Anda di halaman 1dari 11

DEFOMITAS PADA SISTEM

MUSKULOSKEETAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Muskuoskeetal
SEMESTER V

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
1. Ade Riski H. : R.14.01.002
2. Ayunita : R.14.01.010
3. Ifan Faisal : R.14.01.023
4. Ipah Toipah : R.14.01.026
5. Kholda Durotunnasha J. : R.14.01.028
6. Kiki Yuliyanti : R.14.01.029
7. Mar’atus Sholihah : R.14.01.033
8. Putri Rizki Paradila : R.14.01.048
9. Rosdianah : R.14.01.053
10. Teguh Nur Khoifah : R.14.01.065
11. Fazrin P. : R.13.01.020

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016
A. Definisi Deformitas
Deformitas musculoskeletal adalah kelainan dan trauma pada sistem
muskuloskeletal yang bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari ekstremitas
atau batang tubuh.
Deformitas/malformasi bawaan adalah kelainan atau defek yang biasa terjadi,
ketika di dalam kandungan dan terlihat pada waktu lahir dan dapat pula terjadi
dalam perkembangan anak di kemudian hari. Kadang-kadang kelainan yang ada
tidak terlihat secara fisik, tetapi terdapat kelainan biokimiawi atau histologik yang
dapat berkembang di kemudian hari.
Berdasarkan beberapa definisi deformitas seperti yang telah tercantum diatas,
kami menyimpulkan bahwa deformitas merupakan kelainan bawaan pada sistem
muskuloskeletal yang tidak terlihat pada usia dini namun dapat berkembang di
kemudian hari.
Klasifikasi Deformitas
1. Deformitas pada sendi
a. Macam-macam deformitas pada sendi
1) Bergesernya sendi
Permukaan sendi dapat bergeser terhadap permukaan lainnya dan bila
hanya sebagian yang bergeser disebut sublukasi dan bila seluruhnya
disebut dislokasi.
2) Mobilitas sendi yang berlebihan (excessive mobility of the joint)
Kapsul dan ligament sendi meruakan jaringan fibrosa yang berfungsi
mengamankan sendi dari gerakan yang abnormal. Apabila terdapat
kelemahan (laxity) kapsul/ ligament karena suatu sebab, akan terjadi
kecenderungan hipermobilitas sendi.
3) Mobilitas sendi yang berkurang (restricted mobility of the joint)
Pada keadaan ini terjadi gangguan gerakan sendi karena salah satu
sebab sehingga kemampuan pergerakan sendi kurang dari normal.
b. Penyebab deformitas pada sendi
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada sendi
Gangguan stabilitas sendi dapat terjadi sejak lahir, misalnya pada
dislokasi panggul bawaan (congenital dislocation of the hip) atau
fibrosis pada jaringan sekitar sendi (misanya pada arthrogriposis
multiple congenital)
2) Dislokasi akuisita
Dislokasi sendi dapat pula terjadi secara akuisita (didapat) baik karena
trauma (yang mengakibatkan robekan pada ligament), infeksi tulang,
atau karena instabilitas sendi.
3) Hambatan mekanis
Pada osteoarthritis atau fraktur intra-artikuler, permukaan sendi
