Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi
memiliki kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat
beberapa struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan,
pergeseran ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena ataupun
peristiwa yang menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas
ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu Negara.

Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun tidak


disengaja. Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas
perilaku manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang
berada pada suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak tanpa mengolah
dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak disengaja merupakan
bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat perubahan,
pergeseran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami,
hingga gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap
penekanan angka mortalitas. Terutama peristiwa gunung meletus yang telah
terjadi di Indonesia seperti peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung
hingga Krakatau yang telah menyebabkan perubahan iklim global dan
menyebabkan gelapnya dunia kurun waktu 2 setengah hari akibat tertutupnya
atmosfir oleh debu vulkanik.

Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu


Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng pasifik. Sewaktu-
waktu lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi.
Akibatnya, tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami
seperti yang terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia,
Indonesia juga merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik)
yang meupakan rangkaian jalur gunung api aktif.

1
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan
tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana
seharusnya mempersiakan diri menghadapi musibah dan bencana alam
sebagai upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Gunung Berapi dan Bencana Sosial ?


2. Bagaimana Karakteristik Bencana Gunung Berapi dan Bencana Sosial ?
3. Bagaimana Dampak Gunung Berapi, Bencana Sosial dan Penyakit yang
Terjadi Pada Pasca Bencana ?
4. Bagaimana Standar Operasional Prosedur Penanganan Bencana Gunung
Berapi, Bencana Sosial ?
5. Bagaimana Skill yang Harus Dimiliki Dalam Penanganan Bencana
Gunung Berapi dan Bencana Sosial ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Konsep Gunung Berapi dan Bencana Sosial


2. Untuk Mengetahui Karakteristik Bencana Gunung Berapi dan Bencana
Sosial
3. Untuk Mengetahui Dampak Gunung Berapi, Bencana Sosial dan Penyakit
yang Terjadi Pada Pasca Bencana
4. Untuk Mengetahui Standar Operasional Prosedur Penanganan Bencana
Gunung Berapi, Bencana Sosial
5. Untuk Mengetahui Skill yang Harus Dimiliki Dalam Penanganan Bencana
Gunung Berapi dan Bencana Sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Gunung Berapi dan Bencana Sosial

2.1.1 Definisi Gunung Berapi

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud
cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil
akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Gunung api adalah
lubang kepundan atau rekahan dalam bentuk kerak bumi tempat keluarnya
cairam magma atau gas cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang
dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.

Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai
fenomena pembentukan ice volcanoes atau gung api es dan mud volcanoes
atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang
mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita
lihat di daerah kuwu, grobogan, jawa tengah yang populer sebagai bleduk
kuwu. Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi
yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur
Cincin Api Pasific (Pasific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik
merupakan garis bergesernya antara dua lempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa


hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif,
istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun
gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah
menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya
daripada suatu gunung berapi itu, apakah berapi itu berda dalam keadaan
istirahat atau telah mati.

3
2.1.2 Bencana Gunung Berapi

Letusan gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di


permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat
muculnya batuan lelehan (magma) / rempah lepa / gas yang berasal dari
bagian dalam bumi. Letusan gunung api, merupakan bagian dari aktivitas
vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan
gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan
dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan
dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material
sekitarnya di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1,000 oC. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700 – 1.200
o
C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur
sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh radius 90 km.

Bencana yang ditimbulkan oleh gunung berapi adalah letusan


gunung berapi atau erupsi, karena saat terjadi erupsi gunung berapi tersebut
mengeluarkan lava panas, awan panas atau dikenal dengan wedus gembel,
gas beracun dan lahar dingin.

Akibat letusan gunung berapi ; Bahaya utama (primer), bahasa


langsung akibat letusan gunung api. Jenis bahaya tersebut adalah awan
panas (piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, leleran lava
(lava flow) dan gas beracun. Dan kedua bahaya ikutan (sekunder), bahaya
akibat terjadi penumpukan material di puncak dan lereng bagian atas. Pada
saat musim hujan terbawa oleh air hujan dan tercipta lumpur turun ke
lembah sebagai banjir (lahar).

