Anda di halaman 1dari 24

SOP PERAWATAN LUKA

No. Dokumen :

No.Revisi : Ditetapkan
Kepala Puskesmas Banjaran
UPTD YANKES BANJARAN Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman :
Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG
Terbit ke : NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT
PENGERTIAN : Tindakan melakukan perawatan luka, observasi luka, dan/ tanpa pemberian
obat pada luka sesuai dengan kondisi luka dengan memperhatikan tekhnik
aseptik dan antiseptik..
Tujuan : Memberikan rasa nyaman pada klien
Mencegah infeksi pada luka.
Merangsang penyembuhan luka lebih cepat
Tanggung Jawab :  Perawat dan/ bidan
Alat dan Bahan : A. PERSIAPAN ALAT STERIL :
1. Pinset anatomi
2. Pinset Chirurgis
3. Gunting Lurus
4. Kapas Lidi
5. Kasa steril
6. Mangkok Kecil
PERSIAPAN ALAT TIDAK STERIL :
1. Gunting plester
2. NaCl 0.9 %
3. Bengkok
4. Plester
5. Handscoon
6. Air/Larutan Desinfektan
7. Sampiran
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
No. Dokumen :
Ditetapkan
No.Revisi : Kepala Puskesmas Banjaran
UPTD YANKES BANJARAN
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kota
JL. Pajagalan no 18
Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG
JAWA-BARAT Terbit ke : NIP. 19760821 200701 2 007
Pengertian Upaya memberikan bantuan kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit
Tujuan Terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit
Alat dan Bahan Alat :
1. IV Cateter
2. Selang Infus
3. Cairan Infus
4. Standar Infus
5. Nearbeken/bengkok
Bahan :
1. Plester
2. Kassa
3. Kapas alcohol
4. Betadin
Langkah Kerja 1. Menyiapkan alat dan infuse set sesuai dengan umur dan kondisi
pasien
2. Memeriksa ulang jenis cairan sesuai dengan dosis pengobatan
3. Mengatur posisi pasien
4. Membersihkan kulit pada lokasi pemasangan infuse
5. Membebaskan selang infuse dari udara
6. Memeriksa ketepatan masuknya jarum dalam vena dan difiksasi
7. Memasang kasa steril diatas jarum
8. Mengatur tetesan cairan sesuai dengan program pengobatan
9. Observasi tanda-tanda vital (pernafasan, nadi tekanan darah dan
tanda-tanda umum)
10. Mencatat dan dokumentasikan tindakan, pemasukan cairan dan
respon klien.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN NUTRISI PADA ANAK

No. Dokumen :

No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Definisi Nutrisi adalah sumber organik yang dibutuhkan makhluk hidup untuk berfungsi normal,
pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan (Wikipedia, 2008).
Tujuan Umum:
membantu meningkatkan kemandirian keluarga dalam meningkatkan dan mengatasi masalah
nutrisi
Khusus:
1. Keluarga dapat mengenal masalah gangguan kebutuhan nutrisi
2. Keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi gangguan
kebutuhan nutrisi
3. Keluarga dapat melakukan perawatan sederhana dalam mengatasi gangguan
kebutuhan nutrisi
4. Keluarga dapat melakukan modifikasi lingkungan untuk menunjang pemenuhan
kebutuhan nutrisi
5. Keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan
Kebijakan Dilakukan oleh perawat lulusan D3 Keperawatan, Nutrisionis, D3 Kebidanan
Persiapan Alat dan Bahan  KMS/Buku KIA, RR
 Pengukur TB/PB
 Pengukur BB
 Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A
 Media Edukasi
Prosedur 1. Pengkajian meliputi :
A. Data Demografi
B. Pemeriksaan fisik
C. Kebiasaan sehari hari pemenuhan nutrisi keluarga
D. Pemberian vitamin A atau vitamin lainnya
E. Penyakit penyerta pada anak
F. Status perkembangan anak
G. Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang gangguan nutrisi pada anak
H. Kemampuan keluarga memilih, mengolah, menyajikan dan menyimpan makanan
I. Keyakinan dan budaya keluarga tentang nutrisi
2. Menetapkan masalah gangguan pemenuhan nutrisi pada anak :
a. Gisi Kurang
b. Gizi Buruk
c. Giji Lebih
3. Menetapkan langkah-langkah. mengatasi kebutuhan nutrisi
 Meningkatkan kemampuan Keluarga dalam mengenal masalah gangguan kebutuhan
nutrisi meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala
 Meningkatkan kemampuan Keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
mengatasi gangguan kebutuhan nutrisi meliputi menjelaskan dampak jika masalah
tidak dapat diatasi
 Meningkatkan kemampuan Keluarga dalam melakukan perawatan sederhana dalam
mengatasi gangguan kebutuhan nutrisi meliputi cara pemberian makanan gizi
seimbang, pengolahan dan penyajian
 Meningkatkan kemampuan Keluarga dalam melakukan modifikasi lingkungan untuk
menunjang pemenuhan kebutuhan nutrisi meliputi pemeliharaan kebersihan
makanan dll
 Meningkatkan kemampuan Keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
meliputi Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit

