Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak


perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha
pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin
mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di
sekolah-sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut,
sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan
peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa.
Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem
pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang
pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang
membangun.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah
yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena
itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa
senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan
nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal
semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu
pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan
dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di
antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena
guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan
guna mencapai tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara atau model mengajar yang baik dan mampu
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara
dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar
siswa khususnya pelajaran Akidah Akhlak. Misalnya dengan membimbing siswa
untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih
menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,
guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan
itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata
pelajaran Akidah Akhlak yang diharapkan oleh guru adalah 80,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran Akidah Akhlak sangat rendah yaitu

1
mencapai 60,00. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar
hanya menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi
pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan
upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing
siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru
yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep Akidah Akhlak.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang
disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih
baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung
motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping
menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan
penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah
satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran Kooperatif Learning tipe
Snowball Throwing untuk mengungkapkan apakah dengan model Kooperatif
Learning tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar dan
prestasi belajar Akidah Akhlak. Penulis memilih metode pembelajaran ini dalam
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan
sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode
pembelajaran Kooperatif Learning tipe Snowball Throwing siswa lebih aktif
dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing
atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

2
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul “Penerapan Metode Pembelajaran Snowball Throwing
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Kelas IV Di Mis Ad-Dimyati’

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah acuan pokok dari suatu kegiatan penelitian,
karena rumusan masalah merupakan pernyataan atau pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya dari pengumpulan data. Oleh karena itu, peneliti merasa
perlu untuk merumuskan masalah terlebih dahulu agar penelitian menjadi terarah.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran Snowball Throwing
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak untuk
siswa kelas IV di MI Ad-Dimyati ?
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Snowball Throwing terhadap
motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak untuk siswa
kelas IV di MI Ad-Dimyati ?
3. Apakah ada peningkatan belajar siswa MI Ad Dimyati setelah diterapkan
metode Snowball Throwing ?
C. Tujuan Penelitian:
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran Snowball Throwing terhadap mata pelajaran Akidah
Akhlak untuk siswa kelas IV di MIS Ad-Dimyati Tahun Pelajaran
2019/2020.
2. Penerapan metode metode pembelajaran Snowball Throwing terhadap
motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Akidah Akhlak untuk
siswa kelas IV di MI Ad-Dimyati.
3. mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran Snowball Throwing terhadap mata pelajaran Akidah
Akhlak untuk siswa kelas IV di MIS Ad-Dimyati Tahun Pelajaran
2019/2020.

3
D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian:
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi :

1. Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran Snowball Throwing

terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akidah

Akhlak untuk siswa kelas IV di MI Ad-Dimyati pada semester I

tahun pelajaran 2019/2020

2. Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :

a. Guru Madrasah

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan

kualitas pendidikan bidang aqidah akhlak.

b. Siswa Madrasah

Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran Snowball Throwing

terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akidah

Akhlak

c. Lembaga Madrasah

Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan


dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai
upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah
pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan

4
diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga
sekolah.

E. Kajian Pustaka (Kerangka Pemikiran):

1. Metode Kooperatif Learning tipe Snowball Throwinging

Menurut Ismail, (2008:27) Snowball Throwinging berasal dari


dua kata yaitu “snowball” dan “throwing”. Kata snowball berarti bola
salju, sedangkan throwing berarti melempar, jadi Snowball Throwinging
adalah melempar bola salju. Pembelajaran Snowball Throwinging
merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
Snowball Throwinging merupakan model pembelajaran yang membagi
murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana masing-masing
anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam pembuatan
kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen. Hal ini
diungkapkan oleh para ahli berikut ini.
Menurut Suprijono, (2011: 8) Snowball Throwinging adalah suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa
kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih
ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing
murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball


Throwinging adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam
beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok
membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya
seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar kemurid yang lain selama
durasi waktu yang ditentukan, selanjutnya masing-masing murid menjawab
pertanyaan dari bola yang diperolehnya.