2.1.3 Sebab - Sebab Terjadinya Bencana Gunung Berapi

a. Pada batas lempeng terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat
tinggi, sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan
cairan pjar (magma).

4
b. Kegiatan gunung berapi menyebabkan cona kegempaan aktif di
sekitarnya.
c. Erupsi gunung berapi yang memuntahkan lava dan awan panas hingga
mencapai suhu di atas 1000 oC.
d. Lahar yang tertampung di kantong-kantong sekitar kawah gunung, jika
terjadi hujan akan menyebabkan banjir lahar dingin.

2.1.4 Definisi Bencana Sosial

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah


peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.

Dan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.
Bencana sosial merupakan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia
(man made disasters) antara lain karena jurang perbedaan ekonomi,
perbedaan paham politik di antara masyarakat , diskriminasi, ketidakadilan,
kelalaian, ketidaktahuan, maupun sempitnya wawasan dari sekelompok
masyarakat.

Guna menghindari kerugian yang lebih besar dan mencegah agar


masalah yang sama tidak terjadi lagi, maka penanganan terhadap korban
bencana sosial perlu mendapat perhatian khusus dan menyeluruh.
Penanganan bencana sosial perlu dilakukan secara profesional sistemik dan
berkelanjutan dengan sebanyak mungkin melibatkan partisipasi masyarakat.
Proses tersebut mencakup berbagai kegiatan pada tataran hulu berupa
pencegahan dan kesiapsiagaan untuk menghindari dan memperkecil
kemungkinan terjadinya masalah, serta berbagai kegiatan pada tataran hilir

5
berupa rehabilitasi dan rekonstruksi sosial bagi dampak-dampak yang
ditimbulkannya.
Berbagai konflik dan kerusuhan sosial beberapa tahun terakhir masih
sering terjadi, khususnya konflik sosial horizontal antar penduduk , kokflik
antar kelompok Gank. Hal ini merupakan ancaman serius bagi keutuhan
daerah , disamping itu yang termasuk dalam ruang lingkup bencana sosial
adalah kebakaran rumah, orang terlantar, orang terdampar akibat kecelakaan
perahu. Dampak nyata dari persoalan ini adalah terjadinya kerugian yang
besar mulai dari harta benda, nyawa manusia, serta kerusakan tatanan dan
pranata sosial.
Kemiskinan, kekerasan dan ketiadakadilan struktural tumbuh dan
merajalela di setiap belahan bumi. De facto tidak satupun negara di dunia ini
yang bebas dari ketiga jenis bencana sosial tersebut. Kerusuhan sosial dan
gerakan buruh yang diiringi demonstrasi masif mahasiswa Le Sorbonne
yang sempat melumpuhkan 35 kota di Prancis, “konflik minyak” yang
diiringi rangkaian ledakan bom di Iraq dan ketidakstabilan “pemerintahan
demokratis” bentukan Amerika, kekerasan dan “diplomasi abadi” di Tanah
Suci antara Israel dan Palestina bersamaan dengan ancaman pemotongan
dana bantuan untuk para pejuang Palestina, hingga perlawanan oposisi yang
memecahkan kebekuan negeri atap dunia Nepal dengan tuntutan mundur
Raja Gyanendra sampai pergerakan sekitar 3.000 kaum “Mujahidin
Afghani” dan alumninya di Indonesia yang sempat menimbulkan “teror
massa” adalah gambaran riil atas bencana sosial itu sendiri.
Dikatakan sebagai bencana sosial sebab ketiganya timbul sebagai
akibat dialektika tesis – antitesis – sintesis dalam perspektif perkembangan
[juga kemunduran] peradaban manusia. Peradaban dimaksud adalah aneka
produk dari setiap jenis tindakan, kebijakan maupun intervensi yang
dilakukan oleh tiga pilar utama penyangga tata dunia saat ini yaitu pilar
politik [negara], pilar ekonomi [pasar] dan pilar sosial [masyarakat sipil]
berikut perubahan sosial yang menyertainya sebagai konsekuensi langsung-
logis atas tindakan, kebijakan serta intervensi itu sendiri.

