Anda di halaman 1dari 31

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG ) ....................................................... 3
B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG ) .............................................................. 3
C. Sistem Konduksi Jantung ............................................................................. 4
D. Teknik monitoring EKG .............................................................................. 4
E. Karakteristik dan parameter - parameter dalam Elektrokardiogram ............ 5
F. SISTEM KONDUKSI JANTUNG .............................................................. 6
G. ELEKTROFISIOLOGI SEL OTOT JANTUNG ......................................... 7
H. ELEKTROKARDIOGRAM ........................................................................ 8
I. Pengenalan Gelombang................................................................................ 9
1. Gelombang P ................................................................................................ 9
J. Pembacaan Dasar (Interpretasi Dasar) Terdiri Atas: ................................. 10
K. INDIKASI PENGGUNAAN EKG ............................................................ 13
L. PROSEDUR ............................................................................................... 14
M. Teknik Pemasangan EKG....................................................................... 16
N. Masalah-masalah jantung yang didiagnosis dengan EKG ......................... 17
O. Prosedur EKG ............................................................................................ 18
P. Membaca Hasil EKG (Elektrokardiografi) ................................................ 19
1. IRAMA JANTUNG ............................................................................... 19
2. FREKUENSI JANTUNG....................................................................... 20
3. AKSIS .................................................................................................... 22
4. Gelombang P .......................................................................................... 25
5. PR Interval .............................................................................................. 26
6. Kompleks QRS ....................................................................................... 26
7. Tentukan RVH/LVH .............................................................................. 27
8. ST Segmen ............................................................................................. 27
2

9. Gelombang T .......................................................................................... 27
BAB III. PENUTUP .......................................................................................... 28
A. Kesimpulan ................................................................................................ 28
B. Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29
3

BAB I. ab

A. uu
2

Pada analisis multivarian, didapatkan hubungan yang berrnakna antara


distorsi QRS dengan high-degree AV block dan umumnya terjadi saat
perawatan di rumah sakit. Kesimpulan : Pasien dengan distorsi terminal
komplek QRS pada infark miokard akut inferior yang mendapat terapi
trombolitik mempunyai risiko high-degree AV block selama perawatan di
rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan dengan tanpa distorsi terminal
komplek QRS.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG )
2. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )
3. Interpretasi EKG
4. Sistem Konduksi Jantung
5. Teknik monitoring EKG
6. Karakteristik dan parameter - parameter dalam Elektrokardiogram

C. Tujuan
Agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
elektrokardiogram ( EKG ) dan fungsi alat tersebut serta hal – hal lain yang
berhubungan dengan elektrokardiogram ( EKG ).
3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG )


Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas
listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung
yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini
digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien. Sinyal
EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.
Elektrokardiografi (EKG) adalah pencatatan potensial bioelektrik yang
dipancarkan jantung melalui elektroda-elektroda yang diletakan pada posisi di
permukaan tubuh (Mansjoer, 2007).
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan
potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung (Ruhyanudin,
2007).
Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam peubahan potensial listrik
jantung yang dhubungkan dengan waktu (Ruhyanudin, 2007).
Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang
digunakan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat
detail. Mervin J Goldman mendefinisikan elektrokardiogram (ECG) adalah
grafik yang merekam potensial listrik yang dihasilkan denyutan jantung. EKG
diperoleh dengan menempatkan elektrode pada posisi tertentu (sesuai standar)
pada dada dan ekstremitas.

B. Fungsi Elektrokardiogram ( EKG )


Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :

 Denyut dan irama jantung


 Posisi jantung di dalam rongga dada.
 Penebalan otot jantung (hipertrofi).
4

 Kerusakan bagian jantung.