Sumber/referensi 1. Kaakinen, Joanna Rowe., et.all. 2010. Family Health Care Nursing. Phildelphia : davis
Company
2. Depkes RI. 2005. Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja perawat dan Bidan.
Kepmenkes : No.836/Menkes/SK/VI/2005
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Definisi Filosofi:
Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan :
- Tenaga kerja baik jasmani maupun rohani
- Hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera
Keilmuan
Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,
pencemaran, penyakit
Tujuan 1. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
2. Mencegah pencemaran lingkungan di tempat kerja
3. Tidak Terjadinya peningkatan penyakit akibat kerja
Kebijakan Dilakukan oleh lulusan DIII Keperawatan sesuai dengan standar keperawatan
Persiapan Alat dan Bahan 1. Alat Pelindung Diri :
a. Masker
b. Helm (Pelindung Kepala)
c. Handscoon Kerja
d. Sepatu Boot
e. Kacamata
f. Barashoot/Baju Kerja
g. Kartu Pengenal
h. Jas Hujan
i. Senter
j. Penutup Telinga

2. Alat Pemeriksaan Fisik (detail)


a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Senter
e. Timer
f. Tinggi Badan
g. Berat Badan

3. Perlengkapan K3
a. Tandu
b. Alat Pemadam Kebakaran
c. Spanduk K3
d. Pompa Air
e. Papan Pengumuman
Prosedur 1. Pemeriksaan tenaga kerja
2. Penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
3. Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
5. Pencegahan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
6. P3k
7. Pelatihan petugas p3k
8. Perencanaan tempat kerja, APD, Gizi
9. Rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja (PAK)
10. Pembinaan terhadap tenaga kerja yang punya kelainan
SOP MAWAS DIRI

No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
Kepala Puskesmas Banjaran
UPTD YANKES BANJARAN Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman :
Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG
Terbit ke : NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT
Definisi SMD ( Survey Mawas Diri ) adalah : kegiatan pengenalan, pengumpulan
dan pengkajian masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat
setempat dibawah bimbingan petugas kesehatan di desa/kelurahan.
Tujuan 1. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, mengkaji maslah
kesehatan yang ada di Desa dalam rangka menyiapkan Desa
Mandiri Kesehatan.
2. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah
kesehatan dan potensi yang ada di Desanya yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
Ruang Lingkup Masyarakat tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan.
Prosedur 1. Pertemuan LP/LS
2. Siapkan format pengkajian
3. Pembagian wilayah sasaran
4. Melakukan Pengkajian
5. Pengumpulan Data
6. Analisa Data
7. Membuat tampilan data untuk dipresentasikan pada kegiatan
MMD
Unit Terkait 1. Kertua RT
2. Ketua RW
3. Kepala Desa/Kelurahan
4. Tokom Masyarakat
5. Tokoh Agama
6. Kader
SOP Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD)

No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kota
JL. Pajagalan no 18 Halaman :
KAB.BANDUNG Dr.Hj.Rina Agustina
JAWA-BARAT Terbit ke : NIP. 19760821 200701 2 007

Definisi Pertemuan perwakilan warga desa atau kelurahan beserta tokoh


masyarakatnya dan para petugas untuk membahas hasil Survey Mawas
Diri dan Merencanakan pennggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari hasil SMD.
Tujuan 1. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya
2. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan
3. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi
masalah kesehatan
4. Masyarakat bersama-sama petugas kesehatan melaksanakan
penanggulangan masalah kesehatan sesuai rencana kerja yang
telah disusun.
Ruang Lingkup Desa/Kelurahan
Prosedur 1. Membentuk panitia MMD
2. Merencanakan kegiatan MMD
3. Melaksanakan kegiatan MMD
Unit Terkait 1. Ketua RW
2. Kepala Desa/Kelurahan
3. Tokom Masyarakat
4. Tokoh Agama
5. Kader
6. Unsur SKPD Terkait.
7. Kepala Kecamatan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

