BAB I
PENDAHULUAN
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional
yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
peserta didik yang mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan, dan santun dalam
mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Hal ini mengisyaratkan
dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Oleh karena itu, seseorang perlu
membentuk karakter untuk mengelola dirinya dari hal-hal negatif. Karakter yang
sumber daya manusia yang kuat, maka pembentukkan karakter perlu dilakukan
karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan
bobot moral ataupun tidak, seperti nilai yang sifatnya individual personal
pengendalian diri, bela rasa, disiplin diri, daya tahan, pemberian diri, percaya diri,
integritas, cinta, tepat waktu, berjiwa pengampun, dan rasa terima kasih).
Demikian juga dengan nilai-nilai yang sifatnya lebih sosial, seperti tanggung
penting ditanamkan dalam diri anak didik, agar anak didik tidak sekedar dapat
2010: 64-65) dikemas dengan sebutan “Bangkit dengan Tujuh Budi Utama”, yaitu
jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli. Salah satu
karakter yang wajib untuk dimiliki oleh seorang warga negara yang baik adalah
disiplin. Disiplin merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap
orang.
kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah ditetapkan tidak dapat
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, betapa pentingnya
menegakkan disiplin agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai dengan tepat
berbagai upaya pembinaan terhadap warga negara yang harus terus menerus
dapat tumbuh dan dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan
yang harus dimulai sejak dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-
4
kanak dan terus tumbuh berkembang sehingga menjadi disiplin yang semakin kuat
(Prijodarminto, 1994: 24). Salah satu bentuk pembinaan terhadap sikap dan
sangat diperlukan agar sekolah menjadi sebuah lembaga pembentukan diri yang
andal. Tanpa ada nilai kedisiplinan, sekolah hanya akan menjadi tempat
tak terelakkan dari tindakan indisipliner tersebut (Doni Koesoema A, 2010: 233).
tidak dibentuk dalam sekejap, tetapi diperlukan pembinaan dan tempaan yang
terus-menerus sejak dini. Melalui tempaan manusia akan menjadi kuat. Melalui
tempaan mental dan moral seseorang akan teruji. Tempaan pula yang menjadikan
kegigihan serta memperoleh nilai tambah. Disiplin tersebut akan terwujud melalui
pembinaan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari lingkungan keluarga melalui
pendidikan yang tertanam sejak usia muda yang semakin lama semakin menyatu
dalam dirinya dengan bertambahnya usia, sehingga dalam hal ini, pendidikan
khususnya di sekolah, disiplin harus bisa diterapkan kepada para siswa tentu saja
dengan proses dan cara penerapan serta pembinaan yang berlanjut yang
Guru merupakan salah satu komponen penting yang ada di sekolah. Guru
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
yang sangat besar dalam upaya pembinaan sikap dan perilaku pelajar yang salah
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
yang lebih baik (a good citizen) dan mempersiapkannya untuk masa depan
Adanya suatu warga negara yang baik tidak terlepas dari watak atau
karakter warga negaranya, karena untuk menjadi seorang warga negara yang baik,
seseorang harus mempunyai watak atau karakter yang baik juga. Oleh karena itu,
dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi saja, tetapi juga bertanggung jawab
terhadap pembinaan watak dan karakter siswa yang salah satunya meliputi sikap
disiplin siswa.
Namun, dari hasil pengamatan awal lapangan oleh peneliti di SMP Negeri
adanya siswa yang tidak berdisiplin. Misalnya terlambat datang ke sekolah, atribut
tidak sesuai dengan ketentuan, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, baju tidak
6
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa masih rendah. Diketahui
mencapai 285 kasus atau pelanggaran seperti yang tertera pada Tabel 1.
Jawa Tengah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari siswa
maupun faktor dari guru. Faktor dari siswa yaitu terdapat beberapa siswa yang
memang sulit untuk diajak berdisiplin atau memang yang dari bawaannya sulit
diatur/bandel, dari faktor guru yaitu kurangnya pengawasan dari guru Pendidikan
bagaimana peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan waktu hanya dua jam
pelajaran dalam satu minggu ini dapat membentuk kedisiplinan siswa di SMP
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
dalam penelitian ini agar pembahasan dan isi yang ada dalam penelitian ini tidak
berikut:
Jawa Tengah.
D. Rumusan Masalah
Jawa Tengah?
3. Apa saja upaya yang dilakukan guru PKn untuk mengatasi kendala-
E. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui:
Jawa Tengah.
3. Upaya apa saja yang dilakukan guru PKn untuk mengatasi kendala-
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
moral, dan politik khususnya yang dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
Penelitian ini sebagai salah satu berfikir ilmiah dan penerapan keilmuwan
di sekolah.
G. Batasan Istilah
1. Peranan
2. Guru
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1
3. Pendidikan Kewarganegaraan
4. Kedisiplinan
2008: 333), “kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin yang artinya ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib)”. “Disiplin adalah suatu kondisi yang
12
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
5. Siswa
dimaksud “siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan
merupakan kata lain dari peserta didik, sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (4)
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
(SMP) adalah sekolah umum selepas sekolah dasar, sebelum sekolah menengah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini
menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Guru
adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa
yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah
seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari
potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat
1. Pengertian Guru
(2005: 32), “guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 ayat (1), dijelaskan bahwa:
14
Menurut Moh. Uzer Usman (2006: 5), “guru merupakan jabatan atau
profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”. Pekerjaan ini tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan
atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang
tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-
syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu
Menurut Suparlan (2008: 12-13), “guru dapat diartikan sebagai orang yang
aspek, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya”.
Secara umum, baik sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesinya, guru selalu
disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang amat penting. Guru,
siswa, dan kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem pendidikan
nasional. Ketiga komponen pendidikan itu merupakan conditio sine quanon atau
syarat mutlak dalam proses pendidikan sekolah. Melalui mediator yang disebut
guru, siswa dapat memperoleh menu sajian bahan ajar yang diolah dari dalam
kurikulum nasional dan kurikulum muatan lokal. Guru adalah seseorang memiliki
tugas sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan
sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau
swasta. Dengan demikian, guru tidak hanya dikenal secara formal sebagai
pendidik, pengajar, pelatih, dan pembimbing, tetapi juga sebagai agen sosial yang
a. Tugas Guru
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang
dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk
berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia
susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun
bangsa dan negara. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh
Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu
kepada anak didik. Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat
kesetiakawanan sosial.