5
Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut :
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberikesempatan untuk membuat soal dan diberikan
pada siswa lain.
3. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak
tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
4. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun
langsung dalam praktek.
6. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7. Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat
tercapai.
Walaupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan
yang perlu diperhatikan ialah :
1. Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi
sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat
dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah
dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi
sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa
saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi tdk
menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis
individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang panjang.
5. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid

6
2. Motivasi Belajar
a) Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapan-kesiapannya untuk memulai serangkaian
tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan belajar adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai Tujuan tertentu (Usman,2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar,
motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa
siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa
itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
b). Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1). Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi
instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

7
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994 : 05) ada beberapa
strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik.
Strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
b. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok.
c. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan
tugas dan memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
d. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas
pekerjaannya.
e. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang
memiliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari
luar dirinya.
2).Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan
dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya
ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau
belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat
peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang yang timbul dari jiwa seseorang atau perang
yang timbul dari dari luar.

8
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain :
1. Kompetisi (persaingan) : guru berusaha menciptakan
persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada
awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih
dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
TPK tersebut.
3. Tujuan yang jelas : Motif mendorong individu untuk
mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar ni]ai tujuan
bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula
motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses : Kesuksesan dapat
menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan
terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa
efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih
sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan
guru.
5. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki
minat yang besar.
6. Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal
ini terbukti dalam kenyataan bawa banyak siswa yang tidak
belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru
mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai

9
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang
kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai
yang tinggi, dan lainsebagainya.

3. Prestasi Belajar Akidah Akhlak


Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar.Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang
kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan
pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses
belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai ( dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi
belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang
diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan dan
memerlukan pengorbanan dan memerlukan dasar pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil
belajar.Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu
guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar dilingkungan sekolah serta dapat melihat output dari
anak.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa
prestasi belajar Akidah Akhlak adalah nilai yang diperoleh siswa setelah
melibatkan secara langsung / aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan) dalam proses belajar mengajar Akidah Akhlak.

10
4. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Kooperatif
Learning tipe Snowball Throwing
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi
dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan
seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan
belajar dan berinteraksi dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Sedangkan metode pembelajaran Kooperatif Learning tipe
Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi
murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota
kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan
membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar kemurid
yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, selanjutnya masing-
masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar Kooperatif Learning tipe
Snowball Throwing akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang
lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas.
Secara umum belajar Kooperatif Learning tipe Snowball
Throwing ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar
Kooperatif Learning tipe Snowball Throwing membangkitkan
keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan
jawaban yang diharapkan dengan mempraktekan berbagai teori.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya motivasi dalam pembelajaran model Kooperatif Learning tipe
Snowball Throwing tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi
optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar

11
siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas
usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.

F. Metode Penelitian:

1. JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat
reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi
atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegitan menguji cobakan suatu
ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut
mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (
Riyanto, 2001)
2. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan
berikut :
1) Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program
pembelajaran
2) Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran
dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan
oleh guru kelas
3) Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4) Melaporkan hasil penelitian
3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah Ibtidaiyah Ad Dimyati,


kelas IVa semester I terdiri dari 20 siswa dan 15 siswi. Sedangkan subjek
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan
belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.

4. Data dan sumber


1) Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang
diperoleh dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang
muncul selama diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 –

12
C 6. Data untuk hasil penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan
harian (test).
2) Sumber data penelitian adalah siswa kelas IV Sebagai obyek penelitian
5. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
Menggunakan teknik sebagai berikut :
1) Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan
tindakan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa.
2) Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi terkait dengan respon atau tanggapan siswa
terhadap penerapan pembelajaran kooperatif.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir
siswa yang terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama
pembelajaran berlangsung.Observasi ini dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi dilakukan
oleh 3 orang observer.
4) Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk
mengukur hasil yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test
tersebut berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup
5) Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga
diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat
dikumpulkan pada penelitian ini
6. Analisis data
1) Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan
rubrik.Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan

13
berfikir, pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan rubrik pada
siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai
dengan rubrik pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa =
Skor riil X 100
Skor maks
Keterangan:
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
100 : Skor maksimal dari tiap jawaban (pedoman penskoran
lihat lampiran)
2) Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis
dengan teknik analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar
siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan
menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu,
siswa dianggap telah belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65
%, Secara kelompok dianggap tuntas jika telah belajar apabila mencapai
85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 65 %
(Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)

7. Tahap-tahap penelitian
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran
yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini akan
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus tediri dari perencanaan,
tindakan, penerapan tindakan, observasi,refleksi.
Siklus I

1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan.