6
Bencana sosial tersebut juga bersifat masif - destruktif dan
struktural-kultural. Masif karena terjadi di hampir setiap titik dalam peta
geo-politik bumi dan destruktif karena menelan korban umat manusia dalam
kuantitas yang signifikan bahkan mampu melumpuhkan kemampuan
survival manusia. Bersifat struktural-kultural oleh karena “dalang” bencana
sosial ini melibatkan para pemegang otoritas formal-legal yang memang
memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk menentukan masa depan serta
nasib sebagian atau hampir seluruh warga bumi. Minimal nasib dan masa
depan warga sebuah negara. Sedangkan aspek kultural bencana sosial
dimaksud dapat terlihat dari nilai-nilai dasar, ideologi atau paham yang
menjadi landasan pada setiap jenis tindakan, kebijakan maupun intervensi
yang dilakukan.

2.4.5 Contoh Bencana Sosial


1. Konflik sosial
Kasus fenomena bencana sosial terakhir adalah konflik sosial. Tak
dapat dipungkiri, kemajemukan bangsa yang memiliki ragam etnis
dengan bahasa dan budaya yang berbeda-beda pula menjadi pemicu
utama ketegangan-ketegangan sosial. Bila tak dapat diredam dan dikelola
dengan semangat kebhinekaan, maka bencana sosial berwujud konflik
pun tak dapat dielak. Perbedaan kepercayaan, perbedaan tingkat
kesejahteraan, bahkan hingga perbedaan warna kulit dan ras yang
mencolok pun akan dimanfaatkan oleh pihak-oihak provokator sebagai
api ganas konflik dan kerusuhan. Belakangan, perbedaan nilai politik dan
warna partai dalam nuansa demokrasi negeri ini pun mampu menjadi
penyulut ekstrim kekacauan bangsa. (IJL) seperti konflik antar suku,teror
,dan Tawuran

2. Kebakaran gedung dan pemukiman


Satu fenomena yang amat sering terjadi di Indonesia adalah
bencana kebakaran gedung dan pemukiman. Utamanya terjadi di musim
kemarau. Ketika udara, dan tanah berada dalam kondisi yang panas
kerontang. Sedikit percikan api akan memicu kobaran besar yang akan

7
berentet pada gedung dan pemukiman. Kecerobohan manusia biasanya
menjadi penyebab utamanya bencana kebakaran gedung dan pemukiman.
Kecerobohan membangun gedung atau perumahan yang tidak mengikuti
standar keamanan bangunan yang berlaku, korsleting listrik, kompor
meledak, api lilin yang menyambar benda mudah terbakar, menjadi
penyebab utama fenomena bencana kebakaran gedung dan pemukiman.
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Surabaya, Medan, Semarang,
Bandung dan sekitarnya sangat rawan terjadi kebakaran karena
kepadatan penduduknya yang amat masif.

3. Kegagalan teknologi
Fenomena selanjutnya dari bencana sosial yang sering melanda
negeri ini adalah kegagalan teknologi. Kasus nyatanya adalah bagaimana
kegagalan pengaplikasian teknologi pengeboran tanah mengakibatkan
lebih dari 25.000 jiwa mengungsi, tak kurang 10.426 unit rumah
terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur sejak tahun
2006 hingga kini. Selain itu, gagalnya teknologi dapat menimbulkan
kebakaran, pencemaran bahan kimia berbahaya atau bahan radioaktif,
kecelakaan industri, atau kecelakaan transportasi yang akan
menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda.

4. Epidemi dan wabah penyakit


Kondisi demografis penduduk bangsa ini yang padat dan sebagian
besar berada dalam garis kemiskinan menjadikan ancaman epidemi dan
wabah penyakit semakin nyata mengancam. Kebiasaan sebagian
masyarakat yang kerap kali tak bisa menjaga pola hidup sehat dan
higienis pun menjadi jawaban mengapa banyak masyarakat terutama
masyarakat marjinal yang terkena wabah penyakit. Kejadian demam
berdarah, malaria, diare, gizi buruk, hingga penyakit global macam flu
burung pernah menjadi catatan buruk di Indonesia.

8
2.2 Karakteristik Bencana Gunung Berapi dan Bencana Sosial

2.2.1 Karakteristik Bencana Gunung Berapi

Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa


tanda, antara lain :

 Suhu di sekitar gunung naik.


