Anda di halaman 1dari 6

Semester 2.

Penyakit Bulai pada Jagung


(Peronosclerospora maydis).
POSTED BY BONDANEDDYANA ⋅ AUGUST 27, 2013 ⋅ LEAVE A COMMENT

Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung

Peronosclerospora maydis / Sclerospora maydis

Pendahuluan

Jagung adalah tanaman pangan kedua setelah padi dan tanaman makanan ketiga setelah gandum dan padi.
Jagung berasal dari meksiko dan telah dibudidayakan selama ribuan tahun . jagung menjadi dasar dari
kebudayaan Aztec dan Maya .

Penyakit bulai pada jagung sejak lama dirasa telah menimbulkan kerugian yag cukup besar sehingga banyak
dikenal oleh petani. Penyakit bulai ini memiliki banyak nama setempat beberapa diantaranya hama lier di Jawa
Barat, omo bule di Jawa Tengah, dan lain – lain.

Kendala biotik dan abiotik sering muncul dalam produksi jagung nasional sehingga produktivitasnya relatif
rendah. Kendala biotik yang paling banyak mengganggu adalah penyakit bulai yang disebabkanoleh jamur
strain Peronosclerospora maydis. Patogen tersebut cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kehilangan
hasil hingga 100% atau puso seperti yang pernah terjadi di Lampung pada tahun 1996 (Subandi et al. 1996).

Kerugian karena penyakit bulai sangat bervariasi setempat. Petak – petak tertentu dapat menderita kerugian 90
% sehingga penyakit ini menyebabkan penanaman jagung mengandung resiko tinggi ( Semangun, 1968 ).
Namun dengan ditemukan cara perawatan biji dengan metalaksil ( Ridomil ) ( Exconde dan Molina , 1978 ;
Masdiar dan Tantera, 1979 ; Sudjadi, 1979 ) kerugian karena penyakit bulai dapat dikurangi .

Gejala

Penyakit ini menimbulkan gejala sistemik yang meluas ke seluruh badan tanaman dan dapat menimbulkan
gejala local. Gejala sistemik hanya terjadi bila jamur dari daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh
sehingga dapat menginfeksi semua daun yang dibentuk oleh titik tumbuh tersebut.

Gejala awal bulai jagung

Pada tanaman muda muncul bercak klorotis kecil – kecil pada daun yang beru membuka. Bercak ini
berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan tulang induk. Disini jamur penyebab penyakit berkembang
menuju pangkal daun. Di pagi hari pada sisi bawah daun ini terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari
konidiofor dan konidium jamur. Tanaman yang terinfeksi pada waktu yang masih sangat muda biasanya tidak
membentuk buah. Bila infeksi pada tanaman yang lebih tua, tanaman masih dapat tumbuh terus dan
membentuk buah bertangkai panjang, dengan kelobot yang tidak menutup pada ujungnya dan membentuk
sedikit biji. Bila jamur dalam daun yang terinfeksi pertama kali tidak dapat mencapai titik tumbuh , gejala hanya
terdapat pada daun – daun yang bersangkutan sebagai garis- garis klorotik yang disebut juga gejala local (
Semangun, 1968 ).

Penyebab Penyakit

Jamur Peronosclerospora maydis ( Rac ) Shaw, yang sampai sekarang dikenal dengan Sclerospora maydis (
Rac. ) Butl disebabkan olehsclerospora javanica Palm oleh Palm ( 1918 ). Seterusnya hingga
disebut Sclerospora maydis ( Rac )oleh Butler dan Bisby ( 1931 ).

Miselium P. maydis berkembang di ruang antar sel. Disini terdapat dua miselium yaitu yang hifanya banyak
bercabang dan yang hifanya kurang bercabang. Hifa yang banyak bercabang membentuk kelompok – kelompok
diantara tulang – tulang daun dan yang hifanya kurang bercabang menghubungkan kelompok – kelompok
tersebut. Hifa membentuk haustorium yang masuk kedalam rongga sel. Haustorium berbentuk batang, paku,
cacing, jari, atau gelembung .