3) Di bidang kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga tidak kalah
pentingnya. Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang
bermoral Pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila guru mendidik
anak didik sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia.
Bila dipahami, maka tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah,
didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak
didik. Tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi
sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas
berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi
Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan
demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi
orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang
akan datang.
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan,
yang lain tidak dapat dipisahkan. Guru memiliki kemampuan keempatnya secara
EMASLIM lebih merupakan peran kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala
mikro di kelas, peran itu juga harus dimiliki oleh para guru. Berikut ini akan
didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Peran ini lebih
tampak sebagai teladan bagi peserta bagi peserta didik, sebagai role model,
masalahnya.
e. Peran sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan dengan peran
demikian, disiplin yang ditegakkan oleh guru dari peran sebagai leader ini
tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dari
Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa
saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2005: 43-49), ”peranan yang diharapkan dari guru yaitu korektor, inspirator,
a. Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami
dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki
dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-
Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus
b. Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik.
Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik.
Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang
penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh
anak didik.
23
c. Informator
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi
yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi
anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan
diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa
d. Organisator
Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari
guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
e. Motivator
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik
yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan
anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator
f. Inisiator
yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia
pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan
mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan
pengajaran.
g. Fasilitator
tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang
berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas
belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas,
h. Pembimbing
Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah
didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik
berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada
i. Demonstrator
Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik
pahami. Apalagi anak didik yang memiliki inteligensi yang sedang. Untuk bahan
pelajaran yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha membantunya,
dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang
guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan
pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai
j. Pengelola Kelas
baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam
rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik
akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola
26
dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil
akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat
mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan
anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak
menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak
sejalan dengan tujuan umum dari dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan
agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolaan kelas
adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
k. Mediator
yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik
semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan
proses belajar anak didik. Dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah,
sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi. Kemacetan jalannya diskusi akibat
anak didik kurang mampu mencari jalan keluar dari pemecahan masalahnya, dapat
l. Supervisor
guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar
mengajar menjadi lebih baik. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan
hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena
m. Evaluator
baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik
dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek
kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus
jawaban anak didik ketika diberikan tes. Anak didik yang berprestasi baik, belum
tentu memiliki kepribadian yang baik. Jadi, penilaian itu pada hakikatnya
diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila
yang cakap. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan
28
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
b. Kompetensi Guru
dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten
yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara secara tepat, rasional, konsisten,
Menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya, menguasai ilmu dan
pengertian bahwa:
membentuk warga negara yang lebih baik (a good citizen) dan mempersiapkannya
untuk masa depan” (Cholisin, 2004: 12). Sedangkan dalam Permendiknas No. 22
lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan
setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib
aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin
siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang
adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang
dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan
1. Pengertian Disiplin
“Makna kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang
keteraturan, dan sistem aturan tata laku” (Lembaga Ketahanan Nasional, 1995:
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu
tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman atau
a. Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap tata dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran,
dan pengendalian watak.
b. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma,
kriteria, dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman
tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran,
bahwa ketaatan akan aturan, norma, criteria, dan standar tadi
merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).
c. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati,
untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
yaitu:
2. Fungsi Disiplin
dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara
b. Membangun Kepribadian
c. Melatih Kepribadian
Suatu sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak
terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses
d. Pemaksaaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya dorongan dan kesadaran dari dalam
dirinya sendiri dan adapula yang muncul karena adanya pemaksaan dan tekanan
yang berasal dari luar dirinya. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas
Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksakan dan tekanan
dari luar.
e. Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan
oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat
memberikan dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya.
diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah.
34
3. Unsur-Unsur Disiplin
berikut:
4. Pembentukan Disiplin
b. Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit paling
16), yaitu:
agar anak itu kelak menjadi manusia dan warga negara yang baik dan
lingkungannya.
tersebut. Di samping itu, adanya tata tertib para siswa tidak dapat lagi
melaksanakan peraturan.
37
tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab orang tua atau
BAB III
METODE PENELITIAN
dilaksanakan pada 18 Mei 2011 s/d 18 Agustus 2011. Pemilihan lokasi penelitian
Tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanapiah Faisal (1995: 20) bahwa
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti.
karena data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai
39
dengan pendapat Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2007:
4), yang menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan
sengaja oleh peneliti didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu (Sanapiah
Faisal, 1995: 67). Adapun kriteria subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti
Tengah.
sebagai berikut:
Jawa Tengah.
Jawa Tengah.
40
1. Observasi
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan
tidak pada saat berlangsungnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian
kepada subjek penelitian. Alat bantu yang akan digunakan saat observasi adalah
2. Wawancara
yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi
Tengah. Wawancara ditujukan kepada subjek penelitian. Alat bantu yang akan
3. Dokumentasi.
diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan
merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar,
Dokumentasi ini berupa foto dan dokumen tertulis. Foto berfungsi sebagai data
atau sebagai pendorong kearahan data menghasilkan data pengamatan. Alat bantu
Guba (Lexy J. Moleong, 2007: 175) untuk memeriksa data pada penelitian
Teknik yang digunakan untuk melacak Credibility dalam penelitian ini yaitu
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada (Sugiyono, 2008: 83). Teknik Triangulasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode artinya bahwa teknik
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Lexy J.
melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dicapai dengan jalan :
diperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih, karena kedua teknik triangulasi
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis induktif. Teknik analisis induktif dilakukan dengan
dengan cara menganalisis dan menyajikan dalam bentuk data deskriptif. Adapun
44
berikut :
1. Reduksi Data
penyederhanaan data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data yang
kompleks. Untuk itu data yang dihasilkan dari observasi, wawancara dan
2. Unitisasi/Kategorisasi
sistematik ke dalam suatu unit-unit sesuai dengan sifat dari masing-masing data
dengan menonjolkan hal-hal yang bersifat pokok dan penting. Dari unit-unit data
3. Display Data
Display data adalah penyajian data ke dalam sejumlah matriks yang sesuai.
