Anda di halaman 1dari 30

SKENARIO

KEKURANGAN CAIRAN

Seorang mahasiswa 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena lemas saat mengikuti orientasi
pengenalan kampus. Pada pemeriksaan fisik : kesadaran komposmentis, tampak sakit sedang,
lemas, bibir dan lidah kering, kekuatan ekstremitas berkurang. Sebelum dibawa ke UGD Rumah
Sakit, tim darurat medis telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera
diberikan infus cairan. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan, Kadar Natrium: 138 mEq/L
(Normal = 135-147 mEq/L), Kalium: 2.9 mEq/L (Normal = 3.5-5.5 mEq/L), dan Klorida: 103
mEq/L (Normal = 100-106 mEq/L). Pasien dianjurkan untuk rawat inap dan minum sesuai kaidah
islam.

1
I. IDENTIFIKASI KATA SULIT

1. Komposmentis : Sadar sepenuhnya.


2. mEq : Jumlah satuan ion yang dibutuhkan untuk menetralkan ion.
3. Larutan : Campuran yang homogen dari dua atau lebih zat yang terdiri dari
terlarut dan pelarut.
4. Cairan : Benda cair ; Bahan yang mengalir serta volume tetap dalam kondisi
suhu dan tekanan tetap, serta bentuk ditentukan wadahnya.
5. Ekstremitas : Anggota badan seperti lengan dan tungkai.
6. Natrium : Senyawa kation yang merupakan komponen utama cairan ekstrasel.
7. Kalium : Kation utama dalam cairan intraseluler.
8. Klorida : Anion utama dalam cairan ekstraseluler.
9. Infus : Memasukkan cairan selain darah ke dalam vena pada terapi.

2
II. BRAIN STORMING

Pertanyaan
1. Apa fungsi cairan tubuh?
2. Mengapa bisa terjadi kekurangan cairan?
3. Apa saja hal yang menyebabkan kekurangan cairan?
4. Bagaimana penanganan bagi pasien yang kekurangan cairan?
5. Berapa persen cairan dalam tubuh manusia?
6. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
7. Apa beda larutan dan cairan?
8. Bagaimana minum sesuai kaidah islam?

Jawaban
1. Sebagai pelarut universal, menjaga suhu tubuh, homeostatis tubuh, tekanan sel, pelumas
organ dan berpartisipasi dalam semua reaksi hidrolisis.
2. Karena output cairan tubuh lebih besar disbanding input cairan tubuh.
3. Aktivitas yang berlebihan, memiliki penyakit gagal ginjal, karena kurangnya cairan yang
masuk ke dalam tubuh, diare, diabetes, muntah, heat stroke, dan adanya pengaruh dari
hormone ADH.
4. Dengan diberi larutan pengganti cairan tubuh seperti infus.
5. Laki-laki ± 60% , wanita ± 55% , bayi ± 70-75% , lansia ± 45-50%.
6. a) Cairan : dehidrasi, hipovolemia.
b) Elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalemia, hiperkalemia.
7. Larutan : suatu campuran dari dua homogen atau lebih yang terdiri dari solute dan solvent.
Cairan : suatu zat atau bahan yang mengalir secara alamiah dengan suhu, tekanan tetap,
volume tetap yang wujudnya mengikuti bentuk wadah.
8. Membaca basmallah, duduk, menggnakan tangan kanan, tidak menggunakan gelas dari
emas, tidak boleh meniup minuman.

3
III. HIPOTESIS

Cairan adalah suatu zat atau bahan yang mengalir secara alamiah dengan suhu, tekanan,
volume tetap yang wujudnya mengikuti bentuk wadah. Larutan adalah suatu campuran dari dua
homogen atau lebih yang terdiri dari solute dan solvent. Fungsi cairan tubuh sendiri adalah sebagai
pelarut universal menjaga suhu tubuh, homeostatis tubuh, tekanan sel, pelumas organ, dan
berpartisipasi dalam semua reaksi hidrolisis. Terganggunya mekanisme cairan yang disebabkan
oleh aktivitas berlebihan, mengalami gagal ginjal, kekurangan cairan dalam tubuh, diare, pengaruh
hormone ADH, diabetes, muntah, dan heat stroke. Sehingga menyebabkan kelebihan maupun
kekurangan cairan dan elektrolit. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian cairan infus. Tata
cara minum sesuai kaidah islam yaitu membaca basmallah, duduk, menggunakan tangan kanan,
tidak meniup minuman, dan tidak menggunakan gelas berbahan emas.

4
IV. SASARAN BELAJAR

1. Mengetahui dan memahami cairan dan larutan


1.1 Definisi dan perbedaan cairan dan larutan
1.2 Fungsi cairan dan larutan
1.3 Klasifikasi cairan dan larutan
1.4 Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu solute

2. Mengetahui dan memahami keseimbangan cairan tubuh


2.1 Kadar cairan tubuh
2.2 Mekanisme keseimbangan cairan tubuh
2.3 Sumber input dan output cairan tubuh

3. Mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan dehidrasi dan hipovolemia


3.1 Definisi dehidrasi dan hipovolemia
3.2 Penyebab dehidrasi dan hipovolemia
3.3 Gejala dehidrasi dan hipovolemia
3.4 Penatalaksanaan dehidrasi dan hipovolemia

4. Mengetahui dan memahami keseimbangan mineral

4.1 Definisi mineral


4.2 Komposisi mineral
4.3 Klasifikasi mineral
4.4 Sifat mineral
4.5 Sumber dan kebutuhan mineral
4.6 Eksresi mineral
4.7 Fungsi mineral
4.8 Metabolisme mineral

5. Mengetahui dan memahami minum sesuai kaidah islam

5.1 minum sesuai kaidah islam dalam Al – Qur’an dan Hadist.