 Gangguan aliran darah di dalam jantung.
 Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama
jantung

C. Sistem Konduksi Jantung


Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system
sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan
serambi (atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik
memompa. Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-
paru, dan ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem
sirkulasi, fasa ini disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat (tidak
memompa) setelah ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut
diastole. Kontraksi jantung inilah yang mendasari terjadinya serangkaian
peristiwa elektrik dengan koordinasi yang baik. Aktivitas elektrik dalam
keadaan normal berawal dari impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul
SinoAtrial (SA) kemudian melewati serabut otot atrial menuju simpul
AtrioVentrikular (AV) lalu menuju ke berkas His dan terpisah menjadi dua
melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir pada serabut Purkinye yang
mengaktifkan serabut otot ventrikel

D. Teknik monitoring EKG


Saat ini 2 macam teknik monitoring EKG yang sering digunakan yaitu :

1. Teknik monitoring standar ekstremitas (metoda Einthoven) atau


standard limb leads Dalam menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat
monitoring EKG yakni :
a) Lead I dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi

5

b) Lead II dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda


positif dan lengan kanan (RA- right arm) elektroda negatif. Sudut orientasi
60º
c) Lead III dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda
positif dan lengan kiri (LA- left arm) elektroda negatif. Sudut orientasi 120º

2. Teknik monitoring tambahan atau augmented limb leads Dalam


menggunakan teknik ini, dilakukan 3 tempat monitoring EKG yakni :
a) aVL dibentuk dengan membuat lengan kiri (LA-left arm) elektroda
positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut
orientasi -30º
b) aVR dibentuk dengan membuat lengan kanan (RA- right arm) elektroda
positif dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut
orientasi -150º
c) aVF dibentuk dengan membuat kaki kiri (LL-left leg) elektroda positif
dan anggota tubuh lainnya (ekstremitas) elektroda negatif. Sudut orientasi
+90º monitoring EKG prekordial/ dada atau standard chest leads
monitoring EKG

E. Karakteristik dan parameter - parameter dalam Elektrokardiogram


Sinyal EKG terdiri dari gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T
(diperlihatkan pada gambar di bawah ini digunakan untuk mendeteksi kelainan
jantung atau aritmia (arrythmia). Urutan terjadinya sinyal EKG yang dapat
menimbulkan gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T adalah sebagai
berikut :

1. Setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan


depolarisasi spontan pada nodus. Peristiwa ini tidak tampak pada
rekaman EKG
6

2. Gelombang P merekam peristiwa depolarisasi dan kontraksi atrium


(atria contract). Bagian pertama gelombang P menggambarkan
aktivitas atrium kanan; bagian kedua mencerminkan aktivitas
atrium kiri.

Setelah mendapatkan sinyal EKG, denyut jantung (HR- heart rate) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini :

Dengan Interval_RR = Jarak antara gelombang R dengan gelombang R


lainnya yang berdekatan terukur dalam satuan waktu (sekon) HR = Besar
denyut jantung yang dalam satuan beat per minute (BPM)

F. SISTEM KONDUKSI JANTUNG


Konduktor adalah bagian yang memiliki sifat penghantar listrik dan
merupakan jalur listrik jantung mengalir. Menurut Faqih Ruhyanudin (2007),
dalam EKG perlu diketahui tentang system konduksi yang terdiri atas:
1. SA Node (Sino-Atriale Node): Terletak di batas atrium kanan (RA) dan vena
cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA node ini secara otomatis dan teratur
mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60-100 kali
permenit. Kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang. Iramanya adalah sinus (sinus rhythm)
2. Jalur internodus (traktus internodus) : jalur listrik antara nodus sinoatrial
dan nodus arterioventrikuler.
3. AV Node (Atrio-ventricular node): Terletak di septum internodal bagian
sebelah kanan, di atas katup tricuspid. Sel-sel dalam AV Node mengeluarkan
impuls dengan frekuensi 40-60 kali permenit. Oleh karena AV Node
mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang
mempunyai impuls lebih tinggi. Kalau SA Node rusak, maka impuls akan
dikeluarkan oleh AV Node. Iramanya disebut junctional rhythm/ nodal rhytm.
7

4. Berkas HIS (HIS Bundle): Terletak di dalam interventrikular dan


bercabang 2 yaitu:
a. Cabang berkas kiri
b. Cabang berkas kanan

Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi kecabang-
cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinje.

