Anda di halaman 1dari 12

SKRIPSI

PENGARUH YOGA TERHADAP PENINGKATAN KADAR


KOLESTEROL HDL DAN PENURUNAN LDL DALAM
DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER DI
POLIKLINIK JANTUNG RSUP
DR.M.DJAMIL PADANG
TAHUN 2012

Penelitian Keperawatan Medikal bedah

RIZKA MUTIA
BP : 1010324015

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2012
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit jantung yang

terutama disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria akibat proses

aterosklerosis atau spasme atau keduanya. PJK merupakan penyakit yang sangat

menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju ataupun negara

berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit

kardiovaskuler yang sering terjadi di masyarakat. Meskipun terdapat kemajuan

besar dalam pengobatan penyakit kardiovaskuler, banyak orang masih menderita

penyakit ini. Bahkan, PJK menempati urutan pertama sebagai penyebab

kematian, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang (Soeharto,

2004).

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian global dan

diproyeksikan tetap demikian. Diperkirakan 17,1 juta orang meninggal akibat

penyakit kardiovaskuler pada tahun 2004, mewakili 29% dari semua kematian

global dan terjadi hampir sama pada pria dan wanita. Dari kematian ini,

diperkirakan 7,2 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan 5,7 juta

karena stroke. Pada tahun 2030, hampir 23,6 juta orang akan meninggal akibat

penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Peningkatan terbesar dalam jumlah

kematian akan terjadi di wilayah Asia Tenggara (WHO). Di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama

kematian tunggal di Amerika. Setiap tahunnya 550.000 orang meninggal dunia


karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.000 orang dari 1 juta

penduduk menderita PJK. Bahkan, sekarang dapat dipastikan kecendrungan

penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit

kardiovaskuler (Majid, 2007). Hasil survey yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan RI tahun 1992, menyatakan prevalensi PJK tahun ke tahun meningkat

dari urutan kedua menjadi urutan pertama dengan prevalen 9,7%-16,4% setelah

itu meningkat lagi pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995

menjadi 24,5% (Yaswir, 2002).

Menurut Profesor Asnil (2004) pakar dan peneliti penyakit jantung RSUP

Dr. M. Djamil Padang tahun 2000 mencatat dari 4.253.510 penduduk Sumbar

sekitar 1.600 orang meninggal akibat jantung dan pembuluh darah per tahun.

Sebanyak 400 orang di antaranya meninggal sebelum mendapat perawatan medis

(PERSI, 2004).

Sejak dua tahun lalu terjadi peningkatan kunjungan penderita penyakit

jantung ke pusat perawatan penyakit jantung atau cardiac center. Dari 17.000

orang pada 2002 menjadi 23.500 klien lebih setahun kemudian. Asnil

mengatakan, jumlah kasus penyakit kardiovaskuler terbesar dipicu penyakit

jantung koroner 69%, hipertensi 15,7%, jantung reumatik 8%, kelainan bawaan

3%, vaskular 2% dan lainnya 7% (PERSI, 2004).

Sebagai penyakit yang masih merupakan masalah besar, modifikasi

faktor- faktor risiko PJK memegang peranan penting dalam melakukan

pencegahan. Salah satu penyebab fundamental dari penyakit ini adalah

kolesterol dan lemak dalam darah (Sadewantoro, 2004). Hampir pada semua
kasus jantung koroner didapatkan plak aterosklerosis pada dinding arteri

akibat substansi tersebut. Komplikasi utama terbentuknya plak aterosklerosis ini

adalah iskemia miokardia dan infark miokardia (Berkow dan Fletcher, 2003).

Dislipidemia merupakan kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan

kadar lipid di dalam darah, di antaranya peningkatan kadar kolesterol,

kolesterol-LDL (Low Density Lipoprotein) dan trigliserid, serta penurunan

kadar kolesterol- HDL (High Density Lipoprotein) (Ruotolo et al, 2003).

Data dari penelitian Intervensi Faktor Risiko Majemuk menunjukkan bahwa

dengan meningkatnya kadar kolesterol di atas 180 mg/dl, dapat memperburuk

keadaan PJK. Peningkatan LDL dihubungkan dengan memperburuk PJK,

sebaliknya peningkatan HDL ditenggarai sebagai protektif terhadap PJK (Boldt

dan Carleton, 1995).

Kolesterol diangkut dari hati oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low

Density Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan, termasuk

ke sel otot jantung, otak dan lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL

(High Density Lipoprotein) untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan

diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu.

LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan

mengambang di dalam darah. LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena

dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah.

Sebaliknya, HDL disebut sebagai lemak yang "baik" karena dalam operasinya ia
membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan

mengangkutnya kembali ke hati.

Untuk mengatasi penyakit jantung koroner ini, salah satunya adalah

dengan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Ada beragam cara pengobatan

yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol. Mulai dari pengobatan

medis hingga nonmedis. Pengobatan medis yang dapat dilakukan adalah

penderita kolesterol melakukan perawatan dengan mengkonsumsi obat-obatan

penurunan kolesterol. Adapun cara non medis yang dapat dilakukan adalah

dengan mengatur menu dan melakukan olahraga secara teratur. Olahraga secara

teratur dapat meningkatkan pembakaran lemak dan kolesterol dalam darah.