5
V. PEMBAHASAN

LO.1. Mempelajari dan Memahami Cairan dan Larutan.

1.1 Definisi dan Perbedaan


Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan satu atau lebih zat terlarut di
dalamnya [https://www.chem.purdue.edu/gchelp/solutions/whatis.html].
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya),
tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara
langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran
sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair,
pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut
(solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya
adalah volume terbesar.

Cairan adalah benda cair, hasil dari mencairkan [kbbi] bahan yang langsung mengalir
secara alamiah, bukan padat atau gas. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
Cairan Intraseluler dan Cairan Ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada
di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berasal di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan
interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam
sistem vaskuler, cairan intrestitial adalah cairan yang terletak di anatara sel, sedangkan
cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan cerebrospinal, cairan serosa,
cairan sinovial, dan cairan bola mata.

Terdapat beberapa perbedaan antara cairan dan larutan, yaitu definisi, fungsi,
klasifikasi, dan faktor yang mempengaruhinya.

1.2 Fungsi

 Fungsi Larutan :
a. Secara umum berfungsi untuk membentuk suatu zat baru antara solute (zat terlarut) dan
solvent (pelarut).
b. Sistem penahan atau penyangga (buffer)
- Penyangga asam karbonat-bikarbonat
- Penyangga hemoglobin
- Penyangga fosfat

 Fungsi Cairan :
a. sebagai pelarut dan alat angkut
Sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida, asam amino, lemak, vitamin dan
mineral serta bahan-bahan lain yang diperlukan seperti oksigen dan hormon. Zat-zat gizi
dan hormon ini di bawa ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Di samping itu,
cairan tubuhjuga berperan sebagai alat angkut berbagai komponen sisa metabolisme
termasuk kabondioksida dan urea untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, ginjal,
dan kulit.

6
b. sebagai katalisator
Sebagai komponen yang mempermudah dan mempercepat berbagai reaksi biologik
di dalam tubuh, termasuk di dalam saluran pencernaan.cairan tubuh juga diperlukan untuk
memecah dan menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana.
c. sebagai pelumas
Dalam air sendi-sendi tubuh sehingga tidak saling bergesekan dan dapat bergerak
dengan bebas tanpa menimbulkan rasa sakit.
d. sebagai pengatur suhu tubuh
Karena cairan seperti air mempunyai kemampuan untuk menyalurkan panas,
sehingga memegang peranan penting dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh.
Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 derajat Celcius. Suhu ini merupakan suhu paling
cocok untuk bekerjanya enzim-enzim dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh dari
metabolisme tubuh perlu segera dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebagian besar pengeluaran
suhu ini melalui penguapan (keringat) sehingga suhu tubuh tetap stabil.

e. sebagai peredam benturan


Terdapat pada permukaan organ-organ tubuh tertentu yang bersifat lunak untuk
menghindari dan meredam benturan yang dapat menyebabkan kerusakan. Diantaranya
adalah cairan dalm bola mata, jaringan syaraf tulang belakang, dan air ketuban untuk
menghindari benturan pada janin.
f. menjaga dengan terapi air yang penggunaanya secara internal dengan
minum air atau ekternal sebagai pengobatan penyakit.

Hal ini terjadi karena cairan yang berupa air diminum dengan jumlah cukup dan
metode yang benar dapat memurnikan racun-racun yang terdapat di dalam tubuh. Terapi
air juga dapat menjaga ketersediaan air dalam tubuh sehingga darah tidak mengalami
kekentalan yang berlebihan yang dapat menyebabkan darah tinggi. Terapi air dapt juga
untuk menjaga kecantikan. Kulit merupakan bagian terluar yang langsung bersentuhan
dengan udara luar, panas, cahaya matahari juga polusi

7
1.3 Klasifikasi

 Klasifikasi larutan :

Solvent Contoh Solute Contoh Contoh


(Pelarut) (Terlarut) campuran
Zat cair Air Zat cair Alkohol Spiritus
Zat cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk las
Zat cair Air Zat padat Garam Larutan
garam
Gas Udara Zat cair Minyak Wangi Spray
Gas O2 Gas He Gas untuk
menyelam
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Zat padat Cd Zat cair Hg Amalgam
gigi
Zat padat Pd Gas H2 Gas oven
Zat padat Au Zat padat Ag Sinsin

Berdasarkan kejenuhan :
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <
Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion =
Ksp berarti larutan tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat
jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).

8
Berdasarkan daya hantar listriknya :

Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasinya (α)


a) Elektrolit
Dapat menghantarkan arus listrik
- Kuat → α=1
- Lemah → 0 < α < 1
b) Non Elektrolit
Tidak dapat menghantarkan arus listrik α = 0

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut:

a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

 Klasifikasi cairan :
Berdasarkan Letak Cairan
a. Cairan Interseluler (CIS) merupakan cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh.
b. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang berada di luar sel.
a) Cairan Intravaskuler (CIV) merupakan cairan di dalam sistem vaskuler
(plasma).
b) Cairan Interstitial (CISt) merupakan cairan yang terletak di antara sel.
c) Cairan Transeluler (CTS) merupakan caira sekresi khusus (cairan
cerebrospinal, cairan serosa, cairan sinovial, cairan bola mata).

1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Suatu Solute

 Larutan:

a. Suhu
Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut.

b. Ukuran Zat Terlarut


Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah melarut dibandingkan
dengan yang ukurannya besar.

c. Volume Pelarut
Volume pelarut yang besar akan lebih mudah melarutkan zat terlarut.

d. Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut
akan semakin sering untuk bertabrakkan.