menjadi ireguler sehingga terjadi ketidakseimbangan (incongruous)
permukaan sendi dan dapat menimbulkan gangguan gerakan sendi
akibat adanya blok yang bersifat mekanis.
4) Adhesi sendi
Pada suatu infeksi, misalnya penyakit arthritis septic atau arthritis
rheumatoid dapat terjadi adhesi pada sendi yang bersangkutan.
5) Kontraktur otot
Deformitas sendi dapat pula disebabkan oleh kontraktur otot, misalnya
akibat spasme otot yang berkepanjangan atau pada iskemia
Volkmann.
6) Ketidakseimbangan otot
Ketidakseimbangan otot dapat menyebabkan deformitas sendi,
misalnya pada penyakit poliomyelitis, paralisis yang bersifat flaksid/
spastic dan paralisis serebral.
7) Kontraktur fibrosa dan fasia dan kulit (fibrous contractures of fascia
and skin)
Deformitas sendi dapat pula terjadi akibat kontraktur fasia dan kulit,
baik kontraktur akibat adanya jaringan parut pada kulit/fasia karena
suatu sebab (misalnya luka bakar).
8) Tekanan eksternal
Tekanan yang terus-menerus pada sendi di suatu sisi tertentu akan
menyebabkan trauma pada sisi tersebut dan akan mengakibatkan
gangguan sendi.
9) Deformitas sendi yang tidak jelas kausanya
Dalam kelompok ini dimasukkan deformitas sendi yang kausanya tidak
diketahui (misanya skoliosis).
c. Contoh Deformitas pada sendi
1) Dislokasi
Dislokasi merupakan gangguan persendian yang menyebabkan sendi
bergeser dari kedudukan semula. Dislokasi terjadi karena ligamen atau
jaringan penggantung rusak/sobek.
2) Keseleo
Keseleo atau terkilir merupakan gangguan persendian yang terjadi
akibat gerakan mendadak yang tidak biasa dilakukan. Gerakan ini
dapat menyebabkan ligament tertarik, tetapi tidak menyebabkan
bergesernya posisi persendian. Rasa sakit cukup hebat yang disertai
pembengkakan terjadi pada daerah yang terkilir.
3) Ankilosis
Ankilosis merupakan gangguan persendian yang mengakibatkan
tulang tidak dapat digerakkan lagi.
4) Arthritis
Arthritis merupakan gangguan persendian berupa peradangan pada
beberapa sendi yang disertai rasa nyeri dan sakit. Berikut ini beberapa
gangguan persendian yang termasuk arthritis yaitu :
a) Osteoartritis
Osteoarthritis merupakan tipe arthritis yang disebabkan oleh
penipisan kartilago sehingga gerakan sendi menjadi terganggu.
b) Goutartritis
Goutartritis merupakan tipe arthritis yang disebabkan oleh
kegagalan metabolisme asam urat sehingga terjadi penimbunan
asam urat di dalam sendi. Kebanyakan terjadi pada persendian
jari-jari (biasa ditandai dengan ruas-ruas jari yang membesar).
c) Rematoid
Rematoid merupakan tipe arthritis lainnya yang terjadi
pada jaringan penghubung sendi (tulang rawan). Gangguan
tersebut dapat berupa peradangan atau pengapuran pada jaringan
tulang rawan sehingga sendi sulit untuk digerakkan.