Display data dilakukan dengan melihat gambaran keseluruhan tentang data yang
diperoleh selama penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh telah
4. Pengambilan Kesimpulan
berfikir induktif, yaitu dari hal-hal yang khusus diarahkan kepada hal-hal yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini hasil penelitian
dan pembahasan oleh peneliti dipaparkan secara bersamaan dengan alasan agar
yang terletak di kawasan pedesaan, tidak jauh dari pusat kota kecamatan
generasi muda penerus bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing di era global
dikatakan terletak di wilayah yang cukup strategis karena terletak di jalan utama
Kawedanan Tegalrejo (Sub Rayon 06). Pada perolehan Nilai UN tahun 2009/2010
ekonomi masyarakat (orang tua siswa) sebagian besar dari kalangan masyarakat
menengah ke bawah antara lain buruh tani, pedagang, dan sebagian kecil
untuk tetap berupaya meningkatkan mutu layanan pendidikan secara gradual dan
Provinsi Jawa Tengah memiliki visi dan misi untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan. Adapun visi dan tujuan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
dapat berkembang pesat yang pada akhirnya jumlah peserta didik yang
mampu mengukir kejuaraan-kejuaraan baru di berbagai event lomba
semakin meningkat.
f) Membekali peserta didik dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan spiritual
sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing melalui kegiatan
tatap muka dalam kelas, pengalaman belajar, kegiatan praktik ibadah
harian di sekolah, kegiatan pengembangan diri dalam kelompok mata
pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler bidang keagamaan.
sekitar 95% berasal dari desa di wilayah Kecamatan Candimulyo dan 5 % dari
memiliki siswa sejumlah 540 siswa yang terbagi dalam 15 kelas paralel yakni
kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E,
Negeri 1 Candimulyo yang terbagi menjadi beberapa kelas paralel dapat dilihat
Kelas Paralel
No. Kelas Jumlah
A B C D E
1. VII 32 32 32 32 32 160
2. VIII 40 40 40 40 40 200
3. IX 36 36 36 36 36 180
Total 540
Sumber: Data SMP Negeri 1 Candimulyo Tahun Pelajaran 2010/2011
Provinsi Jawa Tengah, memiliki guru dengan jumlah keseluruhan yakni 33 guru
yang terdiri dari guru tetap dan guru tidak tetap dengan jumlah guru tetap terdiri
dari 28 guru dan guru tidak tetap terdiri dari 5 guru (Data SMP Negeri 1
berikut:
51
Status
No. Guru Bidang Studi Jumlah
Tetap Tidak Tetap
1. Ilmu Pengetahuan Alam 3 1 4
2. Matematika 3 1 4
3. Bahasa Indonesia 3 3
4. Bahasa Inggris 3 3
5. Pendidikan Agama Islam 1 1 2
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3
7. Penjaskes 2 2
8. Seni Budaya
a. Seni Musik 1 1
b. Seni Tari 2 2
9. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
10. TIK/Keterampilan 1 1 2
11. Bimbingan Konseling 1 1 2
12. Bahasa Jawa 2 2
13. Tata Busana 1 1
Total 28 5 33
Sumber: Data SMP N 1 Candimulyo Tahun Pelajaran 2010/2011
52
Negeri 1 Candimulyo, 28 guru berpendidikan Strata satu dan terdapat 5 guru yang
umum cukup baik untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran yang efektif dan
maupun prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Candimulyo antara lain berupa
ruang kelas dimana SMP Negeri 1 Candimulyo mempunyai 15 ruang kelas yang
terbagi atas kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VIII A, VIII B, VIII C, VIII
Fasilitas yang tersedia di setiap kelas diantaranya adalah meja, kursi, blackboard,
2010/2011).
sebagai berikut:
53
Tata tertib secara umum adalah beberapa peraturan yang harus ditaati
dalam situasi tertentu atau dalam suatu kehidupan tertentu. Tata tertib sekolah
peraturan yang dibuat oleh warga SMP Negeri 1 Candimulyo yang bertujuan
umum tata tertib SMP Negeri 1 Candimulyo dijelaskan bahwa tata krama dan tata
bagi siswa dalam bersikap, berucap, bertindak, dan melaksanakan kegiatan sehari-
hari di sekolah dalam rangka menciptakan iklim dan kultur sekolah yang dapat
menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif. Tata krama dan tata tertib sekolah
dan masyarakat sekitar, yang meliputi nilai ketaqwaan, sopan santun pergaulan,
nilai yang mendukung kegiatan belajar yang efektif. Setiap siswa diwajibkan
melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam tata krama dan tata tertib ini
secara konsekuen dan penuh kesadaran (Tata tertib SMP Negeri 1 Candimulyo
Dalam tata tertib SMP Negeri 1 Candimulyo, siswa mempunyai hak dan
sekolah sesuai dengan ketentuan, bila tidak masuk sekolah karena sakit lebih dari
wiyata mandala, bagi petugas piket datang lebih awal, pada waktu istirahat siswa
berada di luar kelas kecuali petugas piket yang membersihkan ruang kelas, apabila
baik sekolah, berpakaian rapi, dan memelihara rambut dan menjaga kerapiannya
Selain hak dan kewajiban siswa, dalam tata tertib sekolah di SMP Negeri 1
yaitu siswa dilarang masuk kelas saat terlambat sebelum mendapat ijin dari guru
tidak sesuai dengan ketentuan sekolah, menggunakan fasilitas sekolah tidak sesuai
siswa dilarang berada di dalam kelas pada saat kegiatan di luar kelas, membawa,
panjang/rambut dicat warna dan ditatoo, siswa putri memakai perhiasan berharga,
dicat/disemir, memakai topi, jaket, sweeter, dan aksesoris lain di dalam kelas,
menerima tamu pada saat pelajaran berlangsung tanpa ijin guru mata
pelajaran/yang berwenang, judi, dan berbuat asusila (Tata tertib SMP Negeri 1
berjalan dengan baik. Siswa sudah mematuhi tata tertib tersebut dengan cukup
baik. Akan tetapi masih ada pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa siswa di