9
e. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur
dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya
kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).

f. Pengaruh Kepolaran
Senyawa yang bersifat polar akan akan mudah larut dalam pelarut polar.
Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.

g. Pengaruh Tekanan pada Kelarutan


Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.

h. Efek pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah
zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi
oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan
sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk
garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti
alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air.

 Cairan:

a. Usia
Presentase cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.

b. Jenis Kelamin
Wanita memiliki cairan tubuh lebih sedikit daripada pria.

c. Berat Badan
Orang gemuk memiliki cairan tubuh lebih sedikit.

d. Suhu dan Lingkungan


Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udara
lebih rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sebaliknya, kehilangan cairan tubuh melalui urin.

e. Status Fisiologis

f. Kualitas dan Kuantitas Makanan

10
LO.2. Mempelajari dan Memahami Keseimbangan Cairan Tubuh
2.1 Kompartemen/ Kadar Cairan Tubuh

Golongan CES
Mineral CIS
Mineral Plasma CISt
Natrium 144 137 10
Kalium 5,0 4,7 141
Kation
Kalsium 2,5 2,4 0
Magnesium 1,5 1,4 31
Klorida 107,0 112,7 4
HCO3- 27,0 28,3 10
2-
Anion HPO4 2,0 2,0 11
SO42- 0,5 0,5 1
Protein 1,2 0,2 4
Tabel 1. Komposisi Elektrolit dalam Tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama,
yaitu: cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstra seluler (CES). Pada orang normal
dengan berat badan 70 kg, total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat
badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis
kelamin dan derajat obesitas. (Guyton & Hall, 1997)
1) Cairan Intraseluler (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yag terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3
dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa
70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraseluler.

11
2) Cairan Ekstraseluler (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung di
dalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira
1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria
dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi:
a. Cairan Interstitial (CISt)
Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan
limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume
(CISt) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang
dewasa.

b. Cairan Intravaskular (CIV)


Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari
(CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang
dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5 – 6 L (8%
dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2 – 3 L (40%)
terdiri darisel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan
bekerja sebagai buffer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan
trombosit. Tapi nilai tersebut di atas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-
beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain.

c. Cairan Transelular (CTS)


Cairan traselular terdiri dari cairan kumpulan cairan-cairan yang
terspesialisai, yaitu cairan yang disekresikan oleh sel tertentu, yang ditujukan
kepada bagian tubuh tertentu dengan fungsi spesifik. Cairan transelular meliputi
cairan serebrospinal (mengeilingi,melindungi, dan menutrisi otak dan saraf tulang
belakang), cairan intraocular( mempertahankan bentuk dan menutrisi mata), cairan
synovial (melumasi dan berfungsi sebagai bantalan persendian), cairan pericardial,
intrapleural, dan peritoneal (secara berurutan, melumasi gerakan jantung,paru-
paru,usus), dan cairan digestistivus.
Presentasi cairan tubuh total:
1. bayi premature : 80% BB
2. bayi dan anak normal : 70-75% BB
3. pra-pubertas : 65-70% BB
4. dewasa : 55-60% BB
Kadar air tubuh total terhadap berat badan:

Usia Pria Wanita


10-18 59% 57%
18-40 61% 51%
40-60 55% 47%
>60 52% 46%

12
Volume air tubuh pada masing-masing kompartemen:

Kompartemen Jumlah %BB % jumlah cairan


Volume intrasel 24.0 L 33 60
Volume ekstrasel 16.0 L 22 40
Volume intrasel 11.2 L 15.4 28
volume plasma 3.2 L 4.4 8
volume trans-sel 1.6 L 2.2 4
* sebagai model adalah seorang pria sehat BB = 73 kg dan cairan tubuh total sejumlah 40 L (55%)
Kadar elektrolit dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel:

Elektrolit Plasma (mEq/L) Cairan interstisium Cairan intrasel


(mEq/L) (mEq/L)
Na+ 140 148 13
K+ 4.5 5.0 140
Ca2+ 5.0 4.0 10
Mg2+ 1.7 1.5 7.0
Cl- 104 115 3.0
HCO3 24 27 10
SO42- 1.0 1.2 -
PO42- 2.0 2.3 107
Protein 15 8 40
Anion organik 5.0 5.0 -

2.2 Mekanisme Keseimbangan


Pengaturan keseimbangan cairan memperhatikan 2 parameter penting yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dari kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.
Pergerakan cairan tubuh mencakup penyerapan air di usus, masuk ke pembuluh
darah, dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air mengalami filtrasi ke
ruang intertitium, selanjutnya masuk ke dalam sel melalui proses difusi, sebaliknya air
dalam sel keluar ke ruang intertitium dan masuk ke pembuluh darah (Unit Pendidikan
Kedokteran – Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan FKUI, 2007)

Cairan tubuh berpindah antara kedua kompartemen untuk mempertahankan nilai


keseimbangan cairan. Pergerakan cairan tubuh dintentukan oleh beberapa proses
transfer yaitu, difusi, transport aktif, filtrasi, dan osmosis (Horne, 2001)

13
Transport cairan dalam tubuh ada 4, yaitu:

1. Difusi
Pergerakan molekul melintasi membran semipermeabel dari kompartemen dengan

 konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
2. Osmosis
Pergerakan dari solvent (pelarut) melintasi membran sel dari larutan berkonsentrasi

 rendah menuju konsentrasi tinggi.
3. Transpor aktif
Pergerakan dari konsentrasi tinggi ataupun rendah. Proses transpor aktif penting
untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan
intraselular dan ekstraselular. 

