Salah satu goa yang cukup mudah untuk di nikmati keindahannya ialah Goa Seplawan
yang berada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Goa yang berada di kawasan Pegunungan
Menoreh ini merupakan goa basah, alias terdapat aliran air di dalamnya. Goa tersebut tepatnya
berada di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
berbatasan langsung dengan Kulonprogo di Yogyakarta. Menelusuri goa ini, tak perlu peralatan
khusus. Jalan di dalamnya mayoritas datar dengan sesekali dibasahi aliran air. Baru berjalan
beberapa meter akan ditemukan kolam dengan air yang jernih saat tak hujan. Dengan panjang
total 750 meter, jalur wisata goa ini merupakan jalur buntu. Di samping itu terdapat beberapa
cabang jalan lain yang ditutup karena berupa goa vertikal, jurang, dan ada juga yang berlumpur.
Sekitar 20 meter masuk ke dalam goa, akan ditemukan jalur sempit. Lorongnya hanya setinggi
80 sentimeter dan cukup untuk satu orang saja. Membuat wisatawan harus merunduk sepanjang
dan berjalan sepanjang dua-tiga meter. Namun setelah melewati itu akan terlihat keindahan Goa
Seplawan. Di area ini juga terdapat sungai bawah tanah yang berukuran kecil dan dangkal, adanya air
yang hulunya untuk menuju ke bagian dalam goa. Beberapa celah goa yang dalam dan buntu yang
merupakan salah satu aliran sungai bawah tanah telah ditutup dengan beton supaya pengunjung tidak
terjatuh kedalah celah sempit yang berbahaya.
Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 45 C, dituang ke dalam cawan petri steril
(cawan gelas dengan garis tengag tiga inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian
dengan kawat gelang menginokulasi yang penuh dengan biakan campuran (misalnya specimen
ludah atau bahan lain), goresan dilakukan diatas permukaan agar. Ada beberapa metode
penggorean yang berbeda, namun kesemua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar
organism pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran dilakukan dengan menggerakkan
kawat gelang kian kemari dari satu bagian ke bagian lain. Cawan petri, bakteri yang tertinggal
pada kawat gelang semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir akan
meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga setelah mengalami
pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan benar-benar terpisah satu sama
lain. Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril, dan akan tumbuhlah biakan
murni. (Dwiyana, 2011)
2. Metode Tuang (pour-plate method)
Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji yang mengandung agar
mencair yang telah didinginkan pada suhu 450c. isinya diaduk untuk memencarkan bakteri
keseluruh medium. Campuran itu kemudian ditungkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan
padat pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium tujuan pada kedua proses ialah untuk
memisahkan bakteri satu sama lain sehingga sel-sel itu akan tumbuh menjadi koloni-koloni yang
terpisah didalam medium yang padat.
Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan biakan murni. Dalam
praktek, sering piringan kedua digores kembali dengan organism yang berasal dari koloni yang
diidolasi untuk menjamin bahwa hasil yang diperoleh adalah biakan murni (Dwiyana, 2011).
3. Teknik Sebar (spread plate)
Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang
akan digunakan (Trianda, 2011).
4. Teknik Pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil
kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1
mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan
beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya
akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan
murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni
yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai
sampel (Trianda, 2011)
5. Teknik Micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator,
kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer
untuk dibiakkan ( Trianda, 2011).
Metode pengenceran yaitu dengan mengencerkan misalnya 1 ose bakteri dengan air. Lalu
hasil pengenceran tersebut diencerkan lagi dengan beberapa ketentuan. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi konsentrasi bakteri(Barazandeh,2008).
medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri
tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan
membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar
didapatkan biakan murni.
2. Metode tuang atau pour plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur suspensi
bakteri dengan medium agar pada suhu 50ºC kemudian menuangkannya pada petridisk atau
dengan menyemprotkan suspensi pada dasar petridisk, kemudian menuang medium agar
keatasnya dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya
masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk koloni tunggal.
