HT Dalam Kehamilan Osce
HT Dalam Kehamilan Osce
(SAP)
C. Metode
2. Tanya jawab
3. Diskusi
D. Media
1. LCD
2. Laptop
3. Pengeras suara
4. Leaflet
E. Materi Penyuluhan
1. Pembukaan
a. Menyiapkan diri
b. Mengucapkan salam pembuka
c. Menyampaikan tujuan
2. Penyampaian materi
a. Menjelaskan Pengertian Pre Eklampsia.
5. Penutup
b. Evaluasi
G. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi stuktur
Waktu penyuluhan dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir pukul 16.40 WIB,
klien mendengarkan dan menyampaikan pertanyaan tentang Pre Eklampsia.
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan, peserta dapat mencapai
kriteria tujuan khusus dari penyuluhan ini.
MATERI PENYULUHAN
PRE EKLAMPSIA
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema,
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur
28 minggu atau lebih.
Pre Eklampsia Dibagi dalam 2 golongan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada
urin kateter atau midstream untuk pemeriksaan laboratorium.
2. Pre Eklampsia berat, bila keadaan sebagai berikut :
Pre Eklampsia dulu dikenal sebagai Toksemia, karna diperkirakan adanya racun
di dalam darah ibu hamil. Meski teori ini sudah dibantah, tetapi penyebab pre-
eklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab lain yang diperkirakan terjadi,
adalah :
Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya
dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk
mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman
199).
Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas
normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula
pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan
kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat
terjadi perdarahan.
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini
menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya
terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50%
dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Bila ini
dijumpai adalah sebagai tanda pre-eklampsi berat. Pada eklampsi dapat terjadi
ablasio retinae, disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat
yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala
lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan
terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini
disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
serebri atau dalam retina.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
4. Kegemukan/obesitas.
5. Mengandung lebih dari satu orang bayi.
6. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid
arthritis.
F. Apa akibat lanjut/komplikasi yang terjadi bila Pre Eklampsia tidak segera
ditangani ?
4. Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolysis (perusakan sel darah merah), Elevated
liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan
rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan
muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
5. Eklampsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat
mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau
ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak
bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.
Karena penyebab pastinya belum diketahui, maka pencegahan utama yang baik
adalah meminta ibu hamil untuk mengurangi konsumsi garam, meski dianggap
tidak efektif menurunkan risiko preeklamsia. Diet yang dianjurkan cukup
protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.
2. Periksalah kehamilan secara teratur, untuk mengetahui kondisi ibu dan
janin. Preklamsia yang terdiagnosa lebih awal, akan memudahkan dokter
menyarankan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya.
3. Perbanyak minum
Sangat dianjurkan ibu hamil untuk minum dalam jumlah yang banyak tiap hari.
Minuman yang baik adalah air putih, karna air akan mendorong garam ke luar
tubuh. Dengan banyak minum akan membuat lebih sering ke toilet sehingga
dapat membawa kelebihan garam bias terbawa keluar, selain itu juga
mengurangi aktivitas. Minimal minum 2 liter per hari.
Ø PENANGGULANGAN
Satu-satunya cara yang pling tepat untuk menangulangi Pre Eklampsia pada
akhir kehamilan adalah dengan mempercepat persalinan, tapi pada preeklamsia
di awal kehamilan, yang bisa dilakukan adalah antara lain :
1. Bed rest
Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun
dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta, agar bayi dapat bertahan.
Dianjurkan untuk berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri
jika memang benar-benar diperlukan.Istirahat total berarti berbaring di tempat
tidur. Sebaiknya berbaring ke sisi sebelah kiri untuk meningkatkan aliran darah
pada janin.
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama
kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan.
Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu
(termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru),
gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam pembuluh
darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di
dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas
dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur).Selain itu, hipertensi
pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada
ibu.
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan, 10% pada
kehamilan anak pertama, dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat
hipertensi kronik sebelum hamil. Faktor risiko ibu untuk terjadinya preeklamsia
antara lain meliputi kehamilan pertama, pasangan/ paternitas baru, usia lebih
muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 35 tahun, riwayat preeklamsia pada
kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas/
kegemukan, dan selang waktu jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun.
7- 2004
KEHAMILAN adalah suatu peristiwa yang dinantikan oleh setiap wanita yang
sudah menikah. Dalam waktu 9 bulan akan dijalani proses kehamilan yang
bersejarah bagi masing-masing ibu sampai pada saatnya kelahiran sang buah
hati yang sangat dinantikan. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan
dengan lancar, terdapat beberapa penyulit yang bisa terjadi pada masa
kehamilan ini sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun janin.
Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang sering dijumpai pada
wanita hamil, di situ ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan tekanan
darah pada pemeriksaan ibu hamil. Pengukuran tekanan darah sistolik dan
diastolic berada di atas 140/90 mmHg, pengukuran sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali dengan selang waktu pengukuran 4 jam.
Kejadian hipertensi dalan kehamilan cukup tinggi ialah 5-15%, merupakan satu
di antara tiga penyebab mortalitas (kematian) dan morbiditas (kejadian) ibu
bersalin selain infeksi dan pendarahan. Hal itu dikarenakan angka kejadian yang
tinggi dan penyakit ini mengenai semua lapisan masyarakat. Termasuk,
beberapa waktu terakhir terjadi pada seorang figur publik yang cukup familiar
dan sayang sekali nyawanya tidak dapat tertolong.