4. Filtrasi
Proses perpindahan cairan dan solut melintasi membran bersama-sama dari
kompartemen bertekanan tinggi menuju kompartemen bertekanan rendah.

Dari beberapa sumber pengeluaran dan pemasukan H2O, hanya dua sumber yang dapat
diatur oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan H2O. Untuk input H2O, rasa haus
dapat diatur untuk memenuhi intake H2O dan untuk output H2O, ginjal dapat mengatur
banyaknya urin yang akan dibentuk. Pengaturan pengeluaran H2O pada urin adalah
faktor terpenting dalam menjaga keseimbangan H2O.

Beberapa faktor lain dapat diatur, namun tidak menjadi pengaturan utama dalam
menjaga keseimbangan H2O. Asupan air dari makanan dapat diatur untuk menjaga
keseimbangan energi, dan kontrol terhadap pengeluaran keringat penting untuk
menjaga suhu tubuh. H2O yang dihasilkan secara metabolik dan pengeluaran H2O
dengan cara insensible loss tidak dapat diatur oleh tubuh.

14
2.3 Sumber Input dan Output
1. Input Cairan
Sebanyak 1250 ml H2O didapatkan dari minuman, namun dengan jumlah yang
hampir sama yaitu 1000 ml H2O didapatkan dari makanan (dalam bentuk padat). Perlu
diingat otot memiliki kandungan air sebanyak 75%, buah dan sayuran memiliki
kandungan air sebanyak 60-90%. Sehingga, sebagian besar air yang didapatkan
manusia sehari-harinya, berasal dari makanan padat dan minuman. Sisanya, sumber
H2O yang paling kecil didapatkan adalah proses metabolism tubuh. Beberapa reaksi
kimia di dalam sel mengkonversi bahan makanan dan o2 menjadi energy, dengan
menghasilkan CO2 dan H2O, proses metabolisme ini mengeluarkan h2o dari sel
menuju cairan ekstraselular sebanyak 350 ml setiap harinya. Sehingga, rata-rata input
H2O manusia setiap harinya adalah 2600 ml. sumber H2O lain juga didapatkan dalam
kondisi terapi/pengobatan, misalnya melalui infus.

a. Glukosa + 6O2 → 6CO2 + 6H2O


1 gram karbohidrat menghasilkan 0,6 ml air.
b. Alanin + 3O2 → 2,5CO2 + CO(NH2)2 + 2,5H2O
1 gram protein menghasilkan 0,4 ml air.
c. Asam palmatat + 23O2 → 16CO2 + 16H2O
1 gram lemak menghasilkan 1,1 ml air.
* Sekitar 1000 kkal intake akan mengandung air sebanyak 125 ml.

Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (ml/hari)


3 hari 3 250 – 300
1 tahun 9,5 1150 – 1300
2 tahun 11,8 1350 – 1500

15
6 tahun 20 1800 – 2000
10 tahun 28,7 2000 – 2500
14 tahun 45 2200 – 2700
18 tahun 54 2200 – 2700

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi Angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi sendiri. Sensasi
haus akan hilang setelah minum sebelum proses absorpsi oleh tractus gastrointestinal.
Input:
Asupan cairan : 1250 ml/hari
H2O dalam makanan : 1000 ml/hari
H2O yang diproduksi : 350 ml/hari oleh metabolisme
Jumlah : 2600 ml/hari

2. Output Cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:

a. Urin

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius
merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,
bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai
upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar
300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
c.Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feses

16
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Output:
Urine : 1500 ml/hari
Faeces : 100 ml/hari
Keringat : 100 ml/hari
Insensible water loss : 900 ml/hari
Jumlah : 2600 ml/hari
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan (derajat dehidrasi
dan Hipovolemia)
3.1 Definisi
Dehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan
tidak dapat digantikan dengan baik.
Hipovolemi adalah suatu keadaan berkurangnya volume air ekstrasel. Hipovolemi
disebut juga disebut juga deplesi volume. Pada hipovolemia berkurangnya air dan
natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding.
3.2 Penyebab

1. Pada Bayi dan/atau Anak


a) Demam
Demam menjadi penyebab utama dehidrasi pada bayi. Ketika bayi
mengalami demam, ia akan berkeringat dan air menguap keluar melalui kulitnya.
Pada saat demam, bayi juga biasanya bernafas lebih cepat, sedangkan proses
pernafasan akan mengurangi cairan di dalam tubuh.

b) Overheat
Bayi akan berkeringat dan kehilangan cairan dengan mudah ketika terkena
cahaya matahari (bukan berarti sinar matahri jelek bagi bayi) atau ia aktif di cuaca
yang panas. Bayi juga dapat mengalami overheat ketika berada di ruangan yang
pengap atau karena menggunakan lapisan/pakaian yang terlalu banyak atau tebal.

c) Diare dan Muntah


Jika bayi mengalami masalah pada perut seperti gastroentertis, ia dapat
kehilangan banyak cairan akibat diare dan muntah. Saat diare, tubuh bayi tidak
mampu menyerap atau menyimpan cairan dari usus, yang berarti bayi akan lebih
cepat mengalami dehidrasi.

d) Tidak Mau Minum


Bayi bisa saja tidak mau minum atau menyusu karena beberapa alasan
seperti sakit mulut, sariawan, sakit tenggorokan atau karena giginya sedang
tumbuh. Terkadang juga bayi menolak minum karena hidungnya buntu atau pilek.