Pada waktu permukaan daun berembun, miselium membentuk konidiofor yang keluar melalui mulut kulit. Dari
satu mulut kulit dapat keluar satu atau lebih konidofor. Mula – mula konidiofor berbentuk batang lalu
membentuk batang dikotom yang masing – masing membentuk cabang lagi. Pada umumnya konidiofor
mempunyai percabangan tingkat tiga atau empat. Cabang tingkat terakhir membentuk sterigma ( tangkai
konidium ), umumnya dua yang masing – masing mendukung satu konidium.

Konidium yang masih muda berbentuk bulat, sedangkan yang sudah masak dapat menjadi jorong, konidium
berukuran 12 – 19 X 10 – 23 µm dengan rata – rata 19,2 – 17,0µm. konidium tumbuh dengan membentuk
pembuluh kecambah. Oospora jamur ini belum pernah ditemukan.

Daur penyakit

P. maydis adalah pathogen biotrof , tidak dapat hidup secara saprofitik, tidak terdapat tanda bahwa jamur dapat
bertahan dalam tanah. Pertanaman baru di bekas pertanaman yang terserang berat dapat sehat kembali. Jamur ini
bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup.

Sampai sekarang belum ditemukan adanya tumbuhan inang lain dan P. maydis di alam. Jamur ini dapat
menginfeksi Euchlaena Mexicana dan Tripsacum. Namun di Indonesia kedua macam tumbuhan ini tidak
terdapat di alam ( Semangun dan Martoredjo, 1971 ).
Jamur dapat terbawa dalam biji tanaman sakit, namun hanya pada biji yang masih muda dan basah serta pada
varietas jagung yang rentan ( Purakusumah, 1965 ; Semangun, 1968 ; Sudjadi et al, 1976 )

Konidium terbentuk di waktu malam pada waktu daun berembun, dan konidium segera dipencarkan oleh angin.
Oleh karena embun hanya terjadi bila udara tenang, pada umumnya konidium tidak dapat terangkut jauh oleh
angin.

Konidium segera berkecambah dengan membentuk pembuluh kecambah yang akan mengadakan infeksi pada
daun muda dari tanaman muda melalui mulut kulit. Pembuluh berkecambah membentuk apresorium di muka
kulit ini.

Factor yang mempengaruhi perkembangan penyakit

1. Penyakit bulai jagung terdapat di dataran rendah dan jarang terdapat di tempat yang lebih tinggi dari 900 –
1200 m ( Rutgers, 1961 ). Dan suhu optimum bagi konidium berkecambah adalah 30 0C ( Bustaman dan
Kimigafukuro, 1981 )
2. Infeksi hanya terjadi pada saat ada air, baik air embun, air hujan atau air gutasi.
3. Infeksi sangat ditentukan oleh umur tanaman dan umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih
dari 3 minggu cukup tahan terhadap infeksi. Makin muda suatu tanaman semakin berkurang kerentanannya
( Bustaman dan Kimigafukuro, 1981 )
Pengelolaan penyakit

1. Penanaman varietas – varietas tahan


2. Penanaman awal
Pada awal permulaan musim hujan jagung tegalan ditanam agak awal secara serentak untuk suatu daerah yang
luas contoh satu Wilayah Kerja Pembangunan Pertanian ( WKPP )

1. Sanitasi
Segera mencabut tanaman yang menunjukan gejala penyakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman
sekitarnya terutama bagi tanaman yang masih muda

1. Perlakuan benih
Benih jagung diobati dengan metalaksil ( Ridomil 35 SD ) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa benih jagung yang ditreatment dengan metalaxyl yang disimpan dalam
kaleng ditambah kapur tohor dan disimpan di kulkas menunjukkan daya tumbuh 86% dan 89%. Hal ini
menunjukan bahwa cara penyimpanan benih dengan cara tersebut dapat menekan tingkat penurunan daya
tumbuh benih. Sedangkan pada penyimpanan benih dalam kaleng ternyata hanya tahan 2 bulan, karena setelah
masa itu daya tumbuhnya berkurang menjadi 60% saja. Hasil lain yang ditunjukkan dari penelitian ini adalah
bahwa metalaxyl terbukti masih efektif dalam mencegah dan mengendalikan benih jagung dari penyakit bulai
meskipun benih tersebut disimpan selama lima bulan. Meskipun dalam percobaan ini tidak ada kontrol yaitu
benih jagung varietas peka bulai yang tidak diberi metalaxyl sebagai pembanding namun intensitas di
sekeliling petak percobaan menunjukkan angka serangan yang tinggi sekali yaitu hampir 100%, dan varietas
yang digunakan adalah varietas peka sehingga serangan yang rendah sekali pada benih yang diberi metalaxyl
merupakan petunjuk bahwa fungsida bahan aktif metalaxyl yang diberikan pada benih jagung masih kuat dan
efektif mengendalikan penyakit bulai.