 Mata air menjadi kering
 Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
 Tumbuhan di sekitar gunung layu
 Binatang di sekitar gunung bermigrasi, kelihatan gelisah

Status Kegiatan Gunung Api :

 Aktif-Normal (level 1), kegiatan gunungapi baik secara visual, maupun


dengan instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan
 Waspada (level 2), berdasarkan hasil pengamatan visual dan
instrumentasi mulai terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya
jumlah gempa vulkanik, suhu kawah (solfatara/fumarola) meningkat dari
nilai normal
 Siaga (level 3), kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual
dan seismik berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya
 Awas (level 4), semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera
menjelang. Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi.

2.2.2 Karakteristik Bencana Sosial


Berikut ini ialah merupakan ciri-ciri konflik sosial :

1. Setidaknya ada dua pihak secara perorangan maupun kelompok yang


terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan
2. Setidaknya tidak timbul suatu pertentangan antara dua pihak secara
perorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan
peran dan ambigius atau adanya nilai atau norma yang bertentangan

9
3. Timbulnya interaksi yang sering ditandai dengan gejala perilaku yang
dimana hal ini direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi dan
menekan pada pihak lain agar mendapatkan keuntungan seperti status,
jabatan, tanggungjawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik
maupun sosio prikologi
4. Timbulnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat dari
pertentangan yang berlarut
5. Timbulnya ketidaksimbangan akibat usaha masing-masing pihak yang
berkaitan dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan,
kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan lain-lain

2.3 Dampak Gunung Berapi, Bencana Sosial dan Penyakit yang Terjadi Pada
Pasca Bencana

2.3.1 Dampak yang Diakibatkan Oleh Bencana Gunung Berapi

Dampak negative akibat aktifitas gunung berapi ini sering disebut


bencana gunung berapi. Wilayah bencana dapat mencapai hingga radius
jangkauan lava dan abu vulkanik yang dikenal dengan wedus gembel hingga
mencapai jarak 18 km. Akibat negative lainnya dari letusan gunung berapi
adalah gempa vulkanik. Gempa vulkanik yang ditimbulkan gunung berapi di
dasar laut dapat mengakibatkan terjadinya tsunami.

Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus :

a. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung


bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas
Hidrogen Sulfide atau H2S, Nitrogen Dioksida serta beberapa partikel
debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
b. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak pemukiman warga
c. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak
terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam

10
d. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya saja ISPA

Tapi dibalik peristiwa letusan gunung berapi terdapat dampak


positifnya, yaitu :

a. Kesuburan tanah dan banyak bahan tambang

Aliran lava menghasilkan banyak material isi perut bumi yang


keluar saat terjadinya letusan gunung. Material itu bisa berbentuk pasir,
silika, lava, kristal dan lain sebagainya yang dimuntahkan dari dalam
perut bumi dalam jumlah besar. Kristal bisa dimanfaatkan untuk
membuat perhiasan dan pajangan rumah tangga. Silika bisa dimanfaatkan
untuk membuat kaca dan material lainnya bisa dikembangkan untuk
menggerakkan ekonomi.

b. Cuaca berubah

Para ilmuwan telah lama menyelidiki bahwa ledakan besar gunung


berapi bisa mempengaruhi cuaca global dengan cara memuntahkan
partikel-partikel ke udara bebas yang dapat menghalangi energy panas
matahari dan dapat mendinginkan suhu udara.

c. Obyek wisata yang indah

Sisa-sisa letusan gunung dapat berubah menjadi obyek wisata yang


indah dan mempesona, membentuk danau kawah dan sumber air panas.

d. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan


tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem
yang baru.