5. Serat / Serabut Purkinje: Serabut purkinje ini akan mengadakan kontak


dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang
terdekat sehingga seluruh sel akan terangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-
sel pacemaker yang secar otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20-
40 kali permenit. Iramanya idioventricular rhytm. Oleh karena frekuensinya
lebih rendah dari AV Node, maka dalam keadaan normal sel-sel ventrikel tidak
mengeluarkan impuls.

G. ELEKTROFISIOLOGI SEL OTOT JANTUNG


Sel jantung, dalam keadaan istirahat, adalah dalam keadaan polarisasi,
yakni sisi di dalam lebih bermuatan negatif daripada sisi luar. Polaritas listrik
ini dijaga oleh pompa-pompa membrane sehingga ada jaminan pembagian ion
yang tepat (khususnya ion kalium, natrium, klorida, dan kalsium) yang perlu
untuk menjaga sisi dalam sel itu agar tetap relatif elektronegatif.
Sel jantung dapat kehilangan muatan negatif di sisi dalam tersebut dalam
sebuah proses yang disebut depolarisasi. Depolarisasi merupakan peristiwa
listrik jantung yang amat penting. Gelombang depolarisasi ini dijalarkan dari
sel ke sel yang merupakan aliran listrik dan dapat dideteksi dengan elektrode-
elektrode yang ditempatkan di permukaan tubuh. Setelah depolarisasi selesai,
melalui proses yang disebut repolarisasi, sel jantung itu akan memulihkan
polaritasnya ke polaritas istirahat. Ini juga dapat direkam oleh elektrode
perekam.
8

Dari sudut pandang elektrokardiografi, jantung terdiri atas 3 jenis sel:


a) sel perintis (pacemaker cells) – sumber daya listrik jantung
b) sel konduksi listrik – kabel jantung
c) sel miokardium – mesin kontraktil jantung

Sel perintis dominan dalam jantung terletak di bagian atas atrium kanan,
yaitu nodus sinoatrial (SA) yang terangsang dengan kecepatan 60-100x/menit.
Jalur konduksi listrik jantung setelah dihasilkan impuls listrik dari nodus sinus
(SA) adalah melewati nodus AV, kemudian serabut his , lalu bundle branch
kanan dan kiri, kemudian serabut purkinje.

H. ELEKTROKARDIOGRAM
Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang
disebut dengan “lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan
pencatatan data umur pasien, jenis kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala
dan obat-obatan (khususnya digitalis dan antiaritmia).
a) Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12
lead: I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung
dilihat dari 12 sudut pandang.
b) Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua
elektroda yang memiliki potensi muatan yang berbeda (positif dan
negatif).
c) Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu
elektroda positif dan satu titik referensi (yang bermuatan nol) yang
terletak di pusat medan jantung
d) Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif
dan sebuah titik referensi yang terletak di pusat listrik jantung
9

I. Pengenalan Gelombang
1. Gelombang P
Ialah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi atrium
(menggambarkan depolarisasi atrium). Gelombang P dari sinus normal
durasinya 0,8-0,12 detik dan amplitudonya kurang dari 2,5 mV.
2. Gelombang Q
Merupakan defleksi negatif pertama setelah gelombang P, normalnya
berdurasi < 0,04 detik, dan amplitudonya kurang dari 25% gelombang R.
3. Segmen PR
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang
P dan gelombang QRS (diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai
permulaan gelombang Q atau R dan menggambarkan waktu yang
diperlukan untuk depolarisasi atrium dan perlambatan impuls di nodus AV
sebelum depolarisasi ventrikel). Interval normalnya bernilai 0,12-0,22
detik.
4. Gelombang kompleks QRS
Ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil dari depolarisasi
ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS antara lain: 1)
Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama; 2) Gelombang R yaitu defleksi
positif pertama. Defeleksi berikutnya disebut gelombang R’, R”; dst; 3)
Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S
berikutnya disebut S’, S”, dst. Komplek QRS mempunyai durasi 0,06-0,10
detik (<0,12).
5. Segmen ST
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks
QRS dan gelombang T.
6. Gelombang T
Merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang
dewasa, gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1.
Durasi normalnya 0,12 – 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10 mV
di chest lead dan kurang dari 5 mV di limb lead.
10