sekolah. Siswa yang melanggar tata tertib di SMP Negeri 1 Candimulyo akan
dikenakan sanksi yaitu berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, dan skors/poin
sesuai dengan perhitungan dan waktu yang ditentukan. Skoring pelanggaran tata
tertib siswa SMP Negeri 1 Candimulyo Tahun Pelajaran 2010/2011, yakni sebagai
berikut:
57
18 Mei s/d 18 Agustus 2011, masih ditemui adanya pelanggaran siswa terhadap
peraturan sekolah. Pelanggaran yang masih sering dilakukan oleh siswa yaitu
kelas, berkelahi, tidak mengikuti upacara, tidak masuk ke sekolah dengan surat
Adapun pelanggaran tersebut seperti yang tertuang pada tabel berikut ini:
59
B. Pembahasan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berdasarkan hal ini, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Hal ini mengisyaratkan
kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah ditetapkan tidak dapat
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu, betapa pentingnya
menegakkan disiplin agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai dengan tepat
saat siswa berada pada lingkungan keluarga terutama orang tua yakni melalui
yakni sekolah, maka mulailah siswa diperkenalkan dan diajarkan sesuatu yang
baru yang belum diajarkan dalam keluarga. Sekolah sebagai tempat sosialisasi
kedua setelah keluarga, tempat anak dihadapkan kepada kebiasaan dan cara hidup
bersama yang lebih luas lingkupnya serta ada kemungkinan berbeda dengan
kebiasaan dan cara hidup dalam keluarganya, sehingga berperan besar dalam
Disiplin akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda,
dimulai dari lingkungan keluarga melalui pendidikan yang tertanam sejak usia
muda yang semakin lama semakin menyatu dalam dirinya dengan bertambahnya
usia, sehingga dalam hal ini, pendidikan khususnya di sekolah, disiplin harus bisa
diterapkan kepada para siswa tentu saja dengan proses dan cara penerapan serta
dunia sekolah yang berlaku dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini gurulah yang
penting dalam pembentukan warga negara yang baik. Sebab guru Pendidikan
Kewarganegaraan dituntut bukan hanya sebagai pemberi materi saja tetapi juga
62
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter diamanatkan oleh Pancasila dan
karakter warga negara yang baik, yang salah satunya meliputi sikap disiplin siswa.
diperkenalkan dengan tata tertib sekolah dan sanksi poin. Kedisiplinan siswa di
SMP Negeri 1 Candimulyo sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih ada
beberapa siswa yang tidak berdisiplin atau yang melanggar peraturan sekolah. Hal
istirahat). Diketahui siswa tersebut bernama Asrori dan Teguh. Alasan kedua
siswa tersebut terlambat masuk kelas karena pada saat istirahat, antri dalam
siswa yang tertidur. Siswa tersebut bernama Yudha Pratama. Tindakan yang
Observasi langsung yang lain dilakukan di kelas VII B hari Sabtu tanggal
siswa yang tidak masuk tanpa keterangan. Siswa tersebut bernama Purwitri.
Selain itu, pada saat berlangsungnya pembelajaran, didapati siswa yang lempar-
lemparan kertas dengan siswa lain. Kedua siswa tersebut bernama Kalvin dan
kesiangan.
merusak fasilitas dan peralatan sekolah, tidak memakai sepatu/tali sepatu yang
upacara, tidak masuk ke sekolah dengan surat ijin yang dipalsukan, tidak
64
Setiap pelanggaran dari tata tertib tersebut, siswa akan dikenakan sanksi
yaitu berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, dan skors/poin sesuai dengan
perhitungan dan waktu yang ditentukan. Anjuran untuk menaati tata tertib tersebut
dilakukan oleh kepala sekolah berserta guru-guru lain pada saat upacara bendera,
saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas, ataupun pada saat di luar
Mei s/d 18 Agustus 2011, jika terdapat siswa yang melanggar peraturan sekolah,
baik di dalam kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar, ataupun pada
adalah memberi teguran dan nasehat, memberikan sanksi poin sesuai dengan jenis
lebih berdisiplin. Jika diketahui terdapat siswa yang melanggar peraturan sekolah,
guru Pendidikan Kewarganegaraan langsung menegur siswa pada saat itu juga dan
diberi nasehat agar siswa tidak mengulanginya lagi. Jika siswa tetap melanggar
memberikan sanksi berupa poin sesuai dengan jenis pelanggarannya. Selain itu,
Dari pernyataan Ibu Riyati dan Bapak Suhardi di atas, dapat diketahui
siswa yang berdisiplin atau yang tidak pernah melanggar peraturan sekolah dan
pemberian hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah agar siswa
Mei 2011).
kepada siswa akan manfaat dan keuntungan yang akan didapat jika siswa
memberikan hukuman bagi siswa yang tidak berdisiplin atau yang melanggar
67
memberikan dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhi
siswa terhadap peraturan sekolah dapat diperlemah, serta motivasi untuk hidup
tingkah laku siswa. Hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar
peraturan sekolah yaitu siswa diberikan sejumlah poin sesuai dengan jenis
peringatan, siswa disuruh mengerjakan tugas, menyapu ruang guru, tidak boleh
mengikuti pelajaran, dan hukuman lain yang bersifat mendidik serta membuat
siswa jera.
kepada siswa yang berdisiplin, yang tidak pernah melakukan pelanggaran. Selain
hadiah kepada siswa yang berdisiplin, yang tidak pernah melakukan pelanggaran.
Pemberian hadiah ini diharapkan agar siswa termotivasi untuk lebih berdisiplin
dan menaati peraturan sekolah. Hadiah yang diberikan kepada siswa yang tidak
pernah melanggar peraturan berupa pujian atau pemberian nilai yang baik.
