SKENARIO 4
“PENYAKIT DEGENERATIF”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 6 ( Enam)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
1. Penegakkan diagnosis dari scenario
Jawab:
a. Anamnesis
1) Riwayat Penyakit
2) Skor keluhan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Status Urologis
• Ginjal
• Kandung kemih
1) Urinalisis
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific
tetapi bukan cancer specific. Kadar PSA di dalam serum dapat
mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada
prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi,
keganasan prostat, dan usia yang makin tua.
5) Residu urine
Residu urine atau post voiding residual urine (PVR) adalah sisa
urine di kandung kemih setelah berkemih. Jumlah residu urine pada pria
normal rata-rata 12 mL.
6) Pencitraan
7) Uretrosistoskopi
8) Urodinamik
Jawab:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Epidemiologi
BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan
meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.1 Angka
kejadian BPH di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi
sebagai gambaran hospital prevalence di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus
dengan rata-rata umur penderita berusia 66,61 tahun.
e. Faktor Risiko
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya
testis yang fungsional sejak pubertas (faktor hormonal). Dari berbagai
studi terakhir ditemukan hubungan positif antara BPH dengan riwayat
BPH dalam keluarga, kurangnya aktivitas fisik, diet rendah serat,
konsumsi vitamin E, konsumsi daging merah, obesitas, sindrom
metabolik, inflamasi kronik pada prostat, dan penyakit jantung.
f. Manifestasi Klinis
Gejala pertama kali dapat muncul pada usia kurang lebih 30 tahun.
Manifestasinya dapat berupa terganggunya aliran urin, sulit buang air
kecil dan keinginan buang air kecil (BAK) namun pancaran urin lemah
g. Tatalaksana
a. Konservatif
Pasien diminta untuk datang kontrol berkala (3-6 bulan) untuk menilai
perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, uroflowmetry, maupun
volume residu urine. Jika keluhan berkemih bertambah buruk, perlu
dipikirkan untuk memilih terapi yang lain.
b. Medikamentosa
1. α1-blocker
2. 5α-reductase inhibitor
5α-reductase inhibitor bekerja dengan menginduksi proses
apoptosis sel epitel prostat yang kemudian mengecilkan volume
prostat hingga 20 – 30%. 5a-reductase inhibitor juga dapat
menurunkan kadar PSA sampai 50% dari nilai yang semestinya
sehingga perlu diperhitungkan pada deteksi dini kanker prostat.
Saat ini, terdapat 2 jenis obat 5α-reductase inhibitor yang dipakai
untuk mengobati BPH, yaitu finasteride dan dutasteride. Efek klinis
finasteride atau dutasteride baru dapat terlihat setelah 6 bulan.
4. Phospodiesterase 5 inhibitor
c. Pembedahan
(7) dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih
bagian atas.
1) Invasif minimal
2. Laser Prostatektomi
2) Operasi Terbuka
3) Lain-Lain
c. Sistostomi
h. Komplikasi
i. Prognosis
Prognosis BPH berubah-ubah dan tidak bisa diprediksi tiap individu. BPH
yang tidak diterapi akan menunjukkan efek samping yang merugikan
pasien itu sendiri seperti retensi urin, insufisiensi ginjal, infeksi saluran
kemih yang berulang, dan hematuria
Sumber: Zuhirman., Desby, J., Putry, L. 2016. Gambaran Komplikasi
Transurethral Resection of the Prostate pada Pasien Benign
Prostatic Hyperplasia. JIK. Vol 10(1). Viewed on 27
Februari 2019. From https://www.researchgate.net
B. Vesicolithiasis
a. Definisi
Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical stone, bladder stone. Batu
buli-buli atau vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk Kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin.
Sumber: Sjamsuhidajat, R., Wim, de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC
b. Etiologi
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu buli-
buli menurut yaitu faktor intrinsik yang terdiri dari herediter (keturunan)
:penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya, umur, penyakit ini
palingsering didapatkan pada usia 30-50 tahun, jenis kelamin, jumlah
pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Sedangkan faktor ekstrinsik diantaranya terdiri dari geografi,
pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggidari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah bantu di Afrika Selatan hampir
tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. Iklim dan temperatur,
asupan air kurangnyaasupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi,dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih. Diet yang banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih. Pekerjaan, penyakit ini sering
dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktifitas atau sedentary life.
Sumber: Purnomo, B.B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung
Seto
c. Patofisiologi
d. Manifestasi Klinis
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain;
nyerisaat kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak
sewaktukencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar
kembalidengan perubahan posisi tubuh. Nyeri saat miksi seringkali
dirasakan(refered pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang
sampai kaki. Pada anak-anak seringkali mengeluh adanya enuresis
nokturna, disamping sering menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki)
atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan)
e. Tatalaksana
1) Medikamentosa
Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu
buli-buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan
hematuria.
3) Endourologi
4) Bedah Laparoskopi
5) Bedah Terbuka
f. Komplikasi
1. Hidronefrosis
2. Uremia
3. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara
assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan
timbul panas yang tinggi disertai menggigil, sakit pinggang,
disuria,poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.