Berdasarkan hasil tersebut, pencegahan penyakit bulai dengan seed treatment yaitu dengan mencampur benih
dengan fungisida bahan aktif metalaxyl sangat efektif meskipun disimpan dalam waktu lama.

Varietas jagung yang memiliki daya tahan jamur Sclerospora maydis antara lain varietas/galur BISI-8-16,
BMD-2 dan BIMA-3 memiliki persentase serangan penyakit bulai yang terendah yaitu berturut-turut 1,5; 6,5
dan 12,0% (TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI TANAMAN JAGUNG – Sinar Tani –
Membangun Kemandirian Agribisnis, Senin, 27/04/2009 )

DAFTAR PUSTAKA

Haryono Semangun, PENGANTAR ILMU PENYAKIT TANAMAN. UGM

http. www.google.com / penyakit bulai pada Jagung


http. http://www.SinarTani.com / TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI TANAMAN
JAGUNG – Sinar Tani – Membangun Kemandirian Agribisnis.htm
www.tanindo.com/abdi7/hal3602.htm
Penyakit Bulai.
Disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis. Penyakit bulai meyebabkan
kerugian paling besar dalam budidaya jagung. Akibat serangan penyakit bulai,
tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi lagi. Penyakit bulai berbahaya
pada tanaman jagung yang berumur <3 minggu.
Faktor-faktor yang mendukung berkembangnya penyakit bulai adalah:
1. Kondisi lingkungan yang lembab (musim hujan)
2. Tanah yang lembab atau basah (irigasi jelek) mendukung perkecambahan
jamur Sclerospora maydis.
3. Pemupukan N yang berlebihan dan sifat fisik tanah yang liat mempermudah
perkembangan penyakit bulai.
Gejala tanaman jagung yang terserang penyakit bulai tergantung dari umur
tanaman, gejala-gejala yang sering muncul:
1. Tanaman jagung yang berumur 2-3 minggu mempunyai daun menguning,
kaku dan meruncing. Tanaman jagung yang terserang pada umur ini tidak dapat
lagi diharapkan hasilnya.
2. Tanaman jagung yang berumur 3-5 minggu menunjukkan tanda-tanda daun
yang baru muncul menguning, pertumbuhan lambat, tongkol hanya berbiji sedikit,
produksi turun hingga 50%.
3.Tanaman jagung berumur 5 minggu, daunnya terdapat garis-garis kuning.
Pada tahap ini tanaman jagung akan tetap berproduksi turun 30%.
Pengendalian
Pengedalian yang utama adalah mengatur waktu tanam, sehingga pada awal
musim hujan tanaman jagung telah berumur lebih dari 5 minggu.
Dengan kondisi cuaca sekarang yang tidak menentu, saluran irigasi harus lancar.
Perlakuan benih dengan fungisida yang mengandung belerang atau tembaga,
agar konidia yang terbawa benih tidak berkembang.

http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2011/12/hama-penyakit-pada-tanaman-jagung.html

Peronosclerospora maydis adalah salah satu fitopatogen penyebab penyakit


bulai (downy mildew) yang terutama menyerang jagung dansorgum di daerah tropika.
Jenis ini berasal dari Jawa dan memiliki inang jagung dan Sorghum
plumosum (di Australia)[1].
https://id.wikipedia.org/wiki/Peronosclerospora_maydis

Peronosclerospora maydis

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Chromista
Filum: Heterokontophyta
Kelas: Oomycetes
Upakelas: Incertae sedis
Ordo: Sclerosporales
Famili: Peronosporaceae
Genus: Peronosclerospora
Spesies: P. maydis

Nama binomial

Peronosclerospora maydis
(Racib.) C.G. Shaw (1927)

Sinonim

 Peronospora
maydisRacib. 1897
 Sclerospora
maydis(Racib.) E.J.
Butler 1913
 Sclerospora
javanicaPalm. 1918

Anda mungkin juga menyukai