68
Guru mempunyai beberapa peranan yang salah satunya yaitu peranan guru
sebagai motivator. Hal ini sesuai yang diungkapkan Suparlan (2008: 29-32), guru
43-49), banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa
saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik
yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan
anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator
belajar yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi
69
dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), yang utamanya
mendorong siswa agar berdisiplin. Disiplin dapat terjadi karena adanya dorongan
dari orang lain. Hal ini seperti yang diungkapkan Tulus Tu’u (2004: 38), disiplin
dapat terjadi karena adanya dorongan dan kesadaran dari dalam dirinya sendiri
dan adapula yang muncul karena adanya pemaksaan dan tekanan yang berasal dari
luar dirinya. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri,
disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksakan dan tekanan dari luar.
Guru merupakan sosok panutan yang patut ditiru dan diteladani oleh
siswa. Guru Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu menjadi contoh
teladan bagi siswa-siswanya. Misalnya dengan berperilaku dan bertutur
kata yang sopan baik dengan sesama guru ataupun dengan siswa, memberi
contoh berpakaian dengan rapi, hadir ke sekolah lebih awal dan tidak
pulang lebih cepat dari siswa, dan masuk kelas tepat waktu (Wawancara,
Ibu Riyati pada tanggal 28 Mei 2011).
Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Suhardi selaku guru mata
mengatakan bahwa:
70
Siswa memerlukan seorang teladan atau figur yang baik yang dapat
dijadikan panutannya. Contoh keteladanan yang dilakukan yaitu dengan
memberi contoh yang baik kepada siswa, misalnya dengan memberikan
contoh berpakaian yang rapi dan sopan, guru masuk kelas tepat waktu,
bertutur kata yang sopan, berperilaku yang baik, dan contoh lainnya yang
tujuannya membuat siswa lebih berdisiplin. Kedisiplinan siswa yang baik
di sekolah harus dibina dan dibentuk pada setiap pribadi siswa. Karena
kedisiplinan seseorang dapat mencerminkan suatu karakter seseorang
(Wawancara, Bapak Suhardi pada tanggal 28 Mei 2011).
Dari pernyataan Ibu Riyati dan Bapak Suhardi selaku guru mata pelajaran
Candimulyo untuk menjadi teladan bagi siswanya adalah dengan berperilaku dan
bertutur kata yang sopan baik dengan sesama guru ataupun dengan siswa,
memberi contoh berpakaian dengan rapi, hadir ke sekolah lebih awal dan tidak
pulang lebih cepat dari siswa, dan masuk kelas tepat waktu. Guru merupakan
sosok panutan yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa. Siswa memerlukan
seorang teladan atau figur yang baik yang dapat dijadikan panutannya.
bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan aturan. Keteladanan dari para guru
dijadikan panutan oleh siswa dalam bersikap dan berperilaku disiplin di sekolah.
Kedisiplinan siswa yang baik di sekolah harus dibina dan dibentuk pada setiap
seseorang. Kedisiplinan yang baik itu tidak akan tumbuh bila individu tersebut
tidak mempunyai kesadaran yang tinggi akan kepatuhan terhadap suatu aturan.
71
Salah satu peran dan fungsi yang dimiliki oleh guru yaitu kemampuan
medidik. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Suparlan (2008: 25), guru
memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara
secara paripurna. Sebagai pendidik, guru lebih banyak menjadi sosok panutan,
yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh siswa.
Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi
pekerti luhur, akhlak mulia, seperti jujur, tekun, mau belajar, amanah, sosial, dan
sopan santun terhadap sesama. Sikap dan perilaku guru yang sehari-hari dapat
diteladani oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas merupakan alat
dewasa.
siswa. Menurut Soegeng Prijodarminto (1994: 24), disiplin akan tumbuh dan
menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. Disiplin siswa akan terbentuk
menjadi contoh bagi anak didiknya serta bagi siapa saja yang menganggap ia
seorang guru
mengatakan bahwa:
Dari pernyataan Ibu Riyati dan Bapak Suhardi di atas, dapat diketahui
Penyampaian materi tersebut tidak hanya bertujuan supaya siswa paham dan
mengerti saja terhadap materi yang disampaikan, akan tetapi siswa diharuskan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam arti mampu melaksanakan
Adapun kegunaan norma agama adalah untuk mengendalikan sikap dan perilaku
setiap orang dalam hidup dan kehidupannya. Melalui pelaksanaan norma agama,
setiap orang akan selalu berupaya melaksanakan apa yang menjadi perintah Tuhan
Yang Maha Esa dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya dalam sikap dan
perintah untuk saling menyayangi sesama umat manusia, perintah untuk berbakti
kepada orang tua dan guru, larangan untuk melakukan perbuatan maksiat, perintah
untuk mencari rezeki dengan cara yang baik dan halal, perintah untuk taat
norma kesusilaan adalah hati nurani maka norma ini mempunyai kegunaan untuk
teguran hati nuraninya. Contoh norma kesusilaan yaitu suara hati yang
74
memerintahkan untuk tidak berbohong, suara hati untuk berbuat baik kepada
bersangkutan dapat bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan tata krama atau
mengendalikan sikap dan perilaku, agar mampu menyesuaikan diri dengan siapa
dan dimana dalam situasi dan kondisi tertentu. Contoh norma kesopanan yaitu
orang yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua, berbicara yang sopan
hukum adalah untuk melindungi kepentingan orang lain, misalnya yang berkaitan
kepada siswa untuk lebih berdisiplin dan keteladanan dalam berperilaku, tetapi
tentang norma yang berlaku di masyarakat dalam diri siswa. Dalam kaitan ini guru
dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
berdisiplin dengan cara menjelaskan kepada siswa akan manfaat dan keuntungan
yang akan didapat jika siswa berdisiplin serta memberikan hukuman bagi siswa
yang tidak berdisiplin atau yang melanggar peraturan sekolah dan memberikan
hadiah kepada siswa yang berdisiplin atau yang tidak pernah melakukan
kata yang sopan baik dengan sesama guru ataupun dengan siswa, memberi contoh
berpakaian dengan rapi, hadir ke sekolah lebih awal dan tidak pulang lebih cepat
dari siswa, dan masuk kelas tepat waktu; serta penyampaian materi yang
dan menerapkan norma baik agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum, serta
dilakukan siswa di sekolah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Riyati
terdapat beberapa kendala” (Wawancara, Ibu Riyati pada tanggal 28 Mei 2011).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Suhardi selaku guru mata
seperti apa yang diinginkan. Tentulah masih terdapat beberapa kendala dalam
dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah yaitu faktor dari dalam diri siswa
tersebut dan faktor dari guru” (Wawancara, Ibu Riyati pada tanggal 28 Mei 2011).
membentuk kedisiplinan siswa di sekolah yaitu kendala dari dalam diri siswa,
kendala dari faktor keluarga” (Wawancara, Bapak Suhardi pada tanggal 28 Mei
2011).