Berbagai Komplikasi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi dari yang paling ringan sampai berat, bahkan kematian dan meliputi
berbagai organ. Pada penderita penyakit ini dapat terjadi hipovolemia yaitu
kekurangan cairan plasma akibat gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal,
gangguan hematologis, gangguan hati, gangguan neurologis, dan gangguan
penglihatan.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali secara lebih mendalam
mengenai penyakit ini. Terdapat banyak teori yang menjelaskan kejadian
penyakit ini dan hingga kini semua masih dipercaya sebagai patofisiologi
penyakit ini, antara lain teori kelainan pembuluh darah plasenta, teori
imunologis, teori defisiensi gizi, teori defisiensi genetik, teori inflamasi, dan
teori radikal bebas dan disfungsi endotel pembuluh darah.
Gejala yang sering dirasakan oleh penderita adalah nyeri kepala, penglihatan
kabur, penglihatan ganda, nyeri di daerah lambung, mual atau muntah.
Seringkali gejala subjektif tersebut didapatkan pada preeklamsi berat, jarang
ditemukan pada preeklamsi ringan. Sedangkan perubahan yang didapatkan pada
penderita antara lain (trias tanda utama): pertambahan berat badan yang
berlebihan, bengkak, hipertensi, dan akhirnya proteinuria (ditemukannya protein
dalam urin) serta kelainan lain dalam pemeriksaan lab.
Apabila penyakit ini telah ditemukan, maka terapi yang diberikan bertujuan
untuk mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia dengan
menggunakan obat-obatan maupun perubahan pola hidup (diet, merokok,
alkohol, dan obat-obatan terlarang), serta melahirkan janin hidup dengan trauma
sekecil-kecilnya. Jika penyakit ini sudah ditemukan, maka tujuan utama adalah
mencegah kejang, mencegah kerusakan organ lebih lanjut, dan melahirkan bayi
sehat.
Mengenai sikap terhadap kehamilan jika penyakit masih pada stadium ringan,
maka dapat ditunggu (ekspetatif) hingga usia kehamilan mencukupi. Apabila
penyakit berada pada stadium berat, maka sikap pada kehamilan dapat
konservatif maupun aktif tergantung ada tidak penyulit. Jika terdapat penyulit,
maka sikap aktif diambil dengan terminasi kehamilan. Tentu semua itu
dilakukan di pusat-pusat kesehatan ibu dan anak yang memadai serta kerja sama
tim yang baik.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu masalah kesehatan yang
harus kita hadapi bersama-sama, tidak hanya oleh salah satu pihak saja misalnya
tenaga kesehatan saja. Semuanya harus berperan, dimulai dari pasien, keluarga,
suami, orangtua pasien, bahwa penyakit ini adalah penyakit yang serius dan
harus ditangani dengan baik agar kehamilan dapat berjalan dengan baik dengan
ibu selamat dan janin sehat. Sehingga, bersama kita dapat mewujudkan
Indonesia sehat 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
§ pantau tekanan darah, proteinuria, reflek patela dan kondisi janin
§ lebih banyak istirahat
§ diat biasa
- diet biasa
- tidak perlu diuretik, kecuali terdapat oedem paru atau gagal ginjal akut
a. penanganan kejang
- baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi.
b. penangan umum
- jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
distolik diantara 90-100 mmH
- pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge >1)
- jika jumlah urin < 30 ml per jam ; infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam, pantau
kemungkinan oedem paru
- Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedem paru. Jika ada oedem paru
stop pemberian cairan dan berikan diuretik, misalnya furosemide 40 mg IV
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside, jika pembekuan tidak
terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
dari berbagai sumber
mediague.wordpress.com
PRE-EKLAMPSIA
ETIOLOGI
PATOLOGI
Pre-eklampsi ringan jarang sekali memyebabkan kematian ibu. oleh karena itu
sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologi berasal dari penderita eklampsia
yang meninggal. pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal
ternyata bahwa perubahan anatomi-patologi pada alat-alat itu pada Pre-
Eklampsia dan eklampsia. perdarahan infark, nekrosis, dam trombosis
pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat
tubuh. perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus
arteriola. penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting
juga dalam patogenesis dan kelainan-kelainan tersebut.
PERUBAHAN ANATOMI-PATOLOGI
Patologi
perdarahan, infark, nekrosis, trombosis pembuluh darah kecil pd berbagai organ
tubuh
plasenta
ginjal
hati
otak
retina
paru-paru
jantung
kelenjar adrenal
Perubahan fisiologi patologik
ginjal
retina
paru-paru
otak
metabolisme air dan elektrolit
PRE EKLAMPSIA
Predisposisi
DM
Mola
kehamilan ganda
hidrops fetalis
obesitas
Gambaran Klinik
edem
hipertensi
proteinuria
skotoma
diplopia
penglihatan kabur
nyeri epigastrium
mual/muntah
Diagnosis
adanya 2 di antara trias tanda utama: hipertensi, edem, proteinuria
Diagnosis Diferensial
Pencegahan
pemeriksaan antenatal yang teratur
istirahat dan mengurangi pekerjaan sehari-hari, lbh byk duduk dan berbaring
Penanganan
Tujuan
mencegah pre eklampsia berat dan eklampsia
Perawatan di RS:
anamnesis, pmx umum, pmx obstetrik, pmx laboratoris rutin
tekanan darah, air kencing, BB diperiksa tiap hari, edem dicari
induksi persalinan
seksio sesarea
jika tidak ada perbaikan dan tensi terus mningkat, retensi cairan dan proteinuria
bertambah maka pengakhiran kehamilan dilakukan meskipun janin msh
prematur
Penanganan Pre eklampsia Berat
pasien datang dg pre eklampsia berat
beri sedativa yg kuat utk mcegah kejang:
anestesia lokal bila tensi tdk terlalu tinggi dan penderita masih somnolen krn
pengaruh obat
pemberian ergometrin rutin pd kala III tidak dianjurkan, kecuali ada perdarahan
post partum krn atonia uteri
obat penenang diteruskan sampai 48 jam post partum, kmd dikurangi bertahap
dalam 3-4 hari
post partum bayi sering menunjukkan tanda2 asfiksia neonatorum maka perlu
resusitasi
EKLAMPSIA
eklampsia parturientum
eklampsia puerperale
didahului memburuknya pre eklampsia dan timbul gejala2 nyeri kepala frontal,
nyeri epigastrium, ggn penglihatan, mual, hiperrefleksia.