2.3.2 Dampak yang Diakibatkan Oleh Bencana Sosial

Sedangkan dampak negatif suatu konflik adalah sebagai berikut:

1. Memicu rusaknya hubungan antar individu dan kelompok.


2. Memakan korban berupa kerusakan harta benda dan nyawa manusia.

11
3. Berubahnya kepribadian para individu yang terlibat, baik yang mengarah
pada hal-hal positif maupun negatif.
4. Menimbulkan dominasi dari kelompok yang menang atas kelompok yang
kalah.
5. Rusaknya hubungan antarindividu dan kelompok.
6. Memakan korban berupa kerusakan harta benda dan nyawa manusia.
7. Berubahnya kepribadian para individu yang terlibat.
8. Menimbulkan dominasi dari kelompok yang menang atas kelompok yang
kalah

2.3.3 Penyakit yang Terjadi Pada Pasca Bencana

Akibat letusan gunung berapi perlu diwaspadai dampak umum yang


terjadi yaitu dampak akibat debu dan gas yang beracun yang membahayakan.
Seperti debu yang mengakibatkan gangguan pernafasan dan iritasi mata.

Penyakit yang bisa terjadi akibat pasca bencana :

1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)


2. Pneumonia, bronkitis dan infeksi saluran napas bawah lainnya
3. Iritasi mata dalam bentuk radang, alergi
4. Iritasi kulit, infeksi dan alergi
5. Gangguan saluran cerna akan dapat terjadi kalau polutan udara akibat
letusan mencemari air, tanaman dan bahan pangan lainnya
6. Perburukan dari penyakit kronik baik karena daya tahan tubuh yang
turun maupun stress atau lalai makan obat

2.4 Standar Operasional Prosedur Penanganan Bencana Gunung Berapi,


Bencana Sosial

2.4.1 Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia

STATUS MAKNA TINDAKAN

AWAS  Menandakan gunung berapi  Wilayah yang terancam


yang segera atau sedang bahaya

12
meletus atau ada keadaan direkomendasikan
kritis yang menimbulkan untuk dikosongkan
bencana  Koordinasi dilakukan
 Letusan pembukaan dimulai secara harian
dengan abu dan asap  Piket penuh
 Letusan berpeluang terjadi
dalam waktu 24 jam
SIAGA  Menandakan gunung berapi  Sosialisasi di wilayah
yang sedang bergerak ke terancam
arah letusan atau  Penyiapan sarana
menimbulkan bencana darurat
 Peningkatan intensif  Koordinasi harian
kegiatan seismik  Piket penuh
 Semua data menunjukkan
bahwa aktivitas dapat
segera berlanjut ke letusan
atau menuju pada keadaan
yang dapat menimbulkan
bencana
 Jika tren peningkatan
berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2
minggu
WASPADA  Ada aktivitas apa pun  Penyuluhan/ sosialisasi
bentuknya  Penilaian bahaya
 Terdapat kenaikan aktivitas  Pengecekan sarana
di atas level normal  Pelaksanaan piket
 Peningkatan aktivitas terbatas
seismik dan kejadian
vulkanis lainnya
 Sedikit perubahan aktivitas

13
yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, tektonik
dan hidrotermal
NORMAL  Tidak ada gejala aktivitas  Pengamatan rutin
tekanan magma  Survei dan
 Level aktivitas dasar penyelidikan

2.4.2 Penanganan Bencana Gunung Berapi

A. Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi


1. Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman
untuk mengungsi.
2. Membuat perencanaan penanganan bencana.
3. Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
4. Mempersiapkan kebutuhan dasar

B. Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi


 Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan
daerah aliran lahar.
 Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
 Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
 Jangan memakai lensa kontak.
 Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
 Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.

C. Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi


a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
b. Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan

14
c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab
bisa merusak mesin

D. Mitigasi Bencana Gunung Berapi


Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat
letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
 Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam
menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil
pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio
komunikasi SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi
menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
 Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika
terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi, antara lain mengevaluasi
laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat, mengirimkan tim
ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
 Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat
menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan
bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos
penanggulangan bencana.
 Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam
bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
 Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah
serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.
Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda
dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.