Dari pernyataan Ibu Riyati dan Bapak Suhardi tersebut di atas, dapat
kendala dari faktor siswa, dan kendala dari faktor guru. Adapun kendala-kendala
kedisiplinan siswa di sekolah yaitu kendala dari faktor siswa. Terdapat beberapa
siswa yang memang sulit untuk diajak berdisiplin atau memang yang dari
bawaannya sulit diatur/bandel. Hal ini terlihat dari kebanyakan kasus pelanggaran
yang pelakunya adalah siswa-siswa itu saja. Banyak faktor yang menyebabkan
siswa tersebut sulit untuk diatur yaitu faktor lingkungan pergaulan siswa yang
kurang baik, dan juga faktor dari keluarga. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
78
Masih ada beberapa siswa yang sulit untuk diatur. Hal tersebut
dikarenakan lingkungan pergaulan mereka yang kurang baik. Penyebab
lain yaitu faktor dari keluarga. Orang tua yang sibuk atau orang tua yang
broken home, sehingga perhatian orang tua kepada anak menjadi kurang.
Hal tersebut mengakibatkan perilaku anak menjadi semaunya sendiri, tidak
memperhatikan apakah itu benar atau salah. Kebiasaan yang kurang baik
dari rumah tersebut maka akan kebawa juga di sekolah (Wawancara, Ibu
Riyati pada tanggal 28 Mei 2011).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Suhardi selaku guru mata
Masih adanya siswa yang sulit untuk diajak disiplin. Kemungkinan faktor
yang menyebabkan siswa sulit diajak berdisiplin atau sulit diatur yaitu
faktor dari lingkungan pergaulan siswa dan faktor keluarga. Siswa kurang
bisa membedakan mana pergaulan yang baik dan mana pergaulan yang
tidak baik. Dari faktor keluarga yaitu adanya orang tua yang sibuk,
sehingga kurang memperhatikan kedisiplinan anak (Wawancara, Bapak
Suhardi pada tanggal 28 Mei 2011).
pergaulan yang baik dan mana lingkungan pergaulan yang kurang baik.
Apabila siswa bergaul dengan teman yang perilakunya kurang baik, maka perilaku
siswa tersebut menjadi kurang baik pula. Sebaliknya, apabila siswa bergaul
dengan teman yang perilakunya baik, maka perilaku siswa tersebut menjadi baik.
Faktor lain yang menyebabkan siswa sulit diatur yaitu faktor dari keluarga.
Terdapat beberapa orang tua yang tidak peduli terhadap perkembangan perilaku
anaknya. Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anak kurang. Orang
79
kedisiplinan anaknya. Ada pula orang tua siswa yang broken home, yang
tuanya. Hal ini sangat berpengaruh negatif bagi perkembangan perilaku siswa.
benar atau salah. Sehingga kebiasaan siswa yang kurang baik dari rumah secara
faktor guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Riyati selaku guru mata
tanggal 28 Mei 2011, beliau mengatakan bahwa kendala dari faktor guru dalam
adanya siswa yang melanggar peraturan sekolah” (Wawancara, Ibu Riyati pada
Dari pernyataan tersebut telah jelas bahwa kendala yang dihadapi guru
cenderung mau berdisiplin di sekolah jika diawasi oleh guru. Apabila tidak ada
pengawasan dari guru, maka siswa tersebut akan berbuat semaunya sendiri atau
tidak berdisiplin. Seharusnya sesibuk apapun guru, guru harus tetap mampu
mengawasi perilaku siswa di sekolah. Hal ini bertujuan agar perilaku siswa di
kendala yaitu kendala dari faktor siswa dan kendala dari faktor guru. Kendala dari
faktor siswa yaitu terdapat beberapa siswa yang memang sulit untuk diajak
oleh faktor lingkungan pergaulan siswa yang kurang baik, dan juga faktor dari
keluarga siswa. Sedangkan kendala dari faktor guru yaitu kurangnya pengawasan
Dari pernyataan Ibu Riyati dan Bapak Suhardi tersebut di atas, dapat
Candimulyo dilihat dari faktor siswa, upaya yang dilakukan guru Pendidikan
siswa yang sering melanggar peraturan sekolah atau yang sering tidak berdisiplin
di sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab siswa tersebut
berasal dari faktor lingkungan pergaulan atau berasal faktor dari keluarga.
kesadaran kepada siswa akan pentingnya berdisiplin. Dalam hal ini, guru
yang tertib dan patuh terhadap peraturan di sekolah. Pembinaan ini dilakukan guru
Selain itu juga, diperlukan kerjasama yang baik antara pihak sekolah
dengan orang tua siswa dalam membentuk kedisiplinan siswa. Dalam membentuk
kedisiplinan siswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga
tanggung jawab orang tua atau keluarga. Keluarga atau orang tua merupakan
pendidik pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan
dan mengembangan perilaku siswa. Kerjasama orang tua dengan guru sangat
maupun kedisiplinan siswa di sekolah. Kerjasama antara guru dengan orang tua
haruslah dibina secara intensif dan proaktif yaitu kerjasama guru dengan orang tua
siswa dalam mengontrol perilaku siswa, memanggil orang tua siswa apabila siswa
yaitu dengan bekerjasama dengan guru-guru, wali kelas, serta ketua-ketua kelas
Dari pernyataan Ibu Riyati tersebut di atas, dapat diketahui bahwa untuk
kedisiplinan siswa di SMP Negeri 1 Candimulyo dilihat dari faktor guru, upaya
84
atau berdisiplin jika siswa tersebut diawasi. Apabila tidak mendapat pengawasan,
maka siswa tersebut akan berbuat semaunya sendiri, melanggar peraturan sekolah
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kata yang sopan baik dengan sesama guru ataupun dengan siswa,
dan tidak pulang lebih cepat dari siswa, dan masuk kelas tepat waktu.
a. Kendala dari faktor siswa, yaitu terdapat beberapa siswa yang memang
sulit untuk diajak berdisiplin atau memang yang dari bawaannya sulit
pergaulan siswa yang kurang baik, dan juga faktor dari keluarga siswa.
perhatian dari kedua orang tuanya. Hal ini sangat berpengaruh negatif
baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam membentuk
kedisiplinan siswa.