7. Gelombang U
Adalah gelombang kecil yang mengikuti gelombang T yang asalnya tidak
jelas.
8. Interval QT
Menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel. Durasi
normalnya 0,3-0,4 detik.

J. Pembacaan Dasar (Interpretasi Dasar) Terdiri Atas:


1. Rate
Frekuensi jantung normal adalah 60-100 x/menit.
a) Bila lebih dari 100 x/menit: (sinus) takikardi
b) kurang dari 60 x/menit: (sinus) bradikardi
c) Antara 140 – 250 x/menit: abnormal takikardi
d) Antara 250 – 350 x/menit: flutter
e) Lebih besar dari 350 x/menit: fibrilasi
11

f) Frekuensi jantung dapat dihitung dengan ; 300 dibagi jarak puncak


gelombang R ke R berikutnya. Contohnya, bila jarak R-R adalah 4 kotak
sedang, berarti 300/4 = 75 x/menit.
g) Atau dengan cara menghitung interval R-R dalam 30 kotak besar (30 kotak
besar = 6 detik), kemudian hasilnya dikalikan 10.

2. Irama
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau
disebut irama sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Frekuensi antara 60-100 x/menit
b. Teratur
c. Gelombang P negatif di aVR dan positif di lead II
d. Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T
Penyimpangan ciri-ciri di atas disebut aritmia (arrhythmia). Secara garis
besar, aritmia dapat disebabkan oleh:
Gangguan pembentukan impuls yang meliputi:
a. ekstrasistole (premature contraction)
b. abnormal takikardi
c. flutter
d. fibrillasi
e. escaped beat
f. arrest
g. wandering pace-maker
Gangguan penghantaran impuls, yang meliputi:
a. Blok, yaitu: SA blok, AV blok, dan Intra ventrikular blok/ BBB
b. Accelerated conduction, misalnya sindroma WPW (Wolf Parkinson
White)
12

3. Posisi
Untuk menentukan posisi, silakan sudara lihat pada lead aVL dan aVF,
kemudian cocokkan dengan tabel di bawah ini.
aVL aVF Posisi
+ + Intermediate

0 + Semi vertikal

+ 0 Semi horisontal

+ - Horisontal

- + Vertikal

4. Aksis
Aksis listrik jantung adalah sudut yang dibentuk oleh vector listrik.
aVL aVF Posisi Lihat Lead Axis
(derajat)
+ + Intermediet sama tinggi 30

lebih tinggi aVF 40

lebih tinggi aVL 20

- + Vertikal Lead I = 0 90

Lead I = + 80

Lead I = - 100

+ - Horizontal Lead II = 0 -30

Lead II = + -20

Lead II = - -40

0 + Semi vertikal 60

+ 0 Semi horisontal 0
13

5. Zona Transisi
Zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran
gelombang/kompleks QRS dari negatif ke positif.