jika gejala ini tidak dikenali dan diatasi akan segera timbul kejangan, dgn 4
macam tingkat:
awal/aura
tonik
klonik
koma
selama serangan tensi meningkat, nadi cepat, suhu meningkat sampai 40ºC
Komplikasi Kejang:
perdarahan otak
DD :
epilepsi
perdarahan otak
edem paru-paru
nekrosis hati
kelainan ginjal
komplikasi lain spt lidah tergigit, trauma dan fraktur krn jatuh akibat kejang,
pneumonia aspirasi
Penanggulangan
diazepam
sulfas magnesicus
lytic cocktail
jumlah dan waktu pemberian obat disesuaikan dg kondisi penderita tiap jam
dauer catheter utk mengetahui diuresis dan pmx protein urin scr kuantitatif
Tindakan Obstetrik
persalinan pervaginam adalah cara terbaik bila dpt dilaksanakan dg cepat dan
aman
pd eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dgn amniotomi dan infus
pitosin setelah bebas kejang selama 12 jam dan keadaan serviks mengijinkan.
bila serviks msh lancip dan tertutup terutama pd primigravida, kepala janin msh
tinggi, atau ada persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya sesar.
anestesi lokal bisa dipakai jk sudah sedasi berat, anestesi spinal sebaiknya tidak
digunakan krn dpt menyebabkan hipotensi yg bahaya pd eklampsia
penderita eklampsia tdk seberapa tahan thd perdarahan postpartum atau trauma
obstetrik, shg semua tind obstetrik hrs seringan mkn dan sedia darah.
stlh kelahiran pengobatan danp erawatan intensif hrs diteruskan utk 48 jam.
Jumat, 24 Juli 2009
MANFAAT MGSO4 DALAM PENGENDALIAN KEJANG PADA
PREEKLAMPSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 per juta penduduk, tertinggi
di antara negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah
preeklampsia - eklampsia, yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan
mencakup 75 - 80% dari keseluruhan kematian maternal. Berdasarkan hasil
survai yang dilakukan oleh Angsar, insiden preeklampsia-eklampsia berkisar
10-13% dari keseluruhan ibu hamil. Di dua rumah sakit pendidikan di Makassar
insiden preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian
akibatnya 22,2°% (4). Angka kejadiannya di beberapa rumah sakit di Indonesia
cenderung meningkat yaitu 1-1,5% pada sekitar 1970-1980 meningkat menjadi
4,1-14,3% sekitar 1990-2000. Menurut WHO pada 1987 angka kejadian
preeklamsia sekitar 0,51-38,4%.
B. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA
Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tadi
menunjukan gejala-gejala preeklampsia. (Kejang-kejang timbul bukan akibat
kelainan neurologis).(7)
Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklampsia/eklampsia belum diketahui.
Ada beberapa teori mencoba menjelaskan etiologi dari kelainan tersebut di atas,
sehingga kelainan ini sering dikenal ”the diseases of theory” . Adapun teori-
teori tersebut antara lain:
Fierlie F.M. (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem
imun pada penderita preeklampsia dan eklampsia :
Beberapa wanita dengan preeklampsia – eklampsia mempunyai komplek imun
dalam serum.
Usia
Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua. Primigravida tua
resiko lebih tinggi untuk pre eklampsia berat
Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre eklampsia / eklampsia pada ibu, nenek, faktor resiko
meningkat sampai + 25 %
Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif yang ditentukan ibu dan janin
Tidak ada hubungan bermakna antar menu / pola diet tertentu ( WHO ).
Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang
tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese /
overweight.
Iklim / musim
Hiperplasentosis
Gambaran Klinis
Kenaikan tekanan darah
kenaikan berat badan yang abnormal dan edema terjadi secara dini dan
mencerminkan pemuaian ini berkaitan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler yang ditimbulkan oleh vasokonstriksi arteriol. Peningkatan
permeabilitas kapiler memungkinkan cairan berdifusi dari ruang intravaskuler
sehingga mengakibatkan pemuaian ruang ekstrasel.kenaikan berat badan yang
terlalu banyak dan edema, khususnya kalau terbatas pada tungkai bawah, tidak
menetapkan diagnosis preeklamsia. Edema yang mencakup muka dan tangan
perlu diperhatikan tapi masih bukan diagnosis. Peningkatan berat badan sekitar
1 pon (0,45) perminggu adalah normal namun bila melebihi 2 pon dalam
seminggu, atau 6 pon dalam sebulan kemungkinan preeklamsia perlu dicurigai.