14
Kegiatan pada tahap ini adalah :
1) Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan
dalam PTK.
2) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan
indikator pembelajaran yang ingin dicapai
3) Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil
pembelajaran siswa.
4) Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi
kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun etnis.
5) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan
model pembelajaran yang akan dilaksanakan
2. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator
selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar Akidah Akhlak
secara kooperatif learning dengan model Kooperatif Learning tipe
Snowball Throwing. Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah
(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan
test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran
berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam
pelaksanaannya.
4. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil
analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai.

15
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah
atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa
yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk
menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan
perbaikan pada siklus I.
Siklus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus
I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada
siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus
I
G. Jadwal Penelitian:
Jadwal penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Maret –Mei 2019
No Bulan
Jenis Kegiatan September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian
a. Perencanaan
b. Pembuatan proposal
c. Seminar Proposal
d. Penyusunan insturmen
2 Pelaksanaan
a. Pelaksanaan siklus ke 1
b. Pelaksanaan siklus ke 2
c. Pelaksanaan siklus ke 3
3 Pengolahan Data
4 Pelaporan hasil PTK
5 Evaluasi hasil PTK

Daftar Pustaka:

16
1. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Jakarta: Balai Pustak
2. Departemen Pendidiakan dan Kebudayaan, 1994.Petunjuk Pelaksanaan
Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Balai Pustaka.
3. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta

Daftar Team Kolaborasi: (sebegai pelengkap)


Buat Daftar personalia Team kolaborasi; minimal Peneliti dan pengamat

17
CATATAN EVALUASI KRITERIA USULAN RENCANA PENELITIAN
(URP)
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Model Pola Proposal PTK- Modul PPG 2019 dan Instrumen Penilaian
Lokakarya PTK PPG 2019)

SKOR Bobot
No KOMPONEN INDIKATOR NILAI
1 0 (maks)

Maksimum 20 kata, spesifik, jelas


1 Judul menggambarkan masalah, solusi, dan 5
lokasi penelitian
a. Keberadaan masalah nyata, jelas,
Latar 5
dan mendesak untuk diselesaikan
belakang
b. Penyebab masalah diidentifikasi
2 dan 5
dengan jelas
Identifikasi
c. Alternatif solusi diidentifikasi
Masalah 5
dengan jelas
a. Rumusan masalah berupa rumusan
masalah PTK, menanyakan startegi 5
Rumusan
dan proses implementasinya
dan
3. b. Ketepatan tindakan untuk
pemecahan 5
pemecahan masalah
masalah
c. Indikator keberhasilan dirumuskan
5
dengan jelas dan terukur
Tujuan Rumusan Tujuan sesuai dengan
4. 5
Penelitian rumusan masalah
Manfaat Kejelasan manfaat teoritis dan manfaat
5. 5
Penelitian praktis dari hasil penelitian

18
a. Teori, konsep atau aspek yang dikaji
5
relevan dengan permasalahan
Kajian
6. b. Kerangka berfikir disajikan secara
Pustaka
jelas menunjukkan hubungan antar 10
variable yang diteliti
a. Subjek, tempat, dan waktu (setting),
teknik dan alat pengumpulan data,
5
serta teknik analisis data
Metode direncanakan
7.
Penelitian b. Langkah-langkah (skenario) PTK
10
direncanakan secara rinci
c. Siklus PTK direncanakan secara
5
tepat
Jadwal penelitian disusun dengan
Jadwal jelas, lengkap, serta rasional waktu
8. 5
Penelitian dan durasi (dalam bentuk gant chart,
atau bentuk lain)
Daftar Penulisan daftar pustaka sesuai
9. 5
Pustaka ketentuan
a. Bahasa Baku 5
Bahasa dan
10. b. Teknik Penulisan mengikuti kaidah
Tata tulis 5
karya ilmiah
11 Jumlah nilai: 100

Catatan:
Nama Sub Judul/ Butir URP dan teknik penomorannya dapat/ boleh berbeda
dari yang tercantum pada standar kriteria ini; namun substansi masalahnya
diupayakan mengacu pada kriteria tersebut .

19

Anda mungkin juga menyukai