No. Dokumen :
Ditetapkan
No.Revisi :
Kepala Puskesmas Banjaran
UPTD YANKES BANJARAN
Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG
Terbit ke : NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT
Pengertian Upaya memberikan bantuan kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
Tujuan Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada pasien
Alat dan Bahan Alat :
1. Selang NGT
2. Spuit 50 cc
3. Stetoskop
Bahan :
1. Handscoon
2. Tisu / Kasa
3. Susu / makanan cair
4. Plester
LangkahKerja 1. Menyiapkan NGT dengan ukuran yang tepat dengan kondisi pasien
2. Memeriksa ulang diet
3. Mengatur posisi pasien kepala lebih tinggi 10-15 derajat, dan atau
upayakan agar pasien berbaring rileks.
4. Mengukur panjang NGT yang akan dimasukkan
5. Memasukan NGT secara perlahan-lahan dan lihat ekspresi pasien
6. Lakukan tes bertepatan masuknya NGT dengan menyedot cairan
lambung via NGT
7. Fiksasi NGT dengan memperhatikan sensitifitas kulit muka
(kemungkinan alergi terhadap plester).
8. Memasukan makanan cair kedalam spuit besar, biarkan cairan masuk
secara perlahan-lahan.
9. Bila makanan cair telah habis, bilas NGT dengan air hangat.
10. Observasi tanda-tanda vital (Pernafasan, nadi, danTekananDarah) dan
keadaan umum pasien.
11. Catat dan dokumentasikan tindakan dan respon pasien
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN LUKA DALAM KONTEKS
KELUARGA
No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
Terbit ke :
JAWA-BARAT
PENGERTIAN : SMD ( Survey Mawas Diri ) adalah : kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat dibawah bimbingan petugas
kesehatan di wilayah binaan desa/kelurahan.
Tujuan : 1. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, mengkaji maslah kesehatan yang
ada di Desa dalam rangka menyiapkan Desa Mandiri Kesehatan.
2. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan dan
potensi yang ada di Desanya yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan
Tanggung Jawab : Perawat perkesmas dan atau bidan desa
Unit terkait Unit Terkait :
3. Kertua RT
1. Ketua RW
2. Kepala Desa/Kelurahan
3. Tokom Masyarakat
4. Tokoh Agama
5. Kader
Alat dan Bahan : Format asuhan keperawatan kelompok dan komunitas.
Ballpoint.
Buku
Referensi : 1. Permenkes No. ttg Perkesmas di Puskesmas
2. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Effendi, Fery. 2008. Jakarta.
Prosedur : SMD ( Survey Mawas Diri ) adalah : kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat dibawah bimbingan petugas
kesehatan di masyarakat tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan.
A. Prosedur :
1. Pertemuan LP/LS
2. Siapkan format pengkajian
3. Pembagian wilayah sasaran
4. Melakukan Pengkajian
5. Pengumpulan Data
6. Analisa Data
7. Membuat tampilan data untuk dipresentasikan pada kegiatan MMD.
8. Kontrak waktu untuk MMD
9. Dokumentasikan hasil kegiatan
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN
LANSIA
No. Dokumen :
UPTD YANKES BANJARAN Ditetapkan
PUSKESMASBANJARAN KOTA No.Revisi : Kepala Puskesmas Banjaran Kota
JL. Pajagalan no 18
KAB.BANDUNG Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Dr.Hj.Rina Agustina
JAWA-BARAT Halaman : NIP. 19760821 200701 2 007

