannya kepada keluarga dan menghargai
keinginan pasien.
8) Selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
dan keluarga pasien/penanggung jawab pasien.
9) Diskusikan tentang kondisi kesehatan pasien. Informasikan
tentang hasil asesmen medis yang meliputi antara lain diagnosis,
rencana pelayanan/penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis.
10) Jika direncanakan tindakan medis/operasi, maka diskusikan
tentang tindakan medis/operasi, indikasi, tata cara, tujuan
tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan
risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan, dan tarif.
11) Diskusikan rencana pemulangan pasien dengan pasien dan/atau
keluarga pasien/penanggung jawab pasien.
- Pada pasien yang rencana perawatannya dapat direncanakan
sebelumnya/elektif, rencana pemulangannya ditentukan
dalam 24 jam setelah pasien mendapatkan perawatan rawat
23

inap, selanjutnya ditinjau ulang dan disesuaikan dengan


kondisi perkembangan pasien setiap hari oleh DPJP.
- Untuk pasien dengan kebutuhan kompleks dan pasien
emergensi, sehingga rencana perawatannya belum dapat
direncanakan sebelumnya, rencana pemulangannya
ditentukan sesegera mungkin tergantung kondisi
perkembangan pasien dan ditinjau ulang setiap hari oleh
DPJP
12) Informasikan rencana pemulangan pasien berdasarkan indikasi
medis kapan pasien diperbolehkan pulang atau dirawat di rumah.
b. Saat pasien di ruang rawat inap
1) Lakukan asesmen terhadap pasien tersebut, terutama tentang
perkembangan pasien.
2) Tentang rencana pelayanan selanjutnya, buat prioritas mengenai
hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga.
3) Menggunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun rencana
pemulangan pasien. Yang dimaksud tim multidisiplin ini adalah
para pemberi asuhan dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda,
seperti dokter, perawat, fisioterapis, farmasi klinis, dietisien, dan
lain-lain.
4) DPJP dan PPJP harus memastikan pasien memperoleh perawatan
yang sesuai dan adekuat serta proses rencana pemulangan pasien
(discharge planning) berjalan lancar.
5) DPJP, PPJP, dan Kepala Ruangan harus memahami mengenai
rencana pemulangan pasien (discharge planning).
6) Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam
rencana pemulangan pasien (discharge planning).
7) Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf
harus memberitahukannya kepada keluarga dan menghargai
keinginan pasien.
24

8) Jika terdapat konflik antara pasien dan keluarganya dalam


merancang rencana pemulangan pasien (discharge planning), staf
harus melakukan peninjauan ulang mengenai rencana perawatan
dan mencari solusi realistik dan masalah yang akan timbul. Salah
satu cara adalah dengan konferensi kasus yang melibatkan multi
disipliner.
9) Selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
dan keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien.
10) Diskusikan tentang perkembangan pasien selama di ruang rawat
inap, hasil pemeriksaan lanjutan, dan rencana pelayanan
selanjutnya.
11) Jika direncanakan tindakan medis/operasi, maka diskusikan
tentang tindakan medis/operasi, indikasi, tata cara, tujuan
tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan
risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosa
terhadap tindakan yang dilakukan dan tarif.
12) Rencana pemulangan pasien didiskusikan dengan pasien dan atau
keluarga pasien/penanggung jawab perawatan pasien.
- Pada pasien yang rencana perawatannya dapat direncanakan
sebelumnya/elektif, rencana pemulangannya ditentukan
dalam 24 jam setelah pasien mendapatkan perawatan rawat
inap, selanjutnya ditinjau ulang dan disesuaikan dengan
kondisi perkembangan pasien setiap hari oleh DPJP.
- Untuk pasien dengan kebutuhan kompleks dan pasien
emergensi, sehingga rencana perawatannya belum dapat
direncanakan sebelumnya, rencana pemulangannya
ditentukan sesegera mungkin tergantung kondisi
perkembangan pasien dan ditinjau ulang setiap hari oleh
DPJP.
13) Informasikan tentang tanggal rencana pemulangan kepada pasien
dan/atau keluarga pasien/penanggungjawab perawatan pasien.
25