2. Deformitas pada tulang


a. Deformitas yang dapat terjadi pada tulang
1) Ketidaksejajaran tulang (loss of alignment)
Tulang panjang dapat mengalami gangguan dalam kesejajaran
(alignment) karena terjadi deformitas torsional atau deformitas
angulasi.
2) Abnormalitas panjang tulang (abnormal length)
Kelainan panjang pada tulang dapat berupa tulang memendek/
menghilang sama sekali atau panjangnya melebihi normal.
3) Pertumbuhan abnormal tulang (bony outgrowth)
Abnormalitas pertumbuhan tulang dapat terjadi akibat adanya
kelainan pada tulang, misalnya osteoma atau ostekondroma.
b. Penyebab deformitas tulang
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada tulang (kongenital)
Kelainan bawaan pada tulang dapat berupa aplasia, dysplasia,
duplikasi atau pseudoartrosis.
2) Fraktur
Deformitas juga dapat terjadi akibat kelainan penyembuhan fraktur
berupa mal-union atau non-union. Kelainan lain, yaitu fraktur
patologis yang terjadi karena sebelumnya sudah ada kelainan
patologis pada tulang.
3) Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis
Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis baik karena trauma maupun
kelainan bawaan, dapat menyebabkan derfomitas tulang.
4) Pembengkokan abnormal tulang (bending of abnormally soft bone)
Pada keadaan tertentu, dapat terjadi pembengkokan tulang, misalnya
pada penyakit metabolic tulang yang bersifat umum, rakitis atau
osteomalasia.
5) Pertumbuhan berlebih pada tulang matur (overgrowth of adult bone)
Pada kelainan yang disebut penyakit Paget (osteitis deformans),
terjadi penebalan tulang. Kelainan ini dapat pula terjadi pada
osteokondroma karena terjadi pertumbuhan local.
c. Contoh deformitas pada tulang
1) Fraktur
Sebagian besar gangguan pada tulang adalah berupa retak atau patah
tulang (fraktura). Berikut ini beberapa macam gangguan pada tulang
karena fraktura:
a) Fraktura sederhana
Fraktura sederhana merupkakan patah tulang yang tidak
menyebabkan rusaknya jaringan sekelilingnya (otot dan kulit).
b) Fraktura kompleks
Fraktura kompleks atau fraktura majemuk merupakan patah tulang
yang mampu merobek otot atau kulit. Pada fraktura kompleks,
ujung patahan tulang dapat menembus kulit dan muncul ke
permukaan luar. Oleh karena itu, fraktura kompleks sering disebut
juga fraktura terbuka.
c) Fraktura sebagian
Fraktura sebagian atau greenstick merupakan patah tulang yang
tidak terlalu serius, hanya berupa retak pada tulang.
d) Fraktura berganda
Fraktura berganda atau comminuted merupakan patah tulang pada
beberapa tempat yang terjadi pada satu tulang.
Patofisiologi Fraktur
Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna vertebra
tetapi lebih sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di
daerah lumbal bagian atas. Pada dislokasi akan tampak bahwa kanalis
vertebralis di daerah dislokasi tersebut menjadi sempit, keadaan ini
menimbulkan penekanan atau kompresi pada medulla spinalis atau
rediks saraf spinalis.
Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berangsung lama
mengakibatkan jaringan terputus, Akibatnya daerah sekitar fraktur
mengalami oedema/hematoma. Kompresi akibatnya sering
menyebabkan iskemia otot. Gejala dan tanda yang menyertai
peningkatan tekanan compartmental mencakup nyeri, kehilangan
sensasi dan paralisis, hilangnya tonjolan tulang yang normal,
pemendekan atau pemanjangan tulang dan kedudukan yang khas
untuk dislokasi tertentu menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
(deformitas).
2) Kelainan pada susunan ruas-ruas tuang belakang
a) Lordosis
Lordosis merupakan gangguan yang mengakibatkan ruas-ruas
tulang belakang terlalu bengkok ke arah depan sehingga posisi
kepala tampak seperti tertarik ke belakang.
b) Kifosis
Kifosis merupakan gangguan yang mengakibatkan ruas-ruas tulang
belakang terlalu bengkok ke arah belakang sehingga badan
penderita menjadi bengkok.
c) Skoliosis
Skoliosis merupakan gangguan yang mengakibatkan ruas-ruas
tulang belakang melengkung ke kanan atau ke kiri.
d) Sublikasi
Sublikasi merupakan gangguan yang terjadi pada ruas-ruas tulang
belakang di daerah leher akibat posisi kepala mengalami perubahan
sehingga kepala tertarik ke arah kiri atau kanan. Sublikasi dapat
terjadi karena kecelakaan atau gerakan yang melebihi batas.
3) Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis dapat terjadi antara lain akibat tulang
mengalami kekurangan nutrisi, baik berupa vitamin ataupun mineral.
Selain itu, gangguan ini dapat pula terjadi karena adanya
gangguan sistem hormon. Berikut ini beberapa bentuk gangguan
fisiologis pada sistem rangka.
a) Osteoporosis
Osteoporosis merupakan gangguan tulang yang terjadi
karena kekurangan hormon (misalnya tesrosteron pada laki-laki
dan progesteron pada perempuan). Akibatnya, tulang-tulang
menjadi rapuh dan mudah patah.
b) Mikrosepalus
Mikrosepalus merupakan gangguan pertumbuhan tulang-tulang
tengkorak karena kekurangan zat kapur pada saat bayi.
Akibatnya, kepala menjadi kecil sehingga akhirnya akan
berpengaruh juga pada keseimbangan mental.
c) Rakitis
Rakitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin D. Kekurangan vitamin D dapat
mengakibatkan sel-sel tulang sedikit memperoleh zat kapur
sehingga tulang-tulang cenderung lunak. Penderita rakitis sering
kali memliki kaki berbentuk huruf O atau X.
d) Kelainan akibat penyakit lain
Gangguan tulang dapat juga terjadi akibat pengaruh penyakit lain,
misalnya penyakit tuberculosis tulang dan tumor ganas. Kedua
macam penyakit tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi
busuk atau rusak.
3. Kelainan pada sistem otot
Otot merupakan komponen utama dalam sistem gerak. Sebagian besar gerak
berasal dari aksi otot. Dengan demikian, adanya kelainan atau penyakit pada
sistem otot akan berakibat pada mekanisme gerak.berikut ini beberapa macam
kelainan pada otot :
1) Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi otot dalam berkontraksi sehingga
ukuran otot menjadi menyusut (kecil). Atrofi dapat disebabkan oleh
penyakit poliom yelitis. Penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan pada
saraf yang mengkoordinir kerja otot. Gangguan atrofi dapat diperkecil
antara lain dengan terapi kejutan listrik dan teknik pijatan.
2) Hipertropi
Hipertropi merupakan kebalikan dari atrofi, hipertrofi menyebabkan otot
berkembang menjadi lebih besar dan kuat dibandingkan dengan
sebelumnya. Hipertrofi disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan.
Misalnya akibat latihan olahraga dan bekerja berat.
3) Hernia abdominal
Hernia abdominal merupakan gangguan otot yang disebabkan oleh
sobeknya dinding otot perut. Akibatnya sebagian usus bergerak ke
arah rongga perut dan masuk ke dalam bekas
4) Kram
Kram atau kejang otot merupakan suatu keadaan yang menyebabkan otot
tidak mampu lagi berkontraksi dan dapat menimbulkan rasa sakit bila di
paksa berkontraksi. Kram tejadi akibat kontraksi yang berlangsung secara
terus menerus.
5) Distrofi
Distrofi merupakan penyakit otot yang bersifat kronis dan diperkirakan
termasuk semacam penyakit bawaan.
6) Tetanus
Tetanus merupakan penyakit kejang pada otot yang disebabkan oleh
infeksi bakteri (Clostridium Tetani) yang masuk ke dalam luka
7) Kaku leher
Kaku leher atau stiff merupakan peradangan pada otot trapesius leher yang
berakibat leher menjadi sakit dan terasa kaku jika digerakkan.
Penyebabnya karena hentakkan kesalahan gerak.
8) Miastenia gravis
Miastenia gravis merupakan penyakit yang menyebabkan otot melemah
dan cenderung lumpuh. Penyakit ini bisa menyerang otot-otot di
sekitar kelopak mata, muka, leher, dan anggota gerak.

B. Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik diperlukan klien dengan kelainan
kongenital meliputi:
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan dengan foto polos merupakan penunjang yang sangat penting
untuk melihat dampak kelainan tulang akibat dari kongenital. Lokasi yang
akan dilakukan foto adalah daerah regional kelainan. Biasanya klien akan
menjalani pemeriksaan foto AP pelvis dan panggul, foto pergelangan tangan
dan kaki, dan foto lateral tulang belakang.
2. Pemeriksaan biokimia
Beberapa kelainan bawaan menyebabkan peningkatan produksi dan ekskresi
enzim. Pemeriksaan enzim dapat dilakukan melalui pemeriksaan serum
darah, sel-sel darah atau kultur sel fibroblas kulit.
3. Biopsi tulang
Biopsi tulang kadang kala diperlukan pada kelainan-kelainan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi
8. Jakarta: EGC

Anoname.(Online)https://www.academia.edu/8801200/kelainan_pada_sistem_ge
rak_manusia (diakses pada 15 september 2016)

Anda mungkin juga menyukai