KASUS
1.2 Anamnesis:
Keluhan Utama
Bayi dengan berat lahir rendah 2100 gram, persalinan spontan. Usia kehamilan
39-41 minggu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu baru mengetahui kehamilannya setelah usia kehamilan 1 minggu
(karena mengeluh terlambat haid 1 minggu) lalu segera periksa ke puskesmas dan
dinyatakan hamil 1 minggu. Setelah mengetahui kehamilannya, ibu rutin
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas tiap bulan, dan mengetahui bahwa
dalam pemeriksaan janin, didapatkan bayinya memiliki DJJ yang normal serta
dalam posisi yang normal pula. Ibu mengaku sebelumnya tidak pernah menderita
tekanan darah tinggi. Riwayat selama kehamilan ibu sering mengalami mual-
muntah, sehingga nafsu makan berkurang dan akhirnya makan ibu selama
kehamilan sedikit. Ibu tidak suka minum susu, sebelum hamilpun ibu memang
tidak suka minum susu, jika minum susu ibu terasa mual. Riwayat konsumsi
jamu dan alkohol tidak ada. Riwayat merokok juga tidak ada.
Saat persalinan, usia kehamilan baru menginjak 8 bulan. Pasien
merupakan anak ketiga, lahir spontan di Rumah Sakit anutapura ditolong oleh
Dokter dan Bidan. Pasien lahir cukup bulan dengan BB 2100 gram dan PB 43 cm.
paesalinan anak kedua memiliki riwayat BBLR.
Riwayat Persalinan Sekarang
Persalinan berlangsung spontan, dengan air ketuban warna putih keruh dan
cair hingga bayi ini lahir dengan berat 2100 gram dan panjang badan 43 cm.
Riwayat Kelahiran yang Lalu: (-)
Pasien merupakan anak ketiga. Persalinan anak peertama normal dan
paesalinan anak kedua memiliki riwayat BBLR.
Resume Persalinan
Usia kehamilan : 34-36 minggu
Letak bayi : Presentasi kepala
Ketuban pecah : Saat pembukaan lengkap
Warna air ketuban : putih keruh
Jenis persalinan : Spontan
Apgar Score : bayi merah dan langsung menangis kuat
Apgar Score :
APGAR MENIT KE 1 MENIT KE 5
Appearance (Warna Kulit) 2 2
Pulse (Laju Jantung) 2 2
Grimace (Refleks) - 2
Activity (Tonus Otot) 2 2
Respiration (Usaha Nafas) 2 2
Total 8 10
2
TOTAL 13
TOTAL 16
3
Kesimpulan klasifikasi bayi meurut Lubchenco : Bayi kurang bulan (BKB) Sesuai
untuk Masa Kehamilan
4
Telinga : othorea (-/-)
Mulut : anemis (-/-), sianosis(-/-).
Leher
Bentuk Normal
Thorax
Inspeksi : pergerakan dada simetris, retraksi ( - )
Palpasi : Ictus Cordis teraba
Perkusi : sonor. Batas jantung normal.
Auskultasi : wheezing (-/-), ronki (-/-), bunyi jantung I & II normal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, simetris, datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : tympani (+)
Palpasi : nyeri tekan ( - ), organomegali ( - ).
Ekstremitas
akral hangat, CRT <2 detik
1.5 Diagnosis
Bayi Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan (BBLR)
1.6 Penatalaksanaan:
1. O2 0,5 – 2 L/i
2. IVFD D5% 6 TPM
3. Cefotaxime 2 x 100 mg IV
4. Gentamicin 2 x 6 mg IV
1.7 Anjuran
1. bersihkan tali pusat pagi dan sore
2. hangatkan bayi dalam inkubator
1.7 Prognosa
Dubia ad bonam
5
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
2. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
6
a. Faktor ibu
1) Penyakit kehamilan
2) Ibu
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. Aktivitas fisik yang
berlebihan menyebabkan penurunan daya tahan dan menambah
kerentanan pada bayi. Bayi yang tak di inginkan.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
7
4. komplikasi
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang
banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum
stabil (Surasmi, dkk., 2002).
a. termoregulasi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya
lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan
panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,
ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi
panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.
b. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
c. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
8
d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam
lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya
cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya
resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang
tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
e. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
f. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar
gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi
juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon
bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi
paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan
glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat
menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu
timbulnya hipoglikemi.
9
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik
maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008;
Pillitteri, 2003) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti
ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan,
diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika
mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi
oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian
oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan
proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan
metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu
suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori
minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam
kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984)
suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
10
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
Pemancar pemanas
Ruangan yang hangat
Inkubator
c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan
penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
antara lain :
Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan.
11
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%
pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting
untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress
dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan
bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi
oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang,
nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi
prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang
dapat mempengaruhi pernafasan.
12
f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas,
minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan
lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih
banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik
dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi
akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi
penggunaan energi oleh bayi.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam
unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan
volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan
stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara
dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau
bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan
rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena
selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut
punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
13
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya
memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di
unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya.
Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi
bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi
memerlukan dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi
krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua
untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini
dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit
antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan
percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat diberikan
perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang tua mengenai
kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya
memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat
informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.