6. Interval PR dan QT
Dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai
normalnya.

K. INDIKASI PENGGUNAAN EKG


EKG terutama sangat berguna untuk mengevaluasi kondisi berbeda
dibanding fungsi normal :
a) Gangguan kecepatan dan irama
b) Gangguan hantaran
c) Pembesaran kamar-kamar pada jantung
d) Infrak miokard
e) Ketidakseimbangan elektrolit.
14

L. PROSEDUR
Pemeriksaan EKG
1. Persiapan alat-alat yang di butuhkan
a. Elektrokardiografi dengan perlengkapannya :
a) Elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki
b) Elektroda isap prekordial
c) Sumber listrik
b. Kapas dan alcohol
c. Tempat tidur pasien. Perhatikan bahwa tempat tidur tidak dersentuhan
dengan dinding yang mengandung kabel aliran listrik.
d. Jeli atau pasta elektrolit.

2. Persiapan pasien
a. Pasien berbaring terlentang di atas tempat tidur
b. Kulit di kedua pergelangan tangan dan kaki dibersihkan dengan kapas
alkohol.
c. Pasien dalam kondisi relaks dan kedua tungkai bawah tidak saling
menempel.

3. Persiapan ruangan
a. Suasana tempat pemeriksaan sebaiknya sejuk, tenang dan nyaman.
b. Alat-alat listrik yang ada dalam ruangan dapat menggangu pemeriksaan.

4. Tindakan :
1. Oleskan keempat elektroda pergelangan anggota gerak dan elektroda
prekordial dengan jeli yang mengandung elektrolit secara merata dan
pasanglah elektroda sesuai ketentuan yang berlaku.
15

2. Hubungkan kabel penghubung ke pasien dengan elekroda sebagai


berikut
a. Kabel warna merah (RA, right arm) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan tangan kanan.
b. Kabel warna kuning (LA, left arm) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan tangan kiri
c. Kabel warna hijau (LL, left leg) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan kaki kiri
d. Kabel warna hitam (RL, right leg) dihubungkan dengan elektroda
pergelangan kaki kanan
e. Kabel C1-C6 dihubungkan dengan V1-V6

Posisi standar untuk sadapan dada adalah sebagai berikut:


a. V1 ruang intercostal IV, tepikanan sternum
b. V2 ruang intercostal IV, tepi sternum kiri
c. V4 (Jangan khawatir, bukan kesalahan, tempatkan elektrode keempat
sebelum ketiga) Ruang intercostal kelima di garis midclavicula
d. V3 di pertengahan antara elektrode kedua dan keempat
e. V5 terletak pada iga ke lima di garis aksilaris anterior
f. V6 pada suatu garis horisontal dengan V5 di garis aksilaris media

3. Sebelum merekam lead, buatlah rekaman kalibrasi.


4. Setelah selesai merekam, bersihkan lead dan tubuh pasien yang terkena
pasta.
5. Tulis tanggal dan jam pembuatan, nama dan umur pasien.
6. Kembalikan elektrode dan alat perkam EKG pada tempatnya.
16

M. Teknik Pemasangan EKG


Hal yang perlu diperhatikan
1. Kecepatan laju kertas EKG 25 mm/detik atau 50 mm/detik.
2. Ukuran galvanometer 0,5 mv, 1 mv, dan 2 mv.
3. Kalibrasi dilakukan dua kali saat sebelum dan sesudah
4. Dibuat minimal 3 gelombang
17

a) Sadapan bipolar
Sadapan ini akan ditandai dengan angka romawi I,II, dan III dimana:
a. Lead I: Elektrode yang positif dihubungkan dengan lengan kiri dan
electrode negatif dengan lengan kanan.
b. Lead II: Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan yang
negatif dengan lengan kanan.
c. Lead III: Elektrode yang positif dihubungkan dengan kaki kiri dan
yang negatif dengan lengan kiri.

b) Sadapan unipolar ekstrimitas


Sadapan ini ditandai dengan aVR, aVL dan aVF
a. Sadapan aVR memiliki elektrode positif di lengan kanan. Elektrode
negatif merupakan gabungan elektrode lengan kiri dan elektrode kaki
kiri.
b. Sadapan aVL mempunyai elektrode positif hitam di lengan kiri.
Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan dan
elektrode kaki kiri.
c. Sadapan aVF mempunyai elektrode positif di kaki kiri. Elektrode
negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan dan elektrode lengan
kiri