Tetapi jika kesulitan memberikan tanggal, maka informasikan


tentang indikasi medis kapan pasien diperbolehkan pulang atau
dirawat di rumah.
14) Diskusikan tentang tanda dan gejala dari penyakit yang diderita
pasien, yang perlu diwaspadai/dilaporkan selama di rumah sakit
maupun jika di rumah.
15) Diskusikan tentang tindakan/pengobatan yang dapat dilakukan
sebelum ke rumah Sakit.
16) Memberikan nomor telepon ruang rawat inap atau tombol alarm
(ruangan dimana pasien menjalani perawatan). Nomor telepon
atau tombol alarm ini dapat dipakai saat pasien membutuhkan
informasi kesehatan/bantuan.
17) Diskusikan tentang batasan aktivitas yaitu jenis aktivitas yang
boleh dilakukan di rumah dan yang tidak boleh dilakukan di
rumah.
18) Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan alat bantu. Jika
diperlukan alat bantu maka diberikan pelatihan penggunaan alat
bantu tersebut.
Berikut adalah alat bantu yang dapat digunakan pasien :
Peralatan yang portable dan sederhana mudah
- Digunakan, instruksi penggunaan minimal. Contoh tongkat,
toilet duduk. Peralatan yang membutuhkan pelatihan magenta
cara.
- Menggunakannya. Contoh tempat tidur khusus, pegangan
terifikasi (grab rails), oksigen, kursi roda (manual dan listrik)
19) Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan
khusus/ekstra seperti : kebutuhan perawatan personal hygiene
(mandi, oral hygiene, BAB (buang air besar), BAK (buang air
kecil), dan lain-lain), cara mengenakan pakaian, cara perawatan
luka, perawatan selang nasogatrik atau nasogastric tubes, kateter,
26

dan lain-lain. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan


berikan dukungan tambahan.
20) Diskusikan tentang obat-obatan yang diberikan pada pasien
selama di rumah sakit maupun di rumah, meliputi antara lain
nama obat, kegunaan obat, efek samping obat, dosis, waktu
pemberian obat/cara pemberian obat, dan lain-lain.
21) Diskusikan dan latih tentang pengaturan diet dan nutrisi, meliputi
antara lain batasan makanan, pengaturan pola makan, cara
pemberian makan/minum, pengaturan berat badan jika
diperlukan, dan lain-lain.
22) Cuti perawatan (CP) bisa dilakukan jika dikehendaki pasien dan
keluarga atas indikasi penyakit yang tidak emergensi dan tanpa
penggunaan alat infasif dan telah mendapat persetujuan dari DPJP
yang tertuang dalam informed consent surat pernyataan cuti.
23) Jika pasien pulang atas permintaan sendiri (APS) maka petugas
wajib memberikan edukasi pasien mengenai konsekuensi APS
yang terdiri alat infasif harus dilepas dan terapi oral yang terakhir
tetap diberikan dan pasien mengisi informed consent penolakan
rawat inap dan tanpa proses perencanaan pulang.
c. Saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit
1. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit pasien
sebaiknya dipulangkan dan memperoleh rencana pemulangan
(discharge planning) yang sesuai.
2. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau
tidak adalah DPJP.
3. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam
pelaksanaan pemulangan pasien.
4. Sebelum pasien dipulangkan, harus dilakukan asesmen pasien
secara menyeluruh (holistik). Nilailah kondisi fisik, mental,
emosional, dan spiritual pasien. Pertimbangkan juga aspek sosial,
budaya, etnis, dan finansial pasien.
27

5. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien


dipulangkan dari rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat ini dilakukan oleh DPJP
dan para pemberi asuhan yang lain bersama dengan pasien dan
keluarga/penanggung jawab pasien.
6. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien), maka diskusikan dengan pasien
dan keluarga/penanggung jawab pasien. Dan buat kesepakatan
tentang tempat perawatan selanjutnya setelah pulang.
7. Sebelum ditransfer ke tempat perawatan yang lain, pastikan
terjadinya komunikasi efektif antara pelaksanaan perawatan
primer, sekunder, dan sosial untuk menjamin bahwa setiap pasien
menerima perawatan dan penanganan yang sesuai dan adekuat.
8. Hasil-hasil pemeriksaan yang akan dibawa pulang.
9. Obat-obat untuk di rumah.
10. Alat bantu/peralatan kesehatan untuk di rumah.
11. Diskusikan rencana kontrol, termasuk tempat, waktu (hari,
tanggal, jam), dan dokter. Sertakan surat kontrol, beri penjelasan
tentang alur kontrol di poliklinik, dan leaflet tentang layanan yang
disediakan di RSUD dr. Murjani Sampit.
12. Diskusikan alat transportasi yang digunakan untuk pulang,
disesuaikan dengan kondisi pasien. Pilihan transportasi yang
dapat digunakan adalah:
- Ambulans
- Kendaraan umum, misalnya mobil sewaan, taksi, dan lain-
lain
- Mobil pribadi
- Pesawat terbang atau helikopter (bila diperlukan); biasanya
digunakan untuk pasien dengan penyakit akut yang berat dan
harus ditransfer ke rumah sakit lain.
13. Informasikan tentang prosedur pengurusan administrasi.
28

14. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan


pasien.
15. Perencanaan pasien pulang ini disusun dalam bentuk ceklis
perencanaan pasien pulang. Ceklis rencana pemulangan pasien ini
diselesaikan dalam waktu 48 jam sebelum pasien dipulangkan.
16. Ada pasien yang pulang paksa atas permintaan sendiri atau APS
(bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya), dapat
dikategorikan sebagai berikut :
- Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang
paksa
- Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi
medisnya.
- Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan
jiwa.
Monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan
pasien secara periodik, dengan cara :
a. Peninjauan ulang rekam medis/catatan pasien,
b. Gunakan checklis untuk menilai perkembangan dan kemajuan rencana
pemulangan pasien (discharge planning),
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan

B. RANCANGAN AKTUALISASI
Isu prioritas yaitu belum optimalnya perencanaan pemulangan pasien
(discharge planning) pada Ruang Seroja RSUD dr.Murjani Sampit.
Pemecahan masalah isu ini merupakan sarana implementasi prinsip pelayanan
publik (partisipasif, responsive, efektif, tidak diskriminatif, dapat
dipertanggung jawabkan dan berkeadilan), manajemen ASN (mengutamakan
kewajiban dalam melaksanakan kebijakan publik dan memberikan pelayanan)
29

dan Whole of Government (berkordinasi dengan kepala ruangan dan staf di


ruangan).
Tabel 3.1 Penentuan Isu
MATRIKS
NO ISU AKTUAL TOTAL
U S G
1 Kurangnya pengetahuan 3 4 4 11
pasien dan keluarga
terhadap etika batuk di
ruang seroja lantai 2 RSUD
dr.Murjani Sampit
2 Belum optimalnya 4 4 3 11
komunikasi efektif yang
dilakukan oleh perawat
kepada pasien di ruang
seroja lantai 2 RSUD
dr.Murjani Sampit
3 Belum Optimalnya 5 4 4 13
Perencanaan Pemulangan
Pasien (Discharge
Planning) Pada Ruang
Seroja RSUD dr.Murjani
Sampit