17
e) Pneumonia
Pneumonia (radang paru-paru) bisa menyebabkan dehidrasi karena
membuat bayi mengalami demam tinggi disertai nafas terengah-engah. Hal ini akan
membuat cairan, berupa uap air, yang keluar dari paru-paru juga meningkat. Gejala
pneumonia biasanya didahului gejala selesma berupa demam yang disertai batuk
dan pilek, sakit kepala, dan hilang nafsu makan. Kondisi ini dapat menyebabkan
dehidrasi. Pada perkembangan selanjutnya, akan timbul 2 gejala penting
pneumonia,yaitu napas cepat dan sesak napas. Jika tanda-tanda ini timbul, segera
hubungi dokter.

2. Pada Dewasa
a) Menstruasi
Saat haid, karena peningkatan hormon yang tinggi, beberapa wanita
gampang terkena dehidrasi. Oleh karena itu, maka penting banyak minum air putih
ketika wanita datang bulan.

b) Obat-Obatan
Ada obat-obatan tertentu yang mempengaruhi hidrasi tubuh Anda. Jadi, saat
meminum obat apapun pastikan pasokan air Anda tercukupi.

c) Diare
Ketika diare, banyak cairan yang keluar dari tubuh yang mengakibatkan
Anda mudah lemas. Itu mengapa orang zaman dulu selalu menyarankan minum air
banyak-banyak saat diare.

d) Diabetes
Bagi pengidap diabetes harus berhati-hati karena rentan terhadap dehidrasi.
Saat kadar gula darah terlalu tinggi, pasien diabetescenderung bolak-balik buang
air kecil yang mengakibatkan dehidrasi.

e) Stres
Bahkan stres juga dapat melemahkan air di semua sistem Anda pada
hormon-hormon tertentu sehingga memicu dehidrasi.

f) Menyusui
Ibu yang menyusui juga mudah terserang dehidrasi. Sebab, ia menyalurkan
cairan yang dimilikinya ke sang bayi.

g) Faktor Usia
Bahkan, faktor usia mungkin memainkan peran juga. Saat usia Anda
semakin tua, Anda gagal mengingatkan tubuh bahwa Anda kekurangan asupan air
sehingga pada akhirnya mengakibatkan dehidrasi.

h) Mengonsumsi alkohol dan intoksilasi (keracunan)


i) Suhu/ cuaca yang sangat panas

18
j) Olahraga yang menyebabkan keringat banyak keluar, seperti maraton dan sepak
bola
k) Berada di elevasi tinggi
l) Tingkat kelembaban rendah
m) Ketoasidosis diabetik
n) Hyperosmolar hyperglycemic nonketotic syndrome (HHNS)
o) Pengobatan dengan obat diuretik seperti furosemide (lasix)
p) Gastroenteritis
q) Gangguan makan (bulimia atau anoreksia)
r) Gastroesophageal reflux disease (GERD)
s) Radang usus
t) Influenza
u) Morning sickness selama kehamilan
3.3 Gejala
Tanda atau gejala dehidrasi meliputi : dehidrasi ringan, gejala yang biasanya
muncul seperti terasa haus, bibir kering, tenggorokan kering, kulit kering dan sakit
kepala; dehidrasi sedang, gejalanya seperti pusing, denyut nadi meningkat, tekanan
darah menurun, lemah, urine kental (warna kuning), volume urine sedikit; dan
dehidrasi berat, dengan gejala seperti kram otot, lidah bengkak, sirkulasi darah
memburuk, fisik sangat lemah, penurunan fungsi ginjal dan pingsan
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat seperti pada tabel di bawah ini:

19
Variabel Ringan (3 – 5%) Sedang (6 – 9%) Berat (≥ 10%)
Tekanan Darah Normal Normal Normal/rendah
Tekanan Nadi Normal Normal (-) Agak rendah
Denyut Jantung Normal Meningkat Meningkat
Turgor Kulit Normal Turun Turun
Fontanela Normal Cekung Cekung
Membran Mukosa Agak kering Kering Kering
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Ekstremitas Hangat CTR lambat Dingin
Status Mental Normal Normal → Letargi
gelisah
Urin Output Sedikit menurun < 1 ml/kg/jam << 1 ml/kg/jam
Haus Sedikit Agak haus Sangat haus
meningkat
Sumber: Duggan, et al

Tanpa Dehidrasi Dehidrasi


Variabel
Dehidrasi Ringan - Sedang Berat
Keadaan Umum Baik Sedang Lemas

20
Mata Normal Cekung Cekung
Haus Normal Haus Tidak bisa minum
Turgor Kulit Normal Lambat Sangat lambat
Sumber: WHO 2005
Keterangan:
i. Turgor kulit = Kelenturan kulit
ii. Fontanela = Bagian lunak di antara pelat tengkorak kepala bagian atas dan
belakang kepala bayi
iii. Letargi = Keadaan lemah badan dan tidak ada dorongan untuk melakukan
kegiatan, nafsu tidur berlebihan, muncul pada penderita penyakit otak atau
keracunan