N. Masalah-masalah jantung yang didiagnosis dengan EKG


Berbagai masalah jantung yang dapat didiagnosis dengan EKG, antara lain:

a. Pembesaran jantung
b. Cacat jantung bawaan yang melibatkan sistem kelistrikan jantung
c. Aritmia (irama jantung abnormal - cepat, lambat atau denyutnya tidak
teratur)
d. Kerusakan jantung seperti ketika salah satu arteri jantung tersumbat (oklusi
koroner)
e. Suplai darah yang buruk ke jantung
18

f. Posisi normal dari jantung


g. Peradangan jantung - perikarditis atau miokarditis
h. Serangan jantung selama di ruang gawat darurat atau pemantauan di ruang
ICU (intensive care unit)
i. Gangguan sistem konduksi jantung
j. Ketidakseimbangan kimia darah (elektrolit) yang mengontrol aktivitas
jantung.

Seseorang dengan penyakit jantung bisa jadi menunjukkan hasil EKG yang
normal jika kondisi penyakit jantungnya itu tidak melibatkan gangguan dalam
aktivitas kelistrikan jantung. Untuk kondisi ini disarankan untuk melakukan
metode diagnostik lain.

O. Prosedur EKG
Elektroda EKG akan ditempelkan pada dada, pergelangan tangan dan kaki,
jadi sebaiknya Anda (terutama wanita) menggunakan pakaian dengan atasan
dan bawahan yang terpisah. Ini untuk mempermudah pemasangan elektroda
EKG. Jika lokasi penempelan elektroda EKG didapati banyak bulu, bisa saja
dokter memerintahkan untuk mencukurnya terlebih dahulu. Sensor yang
disebut dengan elektroda akan dilekatkan pada dada, pergelangan tangan dan
kaki, baik dengan menggunakan semacam cangkir hisap atau gel lengket.
Elektroda ini selanjutnya akan mendeteksi arus listrik yang dihasilkan jantung
yang diukur dan dicatat oleh mesin elektrokardiograf.

Tiga jenis utama EKG, meliputi:

1) EKG istirahat (resting ECG) - pasien berbaring. Selama tes pasien tidak
diperbolehkan bergerak, karena impuls listrik lain dapat dihasilkan oleh
otot-otot lain selain jantung yang dapat mengganggu pemeriksaan jantung
Anda. Jenis EKG ini biasanya memakan waktu lima sampai sepuluh
menit.
19

2) EKG ambulatory (ambulatory ECG) - EKG ambulatory atau Holter


dilakukan dengan menggunakan alat perekam portabel yang dipakai
setidaknya selama 24 jam. Pasien bebas untuk bergerak secara normal
sementara monitor terpasang. Jenis EKG ini digunakan untuk pasien yang
gejalanya intermiten dan mungkin tidak muncul selama tes EKG istirahat.
Orang yang sembuh dari serangan jantung dapat dimonitor dengan cara ini
untuk memastikan ketepatan fungsi jantungnya.
3) Test stres jantung - tes ini digunakan untuk merekam EKG pasien
sementara pasien menggunakan alat seperti sepeda atau berjalan diatas
treadmill. Jenis EKG ini membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit.

P. Membaca Hasil EKG (Elektrokardiografi)

EKG atau Elektrokardiogram adalah suatu representasi dari potensial listrik


otot jantung yang didapat melalui serangkaian pemeriksaan menggunakan
sebuah alat bernama elektrokardiograf. Melalui EKG (atau ada yang lazim
menyebutnya ECG {in English: Electro Cardio Graphy}) kita dapat mendeteksi
adanya suatu kelainan pada aktivitas elektrik jantung melalui gelombang irama
jantung yang direpresentasikan alat EKG di kertas EKG.