Proteinuria
Gangguan penglihatan
Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering pada kasus –
kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering pada daerah frontal dan oksipital,
dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang
mengalami serangan eklamsia, nyeri kepala hebat hampir di pastikan
mendahului serangan kejang pertama.
F. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang
sering ditemukan pada preeklamsia berat dan dapat menunjukkan serangan
kejang yang akan terjadi. Keluhan ini disebaabkan oleh regangan kapsula hepar
akibat edema atau pendarahan.
Diagnosis
Atau peningkatan tekanan sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg
Atau peningkatan mean arterial pressure > 20 mmHg atau MAP.> 105 mmHg
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen atau ada ikterus
Udema paru atau sianosis
Trombositopenia
Komplikasi
Ablatio retinae
DIC
Gagal ginjal
Perdarahan otak
Gagal jantung
Edema paru
Durasi koma setelah kejang bervariasi. Apabila kejangnya jarang, wanita yang
bersangkutan biasanya pulih sebagian kesadarannya setelah setiap serangan.
Sewaktu sadar dapat timbul keadaan setengah sadar dengan usaha
perlawanan. Pada kasus yang sangat berat, koma menetap dari satu kejang ke
kejang lainnya dan pasien dapat meninggal sebelum ia sadar. Meski jarang, 1
kali kejang dapat diikuti oleh koma yang berkepanjangan, walaupun umumnya
kematian tidak terjadi sampai setelah kejang berulang-ulang. (1)
Edema paru dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Paling tidak terdapat 2
mekanisme penyebab:
Pneumonitis aspirasi dapat terjadi setelah inhalasi isi lambung apabila kejang
diserati oleh muntah
Gagal jantung yang dapat disebabkan oleh kombinasi hipertensi berat dan
pemberian cairan intravena yang berlebihan. (1)
Pada sekitar 10% wanita, sedikit banyak terjadi kebutaan setelah serangan
kejang. Kebutaan juga dapat timbul spontan pada preeklampsia. Paling tidak
terdapat 2 kasus:
Ablasio retina dengan derajat bervariasi
PROGNOSIS
Prognosis untuk eklampsia selalu serius, penyakit ini adalah salah satu penyakit
paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Untungnya
angka kematian ibu akibat eklampsia telah menurun selama 3 dekade terakhir
dari 5-10% menjadi kurang dari 3% kasus. Pengalaman-pengalaman ini jelas
menggarisbawahi bahwa eklampsia serta preeklampsia berat harus dianggap
sebagai ancaman yang nyata terhadap nyawa ibu. 23% kematian ibu hamil yang
tercatat di Amerika Serikat selama tahun 1997 disebabkan oleh hipertensi
kehamilan yaitu paling sedikit 64 orang. (1)
TERAPI
Pelahiran
Pada kasus preeklampsia yang berat serta pada eklampsia, magnesium yang
diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa
menimbulkan depresi susunan saraf pusat baik pada ibu maupun janinnya. Obat
ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau intramuskuler
dengan injeksi intermitten. Jadwal dosis untuk preeklampsia berat sama seperti
untuk eklampsia. Karena persalinan dan pelahiran merupakan saat kemungkinan
besar terjadinya kejang, wanita dengan preeklampsia-eklampsia biasanya diberi
magnesium sulfat selama persalinan dan selama 24 jam postpartum. Magnesium
sulfat tidak diberikan untuk mengobati hipertensi. (1)
Berikan dosis bolus 4 – 6 gram magnesium sulfat yang diencerkan dalam 100
ml cairan IV dan diberikan dalam 15 – 20 menit
Mulai infus rumatan dengan dosis 2 gram/ jam dalam 100 ml cairan IV
Ukur kadar magnesium sulfat pada 4 – 6 jam setelahnya dan sesuaikan
kecepatan infus untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEq/ l (4,8 – 8,4
mg/ dl)
Setiap 4 jam sesudahnya berikan 5 gram larutan magnesium sulfat 50% yang
disuntikkan dalam-dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan,
tetapi hanya setelah dipastikan bahwa:
Refleks patella (-) sampai menghilang pada kadar plasma 8-10 mEq/L
Urine <>
Kejang hampir selalu dapat diatasi bila kadar MgSO4 plasma dipertahankan 4-7
mEq/L
Efek akut ion magnesium parenteral pada wanita dengan PEB telah diteliti oleh
Cotton (1986) yang memperoleh data dengan menggunakan kateterisasi arteria
radialis dan pulmonalis. Setelah pemberian dosis 4 gram secara intravena dalam
15 menit, rerata tekanan darah arteri sedikit menurun, dan hal ini disertai
peningkatan indeks kardiak sebesar 13%. Dengan demikian magnesium
menurunkan resistensi vaskular sistemik serta tekanan arteri rata-rata (MAP)
dan pada saat yang sama meningkatkan curah jantung tanpa tanda-tanda depresi
miokard. Temuan-temuan ini terjadi bersamaan dengan flushing (kulit
memerah) dan mual transien. Efek kardiovaskular hanya berlangsung selama 15
menit walaupun infus magnesium terus diberikan dengan kecepatan 1,5 gram
perjam. (1)
Bayi baru lahir ibu yang mendapat pengobatan magnesium sulfat kemungkinan
akan mengalami hipermagnesemia dengan gejala gagal napas, refleks yang
menurun dan gejala perut kembung (akibat hipermagnesemia menekan fungsi
otot polos usus sehingga menyebabkan ileus). Oleh sebab itu pada bayi baru
lahir tersebut sejak menit pertama sampai 1 jam setelah lahir harus diamati :
Penderita dirawat dalam kamar isolasi yang tenang, tekanan darah, nadi,
pernafasan dicatat tiap 30 menit pada suatu kertas grafik suhu dicatat tiap jam.