B. Saran
1. Bagi Guru
siswa di sekolah.
moral dan norma serta budi pekerti yang menjadi dasar siswa dalam
berperilaku.
baik.
Ekstrakurikuler.
3. Bagi Siswa
peraturan sekolah.
89
peraturan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta. Cetakan Kedua
Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
TENTANG
PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM
MEMBENTUK KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 1 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG
PROVINSI JAWA TENGAH
A. PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Analisis lingkungan operasional SMP Negeri 1 Candimulyo
2. Visi dan tujuan SMP Negeri 1 Candimulyo
3. Keadaan siswa SMP Negeri 1 Candimulyo
4. Keadaan guru dan karyawan SMP Negeri 1 Candimulyo
5. Sarana dan prasarana SMP Negeri 1 Candimulyo
6. Tata tertib SMP Negeri 1 Candimulyo
7. Pelanggaran siswa di SMP Negeri 1 Candimulyo
8. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Candimulyo
9. Site plane SMP Negeri 1 Candimulyo
B. PEDOMAN OBSERVASI
1. Perilaku siswa SMP Negeri 1 Candimulyo
2. Siswa yang melanggar peraturan di SMP Negeri 1 Candimulyo
3. Kejadian pelanggaran siswa berlangsung (di dalam/di luar kelas)
4. Tindakan guru Pendidikan Kewarganegaraan ketika mengetahui siswanya
melanggar peraturan sekolah di SMP Negeri 1 Candimulyo
5. Kondisi kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Candimulyo
6. Lingkungan sekitar SMP Negeri 1 Candimulyo
93
C. PEDOMAN WAWANCARA
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Candimulyo
a. Apakah yang Bapak ketahui tentang kedisiplinan?
b. Siapakah yang bertugas menanamkan kedisiplinan dalam diri siswa?
c. Bagaimana kedisiplinan siswa di sekolah?
d. Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh siswa?
e. Apa sanksi yang diberikan kepada siswa yang tidak berdisiplin di
sekolah?
f. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa tidak berdisiplin?
g. Bagaimana peranan Bapak sebagai Kepala Sekolah dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah?
h. Kendala-kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah?
i. Upaya apa saja yang Bapak lakukan untuk mengatasi kendala-kendala
dalam membentuk kedisplinan siswa di sekolah?
2. Wawancara dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 1
Candimulyo
a. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang kedisiplinan?
b. Siapakah yang bertugas menanamkan kedisiplinan dalam diri siswa di
sekolah?
c. Bagaimana kedisiplinan siswa di sekolah?
d. Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di sekolah?
e. Apa sanksi yang diberikan kepada siswa yang tidak berdisiplin di
sekolah?
f. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa tidak berdisiplin?
g. Bagaimana peranan Bapak/Ibu sebagai Guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah?
h. Kendala-kendala apa saja yang Bapak/Ibu hadapi dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah?
i. Upaya apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi kendala-
kendala dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah?
94
D. HASIL WAWANCARA
1. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Candimulyo
Lokasi Penelitian : SMP Negeri 1 Candimulyo
Nama Responden : Drs. Cahya Purwata
Hari/Tanggal : Senin/13 Juni 2011
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Pertanyaan dan jawaban
a. Apakah yang Bapak ketahui tentang kedisiplinan?
Kedisiplinan berarti tepat waktu, taat pada aturan yang berlaku.
b. Siapakah yang bertugas menanamkan kedisiplinan dalam diri siswa?
Yang bertugas menanamkan kedisiplinan dalam diri siswa di SMP N 1
Candimulyo yaitu semua guru. Tidak hanya guru Bimbingan
Konseling, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tetapi seluruh guru
yang ada di SMP N 1 Candimulyo, termasuk guru Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan terdapat materi tentang norma, moral, dan perilaku.
95
Sehingga dalam hal ini guru PKn harus lebih bisa mendidik dan
membentuk kedisiplinan siswa di sekolah.
c. Bagaimana kedisiplinan siswa di sekolah?
Kedisiplinan siswa di SMP N 1 Candimulyo sudah cukup baik. Tetapi
masih ada sedikit siswa yang melanggar peraturan.
d. Apa saja pelanggaran yang dilakukan oleh siswa?
Pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa yaitu terlambat datang
ke sekolah, tidak mengikuti upacara, tidak mengerjakan PR, tidak
masuk ke sekolah tanpa keterangan, dan lain-lain.
e. Apa sanksi yang diberikan kepada siswa yang tidak berdisiplin di
sekolah?
Sanksi yang diberikan kepada siswa yang tidak berdisiplin di sekolah
yaitu diberi teguran, nasehat, dan poin. Jika diulangi beberapa kali,
orang tua akan dipanggil ke sekolah.
f. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa tidak berdisiplin?
Faktor yang menyebabkan siswa tidak berdisiplin yaitu faktor
kebiasaan dari rumah. Orang tua tidak mendukung budaya disiplin.
Orang tua kurang mengajarkan kedisiplinan. Sehingga kebiasaan siswa
yang kurang baik dari rumah secara otomatis akan kebawa ke sekolah.
g. Bagaimana peranan Bapak sebagai Kepala Sekolah dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah?