Terbit ke :
Definisi Pelayaanan Kesehatan Usia Lanjut adalah bentuk pelayanan kesehatan bagi
mereka yang berusia lebih dari 60 tahun atau lebih baik kesehatan jasmani,
rohani maupun sosialnya melalui seluruh upaya kesehatan terutama upaya
promotif, preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif serta
pelayanan rujukan kepada para pasien usia lanjut (Depkes, 2010).
Tujuan 1. Mengoptimalkan kesehatan lansia secara umum
2. Memperbaiki/mempertahankan kapasitas fungsionalnya agar lansia dapat :
a. Dipertahankan dirumahnya untuk mengurangi biaya perawatan
b. Meningkatkan kualitas hidupnya sehari-hari.
Kebijakan Dilakukan oleh lulusan DIII Keperawatan sesuai dengan standar keperawatan
Persiapan Alat dan Bahan 1. Alat Pemeriksaan Fisik
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Senter
e. Timer
f. Tinggi Badan
g. Berat Badan
h. KMS Lansia
Prosedur 1. Pengkajian mengenai kesehatan fisik dan mental lansia meliputi :
a. Pemeriksaan Tingkat kemandirian
b. Pemeriksaan Status mental lansia
c. Pemeriksaan Status Gizi Lansia (IMT)
d. Pemeriksaan Tekanan Darah Lansia
e. Pemeriksaan Hb (metode sahli)
2. Penyuluhan dan konseling mengenai kesehatan lanjut usia di posbindu dan
puskesmas
3. Pendampingan kegiatan di posbindu.
4. Pembinaan kegiatan pendampingan lainnya bersama masyarakat/kader,
meliputi kegiatan ; pengajian, olahraga, ketrampilan dan kesenian.
5. Home Care dan Follow Up Care terhadap lansia beresiko.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi pembiaan lansia di lapangan.
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014 Kota
JL. Pajagalan no 18
Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG
JAWA-BARAT NIP. 19760821 200701 2 007
Terbit ke :
Definisi Cedera vaskular akut pada otak yang disebabkan karena sumbatan,
penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah otak, yang mengakibatkan
suplai darah ke salah satu bagian otak terganggu yang dapat berdampak
lanjut pada kelainan neurologik (Feigin, 2004; Junaidi, 2007).
Tujuan Umum: Membantu Meningkatkan Kemandirian Keluarga Dalam Mengatasi
Masalah Stroke dan HT.
Khusus:
Keluarga Dapat Mengetahui tanda dan gejala Stroke&HT
Keluarga Dapat Memenuhi Kebutuhan Diit Hypertensi
Keluarga Dapat Memenuhi Kebutuhan ADL Klien
Kebijakan KepMenkes RI nomor : 836/MENKES/SK/VI/2005 Dilakukan oleh perawat
lulusan D3 Keperawatan, S 1 Keperawatan, Ners
Persiapan Alat dan Bahan Tempat tidur tunggal (single bed) yang mudah diraih oleh keluarga saat
memberikan perawatan pada klien
Hammer reflek
PHN KIT
Leaflet tentang stroke dan HT
Leaflet tentang diit rendah garam
Prosedur Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
Letakan bantal dibawah kepala, bahu, dan leher
Letakkan bantal kecil dan tipis di bawah spinal lumbal
Periksa Tekanan Darah Klien
Periksa reflek otot dan persendian klien
Observasi kondisi klien setelah dilakukan perubahan posisi
Cuci tangan setelah melakukan tindakan

Sumber/referensi Feigin, V. (2006). Stroke. Jakarta : Gramedia.


Hitchcock, J.E., Scubert, P.E., and Thomas, S.A. (1999). Community health
nursing:
Caring in action. USA: Delmar Publishers.
Holloway, N.M. (1993). Medical surgical care palns. USA : Springhouse
Corporation.
Jaffe, M.S. (1992). Medical surgical nursing care plans : nursing diagnosis and
interventions. USA : Appleton & Lange.
Junaidi. (2007). Stroke a-z. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Kozier, B., Erb,Glenora., Berman, A., & Synder, S.J. (2004). Fundamentals of
nursing: Concepts, process, and practice. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Marilynn, E.D. (1993). Nursing care pals : guidelines for palnning and
documenting patient care. Edition 3. Philadelphia : F.A. Davis Company.
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
HANDHYGIENE HANDRUB
No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Proses mekanik untuk menghilangkan atau membunuh flora residen dan
flora transien dengan menggunakan handrub antiseptik
Tujuan Menghilangkan atau membunuh flora residen dan flora transien pada
pada kulit tangan
Kebijakan 1. Dilaksanakan Segera : setelah tiba di tempat kerja
2. Dilaksanakan Sebelum : kontak langsung dengan pasien, memakai
sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasif
(pemberian suntikan intra vaskuler), menyediakan / mempersiapkan
obat-obatan, mempersiapkan makanan, memberi makan pasien,
meninggalkan rumah sakit.
3. Dilaksanakan Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama
dimana tangan terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi
silang.
4. Dilaksanakan Setelah : kontak dengan pasien, melepas sarung tangan,
melepas alat pelindung diri, kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau
kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, ekskresi
(bedpen, urinal) apakah menggunakan atau tidak menggunakan
sarung tangan, menggunakan toilet menyentuh /melap hidung
dengan tangan
5. Tidak menghilangkan kotoran atau zat organik sehingga jika tangan
sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh,
diharuskan mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun
6. Setelah 5 - 10 kali aplikasi Handrub diharuskan mencuci tangan
menggunakan sabun
Petugas 1. Medis
2. Paramedis
3. Bidan
Peralatan 1. Handscrub
2. Lap Tangan Yang Bersih
3. Air Mengalir
4. Sabun Cair
1. Tuangkan 3 - 5 cc handrub antiseptik untuk menyabuni
seluruh permukaan tangan
2. Ratakan dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
7. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan
kiri dan sebaliknya
8. Setelah 5 - 10 kali aplikasi Handrub diharuskan mencuci
tangan menggunakan sabun
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel
sampai benar-benar kering
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
:
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
HANDHYGIENE