3. M
etode sebar atau spread plate dilakukan dengan menyemprotkan suspensi ke atas medium agar
kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini diharapkan bakteri
terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni tunggal (Wati, 2013)
Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu
untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri
yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua. (Rosliana, 2009)
Macam-macam ukuran bakteri adalah berbentuk bulat, kecil, moderat atau sedang dan besar.
Pigmentasi( warna koloni) meliputi kuning, putih, merah, ungu, dll.Form(bentuk koloni)
meliputi: (Elfita, 2010).
•Sirkuler : Bulat, bertepi
•Ireguler : tidak beraturan, bertepi
•Rhizoid : bentuk sseperti akar, pertumbuhan menyebar
Margin
•Entire : Tepian rata
•Lobate : tepian berlekuk
•Undulate : tepian bergelombang
•Serrate : Tepian bergerigi
•Filamentous : tepian seperti benang-benang
Elevasi (ketinggian pertumbuhan koloni bakteri)
•Flat : ketinggian tidak terukur, nyaris rata dengan medium
•Raised : ketinggian nyata terlihat, namun rata pada seluruh permukaan
•Convex : bentuk cembung seperti tetesan air
•Umbonate : bentuk cembung dibagian tengah lebih menonjol
B. Morfologi Mikroskopik
Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat melalui pengamatan dibawah
mikroskop. Bentuk bakteri sangat bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu :
a)Bentuk bulat.
Bentuk coccus (coccus = sferis / tidak bulat betul) dapat di bedakan lagi menjadi :
1.micrococcus : berbentuk bulat, satu-satu. Contohnya Monococcus gonorhoe.
2.Diplococcus : berbentuk bulat, bergandengan dua-dua.Misalnya Diplococcus pneumonia.
3.Staphyllococcus : berbentuk bulat, tersusun seperti untaian buah anggur. Misalnya
Staphyllococcus aureus, Staphyllococcus epidermidis, Staphyllococcus saprofiticus.
4.Streptococccus : berbentuk bulat, bergandengan seperti rantai, sebagai hasil pembelahan sel
kesatu atau dua arah dalam satu garis. Misalnya Streptococcus faecalis, Streptococcus lactis, dll
5.Sarcina : berbentuk bulat, terdiri dari 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebsgai hasil
bembelahan sel ke 3 arah. Misalnya : Thiosarcina rosea
6.Tetracoccus/gaffkya : berbentuk bulat tersusun dari 4 sel berbentuk bujur sangkar, sebagai
hasil pembelahan sel kedua arah. Misalnya Pediococcus
b)Bentuk Batang
Bakteri bentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang panjang dan batang pendek,
dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk batang dapat dibedakan lagi atas bentuk batang yang
mempunyai garis tengah sama atau tidak sama di seluruh bagian panjangnya. Bakteri bentuk
batang dapat terdiri atas :
a.sel tunggal (monobasil), contohnya : Escherichia coli
b.bergandengan dua-dua (diplobacil), contohnya : Diplococcus pneumoniae
c.sebagai rantai (streptobacil), atau sebagai jaringan tiang (palisade), contohnya: Bacillus
anthraxis
c)Bentiuk lengkung / spiral
Bentuk lengkung/spiral pada pokoknya dapat dibagi menjadi
a.Bentuk koma (vibrio) jika lengkungnya kurang dari setengah lingkaran. contohnya Vibrio
cholera, penyebab penyakit kolera.
b.Bentuk spiral jika lengkungnya lebih dari setengah lingkaran. , contohnya Spirillium minor
yang menyebabkan demam dengan perantara gigitan tikus atau hewanpengerat lainnya.
c.Bentuk spiroseta : berupa spiral yang halus dan lentur, lebih berkelok dengan ujung lebih
runcing. contohnya Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis
Bentuk tubuh bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu
untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya
bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Daftar Pustaka