Isu yang diangkat : Belum Optimalnya Perencanaan Pemulangan


Pasien (Discharge Planning) Pada Ruang Seroja
RSUD dr.Murjani Sampit
Judul : Optimalisasi Perencanaan Pemulangan Pasien
(Discharge Planning) Melalui Edukasi Pada
Ruang Seroja RSUD dr.Murjani Sampit
Gagasan pemecah isu :
1. Menyusun perencanaan pemulangan pasien
2. Informasikan tentang prosedur pengurusan administrasi
3. Memberikan edukasi kepada pasien/keluarga/penanggungjawab pasien
4. Memastikan alat-alat medis dan gelang identitas terlepas sebelum pulang
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan
30

Tabel 3.2 Rancangan Aktualisasi

Kontribusi Penguatan
N Output/ Hasil Keterkaitan Substansi
Kegiatan Tahapan Kegiatan Terhadap Visi Nilai-Nilai
o Kegiatan Mata Pelatihan
Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Menyusun 1. Menyiapkan form 1. Form Untuk memenuhi hak Melaksanakan Melaksanakan
1 perencanaan pulang discharge planning discharge pasien (Nasionalisme), kegiatan kegiatan
pasien 2. Menanyakan beberapa planning terisi saya akan merencanakan menyusun menyusun
pertanyaan yang 2. Foto Kegiatan secara menyeluruh perencanaan perencanaan
berhubungan dengan kepulangan pasien dari pulang pasien pulang pasien
perencanaan pulang pertama pasien masuk dengan dengan
3. Meminta tanda tangan hingga pasien siap untuk menerapkan memenuhi
perawat katim dan pulang. Saya akan nilai-nilai dasar prinsip
pasien/keluarga menghargai akuntabilitas, akuntabilitas,
4. Dokumentasi tindakan komunikasi,(Koordinasi) nasionalisme, nasionalisme,
konsultasi, dan kerja etika publik, etika publik,
sama dengan komitmen mutu komitmen
pasien/keluarga selama dan anti korupsi mutu dan anti
penyusunan perencanaan berkontribusi korupsi
pemulangan pasien serta dengan visi misi terhadap nilai-
akan saya isi secara RSUD dr. nilai RSUD dr.
lengkap dan tepat penuh Murjani Sampit Murjani
kejujuran serta tidak dalam Sampit yaitu
menerima. Saya akan memberikan nilai
konsisten (Akuntabilitas) pelayanan agar profesional,
dengan perencanaan menjadi RS bermutu dan
pemulangan pasien yang rujukan nasional ramah.
saya susun.
2 Informasikan 1. Menginformasikan 1. Kelengkapan Dalam menyampaikan
31

tentang prosedur kepada pasien atau administrasi informasi, saya akan


pengurusan keluarga tentang sebelum menggunakan teknik
administrasi prosedur pengurusan pemulangan komunikasi efektif, secara
administrasi pasien pasien sopan dan santun, serta
pulang penuh perhatian (Etika
publik), Dalam
memberikan informasi
dengan jelas dan penuh
rasa tanggung jawab
(Akuntabilitas) kepada
pasien atau keluarga, saya
tidak akan membeda-
bedakan suku, keturunan,
agama dan ras (Sila Ke-2,
Nasionalisme) serta tidak
menerima pemberian
secara langsung atau tidak
langsung dalam bentuk
apapun berkaitan dengan
tindakan yang dilakukan
(Anti Korupsi), sesuai
dengan peraturan yang
sudah ada di Rumah Sakit
(Komitmen Mutu),
3 Memberikan 1. Menentukan Edukasi 1. Meningkatnya Dalam memberikan Memberikan Memberikan
Edukasi kepada 2. Koordinasi dengan pengetahuan edukasi kepada keluarga Edukasi kepada Edukasi
pasien/keluarga/pen atasan terkait materi pasien/keluarga/ saya tidak akan membeda- pasien/keluarga/ kepada
anggungjawab Edukasi penanggungjaw bedakan suku, keturunan, penanggungjaw pasien/keluarg
pasien 3. Membuat Satuan ab pasien agama dan ras (Sila Ke-2, ab pasien a/penanggungj
32