Bila penderita belum melahirkan, dilakukan pemeriksaan obstetrik untuk
mengetahui saat permulaaan atau kemajuaan persalinan. Untuk melancarkan
pengeluaran sekret dari jalan pernafasan pada penderita koma, penderita
dibaringkan dalam posisi terndelenberg dan selanjutnya dibalikkan kesisi kiri
dan kanan tiap jam untuk menghindari dekubitus. Alat penyedot disediakan
untuk membersihkan jalan pernafasan, dan oksigen diberikan pada sianosis.
Dauer cathether di pasang untuk mengetahui diuresis dan untuk menentukan
protein dalam air kencing secara kuantitatif. Balans cairan harus diperhatikan
dengan cermat. Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis dan air
yang hilang melalui kulit dan paru-paru pada umumnya dalam 24 jam diberikan
2000 ml. Balans cairan dinilai dan disesuaikan tiap 6 jam.
Kalori yang adekuat diberikan untuk menghindarkan katabolismus jaringan dan
asidosis. Pada penderita koma atau kurang sadar pemberian kalori dilakukan
dengan infuse dekstran, glukosa 10%, atau larutan asam amino, separti amino
fusion. Cairan yang terakhir ini mengandung kalori dan asam amino.
Bila terjadi henti napas berikan antidotum yakni glukonas calcicus 1 g IV pelan
pelan disertai oksigenasi dan biasanya langkah ini sudah cukup untuk mengatasi
depresi napas tersebut. Bila terjadi henti napas (tidak pernah terjadi pada dosis
terapi) lakukan pula intubasi dan ventilasi aktif.
Setelah kejang dapat diatasi dan keadaan umum penderita diperbaiki maka
direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan dengan
cara aman. Apakah pengakhiran kehamilan dilakukan dengan seksio sesaria
atau dengan induksi persalinan pervaginam, hal tersebut tergantung dari
berbagai faktor, seperti keadan serviks, komplikasi obstetrik, paritas, adanya
ahli anesthesia dan sebagainya.
Pada tahun 1995, dipublikasikan hasil-hasil dari uji klinis multinasional terapi
eklamsia. Studi the Eclampsia Trial Collaborative Group (1995) ini sebagian
didanai oleh WHO dikoordinasikan oleh the National Perinatal Epidemiology
Unit di Oxford, Inggris. Studi ini menyertakan 1687 wanita dengan eklampsia
yang secara acak dibagi untuk mendapat regimen anti kejang yang berlainan.
Ukuran hasil akhir yang utama adalah kekambuhan kejang dan kematian ibu.
Pada satu penelitian, 453 wanita yang secara acak mendapat magnesium sulfat
dibandingkan dengan 452 yang diberi diazepam. Pada penelitian lain, 388
wanita eklamptik secara acak mendapat magnesium sulfat dan dibandingkan
dengan 387 wanita yang diberi fenitoin.
Pada perbandingan kedua, wanita yang secara acak mendapat magnesium sulfat
dibandingkan dengan yang mendapat fenitoin memperlihatkan penuruanan 67%
dalam kejang berulang. Mortalitas ibu di kelompok magnesium lebih rendah
daripada di kelompok fenitoin (2,6 versus 5,2%). Penurunan angka kematian
ibu sebesar 50% yang mengesankan ini ternyata juga tidak bermakna secara
statistik.
Pada perbandingan lain, wanita yang mendapat terapi magnesium sulfat lebih
kecil kemungkinannya memerlukan ventilasi buatan, terjangkit pneumonia dan
dirawat di ruang perawatan intensif daripada mereka yang mendapat fenitoin.
Neonatus dari wanita yang mendapat magnesium sulfat secara bermakna lebih
kecil kemungkinannya membutuhkan intubasi saat pelahiran dan dirawat di
ruang perawatan intensif dibandingkan neonatus yang lahir dari ibu yang
mendapt fenitoin.