3.3 Penatalaksanaan
Secara sederhana prinsip penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti cairan yang
hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit, sehingga keseimbangan hemodinamik
kembali tercapai. Selain pertimbangan derajat dehidrasi, penanganan juga ditujukan untuk
mengoreksi status osmolaritas pasien.
Terapi farmakologis dengan Ioperamide, antikolinergik, bismuth subsalicylate, dan
adsorben, tidak direkomendasikan terutama pada anak, karena selain dipertanyakan
efektivitasnya, juga berpotensi menimbulkan berbagai efek sampin. Pada dehidrasi karena
muntah hebat, ondansetron efektif membantu asupan cairan melalui oral dan mengatasi
kedaruratan.
1) Dehidrasi Derajat Ringan-Sedang
Dehidrasi derajat ringan-sedang dapat diatasi dengan efektif melalui pemberian
cairan ORS (Oral Rehydration Solution) untuk mengembalikan volume intravaskuler dan
mengoreksi asidosis. Selama terjadi gastroenteritis, mukosa usus tetap mempertahankan
kemampuan absorbsinya. Kandungan natrium dan sodium dalam proporsi tepat dapat
secara pasif dihantarkan melalui cairan dari lumen usus ke dalam sirkulasi.
Jenis ORS yang diterima sebagai cairan rehidrasi adalah dengan kandungan
glukosa 2 – 3 g/dL, Natrium 45 – 90 mEq/L, basa 30 mEq/L, Kalium 20 – 25 mEq/L, dan
osmolaritas 200 – 310 mOsm/L.
Banyak cairan yang tidak cocok digunakan sebagai cairan penggant, misalnya jus
apel, susu, air jahe, dan air kaldu ayam karena mengandung glukosa terlalu tinggi dan
rendah Natrium. Cairan pengganti yang tidak tepat akan menciptakan diare osmotik,
sehingga akan semakin memperburuk keadaan pasien.
2) Dehidrasi Derajat Berat
Pada dehidrasi berat dibutuhkan evaluasi laboratorium dan terapi rehidrasi intraven,
penyebab dehidrasi harus digali dan ditangani dengan baik.
Penanganan kondisi ini dibagi menajdi 2 tahap:

21
a. Tahap Pertama
Berfokus untuk mengatasi kedaruratan dehidrasi, yaitu syok hipovolomia yang
membutuhkan penanganan cepat. Pada tahap ini dapat diberikan cairan kristaloid
isotonik, seperti Ringer Lactate (RL) atau NaCl 0,9% sebesar 20 ml/kgBB. Perbaikan
cairan intravaskuler dapat dilihat dari perbaikan takikardi, denyut nadi, produksi urin,
dan status mental pasien. Apabila perbaikan belum terjadi setelah cairan diberikan
dengan kecepatan hingga 60 ml/kgBB, maka etiologi lain syok harus dipikirkan
(misalnya anafilaksis, sepsis, syok kardiogenik). Pengawasan hemodinamik dan
golongan inotropik dapat diindikasikan.

b. Tahap Kedua
Berfokus pada mengatasi defisit, pemberian cairan pemeliharan dan
penggantian kehilangan yang masih berlangsung. Kebutuhan cairan pemeliharaan
diukur dari jumlah kehilangan cairan (urin, tinja) ditambah IWL. Jumlah IWL adalah
antara 400 – 500 ml/m2 luas permukaan tubuh dan dapat meningkat pada kondisi
demam dan takipnea. Secara kasara kebutuhan cairan berdasarkan berat badan adalah:
a) Berat badan < 10 kg = 100 ml/kgBB
b) Berat badan 10 – 20 kg = 1000 + 50 ml/kgBB untuk setiap kilogram di atas 10
kg
c) Berat badan > 20 kg = 1500 + 20 ml/kgBB untuk setiap kilogram di atas 20 kg.
LO.4. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Elektrolit atau Mineral
4.1 Definisi
Elektrolit adalah senyawa yang di dalam larutan berdisosiasi atau
berionisasi menjadi ion bermuatan positif atau negatif. Ada dua kation yang
penting, yaitu natrium dan kalium. Keduannya mempengaruhi tekanan osmotik
cairan ekstrasel dan intasel dan langsung berhubungan dengan fungsi sel. Oleh
karenannya pembahasan kedua jenis kation ini sangat penting dalam keseimbangan
elektrolit.
Mineral merupakan elemen anorganik, jumlahnya dalam tubuh kurang lebih
4 %. Elemen an organik tersebut merupakan sisa pembakaran senyawa organik
yang disebut abu. Mineral merupakan unsur yang dibutuhan oleh tubuh manusia
yang mempunyai peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada
tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Unsur ini
digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, misalnya
natrium, klor, kalsium, kalium, magnesium, sulfur dan fosfor, sedangkan mineral
mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, misalnya besi, iodium, mangan,
tembaga, zink, kobalt dan fluor (Almatsier, 2009). Selain itu ada sebuah istilah lain
yang disebut trace element’s, yaitu mineral yang dalam keadaan alami berjumlah
sangat sedikit, misalnya barium, brom, stronsium, emas, perak, nikel, aluminium,
timah, bismuth, gallium, silikon dan arsen (Poedjiadi, 2009).

4.2 Komposisi

22
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat zat lain sulit melintasinya atau
membutuhkan proses khursus supaya dapat melintasinya; oleh sebab itu komposisi
elektrolit di luar dan di dalam sel berbeda. Cairan intarseluler banyak menganndung
ion K, Mg dan fosfat, sedangkan cairan ekstraselurel banyak mengandung ion Na
dan Cl.