No. Dokumen :
Ditetapkan
No.Revisi : Kepala Puskesmas Banjaran
UPTD YANKES BANJARAN
Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18
Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG
Terbit ke : NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT
Pengertian Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit
tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air
Tujuan Menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau
membunuh mikroorganisme pada pada kulit tangan
Kebijakan 1. Dilaksanakan Segera : setelah tiba di tempat kerja
2. Dilaksanakan Sebelum : kontak langsung dengan pasien, memakai
sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasif
(pemberian suntikan intra vaskuler), menyediakan / mempersiapkan
obat-obatan, mempersiapkan makanan, memberi makan pasien,
meninggalkan rumah sakit
3. Dilaksanakan Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama
dimana tangan terkontaminasi, untuk menghindari kontaminasi silang
4. Dilaksanakan Setelah : kontak dengan pasien, melepas sarung tangan,
melepas alat pelindung diri, kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau
kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, ekskresi
(bedpen, urinal) apakah menggunakan atau tidak menggunakan sarung
tangan, menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan
Petugas 1. Medis
2. Paramedic / Bidan
Peralatan 1. Air Mengalir
2. Sabun Cair
3. Lap Tangan Yang Bersih
Prosedur 1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih
2. Tuangkan 3 - 5 cc sabun cair utk menyabuni seluruh permukaan tangan
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-
benar kering
11. Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
Dolumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
ALAT PELINDUNG DIRI SARUNG
TANGAN
No. Dokumen :
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN No.Revisi : Kepala Puskesmas Banjaran
PUSKESMASBANJARAN KOTA Kota
Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18
KAB.BANDUNG Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
JAWA-BARAT NIP. 19760821 200701 2 007
Terbit ke :
Pengertian Pelindung barrier, sebagai alat pelindung diri (APD) Tangan, untuk
melindungi pasien dan tenaga kesehatan dari mikroorganisme pada saat
proses pelayan kesehatan
Tujuan Melindungi tangan petugas dari bahan yang dapat menularkan penyakit
dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan
petugas kesehatan.
Kebijakan 1. Dilaksanakan ketika kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh
lain, membran mukosa atau kulit yang terlepas. (Sarung Tangan
Bersih
2. Dilaksanakan ketika melakukan prosedur medis yang bersifat invasif
misalnya menusukkan sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti
memasang infus. (Sarung Tangan Steril )
3. Dilaksanakan ketika menangani bahan-bahan bekas pakai yang
telahterkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar.
(Sarung Tangan Rumah Tangga atau Sarung Tangan Bersih)
4. Dilaksanakan ketika menerapkan Kewaspadaan Transmisi kontak
(yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang
telah diketahui atau dicurigai), yang mengharuskan petugas
kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika
memasuki ruangan pasien. Petugaskesehatan harus melepas sarung
tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien
dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub
berbasis alkohol
Petugas 1. Medis
2. Paramedic / Bidan
Peralatan 1. Air Mengalir
2. Sabun Cair
3. Lap Tangan Yang Bersih
Prosedur 1. Lakukan Handhygiene
2. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
3. Jika kontak dengan pasien, darah atau cairan tubuh gunakan sarung
tangan bersih
4. Jika kontak dengan jaringan dibawah kulit gunakan sarung tangan
steril
5. Ketika melepas sarung tangan, ingatlah bahwa bagian luar
sarung tangan telah terkontaminasi
6. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,
lepaskan.
7. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan
tangan yang masih memakai sarung tangan
8. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di
bawah sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
9. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
10. Setelah digunakan buang sarung tangan bekas pada tempat sampah
infeksius
11. Lakukan Handhygiene
Dokumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
ALAT PELINDUNG DIRI MASKER
No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran Kota
Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Pelindung barrier,sebagai alat pelindung diri (APD) hidung, mulut, bagian
bawahdagu, dan rambut pada wajah (jenggot), untuk melindungi pasien dan
tenaga kesehatan dari mikroorganisme pada saat proses pelayanan kesehatan.
Tujuan Melindungi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot)
petugas sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau
bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Kebijakan Dilaksanakan ketika kontak dengan pasien yang telah diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui udara atau droplet
Petugas 1. Medis
2. Paramedic / Bidan
Peralatan 1. Air Mengalir
2. Sabun Cair
3. Lap Tangan Yang Bersih
4. Masker atau Respirator
Prosedur 1. Lakukan Handhygiene
2. Genggamlah masker atau respirator dengan satu tangan, posisikan sisi
depan bagian hidung pada ujung jari-jari Anda, biarkan tali pengikat
respirator menjuntai bebas di bawah tangan.
3. Posisikan masker atau respirator di bawah dagu Anda dan sisi untuk
hidung berada di atas.
4. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi di
belakang kepala Anda di atas telinga.Tariklah tali pengikat respirator yang
bawah dan posisikan tali di bawah telinga
5. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi
dibelakang kepala Anda di atas telinga.Tariklah tali pengikat respirator
yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga
6. Letakkan jari-jari kedua tangan Anda di atas bagian hidung yang terbuat
dati logam.Tekan sisi logam tersebut (Gunakan dua jari dari masing-
masing tangan) mengikuti bentuk hidung Anda. Jangan menekan
respirator dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan respirator
bekerja kurang efektif
7. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hati-hati agar
posisi respirator tidak berubah
8. Setelah digunakan untuk melepaskan masker, ingatlah bahwa bagian
depan masker telah terkontaminasi – Jangan Sentuh
9. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
10. Setelah digunakan buang masker bekas pada tempat sampah infeksius
11. Lakukan Handhygiene
Dokumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
PERALATAN PERAWATAN PASIEN