Infark cerebral dan perdarahan adalah salah satu sebab utama kematian karena
preeklampsia-eklampsia. Sejak ditemukannya magnesium sulfat sebagai
vasodilator cerebral, efek entieklampsi bekerja dengan mengurangi iskemia
dengan mengurangi vasospasme cerebral. Penelitian lain yang membandingkan
magnesium sulfat dengan vasodilator spesifik cerebral nimodipin, memberikan
hasil magnesium sulfat masih lebih efektif sebagai terapi profilaksi kejang pada
preeklampsia berat. (11)
Pada pemberian nimodipine kejang terjadi pada 2,6% dari total pasien (819)
sedang dengan pemberian magnesium sulfat hanya 0,8% pasien (831) terjadi
kejang. 12 dari 21 pasien pada pemberian nimodipin mendapatkan kejang pada
periode antepartum dan 9 pasien kejang postpartum. Pasien yang mendapatkan
profilaksi magnesium sulfat kejang terjadi pada saat antepartum, tidak ada
pasien yang mendapatkan kejang berulang post partum. (11)
Pasien dengan pemberian nimodipin dan mendapatkan terapi hydralazine lebih
banyak terjadi eklampsia apabila dibandingkan dengan magnesium sulfat yang
disertai hydralazine juga (4% vs 1,1%). Pada pasien tanpa diberikan
hydralazine, frekuensi terjadinya eklampsia pada pemberian nimodipin saja
lebih banyak daripada dengan pemberian magnesium sulfat (1,4 vs 0,5%). (11)
Dari penelitian-penelitian di atas dapat dibuktikan bahwa pemberian magnesium
sulfat secara parenteral secara signifikan dapat mencegah eklampsia. Perbedaan
yang signifikan didapatkan pada perbandingan kejang postpartum yang dapat
dicegah dengan penggunaaan magnesium sulfat. Dengan mengkaji penelitian
dengan penggunaan magnesium sulfat dan nimodipin, teori yang menyebutkan
adanya vasospasme cerebral dan iskemia adalah sebab predominan eklampsia
tidak dapat dibuktikan. Karena dengan penggunaan nimodipin tidak terbukti
lebih efektif dibandingkan dengan magnesium sulfat.(11)
Relatif mudah diperoleh dan harganya pun relatif murah, sedangkan hasilnya
cukup baik
Pada kadar terapi, kesadaran pasien tidak terpengaruh meskipun Mg dapat
melewati sawar (barrier) plasenta, namun hampir tidak pernah mempengaruhi
keadaan janin, kecuali terjadi hipermagnesia (>15 mEq/L) pada saat kala II
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus preeklamsia berat dan eklamsia, obat pilihannya adalah magnesium
sulfat. Obat ini harus digunakan untuk mencegah dan menerapi kejang dan
karena itu dapat mencegah skuelnya. Obat ini bekerja sebagai vasodilator
serebral dan stabilisator membran, mengurangi iskemia dan kerusakan neuron
yang mungkin terjadi. Obat ini juga bisa bekerja sebagai anti konvulsan sentral
yang memblok reseptor N-methyl-D-aspartat. Magnesium sulfat mempunyai
jangkauan terapi yang luas dan monitoring klinis cukup dengan mengobservasi
frekuensi pernapasan, saturasi PO2 (pulse oximetry ) dan reflek perifer.
Magnesium sulfat selain dipakai untuk mencegah kejang dapat dipakai untuk
mengatasi kejang dan menyebabkan terjadinya vasodilatasi uterus, efek lainnya
adalah vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan penurunan
tekanan darah sementara dan diikuti oleh kenaikan nadi. Dalam hal ini
magnesium sulfat tidak dipakai sebagai anti hipertensi tetapi sebagai
vasodilatasi dari uterus. Dosis yang besar dapat mengakibatkan gangguan dari
kontraksi uterus.
Monitoring ketat kadarnya dalam serum penting khususnya jika ada penurunan
ekskresi ginjal, karena kelebihan magnesium sulfat bisa menyebabkan depresi
pernafasan berat dan bahkan kegagalan fungsi kardio respirasi untungnya ada
antidotum kalsium glukonate yang bekerja cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G., Gant N.F., Leveno K. J., Gilstrap L. C., Hauth J. C.,
Wenstrom K. D., 2006. Obstetri William Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Tuffnell DJ, Jankowicz D, Lindow SW, Lyons G, Mason GC, Russell IF,
Walker JJ.Outcomes of severe pre-eclampsia/ eclampsia in Yorkshire 1999/
2003. BJOG2005;112:875–80.
Belfort M. A., varner M. W., Dizon D. S., Grunewald C., Nisell H.,
2002. Cerebral perfusion Pressure and not Cerebral Blood Flow, may be the
Critical determinant of Intracranial Injury in Preeclampsia. Am J Obstet
Gynecol 187 : 626 - 634
2 komentar:
http://aganobatherbal.blogspot.com/
Balas
Balasan
Beranda
▼ 2012 (1)
▼ April (1)
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Mengenai Saya
Irhaa
Home
Daftar Isi
Top of Form
Go
Bottom of Form
Waktu : 40 Menit
Hari / tanggal :
Tempat :
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
C. Materi
Terlampir
D. Metode
E. Media
1. Satuan Acara Penyuluhan
2. Poster
F. Kegiatan Penyuluhan
3. Kontrak waktu
untuk kesepakatan
pelaksanaan penkes 3. Menyetujui
dengan peserta kesepakatan waktu
pelaksanaan penkes
2. Prosedur
Pemasangan dan pasca
pemasangan
3. Indikasi dan
kontraindikasi IUD
4. Keuntungan dan
kerugian IUD
5. Efek samping IUD
6. Waktu pemasangan
IUD
2. Menjawab
2. Memberikan pertanyaan
pertanyaan kepada peserta
3. Menyimpulkan dan
mengklarifikasi materi 3. Mendengarkan
penyuluhan yang telah
disampaikan kepada
peserta
G. Evaluasi
H. Lampiran
METODE ALAT KONTRASEPSI IUD
IUD (Intra Uterine devices) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukan kedalam
rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu.
IUD (Intra Uterine device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan kedalam
rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan
bentuknya bermacam-macam. (Subrata, 2012).
Jadi Alat Kontrasepsi IUD merupakan alat yang dimasukan kedalam rahim yang
bersifat sementara yang terbuat dari plastik yang lentur dan ada pula yang dililit
tembaga yang berntuknya bermacam-macam.
2. Jenis-jenis IUD
3. Penjelaan Metode
Sebuah IUD dimasukan melalui saluran serviks dan dipasang dalam uterus. IUD
memiliki benang yang menggantung turun kedalam vagina. Yang dapat
diperiksa oleh wanita guna memastikan alat tersebut pada posisi yang benar.