14
BAB III
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik Antropometri
BB lahir < 2500 gram Berat badan lahir : 2100 gram
Tanda prematuritas (bila bayi Panjang badan lahir : 43 cm
kurang bulan) Lingkar kepala: 29 cm
Tanda bayi cukup bulan atau Lingkar dada : 28 cm
lebih bulan (bila bayi kecil Symphysis kaki : 28 cm
untuk masa kehamilan) Apgar Score
Pemeriksaan Penunjang 1 Menit : 9
Pemeriksaan skor Ballard 5 Menit : 10
Tes kocok (shake test) untuk
bayi kurang bulan
Bayi sempat mengalami asfiksia dan
Darah rutin dan glukosa darah hiperbilirubin
Bila perlu dan bila ada fasilitas
dapat diperiksakan elektrolit Pemeriksaan fisik lain dalam
dan analisa gas darah batas normal.
Foto rongten dada untuk bayi
15
baru lahir yang kurang bulan
dengan gangguan napas
USG kepala terutama pada bayi
dengan umur kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 3 hari dan
dilanjutkan sesuai hasil yang didapat
(Pudjiadi & al, 2009)
DIAGNOSIS
Klasifikasi bayi berdasar berat lahir : Bayi kurang bulan – sesuai masa
- Normal : 2500-4000 gram kehamilan (BBLR)
- Bayi berat lahir rendah : 1500-
2499 gram
- Bayi berat lahir sangat rendah :
1000-1499 gram
- Extreme low birth weight :
<1000 gram
Klasifikasi bayi berdasarkan masa
gestasi :
- Bayi kurang bulan : Bayi
dilahirkan dengan masa gestasi <
37 minggu
- Bayi cukup bulan : Bayi
dilahirkan dengan masa gestasi
37-42 minggu
- Bayi lebih bulan : Bayi
dilahirkan dengan masa gestasi
> 42 minggu
Klasifikasi bayi menurut grafik
Lubchenco :
- Bayi Kecil untuk Masa
16
Kehamilan : Bayi dilahirkan
dengan berat lahir <10 persentil
menurut grafik Lubchenco
- Bayi Besar untuk Masa
Kehamilan : Bayi dilahirkan
dengan berat lahir >10 persentil
menurut grafik Lubchenco
PB (cm)3
PENATALAKSANAAN
18
denyut jantung dan pernapasan; hal ini
bisa dilakukan dengan inkubator dan
mempertahankan suhu tubuh bayi di
kisaran 36,5-370C dan kelembaban 40-
60%
(2) Terapi oksigen ; Pemberian
oksigen haruslah diseimbangkan antara
mencegah resiko hipoksia dan
insufisiensi sirkulatorik dengan resiko
hiperoksia pada mata dan paru-paru.
Oksigen haruslah diberikan melalui
masker, nasal kanul, CPAP, atau ETT
untuk mempertahankan kestabilan
konsentrasi oksigen. Konsentrasinya
sendiri diatur berdasar tekanan oksigen
dari darah arteri (Pao2) atau metode
non invasif seperti continuous pulse
oximetry. Analisa gas darah kapiler
tidak cukup untuk memperkirakan
leveloksigen arteri
(3) Perhatian khusus kepada cara
pemberian makan serta penanganan
terhadap resiko infeksi ;
- Slang OGT diberikan karena
refleks menghisap dan menelan
yang belum sempurna
- Ampicillin 50mg/kgbb/hari dan
gentamicin dosis mulai 5
mg/kgBB/hari
- Pemberian ASI diberikan setelah
dipastikan tidak ada
kontaraindikasi, dan dipastikan
19
lewat bising usus. Pada bayi dengan
berat 1500 gram ke atas, dimulai
pada 20-25 mL/kg/24 jam dan
diberikan secara bolus tiap 3 jam.
Volume tidak boleh melebihi 20
mL/kg/24 jam.
Pada beberapa bayi dapat
mengalami periode apneu yang cukup
lama yang bisa menyebabkan sianosis
sentral atau frekuensi jantung
<80x/menit. Untuk bayi sangat kecil
serangan apneu bisa menetap bahkan
setelah pertolongan awal telah
dilakukan (rangsangan pernafasan
manual, resusitasi dengan balon
sungkup) dan infeksi berat telah
teratasi, jika teofilin tidak tersedia atau
pemberian oral belum memungkinkan,
bisa diberikan Aminofilin dosis awal 6
mg/kg IV diteruskan 2 mg/kg IV tiap 8
jam selama 7 hari.
Tidak ada keraguan pemberian
terapi dextrose intravena jika
ditemukan kadar glukosa rendah pada
bayi. Bolus glukosa 10% IV 200
mg/kg (2 ml/kg) efektif untuk
menaikkan kadar glukosa darah. Pasca
terapi pertama harus diberikan infus
glukosa 8 mg/kg/menit. Jika
hipoglikemia terjadi lagi, kecepatan
infus harus ditambah lagi
menggunakann glukosa 15-20%
20
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien by. M berjenis kelamin perempuan, lahir di RS Anutapura pada
tanggal 21 desember 2015 dengan persalinan spontan pervaginam dengan masa
kehamilan 32-36 minggu, dan sesuai masa kehamilan. Berat badan lahir rendah
yaitu 2100 gram dan panjang badan 43 cm, dengan apgar score menit ke satu
adalah 8 dan menit kelima adalah 10. Selama perawatan, ditemukan fisik bayi
sesuai dengan teori bayi kurang bulan dan sesuai masa kehamilan, serta sempat
21
ditemukan keadaan asfiksia dan hiperbilirubin dan menjalani penatalaksanaan
sesuai teori.
Secara umum, mulai dari anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,
penegakan diagnosis danpenatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori
yag didapatkan dari literatur yang ada. Prognosis pada pasien ini berdasarkan
perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang telah didapatkannya adalah dubia
ad bonam.
22