Komposisi Elektrolit dalam Cairan Tubuh Manusia

4.3 Klasifikasi

Mineral dikelompokkan menjadi:


a. Mineral esensiel Termasuk dalam kelompok mineral esensiel untuk makro
elemen adalah kalsium (Cu), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), fosfor
(P), khlorin (Cl) dan sulfur (S). untuk elemen kelumit atau mikro mineral adalah
mangan (Mn), zat besi (Fe), tembaga (Cu), iodium (I), seng (Zn), flourin (F),
vanadium (Va), kobalt (Co), molibdenum (Mo), selenium (Se), kromium (Cr),
timah putih (Sn), nikel (ni) dan silikat (Si).
b. Mineral kemungkinan esensiel Termasuk dalam kelompok ini adalah arsen,
barium, bromin, kadmium, dan strontium.
c. Mineral non esensiel Termasuk dalam kelompok ini adalah alumunium, antimon,
bismut, boron, germanium, aurum, timah hitam, air raksa, rubidium, perak, dan
titanium.
d. Mineral yang berpotensi toksik a) tembaga (Cu), molibdenum (Mo), selenium
(Se) b) arsen (As), cadmium c) timah hitam (Pb) dan air raksa (Hg)
Berdasarkan Jenisnya

23
a. Mineral Organik
Mineral yang dibutuhkan tubuh serta berguna bagi tubuh yang dapat
diperoleh melalui makanan yang dikonsumsi.
b. Mineral Anorganik
Mineral yang tidak dibutuhkan tubuh serta tidak berguna bagi tubuh.

Berdasarkan bentuknya (Jumlah Kebutuhannya)


a. Mineral Makro (macro nutrient)
Mineral yang dibutuhkan tubuh yang jumlah kebutuhannya > 100
mg/hari. Contoh: Natrium, Kalium, Klorida, Kalsium, Phospor,
Magnesium.
b. Mineral Mikro (micro nutrient)
Mineral yang dibutuhkan tubuh yang jumlah kebutuhannya < 100
mg/hari. Contoh: Seng, Copper, Iodium, dll.
4.4 Sifat
1) Natrium: sangat reaktif thd air untuk memproduksi NaOH dan H2
2) Kalium: warna putih keperakan, mempunyai titik leleh rendah, mudah
dipotong dengan pisau, sangat reaktif dengan air shg bisa menghasilkan gas
hydrogen dan KOH [lookchem.com]
3) Klorin: berwarna kuning kehijauan, molekul diatomic, bau menyengat

4.5 Sumber dan Kebutuhan

Sumber mineral:

1) Natrium: dapat ditemukan pada garam dapur, natrium murni yang dapat
berbahaya bagi kesehatan yaitu NaOH (reaksi dengan air) [lenntech.com]
2) Kalium: ayam, daging, pisang, jeruk, nanas, kentang
3) Klorin: dapat ditemukan pada garam dapur, susu, telur
4) Kalsium : Produk olahan susu, kacang-kacangan, sayuran hijau dan telur
5) Phospor: Susu, tepung, sayuran hijau, biji-bijian, dan zat aditif yang
mengandung pospor
6) Magnesium: Sayuran hijau yang mengandung klorofil

Kebutuhan mineral:

24
4.6 Ekskresi Mineral
1) Natrium, setiap 24 jam kira-kira 25K mmol di filtrasi oleh ginjal lalu
menuju tubulus untuk direabsorpsi kurang lebih 70%, dan sisanya akan dikeluarkan
melalui urin (5-35 mg), kulit (25-50 mg), dan feces (10-125 mg)
2) Kalium, kebanyakan dikeluarkan melalui urin dan sebagian kecil di feses.
Aldosterone berperan penting dalam pengeluaran kalium. Pada fungsi ginjal yang
normal, dengan tepat dan efisien K keluar dari darah
3) Klorin, dikeluarkan melalui urin (mostly) dan dari keringat. Cuaca
berbanding lurus dengan konsentrasi keringat dan akan diturunkan oleh Aldosteron

4.7 Fungsi

25
1) Natrium
- Menyeimbangkan cairan, Na menjaga tekanan osmotic agar stabil di CES
- Kepekaan pada Neuromuscular
- Menyeimbangkan asam basa, pertukaran Na-H di tubulus ginjal untuk tingkat
keasaman urin
- Menjaga viskositas darah, garam Na dengan globulin dapat larut serta Na-K dpt
menjaga tingkat hidrasi protein plasma
- Membantu menjaga volume darah
- Membantu kontraksi otot
2) Kalium
- lebih banyak di CIS daripada CES karena berpengaruh pada aktivitas otot
jantung
- berperan penting dalam regulasi asam basa
- menjaga tekanan osmotic
- berguna utnuk biosintesi protein
- sebgai kofaktor enzim piruvat kinase
3) Klorin
- Pasangan dari natrium membentuk NaCl yang berguna untuk stabilitas asambasa
- Ion klorida berguna dalam keseimbangan air dan regulasi tekanan osmotic
- Ion klorida berguna untuk activator amylase
- Komponen di getah lambung selain H+
- Sebagai buffer
- Transport CO2 dalam darah
4) Kalsium
- Pembentukan tulang dan gigi
- Pembekuan darah
- Konduksi impuls saraf dan kontraksi otot
- Fungsi jantung
- Aktivasi enzim

5) Magnesium
- Produksi intraseluler dan pemanfaatan ATP
- Sintesis protein dan DNA
- Neuromuscular irratibility

3) Phospor
- Pembentukan tulang dan gigi
- Buffer ginjal
- Komponen DNA & RNA
- Diperlukan untuk generasi ATP