IUD mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma dan
ovum melalui perubahan tuba falopi dan cairan uterus, ada reaksi terhadap
benda asing disertai peningkatan leukosit. Kondisi ini mngurangi kesempatan
ovum dan sperma bertemu dan menghambat pembuahan. Tembaga pada IUD
bersifat toksik terhadap sperma dan ovum.( Saefuddin, 2009).
CARA KERJA
4. Prosedur Pemasangan
5. Pasca Pemasangan
Setelah pemasangan AKDR, wanita harus dianjurkan datang kembali lebih awal
dari janji pertemuan 4-6 minggu bila mereka mengalami tanda-tanda infeksi,
karena 20 hari pertama setelah pemasangan adalah masa infeksi paling tinggi.
Apabila klien menderita neyri abdomen bawah atau pireksia, ia harus kembali
lebih awal. Menganjurkan wanita pantang koitus selama 48 jam merupakan
tindakan yang tepat sehingga lendir serviks dapat kembali normal, yang
membantu memberi perlindungan dari infeksi yang lebih berat.
6. Efektifitas
IUD sangat efektif,(efektifitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari
seperti halnya pil. Tipe multiload dapat dipakai sampai 3 tahun, Nova T dan
Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, Cu T380 A dapat dipakai 8
tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun
pertama pemakaian.
7. Indikasi
Pemasangan IUD dapat di lakukan oleh dokter ataupun bidan yang telah di latih
secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus di lakukan setelah pemasangan
1 minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan
selanjutnya di lakukan setiap 6 bulan sekali.
AKDR dapat di gunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya
:
· Perokok
· Sedang menyusui
Begitu juga dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR :
· Penderita diabetes
· Menderita penyakit hati
· Malaria
8. Kontraindikasi
g. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
l. Miom submokosum
9. Keuntungan
10. Kerugian
o Menoragie
o Dismenorea
o Perubahan siklus haid (umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan )
o Haid lebih lam dan banyak
c. Tidak baik di gunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan
c. Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri, petugas terlatih yang
dapat melepas
d. Mungkin IUD dapat keluar dari uterus tanpa di ketahui (sering terjadi
apabila IUD di pasang segera setelah melahirkan )
e. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
mencegah kehamilan
Keadaan Anjuran
amenorea periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan
lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenorea apabila di kehendak. Apabila
hamil jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat, atau kehamilan lebih dari 3
minggu. Apabila benang tidak terlihat atau
kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan d
lepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas
AKDR, jelaskan kemungkinan adanya resiko
kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan harus lebih di amati dan diperhatikan
Benang hitam Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan
AKDR masih di tempat, tidak ada tindakan yang
perlu di lakukan.
Nyeri haid hebat Dapat di sebabkan oleh AKDR klien perlu di rujuk.
Umumnya terjadi pada permulaan pemakaian
Gejala penyakit Berikan anti biotik saat insersi AKDR bila anemia
katup jantung (hb<9), ganti dengan metode kontrasepsi lain
o AKDR terlepas
o Siklus terganggu/ meleset
o Tarjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
o Adanya infeksi
PENUTUP
Jadi penulis berharap dengan adanya satuan acara penyuluhan ini masyarakat
dapat lebih mengerti mengenai alat kontrasepsi IUD baik dari manfaatnya
maupun keefektipannya.
Top of Form
Berlangganan
Atau sobat juga bisa follow KTI Kebidanan dengan mengklik tombol di bawah
ini:
Bottom of Form
Artikel keren lainnya:
Home
Kategori
Artikel Kebidanan
Artikel Kesehatan
Asuhan Kebidanan
asuhan keperawatan
Makalah Kesehatan
Popular Posts
A SIMPLE INSCRIPTION
experience is the best teacher
LANJUT KE KONTEN
BERANDA
BIMBINGAN
KELUARGA BERENCANA
KONSELING
PENYULUHAN
SHARING
PENKES KB
TINJAUAN MATERI
Keluarga berencana adalah suatu usaha mengatur banyaknya kehamilan,
mencegah dan menjarangkan kehamilan sehingga berdampak positif bagi
pasangan suami istri serta keluarganya.
Ker0ugiannya :
Tidak memerlukan alat atau obat sama sekali sehingga relative sehat untuk
digunakan wanita.
Kerugian :
Keluarga berencana alami didasarkan pada siklus masa subur dan tidak subur
seorang wanita. Pasangan suami istri tidak bersenggama pada saat masa subur
istri, yaitu 14 hari sebelum haid yang akan datang atau hari ke 12 sampai hari ke
16 karena sel sperma masih hidup 3 hari setelah ejakulasi.
Keuntungannya :
Tidak memakai alat apapun, hubungan seksual alami tercapai dan memuaskan.
Kerugiannya :
Cara kontrasepsi wanita berbentuk pil didalam strip yang berisi gabungan
hormon estrogen dan progesteron atau hanya berisi hormon progesteron saja (pil
mini).
Keuntungan :
Cocok digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari pasutri muda.
Pada ibu menyusui menggunakan pil mini tidak mempengaruhi produksi ASI.
Kerugian :
Harus disiplin minum pil.
Pemakaian pil kombinasi dapat mengurangi ASI.
Kerugian :
Gangguan menstruasi : tidak haid, spotting / flek – flek, darah haid banyak
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit, biasanya dipasang pada lengan
kiri atas terdiri : 6 bat, 4 bat,2 bat, 1 bat yang mengandung hormon
levonorgestrol.
Keuntungan :
Tidak menekan produksi ASI.
Praktis, efektif jangka panjang 5 tahun, kalau 2 bat / 1 bat efektif 1 – 3 tahun.