Peranan sebagai Kepala Sekolah dalam membentuk kedisiplinan siswa
di sekolah yaitu menegaskan kepada semua siswa agar taat kepada
peraturan sekolah. Jika tidak, maka akan menanggung resikonya.
Peranan lain yang dilakukan dalam membentuk kedisiplinan siswa di
sekolah yaitu dengan memberikan hadiah kepada siswa yang tidak
pernah melanggar peraturan sekolah. Pemberian hadiah ini sangat
penting guna memotivasi siswa agar lebih berdisiplin di sekolah.
Hadiah yang diberikan kepada siswa yang tidak pernah melanggar
perturan berupa pujian atau pemberian nilai yang baik.
96
sekolah karena tidak punya uang. Faktor yang ketiga yaitu faktor
dari diri siswa itu sendiri. Masih ada beberapa siswa yang sulit
untuk diajak berdisiplin.
7) Bagaimana peranan Bapak sebagai Guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam membentuk kedisiplinan siswa di
sekolah?
Saya selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah yaitu dengan cara memberikan
keteladanan dalam berperilaku, menanamkan materi yang berkaitan
dengan norma dalam diri siswa, serta memberikan hadiah kepada
siswa yang berdisiplin atau yang tidak pernah melanggar peraturan
sekolah dan pemberian hukuman bagi siswa yang melanggar
peraturan sekolah agar siswa termotivasi untuk lebih berdisiplin.
Siswa memerlukan seorang teladan atau figur yang baik yang dapat
dijadikan panutannya. Contoh keteladanan yang dilakukan yaitu
dengan memberi contoh yang baik kepada siswa, misalnya dengan
memberikan contoh berpakaian yang rapi dan sopan, guru masuk
kelas tepat waktu, bertutur kata yang sopan, berperilaku yang baik,
dan contoh lainnya yang tujuannya membuat siswa lebih
berdisiplin. Kedisiplinan siswa yang baik di sekolah harus dibina
dan dibentuk pada setiap pribadi siswa. Karena kedisiplinan
seseorang dapat mencerminkan suatu karakter seseorang. Cara lain
dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah yaitu dengan
menanamkan materi yang berkaitan dengan norma dalam diri
siswa. Guru Pendidikan Kewarganegaraan harus bisa mengaitkan
dan mengarahkan materi pembelajaran dengan kedisiplinan,
misalnya materi yang berkaitan dengan norma. Penyampaian
materi tersebut tidak hanya bertujuan supaya siswa paham dan
mengerti saja terhadap materi yang disampaikan, akan tetapi siswa
diharuskan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Selain keteladan
103
dan menanamkan norma dalam diri siswa, hal lain yang dilakukan
guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk kedisiplinan
siswa di sekolah yaitu dengan memberikan hadiah kepada siswa
yang berdisiplin atau yang tidak pernah melanggar peraturan
sekolah dan pemberian hukuman bagi siswa yang melanggar
peraturan sekolah agar siswa termotivasi untuk lebih berdisiplin.
Hadiah yang diberikan kepada siswa yang berdisiplin atau yang
tidak pernah melanggar peraturan sekolah yaitu pemberian nilai
baik dan pemberian pujian. Selain pemberian hadiah, dalam
membentuk kedisiplinan siswa di sekolah, perlu adanya hukuman.
Bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah akan mendapatkan
hukuman. Hukumannya yaitu siswa akan diberikan sejumlah poin
sesuai dengan jenis pelanggarannya. Selain itu, siswa juga akan
mendapatkan hukuman lain, misalnya siswa disuruh mengerjakan
tugas, dan hukuman lain yang bersifat mendidik serta membuat
siswa jera.
8) Kendala-kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah?
Untuk membentuk kedisiplinan siswa di sekolah tidaklah mudah.
Tentu ada kendalanya. Kendala-kendala dalam membentuk
kedisiplinan siswa di sekolah yaitu kendala dari dalam diri siswa.
Kendala dari dalam diri siswa yaitu masih adanya siswa yang sulit
untuk diajak disiplin. Kemungkinan faktor yang menyebabkan
siswa sulit diajak berdisiplin atau sulit diatur yaitu faktor dari
lingkungan pergaulan siswa dan faktor keluarga. Siswa kurang bisa
membedakan mana pergaulan yang baik dan mana pergaulan yang
tidak baik. Dari faktor keluarga yaitu adanya orang tua yang sibuk,
sehingga kurang memperhatikan kedisiplinan anak.
9) Upaya apa saja yang Bapak lakukan untuk mengatasi kendala-
kendala dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah?
104
7) Apa sanksi yang diberikan oleh guru terhadap siswa yang tidak
berdisiplin?
Sanksi yang diberikan guru yaitu siswa diberi poin, dinasehati, siswa
dibuat jera misalnya dengan dikasih hukuman membersihkan kamar
mandi, menyapu ruang guru.
8) Apakah Kamu pernah ditegur dan dinasehati oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan karena Kamu tidak berdisiplin?
Pernah tidak berdisiplin/melanggar peraturan, kemudian ditegur dan
dinasehati oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan.
9) Bagaimana peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam
membentuk kedisiplinan siswa di sekolah?
Dalam setiap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, guru Pendidikan
Kewarganegaraan selalu mengaitkan materi pelajaran dengan
kedisiplinan. Jika ada siswa yang melanggar peraturan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, guru Pendidikan Kewarganegaraan selalu
menegur dan menasehati siswa yang melanggar tersebut dan menyuruh
agar tidak diulangi lagi.
b. Lokasi Penelitian : SMP Negeri 1 Candimulyo
Nama Responden : Agung Bayu Aji Pamungkas
Hari/Tanggal : Sabtu/28 Mei 2011
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Pertanyaan dan jawaban
1) Apakah yang Kamu ketahui tentang kedisiplinan?
Kedisiplinan adalah menaati aturan guru dan menaati peraturan
sekolah.
2) Apakah Kamu tahu tujuan dari kedisiplinan?
Tujuan dari kedisiplinan yaitu agar sekolah menjadi tertib.
3) Apakah Kamu pernah tidak berdisiplin?
Sering sekali.
4) Apa saja pelanggaran yang sering Kamu lakukan?
106