Anda di halaman 1dari 7

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Stimulasi persepsi PK (perilaku kekerasan)

SESI 3 Perilaku kekerasan : mencegah Perilaku Kekerasan Sosial

Topik : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku Kekerasan

Sesi ke : Melatih Perilaku Kekerasan dengan cara Sosial

Terapis : 6 (enam) orang Mahasiswa D-III Keperawatan Solok

Sasaran : 6 (enam) orang pasien dengan diagnosa Perilaku Kekerasan di Wisma Dahlia
RSJ Prof. HB. Saanin Padang

A. TUJUAN
1. Umum
Klien mampu melakukan pencegahan perilaku kekerasan dengan cara sosial
2. Khusus
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
perilaku kekerasan
b. Klien dapat memahami cara sosial perilaku kekerasan
c. Klien dapat memperagakan cara sosial perilaku kekerasan

B. LANDASAN TEORI

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan
waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Fokus terapi
kelompok adalah membuat sadar diri peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan, atau ketiganya.

Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan yaitu, stimulasi sensoris,
orientasi realita, dan sosialisasi. Terapi aktivitas kelompok dibagi empat yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering
disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan dimana hal tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2005).

Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatis


penyelesaian masalah. Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi stimulasi
persepsi pk di bagi dalam 5 sesi yaitu:

Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik

Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial

Sesi4 : TAK Stimulasi persepsi perilaku kekerasan Kemampuan mencegah perilaku


kekerasan spiritual

Sesi 5 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi Obat

C. URAIN STRUKTUR KEGIATAN


1. Hari/tanggal : rabu, 16 oktober 2019
2. Tempat kegiatan : ruangan wisma dahlia
3. Waktu kegiatan : 45 menit
4. Anggota kelompok : 6 orang
D. SETTING TEMPAT
LEADER

OBSERVER

CO-LEADER FASILITATOR

PASIEN
Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial

A. Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
C. Alat
1. Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
D. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
F. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah serta perilaku
kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut.
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meninta sesuatu tanpa paksaan, yaitu “Saya
perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan untuk...”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
c.
e. Ulangi d. sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan ...” atau “Saya tidak
menerima dikatakan ...” atau “Saya kesal dikatakan seperti ...”.\
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosil yang asertif ,
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dn interaksi sosial yang asertif secara
teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah
perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

N o . N a ma k l i e n Memperagakan cara meminta yang baik Memperagakan cara menolak yang baik Memperagakan cara mengungkapkan kekerasan yang baik
1 .
2 .
3 .
4 .
5 .
6 .
7 .
8 .
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan pencegahan perilaku
kekerasan secara social : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik , mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda centang jika klien mampu dan tanda silang jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan
kekerasan. Anjurkan klien mempraktikan di ruang rawat ( buat jadwal).

Anda mungkin juga menyukai