No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Proses pencegahan infeksi dari peralatan perawatan pasien melalui tindakan
(precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi
Tujuan Pencegahan infeksi dasar untuk mengurangi penularan penyakit dari
instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai
lainnya melalui (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan,
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi)
Kebijakan Dilaksanakan (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi
atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi) ketika dalam memproses
barangbarang yang akan digunakan atau sesudah tindakan pelayanan
kesehatan
Petugas 1. Medis
2. Paramedic/Bidan
3. Clening servis
Peralatan 1. Air mengalir
2. Deterjen
3. Alat sterilisasi uap tekanan tinggi
4. Larutan clorin 0.5%
Prosedur 1. Lakukan handhygiene
2. Gunakan Alat Pelindung Diri
3. Lakukan Prabilas yaitu proses yang membuat benda mati lebih aman
untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan
4. Lakukan Pembersihan yaitu proses yang secara fisik membuang
semuakotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati
ataupunmembuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko
bagi mereka yangmenyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Proses ini adalah terdiri darimencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau enzymatic,membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan
5. Jika peralatan yang digunakan termasuk peralatan kritis yaitu peralatan
yang masuk pembuluh darah atau jaringan tubuh maka pilihan
selanjutnya adalah Sterilisasi dengan menngunakan metode uap tekanan
tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
6. Jika peralatan yang digunakan termasuk peralatan semi kritis yaitu
peralatan yangmasuk dalam mucosa tubuh maka pilihan selanjutnya
desinfeksi tingkat tinggi bisamenggunakan metode rebus atau metode
kimiawi
7. Jika peralatan yang digunakan termasuk peralatan non kritis yaitu
peralatan yang hanya menyentuh pada permukaan tubuh maka pil
8. Simpan peralatan setelah dilaksanakan sterilisasi atau desinfeksi, setiap
akan digunakan lakukan sterilisasi atau desinfeksi kembali
9. Lakukan handhygieneihan
Dokumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
PENGENDALIANLINGKUNGAN

