NIM. 2190060025
Abstrak :
Empirisme merupakan salah satu bentuk pemikiran yang inovatif. John Locke merupakan
pionir aliran empirisme dalam filsafat. Sebuah aliran yang berkiblat bahwa semua pikiran
dan gagasan manusia berasal dari sesuatu yang didapatkan melalui indera, melalui
pengalaman oleh sebab itu ide bawaan apriori yang diyakini Descrates adalah salah. John
Locke menyakini bahwa benak manusia sewaktu dilahirkan bagaikan kertas putih
(tabularasa). Ide yang terdapat di dalam benak manusia sesungguhnya berasal dari
pengalaman. Ia hadir secara aposteriori. Pengenalan manusia terhadap seluruh
pengalaman yang dilaluinya ( mencium, merasa, mengecap, mendengar, meraba ) menjadi
dasar bagi hadirnya gagasan-gagasan sederhana. Namun pikiran bukanlah sesuatu yang
pasif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar. Beberapa aktivitas berlangsung dalam
pikiran. Gagasan-gagasan yang datang dari indera diolah dengan cara berfikir, bernalar,
mempercayai, meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang disebut
perenungan. Empirisme timbul sebagai reaksi dari paham rasionalisme “Rene Descartes”dan
membawa kontribusi dalam Pendidikan , khusus pada pembahasan disini adalah dalam
implementasi pendidikan usia sekolah dasar (SD) spesifiknya pada pembelajaran tematik
yang secara mutakhir telah diterapkan pada sistem pendidikan usia sekolah dasar pada era
saat ini.
PENDAHULUAN
1
Jujun S. Surisumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1982),172
tersebut diisi melalui panca inderanya yang digunakan untuk memperoleh berbagai
pengalaman dalam kehidupan sehari-harinya. Interpretasi dari panca indra akan
menjadi pengontrol atas tindakan dan sikap berpikir untuk memperoleh sesuatu.
Inilah yang menjadi dasar sehingga John Locke dinyatakan sebagai penemu
“tabularasa” atau sumber pengetahuan utama. Hal ini pulalah yang banyak
mempengaruhi konsep pemahaman dalam metode penelitian.2 Berdasarkan
pemaparan tersebut, maka perlu kajian lebih lanjut untuk mengetahui teori
epistemologi empirisme.
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang lahir pada abad ke-17 dan
abad ke-18. empirisme menempatkan pengalaman sebagai sumber utama
pengenalan baik lahiriah maupun batiniah.3 Empirisme merupakan salah satu ilmu
pengetahuan yang berlandaskan sebuah pengalaman. Empirisme berasal dari bahasa
Yunani empeirikos, yang berasal dari kata emperia artinya pengalaman. Menurut
aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Dan bila
dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman inderawi. Manusia mengetahui api terasa panas karena ia pernah
menyentuhnya, garam terasa asin karena ia pernah mencicipinya.
Empirisme lahir di Inggris dengan tiga pencetusnya yaitu David Hume, John
Locke dan George Berkeley. Tokoh yang ketiga, George Berkeley tergolong sebagai
filsuf Inggris yang terkenal. Berkeley mengembangkan suatu pandangan tentang
pengenalan visual tentang jarak dan ruang. Inti pandangan filsafat Berkeley adalah
tentang “pengenalan”. Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena
hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan
justru terjadi karena hubungan pengamatan antara pengamatan indera yang satu
dengan indera yang lain. Dengan demikian Berkeley mengatakan bahwa pengenalan
hanya mungkin terhadap sesuatu yang konkret.4
Ajaran pokok Empirisme berpandangan bahwa semua ide atau gagasan
merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami dan
menekankan bahwa pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan,
dan bukan akal atau rasio serta semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung
pada data inderawi. Empirisme juga mengajarkan bahwa semua pengetahuan turun
secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali
beberapa kebenaran definisional logika dan matematika). Empirisme menekankan
bahwa akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas
tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal
budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman
dan terakhir empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Dua ciri pokok empirisme adalah mengenai teori makna dan teori tentang asal
pengetahuan, yaitu asal-usul ide atau konsep. Sedangkan teori tentang pengetahuan
menyatakan bahwa semua kebenaran adalah kebenaran aposteriori, yaitu kebenaran
2 Juhari, Muatan Sosiologi dalam Pemikiran Filsafat John Locke. Al-Bayan. Vol. 19 No. 27. 2013. 7
3 Ahmad Tafsir, Filsafat umum; akal dan hati sejak Thales sampai Capra (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012), 24.
4 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat. (Yogyakarta:Kanisius,2015), 53
yang diperoleh melalui observasi. Pembelajaran tematik terpadu pada usia sekolah
dasar merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
pelajaran. Dengan adanya pedoman seperti itu, maka diharapkan peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi peserta didik. Diharapkan peserta didik akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Melalui hal tersebut diharapkan fokus pembelajaran terarah pada anak
sebagai pusat objek pembelajaran (learning object central). Anak diharapkan
mampu mengeksplor pengalaman yang dimilikinya dengan cara
mengimplementasikan hal-hal terkait materi pembelajaran tematik di sekolah.
Dengan pengalaman melalui panca indera yang dimiliki oleh murid. Diharapkan
mereka dapat memahami terkait setiap komponen baik dalam pelajaran matematika,
bahasa Indonesia, IPA,IPA, Pkn, pelajaran agama. Sehingga pembelajaran tidak
konvensional hanya berkutat pada menulis dan mendengarkan apa yang guru
sampaikan, melainkan murid mengeksplor hal-hal yang mereka belum ketahui
menggunakan panca indra yang mereka miliki dan menganalisis hal tersebut untuk
kemudian dapat diaplikasikan pada kegiatan kesehariannya sehingga tidak hanya
sekedar menjadi sebuah pengetahuan yang bersifat akademis melainkan dapat
menjadi pengetahuan yang aplikatif.
Pembelajaran tematik terpadu dikembangkan selain untuk mencapai
tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi, menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-
nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, menumbuhkembangkan
keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain, meningkatkan minat dalam belajar, memilih kegiatan yang
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Karakteristik pembelajaran tematik terpadu, diantaranya berpusat pada
peserta didik, memberi pengalaman langsung pada peserta didik, pemisahan antar
mata pelajaran yang tidak begitu jelas, menyajika konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes, hasil pembelajaran
dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, holistik yang
artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran
tematik terpadu diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus
tidak dari satu sudut pandang dan bermakna artinya pengkajian suatu fenomena
dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
skemata yang dimiliki peserta didik, otentik yang berati informasi dan
pengetahuan yang diperoleh sifatnya real ada bukti fisiknya dan pada tujuan
akhirnya adalah aktif yakni peserta didik perlu terlibat langsung dalam
proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses penilaian.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Juhari, Muatan Sosiologi dalam Pemikiran Filsafat John Locke. Al-Bayan. Vol. 19
No. 27. 2013.
Ahmad Tafsir, Filsafat umum; akal dan hati sejak Thales sampai Capra (Bandung:
PT. Rosdakarya, 2012)