Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASAM URAT


DI WISMA KENANGA
PSTW BUDI SEJAHTERA

Tanggal Oktober 2019

Disusun oleh :
Srimartiwi
11194691910033

Banjarmasin, Oktober 2019


Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(……………………………..) (……………………………..)
NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR PROSES MENUA


A. Pengertian
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Nugroho, 2010). Menurut Gloria (2007), penuaan
merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif
dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan
juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada
akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.
B. Batas-Batas Lanjut Usia.
1. Batasan usia menurut WHO meliputi :
a) usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b) lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
c) lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
d) usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :
“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut “lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas”.
C. Teori Proses Menua
Menurut Bararah (2013) proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur
gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua
itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies
didalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan
setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar
menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia
akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua
terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin
terjadi.
Teori mutasi somatic, menurut teori ini, penuaan terjadi karena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terusmenerus sehingga
akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi
kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 2000).
2) Teori nongenetik
Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi yang
berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun
tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang merusak
membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya
sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit
auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Proses metababolisme
tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut. Teori kerusakan akibat radikal bebas
(free radical theory), teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas
dan di dalam tubuh, karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom
atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak
berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain
yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh.
Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Radikal
bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya kerusakan fungsi sel.
Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti:
a) Asap kendaraan bermotor
b) Asap rokok
c) Zat pengawet makanan
d) Radiasi
e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan
kolagen pada proses menua.
Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Darmojo, 2000). Teori rantai silang (cross link
theory), teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan
zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan
yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.
Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik,
terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
b. Teori Sosiologis
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
1) Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci mempertahankan status sosial berdasarkan kemampuan
bersosialisasi. Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain:
a) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
2) Teori aktivitas atau kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung.
b) Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.
c) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas
dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
d) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.
e) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
3) Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori
ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut
usia. Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun
ia telah lanjut usia.
4) Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-
pokok disangagement theory:
a) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun. Pada
wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya
saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar
dan menikah.
b) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut
usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.
Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan:
a) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b) Proses tersebut tidak dapat dihindari
c) Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat.
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi
ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut
usia mengalami kehilangan ganda (triple loss):
a) Kehilangan peran (loss of role).
b) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
c) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and
values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses
menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan
dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut,
ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses
menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah:
a) Meningkatnya radikal bebas.
b) Memanipulasi sistem imun tubuh.
c) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri kehidupan
masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan
salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan.
D. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.
1. Perubahan Fisik
a) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler
b) Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
c) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d) Sistem Kardi0vaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f) Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera
pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk
rasa manis dan asin
g) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai
ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-
ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga
vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas
tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi
sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i) Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut
dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b) kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
4. Perubahan Perubahan Psikososial
a) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b) Merasakan atau sadar akan kematian
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
II. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan
memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari
suatu periode (Irianto, 2014). Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit
darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas
ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. WHO (Word Health Organization)
menyatakan batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85
mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi
(batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun) (Tarigan,dkk, 2018).
Jadi berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulakan bahwa hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal.

B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut (Irianto,


2014):
1. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya
(Idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi
esensial seperti berikut ini:
a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah
tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan
darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan
dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan klien hidup dengan pola
hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah klien.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi
endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi
dari penyakit tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut
hipertensi ginjal (renal hypertension).

C. Patofisiologi ( pathway )
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian
antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol
yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
vasomotor, pada medulla diotak. Pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).

D. MANIFESTASI KLINIS
Hasil pemeriksaan fisik pada klien dengan hipertensi kebanyakan tidak ditemukan
manifestasi klinis apapun selain tekanan darah yang tinggi. Manifestasi klinis
dirasakan oleh klien setelah mengalami hipertensi dalam waktu yang lama. Hal itu
disebabkan karena adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai
dengan sistem organ yang bersangkutan. Manifestasi klinis yang dirasakan atau
muncul pada klien diantaranya pusing, pusing seperti berputar, sakit kepala sebagian
atau menyeluruh yang terkadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur akibat
kerusakan pada retina, edema, pembengkakan akibat peningkatan tekanan pembuluh
kapiler, penyempitan pembuluh darah, terjadinya perdarahan pada organ tertentu
seperti otak sehingga dapat mengakibatkan stroke, dan pada kasus yang berat dapat
terjadi pula edema pupil (Hidayat & Hastuti,2016).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
a. Pemeriksaan yang segera seperti:
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
3) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
4) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
9) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
11) Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
12) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
13) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

F. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi:
Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari
10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
a. Penurunan berat badan
b. Penurunan asupan etanol
c. Menghentikan merokok
d. Latihan Fisik
e. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari
10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
f. Penurunan berat badan
g. Penurunan asupan etanol
h. Menghentikan merokok
i. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80
% dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
j. Edukasi Psikologis

G. PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN PADA LANSIA


1. Aktivitas/istirahat :
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia.
Dan hipertensi arterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan
diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia,
lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan
kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Aspirasi irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi
Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi
Tidak mampu mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara
Ketidakmampuan berkomunikasi

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN GERONTIK


1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
4. Resiko ketidakefektifan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah
dan menelan

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC dan Tujuan Intervensi


Keperawatan
1 Hambatan Setelah dilakukan tindakan a) Ubah posisi klien tiap 2
mobilitas fisik perawatan selama 3x24 jam jam
berhubungan klien mampu melaksanakan b) Ajarkan klien untuk
dengan aktivitas fisik sesuai dengan melakukan latihan gerak
hemiparese/he kemampuannya aktif pada ekstrimitas
miplagia Kriteria hasil yang tidak sakit
Tidak terjadi kontraktur sendi c) Lakukan gerak pasif
Bertabahnya kekuatan otot pada ekstrimitas yang
Klien menunjukkan tindakan sakit
untuk meningkatkan mobilitas d) Berikan papan kaki
pada ekstrimitas dalam
posisi fungsionalnya
e) Tinggikan kepala dan
tangan
f) Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan
fisik klien

2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan a) Berikan metode


komunikasi perawatan selama 3x24 jam alternatif komunikasi,
verbal proses komunikasi klien dapat misal dengan bahasa
berhubungan berfungsi secara optimal isarat
dengan Kriteria hasil b) Antisipasi setiap
penurunan Terciptanya suatu komunikasi kebutuhan klien saat
sirkulasi darah dimana kebutuhan klien dapat berkomunikasi
otak dipenuhi c) Bicaralah dengan klien
Klien mampu merespon setiap secara pelan dan
berkomunikasi secara verbal gunakan pertanyaan
maupun isarat yang jawabannya “ya”
atau “tidak”
d) Anjurkan kepada
keluarga untuk tetap
berkomunikasi dengan
klien
e) Hargai kemampuan
klien dalam
berkomunikasi
f) Kolaborasi dengan
fisioterapis untuk latihan
wicara
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan a) Tentukan kemampuan
ketidakefektifa perawatan selama 3x24 jam klien dalam mengunyah,
n nutrisi tidak terjadi gangguan nutrisi menelan dan reflek
berhubungan Kriteria hasil batuk
dengan Berat badan dapat b) Letakkan posisi kepala
kelemahan dipertahankan/ditingkatkan lebih tinggi pada waktu,
otot Hb dan albumin dalam batas selama dan sesudah
mengunyah normal makan
dan menelan c) Stimulasi bibir untuk
menutup dan membuka
mulut secara manual
dengan menekan ringan
diatas bibir/dibawah
gagu jika dibutuhkan
d) Letakkan makanan
pada daerah mulut yang
tidak terganggu
e) Berikan makan dengan
berlahan pada
lingkungan yang tenang
f) Mulailah untuk
memberikan makan
peroral setengah cair,
makan lunak ketika klien
dapat menelan air
g) Anjurkan klien
menggunakan sedotan
meminum cairan
h) Anjurkan klien untuk
berpartisipasi dalam
program
latihan/kegiatan
i) Kolaborasi dengan tim
dokter untuk
memberikan ciran
melalui iv atau
makanan melalui selang

4 Tujuan a) Tentukan kemampuan


Setelah dilakukan tindakan dan tingkat kekurangan
perawatan selama 3x24 jam dalam melakukan
kebutuhan perawatan diri klien perawatan diri
terpenuhi b) Beri motivasi kepada
Kriteria hasil klien untuk tetap
Klien dapat melakukan aktivitas melakukan aktivitas dan
perawatan diri sesuai dengan beri bantuan dengan
kemampuan klien sikap sungguh
Klien dapat mengidentifikasi c) Hindari melakukan
sumber pribadi/komunitas untuk sesuatu untuk klien
memberikan bantuan sesuai yang dapat dilakukan
kebutuhan klien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai
kebutuhan
d) Berikan umpan balik
yang positif untuk setiap
usaha yang
dilakukannya atau
keberhasilannya
e) Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi/okupasi
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahyudi.2010. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Bararah, T&Jauhar,M. 2013. Aasuhan Keperawatan Jilid I.Jakarta : Prestasi


Pustaka
Gloria,etc.2007.Geriatric in health. Fifth Edition. USA

Anda mungkin juga menyukai