Olahraga yang dilakukan dengan tepat akan dapat memperbaiki profil lipid darah,

yaitu menurunkan kadar total kolesterol dan trigliserida serta dapat meningkatkan

kadar kolesterol HDL dalam darah sebanyak 20-30%. ( Anonym, 2001 ).

Salah satu olahraga efektif yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar

kolesterol adalah dengan yoga. Yoga adalah sebuah keterampilan. Namun yoga

bukan keterampilan biasa saja. Yoga adalah keterampilan, karena yang dikaji

bukan hanya tubuh fisik saja tetapi juga jiwa seseorang. Gerakan-gerakan pada

yoga sebenarnya berkaitan dengan simpul-simpul saraf otak. Kalau otak tenang,

seluruh badan akan mengikuti petunjuk otak. Terjadilah keseimbangan dengan

hasil kesehatan. Gerakan-gerakan tertentu berkaitan dengan bagian otak tertentu

(Patricia, 2010).

Yoga merupakan suatu bentuk olahraga fisik yang memiliki banyak

manfaat bagi kesehatan. (Yang, 2007). Yoga mungkin menarik sebagai alternatif
aerobic karena latihannya memerlukan sedikit ruangan, tidak memerlukan

peralatan dalam latihannya, dan memiliki efek samping berbahaya yang lebih

sedikit. Keberhasilan intervensi elemen-elemen yoga telah banyak terlihat pada

penyakit jantung dan diabetes mellitus (Gordon dkk, 2008).

Yoga bukanlah merupakan olahraga yang berintensitas tinggi, dan tidak

mampu membakar kalori dalam jumlah besar. Namun, melakukan gerakan-

gerakan lembut yoga secara rutin mampu membantu membakar lemak sama

efektifnya seperti melakukan latihan angkat beban (Susan, 2010). Menurut hasil

penelitian di University of Pittsburgh, wanita yang melakukan latihan yoga rata-

rata turun berat badan 13,5 kg, sedangkan wanita yang melakukan latihan

kekuatan rata-rata turun berat badan 11,5 kg berat badan (Anastasia, 2004).

Salah satu teknik yang ada dalam yoga adalah pranayama, yang

merupakan suatu teknik nafas dalam yang benar dan panjang. Pernapasan dalam

membuat tubuh lebih mudah mendapatkan oksigen yang dibutuhkan untuk proses

metabolisme secara efisien. Teknik pernapasan yang tepat sangat penting,

sehingga dapat meningkatkatkan energy, mampu membakar lemak, dan

membantu melancarkan sirkulasi dalam darah. Melakukan latihan yoga secara

reguler juga bisa menurunkan kolesterol dengan membakar lemak di dalam tubuh.

Beberapa gerakan asana seperti vajrasana, bisa memancing beberapa kelenjar

untuk menambah produksi hormon, misalnya kelenjar tiroid, yang punya efek

besar pada lemak dalam tubuh kita karena mempengaruhi metabolisme tubuh

(Susan, 2010).
Di Sumatera Barat RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit

rujukan propinsi dan Pusat Jantung Regional. Berdasarkan data dari rekam medik

RSUP DR. M. Djamil Padang, penyakit jantung koroner merupakan penyakit no.2

terbanyak setelah Angina Pectoris di Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil, selama

tahun 2009 terdapat 980 pasien dengan Penyakit Jantung Koroner yang

berkunjung ke poliklinik RSUP DR. M.Djamil Padang. Sedangkan pada tahun

2010 jumlah pasien yang berkunjung ke Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang

meningkat drastis menjadi 2835 orang pasien. Jumlah kunjungan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari bulan Januari sampai Agustus. Pada bulan Januari

jumlah kunjungan sebanyak 1204, sedangkan pada bulan Agustus menurun

menjadi 312 kunjungan. Walaupun jumlah kunjungan sudah menunjukkan

penurunan, namun masih menunjukkan angka kejadian yang tinggi (Data Rekam

Medik RSUP DR. M. Djamil Padang).

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 23 dan 24 September tahun

2011di Poliklinik Jantung RSUP DR.M. Djamil Padang pada 9 orang pasien

jantung koroner, semua pasien memiliki riwayat kolesterol tinggi, 4 orang pasien

mengatakan jarang melakukan olahraga, sedangkan 2 orang lainnya yang

berprofesi sebagai petani merasa tidak perlu melakukan olahraga, dan 3 orang

pasien mengatakan melakukan olahraga namun tidak rutin. Dari 9 orang pasien

yang dilakukan wawancara, hanya 1 orang pasien yang mengatakan mengetahui

tentang yoga namun tidak pernah melakukannya. Sementara 8 pasien lainnya

mengatakan tidak tahu mengenai yoga.


Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 22 Desember tahun 2011 di

Poliklinik Jantung RSUP DR M. Djamil Padang pada 4 orang pasien yang

menderita PJK dan mempunyai riwayat kolesterol tinggi, 2 orang diantaranya

pernah mencoba senam jantung, namun tidak menunjukkan hasil yang efektif

dalam penurunan kadar kolesterol, karena pasien tersebut tidak rutin dalam

mengikuti senam jantung, 4 orang pasien tersebut mengaku bosan mengkonsumsi

obat-obatan dan mau mengikuti latihan yoga sebagai alternative lain yang dapat

dilakukan dirumah dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada

pengaruh yoga terhadap perubahan kadar kolesterol HDL dan LDL dalam darah

pada pasien PJK di Poliklinik RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2012.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh yoga terhadap perubahan kadar kolesterol HDL

dan LDL dalam darah pada pasien penyakit jantung koroner di Poliklinik DR.M.

Djamil Padang tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan
Umum

Mengetahui adanya pengaruh yoga terhadap peningkatan kadar kolesterol

HDL dan penurunan kadar kolesterol LDL dalam darah pada pasien

penyakit jantung koroner di Poliklinik DR. M. Djamil Padang tahun 2012.


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis

kelamin, umur, dan diet pada kelompok yang tidak melakukan aktifitas

fisik yoga dan kelompok yang melakukan aktifitas fisik yoga di

Poliklinik Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2012.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kadar kolesterol HDL dalam darah

awal dan akhir diberikan aktifitas fisik yoga setiap 1 X 2 hari selama

30 menit dalam kurun waktu 1 bulan di Poliklinik Jantung RSUP DR.

M. Djamil Padang tahun 2012.

c. Mengetahui distribusi frekuensi kadar kolesterol LDL dalam darah

awal dan akhir diberikan aktifitas fisik yoga setiap 1 X 2 hari selama

30 menit dalam kurun waktu 1 bulan di Poliklinik RSUP DR. M.

Djamil Padang tahun 2012.

d. Mengetahui distribusi frekuensi kadar koleserol HDL dalam darah

awal dan akhir pada kelompok tidak dilakukan aktifitas fisik yoga di

Poliklinik Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2012.

e. Mengetahui distribusi frekuensi kadar kolesterol LDL dalam darah

awal dan akhir pada kelompok tidak dilakukan aktifitas di Poliklinik

Jantung RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2012.

f. Menganalisis perbedaan perubahan kadar kolesterol HDL dan LDL

dalam darah pada kelompok aktifitas fisik yoga dan kelompok yang

tidak melakukan aktifitas fisik yoga di Poliklinik DR. M. Djamil

Padang tahun 2012.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUP DR. M. Djamil Padang

Sebagai bahan masukan penentuan kebijakan terapi non farmakologis

dalam menangani dan merawat pasien PJK yang mempunyai riwayat

kolesterol tinggi.

2. Bagi praktisi

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bukti dan acuan mengenai

pengaruh aktifitas fisik yoga terhadap penurunan kadar kolesterol dalam

darah pada pasien PJK.

b. Mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam merawat pasien

PJK yang mempunyai riwayat kolesterol tinggi.

3. Bagi pasien

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi untuk melakukan

perawatan mandiri pasien PJK dalam mengontrol kadar kolesterol dalam

darah.

4. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menambah ilmu dan wawasan mengenai pengaruh

aktifitas fisik yoga terhadap kadar kolesterol dalam darah serta pengalaman

terkait mengenai yoga.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL dan kadar kolesterol LDL pada

responden yang melakukan aktifitas fisik yoga selama 1 bulan di Poliklinik

Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012, namun masih belum

mencapai rentang normal.

2. Tidak terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL dan penurunan kadar

kolesterol LDL pada responden yang tidak melakukan aktifitas fisik yoga di

Poliklinik jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012.

3. Terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kolesterol HDL dan LDL

dalam darah pada kelompok yang melakukan aktifitas fisik yoga dan

pengaturan diet dengan kelompok yang tanpa melakukan aktifitas fisik yoga

saja di Poliklinik Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012.

4. Melakukan aktifitas fisik yoga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan

menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah pada pasien Jantung koroner di

Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012.


B. Saran

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan agar dapat menjadikan aktifitas fisik yoga

sebagai salah satu kebijakan dalam pengelolaan dan perawatan pasien dengan

kolesterol tinggi pada pasien jantung koroner.

2. Diharapkan bagi petugas kesehatan pada umumnya dan perawatan pada

khususnya dapat menjadikan aktifitas fisik yoga ini sebagai olahraga yang

disarankan untuk menurunkan kadar kolesterol pada pasien jantung koroner.

3. Diharapkan pada pasien yang menderita kolesterol tinggi pada pasien jantung

koroner untuk menjadikan aktifitas fisik yoga sebagai salah satu perawatan

mandiri disamping diet dan obat-obatan dalam menurunkan kadar kolesterol.

4. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian tentang pengaruh

aktifitas fisik yoga dalam menurunkan kadar kolesterol tinggi dengan masa

intervensi yang lebih panjang.

Anda mungkin juga menyukai