Acara Penyuluhan 2. Media Nasionalisme) dengan awab pasien


(SAP) dan media Edukasi(Leaflet Penyampaian edukasi menerapkan yang
edukasi dan flipchart) kepada keluarga dengan nilai-nilai dasar memenuhi
4. Memberikan leaflet 3. Satuan Acara sikap peduli dan akuntabilitas, prinsip
5. Evaluasi Penyuluhan menggunakan bahasa yang nasionalisme, akuntabilitas,
(SAP) mudah dimengerti dan etika publik, nasionalisme,
4. Form informed fleksibel (Anti Korupsi) komitmen mutu etika publik,
consent edukasi dan saya akan dan anti korupsi komitmen
terisi menyampaikan edukasi berkontribusi mutu dan anti
5. Foto kegiatan dengan tujuan dan materi dengan visi misi korupsi
yang jelas (Akuntabilitas) RSUD dr. terhadap nilai-
dengan tujuan Murjani Sampit nilai RSUD dr.
meningkatnya dalam Murjani
pengetahuan keluarga memberikan Sampit yaitu
berhasil guna (Etika pelayanan agar nilai
Publik) sehingga keluarga menjadi RS profesional,
tahu,mau dan mampu rujukan nasional bermutu dan
menerapkan materi yang ramah.
telah diberikan sesuai SAP
(Efektifitas Komitmen
Mutu) dengan
menggunakan inovasi
berupa leaflet
4 Memastikan alat- 1. Mengucapkan salam 1. Pasien/keluarga Saya akan menyampaikan Memastikan Memastikan
alat medis dan 2. Menyampaikan tujuan memahami tujuan tindakan secara alat-alat medis alat-alat medis
gelang identitas dari tindakan tujuan tindakan jelas dan penuh tanggung dan gelang dan gelang
pasien terlepas 3. Melepas alat medis 2. Alat medis dan jawab(Akuntabilitas) identitas pasien identitas
sebelum pulang dan gelang identitas gelang identitas terlepas sebelum pasien terlepas
4. Dokumentasi tindakan terlepas pulang dengan sebelum
33

sebelum pulang menerapkan pulang


3. Foto Kegiatan nilai-nilai dasar memenuhi
akuntabilitas, prinsip
nasionalisme, akuntabilitas,
etika publik, nasionalisme,
komitmen mutu etika publik,
dan anti korupsi komitmen
berkontribusi mutu dan anti
dengan visi misi korupsi
RSUD dr. terhadap nilai-
Murjani Sampit nilai RSUD dr.
dalam Murjani
memberikan Sampit yaitu
pelayanan agar nilai
menjadi RS profesional,
rujukan nasional bermutu dan
ramah.
5 Mengevaluasi 1. Menganalisa apakah 1. Menghasilkan Saya akan menganalisa Melaksanakan Melaksanakan
tindakan intervensi sudah data subjektif intervensi keperawatan kegiatan kegiatan
keperawatan tercapai dan objektif sesuai standar buku acuan Mengevaluasi Mengevaluasi
2. Jika sudah tercapai tentang secara jelas tindakan tindakan
apakah implementasi perkembangan (Akuntabilitas) dan sesuai keperawatan keperawatan
tetap dilanjutkan atau kesehatan dengan data pengkajian dengan dengan
ada beberapa pasien setelah dengan jujur tanpa menerapkan memenuhi
implementasi yang dilakukan memanipulasi data (Anti nilai-nilai dasar prinsip
dikurangi tindakan Korupsi) serta tidak akuntabilitas, akuntabilitas,
3. Jika belum tercapai keperawatan membedakan pasien atas nasionalisme, nasionalisme,
apakah ada untur SARA (Sila ke-2, etika publik, etika publik,
implementasi Nasionalisme) serta saya komitmen mutu komitmen
34