15
2.4.3 SOP Penanganan Bencana sosial

Dalam pelaksanaan penanganan Bencana sosial melalui manajemen


konflik khususnya konflik horizontal antar suku bangsa, terbagi kedalam
tiga tahap yakni :
1. Tahap pendeteksian gejala-gejala
Permasalahan sosial yang rentan menimbulkan konflik antar suku
bangsa / deteksi semua perbedaan-perbedaan kepentingan antar individu,
kelompok sosial (suku bangsa) yang muncul di permukaan.Petugas
Polmas atau Bhabinkamtibmas berupaya dapat memetakan perbedaan
kesukuan yang ada di wilayahnya dan berusaha mengenal semua tokoh-
toko hadat yang ada. Termasuk mengidentifisi semua norma-norma adat
yang berlaku dan dianut semua masyarakat. Melalui operasi intelijen
dengan didukung semua fungsi dan Polsek jajaran berupaya untk
mengurangi kemajemukan antar suku bangsa yang cenderung
mengelompok dan rawan munculnya fanatisme sempit kesukuan /
primodialisme. Kegiatan penggalangan dapat dilaksanakan melalui
pengaktifan wadah-wadah sarana berkumpul masyarakat baik formal
maupun nin formal yang tidak berdasarkan kesukuan.

2. Tahap kedua
Mengoptimalkan peran bapulbaket dan petugas Polmas /
Babhinkamtibmas untuk menyelesaikan permasalahan yang rawan
konflik di tingkat lokal ( RT / RW / Desa ) dengan meberdayakan BKPM
dan mengikut sertakan tokoh-tokoh masyarakat.

3. Tahap ketiga
Ketika konflik muncul secara terbuka dan agar tidak berkembang
ke hal yang lebih luas , harus segera dilaksanakan penanganannya dengan
menggunakan metode resolusi konflik. Penyelesaian diupayakan tidak
melalui jalur pengadilan.

4. Tahap keempat

16
Merupakan tahap pasca konflik yang harus tetap waspada dan tetap
optimal agar konflik tidak mudah berkembang dan muncul lagi dalam
eskalasi yang lebih besar. Untuk personil yang sudah disetting
diupayakan jangan ditarik terlebih dahulu, antisipasi konflik-konflik
baru.

2.5 Skill yang Harus Dimiliki Dalam Penanganan Bencana Gunung Berapi
dan Bencana Sosial

2.5.1 Skill Dalam Penanganan Bencana Gunung Berapi

Skill atau keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan


terutama bidang keperawatan yaitu.
1. Memiliki sertifikat pelatihan BTCLS
BTCLS (basic trauma cardiac life Support) adalah pelatihan
tindakan untuk memberikan pertolongan pertama pada korban bencana
atau gawat darurat guna mencegah kematian atau kerusakan organ
sehingga produktifitasnya dapat dipertanhankan. Pelatihan ini berfungsi
sebagai bekal perawat untuk menangani pasien dengan kondisi
kegawatdaruratan trauma dan kardiovaskuler.
2. Rapid health Assessment in disaster
Rapid health Assessment in disaster adalah kegiatan
pengumpulan data dan informasi dengan tujuan menilai kerusakan dan
mengidentifikasi kebutuhan dasar sebagai respon kejadian bencana.

3. SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)


SPGDT (System Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
diperlukan untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana dan
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiap-siagaan dan
penanggulangan bencana. System ini sebagai system penanggulangan
terdiri dari unsur pra RS, RS dan antar RS yang berpedoman pada
respon cepat yang menekankan life saving is life and limb saving dapat
melibatkan masyarakat, petugas medis, pelayanan ambulan gawat

17
darurat, dan komunikasi.

2.5.2 Skill Dalam Penanganan Bencana Sosial


1. Menjunjung Tinggi Rasa Saling Menghormati
Konflik antar ras biasanya disebabkan oleh hilangnya rasa saling
menghormati diranah publik. Ras yang satu merasa memiliki posisi lebih
tinggi dibandingkan dengan ras lainnya juga terjadi dalam penyebab
palestina dan israel berperang . Sehingga menganggap diri mereka
superior dibandingkan dengan yang lain. Tetunya ini merupakan nilai
yang salah kaprah dan pastinya menjadi pemicu utama sehingga
kemudian memunculkan sikap diskriminasi, rasisme dan yang paling
parah adalah berujung pada aksi genosida. Pada faktanya banyak sudah
konflik antar ras yang berujung pada pemusnahan suatu ras atau etnik.
Konflik ini pada dasarnya di sebabkan oleh hilangnya atau terkikisnya
sikap saling menghormati antara satu sama lain. Sikap inilah yang
harusnya diranamkan sebagai dasar dan pandangan. Dimana bahwa
setiap ras atau etnik yang hidup diatas bumi memiliki hak yang sama.
Serta layak mendapat penghormatan dan sejajar dengan ras yang lainnya.
Rasanya memang tidak mudah bagaimana memberikan kesadaran setiap
orang bahwa pemecah dan solusi yang tepat dari berbagai konflik antar
ras lahir dari sikap saling menghormati.