Kerugian :
Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
Keuntungan :
Praktis, ekonomis, dapat diterima oleh masyarakat.
Mempunyai toleransi yang tinggi, hanya sedikit wanita yang mengeluh dan
mendapat komplikasi.
Vasektomi atau kontap pria yaitu kontrasepsi dengan cara mengikat dan
memotong saluran sperma / vas deferens, sehingga sperma tidak keluar saat
senggama → vasektomi beda dengan kebiri (kebiri mengangkat buah peler).
Keuntungan :
Kerugian :
Tidak bisa punya anak lagi.
Kesalahan mengikat / memotong yang tidak sempurna berakibat perdarahan.
Tubektomi
Keuntungan :
Dapat dilakukan di rumah sakit kecil atau puskesmas tanpa dirawat.
Kerugian :
Praktek bidan.
FORMAT EVALUASI
berencana
berencana.
Metode kalender.
Metode kontrasepsi efektif.
Pil KB.
KB suntik.
berencana.
Praktek bidan.
Top of Form
Bottom of Form
Atau jika anda memang kurang tertarik untuk bekerja di ranah kebidanan klinik
anda bisa mencoba pekerjaan lain sebagai freelance researcher atau enumerator,
untuk beberapa penelitian gajinya cukup bahkan sangat menjanjikan. Namun
menjadi enumerator tidak semudah membalikan telapak tangan. Akan ada
tahapan seleksi dan karena ini adalah pekerjaan tidak tetap (freelance) maka
anda harus pintar menyimpan aset kerja anda.
Untuk yang tidak ingin bekerja terlebih dahulu maka pilihannya adalah
melanjutkan kuliah.
D4 atau S1?
D4 Kebidanan
Lama studi d4 kebidan baik pendidik atau klinik 1 tahun dan lulusan D4
Kebidanan dapat melanjutkan ke jenjang S2 Kebidanan. Jadi D3 3tahun+ D4 1
tahun = 4 tahun + S2 = 6 tahun. Gelar S.ST (Sarjana Sains Terapan) atau
STr.Keb (Sarjana Terapan Kebidanan).
Saran saya jika anda lulusan D3 dan ingin mengambil jurusan bidan klinik
jangan langsung melanjutkan ke D4, bekerjalah terlebih dahulu minimal 1 tahun
di BPS/klinik/Puskesmas/PONED/RS. Kenapa? Karena nantinya pada saat
microteaching anda akan mengajari praktikum. Kalau anda belum mahir/belum
terbiasa dengan praktik/klinik tentu akan kaku bukan? Berbeda dengan D4
pendidik yang akan mengajar mahasiswa D3 di kelas yang tentu akan dipenuhi
oleh teori. Sebagai fresh graduate anda akan di mudahkan karna masih banyak
teori yang anda ingat sewaktu D3 dulu.
Bagaimana dengan S1 kesehatan masyarakat?
Untuk anda yang tidak begitu menyukai dunia kebidanan dan mungkin bosan
dengan suasana kelas yang berisikan perempuan anda bisa mengambil jurusan
kesmas ini. Lahan kerjanya, anda bisa bekerja di Puskesmas, di dinas kesehatan,
kementrian kesehatan, dll. Formasi CPNS untuk jurusan Kesmas pun cukup
banyak. Lama studi tergantung universitas. Untuk UI (negeri) 3,5 tahun.
Bayangkan D3 3tahun + kesmas 3,5tahun = 6,5 TAHUN! Untuk meraih gelar
SKM. Untuk Universitas swasta/STIKES lama studi biasanya hanya 2 tahun.
Jadwal kuliah di beberapa tempat dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu, jd
anda bisa kuliah sambil bekerja.
Komentar
Thanks bgt... 😊
BALAS
BALAS
BALAS
BALAS
Boleh gabung ya, saya dri d3 kebidanan saya pngen lanjut s1 kesmas tpi
denger* gak bisa dari d3 keb nglanjut s1 kesmas, kata tante saya si ijazah skm
tu bisa kerja dimana aja tpi kalo mau tes pns ijazah skm nya pas mau persamaan
d3 keb sama skm gak bisa di satuin jdi kita mentok aja tu di d3 aja jd ijazah skm
nya gak kepake. Itu setau saya tpi gak tau kalo pendapat lain
Posting Komentar
Tanggal 12 April kemarin saya di ajak teman saya untuk nonton langsung acara
Kick Andy di Grand Studio Metro TV. Tanpa bertanya terlebih dahulu apa
topiknya dan siapa pembicaranya saya langsung mengiyakan ajakan teman saya
tersebut. Kick Andy memang menjadi salah satu tontonan favorit saya di Metro
TV. Saya suka sekali dengan bang Andy F. Noya, pembawa acaranya. Beliau
adalah sosok yang cerdas, lucu dan menginspirasi.
Akhirnya pada tanggal 14 April sekitar jam 13.20 WIB saya berangkat dari
stasiun UP (Universitas Pancasila) sendirian, karena teman-teman saya
berangkat dari stasiun Lenteng Agung. Akhirnya pada jam 14.20 saya tiba di
stasiun Juanda. Saya duduk dekat pintu keluar, menunggu teman-teman saya
sambil membaca beberapa blog orang-orang yang pernah ikut taping Kick
Andy.
Teman-teman saya tiba di st. Juanda jam 14.50 WIB, karena jumlah kita cukup
banyak (10 orang) akhirnya kita berangkat menuju studio dengan grab car.
Rombongan kita bagi menjadi 2. Sesampainya di lobby grand s…