tambahan atau akan mengevaluasi dan anti korupsi mutu dan anti
perubahan intervensi yang telah berkontribusi korupsi
implementasi yang diberikan secara dengan visi misi terhadap nilai-
akan dilakukan professional dengan RSUD dr. nilai RSUD dr.
prinsip keahlian penuh Murjani Sampit Murjani
tanggung jawab (Etika dalam Sampit yaitu
Publik) apakah intervensi memberikan nilai
yang diberikan sudah pelayanan agar profesional,
tercapai atau belum secara menjadi RS bermutu dan
teliti (Komitmen Mutu) rujukan nasional ramah.
6 Mendokumentasi 1. Menyiapkan lembar 1. Data rekam Saya akan menuliskan Mendokumentas Mendokument
hasil asuhan dokumentasi medik yang tindakan yang telah saya i hasil asuhan asi hasil
keperawatan 2. Dokumentasi semua jelas dan lakukan dengan jelas dan keperawatan asuhan
kegiatan dari awal lengkap penuh tanggung jawab dengan keperawatan
pengkajian, edukasi 2. Foto kegiatan (Akuntabilitas) di rekam menerapkan yang
sampai evaluasi medik pasien dengan teliti nilai-nilai dasar memenuhi
agar tidak terjadi akuntabilitas, prinsip
kesalahan. Penulisan nasionalisme, akuntabilitas,
tindakan yang telah saya etika publik, nasionalisme,
lakukan akan saya tulis komitmen mutu etika publik,
dengan profesional yang dan anti korupsi komitmen
merupakan bagian dari berkontribusi mutu dan anti
etos kerja dengan dengan visi misi korupsi
menambahkan hari, RSUD dr. terhadap nilai-
tanggal dan waktu saat Murjani Sampit nilai RSUD dr.
tindakan keperawatan dalam Murjani
tersebut disertai dengan memberikan Sampit yaitu
paraf (Sila ke-1, pelayanan agar nilai
Nasionalisme). Saya akan menjadi RS profesional,
35

menuliskan dokumentasi rujukan nasional bermutu dan


tindakan secara efisien ramah.
agar memudahkan petugas
lain dalam memahami
rentetan tindakan yang
telah dilakukan ke pasien
(Komitmen Mutu).
Semua tindakan yang telah
saya kerjakan secara
disiplin akan langsung
saya tulis di lembar catatan
keperawatan (Anti
Korupsi). Dan saya akan
menjaga kerahasiaan
data pasien dalam rekam
medik (Etika publik).
36

C. JADWAL RENCANA KEGIATAN

Tabel 3.3 Jadwal Rencana Kegiatan

No. Kegiatan Pelaksanaan Tempat


1 Menyusun perencanaan pemulangan Ruang Seroja RSUD dr.Murjani
pasien Sampit

2 Memberikan edukasi kepada Ruang Seroja RSUD dr.Murjani


pasien/keluarga/penanggungjawab Sampit
pasien

3 Memastikan alat-alat medis dan gelang Ruang Seroja RSUD dr.Murjani


identitas terlepas sebelum pulang Sampit

4 Mengevaluasi tindakan keperawatan Ruang Seroja RSUD dr.Murjani


Sampit

5 Mendokumentasi hasil asuhan Ruang Seroja RSUD dr.Murjani


keperawatan Sampit
37

Lampiran 1

KOSA KATA BAHASA ASING

KATA PENGERTIAN
Discharge planning Perencanaan pasien pulang
Evidence based practice Sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate
customers pengguna
interagency Pendekatan yang melibatkan sejumlah instansi
Personal hygiene Kebersihan diri
Nasogastric tube Suatu prosedur yang sering dilakukan
untukmendapatkan akses ke lambung
kateter Sebuah pipa panjang yang dimasukkan kedalam
saluran kencing agar mempermudah proses
pengeluaran urine
holistik menyeluruh
Informed consent Lembar persetujuan tindakan

Anda mungkin juga menyukai