Berikut ini sedikit catatan saya tentang bagaimana cara membaca hasil
pemeriksaan EKG yang tergambar di kertas EKG. Saya sarankan untuk terlebih
dahulu memahami aktivitas elektrik jantung dan cara memasang EKG. Mudah-
mudahan bisa jadi bahan diskusi.

1. IRAMA JANTUNG

Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari
impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava
Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat
gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/
reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif sama dan teratur.
20

Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang satu dengan
gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur.

Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan
irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.

1. Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan
setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada
orang yang jantungnya sehat.
2. Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks
QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini
menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu
dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur
antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal.
3. Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan
teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi
di arteri karotis, radialis dan lain-lain.
4. Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama
dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien
aritmia jantung.

2. FREKUENSI JANTUNG

Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1
menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita
pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok.
21

Rumusnya berikut ini

1) Cara 1

HR = 1500 / x

Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan


gelombang R setelahnya.

2) Cara 2

HR = 300 / y

Keterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5 kotak kecil) antara gelombang


R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan
ke angka yang mendekati, berkoma juga ga masalah)

3) Cara 3

Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang
(durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak
antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja
lead II manual dengan 7 titik).

Caranya adalah:

HR = Jumlah QRS dalam 6 detik x 10.

Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:

 Normal: HR berkisar antara 60 – 100 x / menit.


 Bradikardi= HR < 60x /menit
 Takikardi= HR > 100x/ menit
22

3. AKSIS

Aksis jantung adalah, proyeksi jantung jika dihadapkan dalam vektor 2


dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk
oleh sadapan-sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya
ada 12 buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2:

1. Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead


standar, yaitu lead I, II dan III.
2. Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu
elektroda yang lain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar
ekstrimitas (aVL, aVF, dan aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4,
V5 dan V6)

Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa


dilihat dari gambaran berikut ini:

Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30° sampai dengan 120° (ada
yang mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari
arah jantung sebenarnya (jika normal dong :)). Pada kertas EKG, kita bisa
melihat gelombang potensial listrik pada masing-masing lead.
23

Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif jika
ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:

a) Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan
kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan
positif (+).
b) Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki
kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri
bermuatan positif (+)
c) Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri
(LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan
positif (+)
d) Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan
kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda
indiferen (potensial nol)
e) Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri
bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.
f) Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana
tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.

Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA


node lalu meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke
serabut purkinje. Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang
bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas,
(kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang bermuatan (+)
tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke bawah.
(Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan sendiri kali
ya, bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi jantungnya.
Sama halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang lagi berdiri
memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap.
24

Ada orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu,
jadi penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka
menyimpulkan apa yang terjadi dari mobil balap itu.)

Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai negatif


(gelombangnya terbalik), karena arah arus jantung berlawanan dengan arah
lead/ menjauhi lead, sedangkan di lead-lead lainnya bernilai positif
(gelombangnya ke atas).

Cara menentukan aksis dari kertas EKG itu adalah:

1. Lihat hasil di Lead I, perhatikan resultan gelombang di kompleks QRS.


(ingat lagi pelajaran vektor di fisika, hehe). Jika resultan gaya Q, R dan S
nya positif, (maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah
Q dan S {bisa dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika
R-nya lebih rendah daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini
semacam resultan gaya.
2. Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan hal yang sama, apakah lead aVF nya
positif atau negatif.
3. Jika masih ragu lihat lagi di Lead II (lead II hasilnya lebih bagus karena
letak lead II searah dengan arah jantung normal). tentukan apakah lead II
nya positif atau negatif.

Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel berikut ini:


Aksis / Lead Normal LAD RAD
I + + –
aVF + – +
II + – +
25

a) Aksis Normal = ketiga lead tersebut bernilai positif, artinya jantung berada
di antara aksis -30° sampai dengan 120° (ada yang menyebutkan sampai
100° saja).
b) LAD (Left Axis Deviation), artinya aksis / arah proyeksi jantungnya
bergeser ke kiri, atau di atas – 3o°. Kalau demikian tentu gak mungkin aVF
atau lead II nya positif, pasti negatif kan.. Ini biasa terjadi jika adanya
pembesaran ventrikel kiri/ LVH (Left Ventricular Hypertrophy), sehingga
arah jantungnya jadi ga normal lagi, agak naik gitu. Misalnya pada pasien-
pasien hipertensi kronis dsb.
c) RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di

atas 120°. Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan
II positif. Biasanya ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH
(Right Ventricular Hypertrophy).

4. Gelombang P

Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang


normal:

 lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)


 tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)
 selalu positif di lead II
 selalu negatif di aVR

Yang ditentukan adalah normal atau tidak:

 Normal
 Tidak normal:
 P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan.
 P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet,
bisa karena hipertrofi atrium kiri.
 P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah,
bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium
kiri.
26

5. PR Interval

PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek


QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang,
berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.

Yang ditentukan: normal atau memanjang.

6. Kompleks QRS

Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q,


R dan S. Normalnya:

 Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil)


 tinggi tergantung lead.

Yang dinilai:

– Gelombang Q: adalah defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P.


Tentukan apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain:

 durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)


 dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.

– Variasi Kompleks QRS

 QS, QR, RS, R saja, rsR’, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan
kelainan tertentu.
27

– Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir


gelombang S. Normalnya 0,06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan
apakah dia normal atau memanjang.

7. Tentukan RVH/LVH

Rumusnya,

 RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1


 LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35

8. ST Segmen

ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal


gelombang T. Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga
awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai:

 Normal: berada di garis isoelektrik


 Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark
miokard)
 Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)

9. Gelombang T

Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai


adalah:

 Normal: positif di semua lead kecuali aVR


 Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya
iskemik)
28

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan
Elektrokardiografi adalahilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.
Sedangkan Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu grafik yang
menggambarkan rekaman listrik jantung.
Sebuah pendekatan metodik sederhana yang dapat diterapkan pada setiap
EKG. Setiap EKG harus didekati dengan cara berurutan, terutama kalau seorang
perawat yang masih baru di bidang ini, sehingga tidak ada hal penting yang
terlewatkan. Kalau perawat semakin banyak mengenal,membaca kardiogram,
hal yang pada mulanya mungkin tampak terpaksa dan secara mekanik akan
memberikan keuntungan besar dan akan segera menjadi seperti kebiasaan.
Gelombang P;gambaran proses depolarissi atrium.
Gelombang QRS;gambaran proses depolarisasi ventrikel
Gelombang T;gambaran proses repolarisasi ventrikel.
Gelombang U;timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya Interval PR;diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS.

B. Saran
Dengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita.
Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat
ini baru betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara
total.
Guna dalam pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak.
Bacalah di mana pun Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi
ini, tetapi bacalah dari berbagai sumber pengetahuan tentang EKG. Kenalilah
lebih dalam dulu dasar-dasar tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat
menguasai materi dan mampu untuk mempraktekannya.
29

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah, volume 2. EGC:
Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang: UMM Press
Thaler. 2000. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta:
Hipokrates
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Pusat jantung nasional, (2006). Materi Kursus EKG Praktis:JAKARTA. National
cardiovascular center
http://makalahcentre.blogspot.com/2010/11/makalah-elektrokardiogram-ekg.html
http://www.digilib.ui.ac.id/helper/viewKoleksi.jsp?id=110526&lokasi=lokal&tem
plate= absrak.detail.template
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?option=com_content&view=article&i
d=633: elektrokardiogram-ekg&catid=15:pemrosesan-sinyal&Itemid=15
http://www.wartamedika.com/2008/02/elektrokardiogram-ekg.html

Anda mungkin juga menyukai