No. Dokumen :
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN No.Revisi : Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Dr.Hj.Rina Agustina
Halaman :
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Disinfektan standar untuk menghalau patogen dan menurunkannya secara
signifikan di permukaan terkontaminasi sehingga memutuskan
rantaipenularan penyakit
Tujuan Untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga
dapat meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme
dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan
kecelakaan kerja dapat dicegah
Kebijakan 1. Semua permukaan horizontal di tempat di mana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat
kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah
keluar dan sebelum pasien baru masuk
2. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan, atau peralatan lainnya
pernahbersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut harus
dibersihkan dandidisinfeksi di antara pasien-pasien yang berbeda
3. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala
4. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan setelah
digunakan
5. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan dikeringkan
setelah digunakan dan sebelum disimpan
6. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari
7. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah digunakan
pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan segera
setelah digunakan
8. Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan, atau peralatan lainnya
pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut harus
dibersihkan dan didisinfeksi di antara pasien-pasien yang berbeda
Petugas 1. Medis
2. Paramedic/Bidan
3. Clening servis
Peralatan 1. Air mengalir
2. Deterjen
3. Alat pelindung diri
4. Tempat sampah
5. Kantong plastik
Prosedur 1. Pasang gaun pelindung, celemek, dan sarung tangan karet
2. Bersihkan bagian permukaan yang terkena tumpahan tersebut
dengan air dandetergen menggunakan kain pembersih sekali pakai.
3. Buang kain pembersih ke wadah limbah tahan bocor yang sesuai.
4. Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan.
(Catatan: sodium hipoklorit dapat digunakan untuk disinfeksi,
dengan konsentrasiyang dianjurkan berkisar dari 0,05% sampai
0,5%)
5. Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan
perlengkapan tersebut kewadah yang sesuai untuk pembersihan dan
disinfeksi lebih lanjut.
6. Tempatkan gaun pelindung,celemek, dan sarung tangan karet dan
masukkan kewadah yang sesuai
Lakukan handdygiene
Dokumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya
2. 3Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
ETIKA BATUK
No. Dokumen :
No.Revisi : Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran Kota
Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Perilaku petugas kesehatan maupun pasien dalam pengendalian penyebaran
infeksi dari pribadinya
Tujuan Pengendalian penyebaran infeksi langsung dari sumbernya di fasilitas
pelayanan kesehatan baik dar petugas kesehatan maupun pasien
Kebijakan Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus selalu mematuhi
etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan
menyebar
Petugas 1. Petugas
2. Pasien
3. Pengunjung
Peralatan 1. Tisue
2. Tempat sampah infeksius
3. Air mengalir
4. Sabun cair
Prosedur 1. Saat Anda batuk atau bersin tutup hidung dan mulut (Sebaiknya gunakan
masker bedah bila Anda sedang batuk)
2. Segera buang tisu yang sudah dipakai pada tempat sampah infeksius
3. Lakukan handdygiene
Dokumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
2. 3Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
3. Epidemic-prone & pandemic-prone acute respiratory diseases:
4. Infection prevention & control in health-care facilities. Summary guidance
2007,WHO/CDS/EPR/2007.8
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN

No. Dokumen :
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN No.Revisi :
Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG Halaman : NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Praktek injeksi yang dilakukan petugas kesehatan kepada pasien
denganmemastikan bahwa syarat-syarat yang dibutuhkan untuk injeksi yang
aman dan cara-cara kerja aman dilaksanakan.
Tujuan Melaksanakan tindakan cara menyuntik yang aman sehingga tidak menyakiti
resipien, tidak memaparkan pelaku terhadap setiap risiko yang dapat dihindari
dan tidak menghasilkan sampah yang berbahaya bagi masyarakat
Kebijakan 1. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
2. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Jarum atau
spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat
dipakai untuk pasien lain.
3. Alat suntik dan jarum yang telah digunakan harus segera dibuang, tanpa
ditutup kembali, dalam wadah anti tusuk dan anti bocor yang tertutup,
disegel, dan segera dihancurkan sebelum penuh.
4. Injeksi hanya diberikan dengan menggunakan peralatan sekali pakai atau
yang telah disterilisasi dengan tepat. Injeksi yang tidak perlu harus
dihindari, dengan penggunaan oral bila sesuai.
Petugas 1. Medis
2. Paramedic /Bidan
Peralatan 1. Safety Box
2. Alat Pelindung Diri Sarung Tangan Steril
3. Sabun Cair
4. Air Mengalir
5. Perlengkapan Tindakan (Obat, Spuit, Bak Instrumen, dll)
Prosedur 1. Lakukan handdygiene
2. Gunakan alat pelindung diri sarung tangan steril
3. Gunakan alat suntik sekali pakai
4. Lakukan tindBuang langsung spuit bekas kedalam safety box tanpa
menutup jarum akan menyuntik
5. Lepaskan alat pelindung diri sarung tangan steril
6. Lakukan handdygiene
Dokumen Terkait 1. Joint ILO/WHO Guidelines on Health Services and HIV/AIDS
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
PERLINDUNGAN PETUGAS
KESEHATAN
No. Dokumen :
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN No.Revisi :
Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG Halaman :
NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Pengertian Penatalaksanaan oleh petugas kesehatan pada pajanan bahan kimia atau cairan
tubuh
Tujuan Tahap awal dalam tindakan mengurangi pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
Kebijakan Ketika terpajan bahan kimia atau sumber potensi HIV, HBV, HCV, Neisseria
meningitidis, MTB, Hepatitis A, Difteri, Varicella zoster, Bordetella pertusis,
Rabies, segera hubungi Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi Puskesmas
dan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan lanjutan
Petugas 1. Medis
2. Paramedic /Bidan
Peralatan 1. Air mengalir
Prosedur 1. Jika pajanan pada mata : bilas dengan air mengalir selama 15 menit
2. Jika pajanan pada kulit : bilas dengan air mengalir selama 1 menit
3. Jika pajanan pada mulut : Segera kumur - kumur dengan air selama 1menit
4. Lapor kepada komite pengendalian pencegahan infeksi puskesmas
5. Segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan lanjutan
Dokumen Terkait 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
PROGRAM KESEHATAN ANAK
SEKOLAH
No. Dokumen :
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN No.Revisi :
Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18 Dr.Hj.Rina Agustina
Halaman :
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT Terbit ke :
Definisi Program Kesehatan Anak Usia Sekolah merupakan upaya kesehatan yang
dilakukan di sekolah melalui upaya pendidikan kesehatan, Pelayanan
kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
Tujuan Meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup yang sehat , berkembang secara harmonis dan menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas
kebijakan Dilakukan oleh dokter, dokter gigi ,perawat, perawatgigi, kesehatan
masyarakat sesuai dengan standar pelaksanaan program UKS
Persiapan alat dan bahan 1. AlatPemeriksaanFisik
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Senter
e. Timer
f. Microtoise
g. Timbanganberatbadan
h. Format penjaringandanberkala
i. Alatpemeriksaan HB (HB tester)
2. Obatcacing
3. Tablet Fe
4. Makanantambahananaksekolah
5. Sikatgigidan pasta
6. Vaksinuntukanaksekolah
7. Format pemantauansekolahsehat
8. Audio visual untukpenyuluhan
Prosedur 1. Melakukan pemeriksaaan kesehatan dan pemeriksaan penunjang pada
anak usia sekolah (penjaringan) pada kelas 1 di semua tingkatan
sekolah
2. Melakukan rencana tindak lanjut pada hasil pemeriksaaan penjaringan
3. Melakukan pemeriksaaan kesehatan dan pemeriksaan penunjang pada
anak usia sekolah (Berkala) selain kelas 1 di semua tingkatan sekolah
4. Melakukan rencana tindak lanjut pada hasil pemeriksaaan berkala
5. Melakukan pemberian obat cacing seluruh siswa kelas 1
6. Melakukan pemberian makanan tambahan pada anak usia sekolah
yang mengalami masalah gizi
7. Melakukan pemberian tablet fepada anak sekolah yang mengalami
masalah anemia
8. Melakukan pemberian imunisasi pada anaksekolah
9. Melakukan pelatihan dokter kecil dan Pembina UKS
10. Melakukan kegiatan konseling pada siswa sekolah yang mengalami
permasalahan
11. Melakukan pembinaan sekolah sehat di seluruhsekolah
12. Melakukan kegiatan promosi kesehatan di sekolah Melakukan kegiatan
sikat gigi dan cucitangan masal (bersama) di sekolah
13. Melakukan pemantauan jenti kberkala di seakolah
Melakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap
seluruh kegiatan yang dilakukan di sekolah
PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
PROGRAM KESEHATAN PEDULI
REMAJA
No. Dokumen :
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN No.Revisi : Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
Tanggal Terbit : 2 Janusri 2014
JL. Pajagalan no 18
KAB.BANDUNG Halaman : Dr.Hj.Rina Agustina
JAWA-BARAT NIP. 19760821 200701 2 007
Terbit ke :
Definisi Program Kesehatan yang ditujukan untuk dapat dijangkau remaja,
menyenangkan, menerima remaja, menghargai remaja, menjaga rahasia, peka
akan kebutuhan terkait dengan kesehatan, efektif dan efisien.
Tujuan Meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja dan menghilangkan perilaku
berisiko pada remaja
kebijakan Dilakukan oleh dokter, dokter gigi , perawat, perawatgigi, kesehatan
masyarakat sesuai dengan standar pelaksanaanPKPR
Persiapan alat dan bahan 1. AlatPemeriksaanFisik
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Senter
e. Timer
f. Microtoise
g. Timbanganberatbadan
h. Alatpemeriksaan HB (HB tester)
2. Audio visual untukpenyuluhan
3. Bukupedomanpelatihan PKPR
4. Ruang konseling
Prosedur 1. Mempersiapkan ruang konseling remaja di puskesmas
2. Mempersiapkan konselor remaja di puskesmas
3. Membuat penjadawalan kegiatan konseling remaja
4. Membentuk dan melatih kader kesehatan Remaja (KKR) di seluruh
sekolah tingkat SMP dan SMA sederajatdan KKR di luarsekolah
5. Melakukan pematauan kasus remaja didalam dan diluar sekolah
6. Melakukan konseling remaja yang bermasalah
7. Melakukan rujukan pada remaja yang bermasalah
8. Melakukan pendokumentasian
Ditetapkan
UPTD YANKES BANJARAN Kepala Puskesmas Banjaran Kota
PUSKESMASBANJARAN KOTA
JL. Pajagalan no 18 Dr.Hj.Rina Agustina
KAB.BANDUNG NIP. 19760821 200701 2 007
JAWA-BARAT

Anda mungkin juga menyukai