2. Menghargai Perbedaan
Mengatasi konflik antar ras yang kedua dapat dilakukan dengan
cara saling menghargai perbedaan. Dalam penciptaannya manusia sudah
pasti diciptakan berbeda sesuai dengan lingkungan dimana dia tinggal
sebagai dampak konflik agama . Misalnya orang eropa atau ras kulit
putih cenderung memiliki kulit putih sebab sesuai dengan kondisi mereka
yang mendapati 4 musim, dimana mereka hanya mendapatkan cahaya
matahari selama 3 bulan. Sedangjan ras negroid memiliki warna kulit
yang hitam legam sebab mereka berasal dari dataran Afrika dengan
kondisi alam yang amat ekstrim sehingga pastinya menyesuaikan dengan
kondisi bentang akam disana.

18
3. Meningkatkan Kesadaran Pribadi
Banyak orang yang tidak memiliki edukasi mengenai bagaimana
membentuk kesadaran diri pribadi sebagi ciri-ciri demokrasi terpimpin .
Mereka cenderung mengedepankan sikap egoisme yang pada akhir ya
saling berbenturan dan menimbulkan konflik. Begitupula dengan konflik
antar ras yang marak terjadi. Kesadaran pribadi yang harusnya menjadi
dasar yang dipegang setiap.individu seperti sirna. Hanya karena melihat
diri anda dan warna kulit mereka berbeda dari anda.

4. Tidak Membudayakan Membulli berdasarkan Perbedaan Ras


Perkembangan teknologi dan era digital yang begitu membumi.
Membuat seseorang dengan mudahnya membuli seseorang
sebagai dampak negatif konflik . Hanya melalui kolom komentar mereka
bisa dengan keji menuliskan hinaan yang bahkan cenderung mengarah
kepada perbuatan rasisme. Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu
saja. Sebab, membully akan menjadi sebuah budaya dimasyarakat jika
kebiasaan ini tidak segera di tanggulangi. Fakta yang mencegangkan
banyak kasus rasisme yang berawal dari komen dan bulian di media
sosial.

5. Menanamkan Pandangan Bahwa Semua Manusia adalah Sama


Pada dasarnya jika dinilai secara penampakan dan fenotif pastinya
setiap manusia memiliki perbedaan sekaligus keunikam masing-masing.
Tentunya kita tidak bisa menghapus hal ini sebagai salah satu penyebab
konflik antar golongan . Sebab secara kodrati manusia memang di
ciptakan secara berbeda dan dengan karakteristik yang berbeda pula.
Namun, pandangan ini selayaknya harus disikapi dengan sikap yang
bijaksana. Bukankan kita diajarkan untuk selalu memandang seseorang
sebagai satu kesatuan yang sama.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Letusan gunung api adalah bentuk timbunan (kerucut dan lainnya) di


permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah letusan, atau tempat
muculnya batuan lelehan (magma) / rempah lepa / gas yang berasal dari
bagian dalam bumi. Bencana yang ditimbulkan oleh gunung berapi adalah
letusan gunung berapi atau erupsi, karena saat terjadi erupsi gunung berapi
tersebut mengeluarkan lava panas, awan panas atau dikenal dengan wedus
gembel, gas beracun dan lahar dingin. Penyakit pasca bencana gunung berapi
bisa terjadi seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), pneumonia,
bronkitis, Iritasi mata dalam bentuk radang, alergi, ritasi kulit.

Sedangkan bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh


peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan
teror.

3.2 Saran

Setelah membaca dan memahami makalah diatas, diharapkan kita


sebagai perawat dapat mengetahui konsep bencana gunung berapi dan
bencana sosial, dan mengetahui skill apa saja yang harus dimiliki dalam
penanganan bencana gunung berapi dan bencana sosial.

20

Anda mungkin juga menyukai