26
4.8 Metabolisme

1) Natrium
berasal dari penyerapan sistem gastrointestinal melalui Pompa Natrium yang akan
membawa Na ke CES. Perpindahan ini membutuhkan ATP dan Mg2+ . kadar yang
dibutuhkan tubuh sekitar 5-15 mg/hari. Di daerah tropis, Na dibutuhkan lebih
banyak dalam bentuk NaCl
2) Kalium
umumnya dari penyerapan gastrointestinal. Normal intake K dari makanan adalah
sekitar 4 mg.
3) Klorin
umumnya dari penyerapan GI. Normal intake 5-20 mg. jika berlebihan konsumsi
dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien hipertensi
4) Kalsium
Kadar kalsium yang tinggi pada cairan ekstraseluler diikuti dengan sekresi
calcitonin Ca. Calcitonin ini berfungsi untuk mengatur kadar kalsium dengan
resorpsi kalsium pada tulang dan pengeluaran kalsium melalui urin. Kalsium yang
tidak diabsorbsi dikeluarkan melalui feses, lalu jumlah urin yang di ekskresikan
menceriminkan jumlah Ca yang diabsorbsi.
5) Phospor
Phospor di absorbsi di usus halus setelah dihidrolisis dan lepas dari makanan.
Phospor dibebaskan dari makanan oleh enzim alkali fosfatase di dalam mukosa
usus, di absorbsi secara aktif dan pasif. Vitamin D membantu absorbs aktif phospor.
Kadar phosphor di dalam darah diatur oleh hormone paratiroid dan hormone
kalsitosin.
6) Magnesium
Magnesium diabsorbsi di usus halus dibantu transport aktif dan secara difusi pasif.
Penyerapan magnesium akan efisien jika kebutuhan magnesium tinggi namun
persediaan dalam tubuh rendah. Asam klorida akan membantu absorbsi dengan
menurunkan pH di duodenum. Asam Amino menaikkan pH pada saluran cerna,
laktosa meningkatkan absorbsi jika cukup enzim lactase. Lemak akan
meningkatkan waktu transit sehingga waktu absorbs lebih banyak.

LO.5. Memahami dan Menjelaskan Etika Minum Sesuai Syariat Islam


27
5.1 Tata Cara Etika Minum

1. Mereka menanyakan kepada mu (Muhammad) tentang Khamar dan judi.


Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka
menanyakan kepada mu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah
“Kelebihan (dari apa yang diperlukan)” Demikian lah Allah swt menerangkan ayat-
ayat Nya kepadamu agar kamu memikirkan. (Q.S. Albaqarah: 168)

2. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan setan. Karena itu jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat.
Maka maukah kamu berhenti (dan mengerjakan pekerjaan itu)." (Q.S Al Ma'idah:
90-91)
3. Meniatkan minum untuk dapat beribadah kepada Allah agar bernilai pahala.
Segala perkara yang mubah dapat bernilai pahala jika disertai dengan niat untuk
beribadah. Oleh karena itu, maka niatkanlah aktivitas minum kita dengan niat agar
dapat beribadah kepada Allah.

4. Memulai minum dengan membaca basmallah.


Diantara sunnah Nabi adalah mengucapkan basmallah sebelum minum. Hal ini
berdasarkan hadits yang memerintahkan membaca ‘bismillah’ sebelum makan.
Bacaan bismillah yang sesuai dengan sunnah adalah cukup dengan bismillah tanpa
tambahan ar-Rahman dan ar-Rahim. Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anakku, jika engkau hendak makan
ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan
yang berada di dekatmu.” (HR Thabrani dalam Mu’jam Kabir)

5. Minum dengan tangan kanan.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Jika salah seorang dari kalian
hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum,
hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan
kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
6. Tidak bernafas dan meniup air minum.
Termasuk adab ketika minum adalah tidak bernafas dan meniup air minum. Ada
beberapa hadits mengenai hal ini:Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jika kalian minum maka janganlah bernafas dalam wadah air
minumnya.” (HR. Bukhari Muslim) Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi
mengatakan, “Larangan bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika
karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum atau menimbulkan bau

28
yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh
ke dalamnya dan hal-hal semacam itu.

7. Bernafas tiga kali ketika minum.


Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan, “Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air
minum sebanyak tiga kali.” Dan beliau bersabda,“Hal itu lebih segar, lebih enak
dan lebih nikmat.”
8. Larangan minum langsung dari mulut teko/ceret.
Menurut sebagian ulama minum langsung dari mulut teko hukumnya adalah
haram, namun mayoritas ulama mengatakan hukumnya makruh. Dari Kabsyah al-
Anshariyyah, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk
ke dalam rumahku lalu beliau minum dari mulut qirbah yang digantungkan sambil
berdiri. Aku lantas menuju qirbah tersebut dan memutus mulut qirbah itu.” (HR.
Turmudzi no. 1892, Ibnu Majah no. 3423 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
9. Minum dengan posisi duduk.
Terdapat hadits yang melarang minum sambil berdiri. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah
kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri,
maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR. Ahmad)
10. Tenang, perlahan dan tidak terburu buru.
Jangan bersikap rakus sehingga tampak mulut penuh dengan suapan, Dari Ibnu
Abas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian minum dengan
sekali tegukan seperti minumnya unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali
tegukan. Ucapkanlah ‘bismillah’ jika kalian minum dan ‘alhamdulillah’ jika kalian
selesai minum.” (HR. Turmidzi).
11. Menutup bejana air pada malam hari.
Rasulullah bersabda, “Tutuplah bejana-bejana dan wadah air. Karena dalam satu
tahun ada satu malam, ketika ituturun wabah, tidaklah ia melewati bejana-bejana
yang tidak tertutup, ataupun wadah air yang tidak diikat melainkan akan turun
padanya bibit penyakit.” (HR. Muslim)
12. Tidak minum dengan menggunakan tempat dari emas dan perak
Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA, dia berkata, Rasullullah SAW bersabda:
”Orang-orang yang makan dan minum dengan bejana emas dan perak, sungguh
telah menuangkan ke dalam perutnya api dari neraka.” (HR. Muslim)
13. Minum dengan tiga tegukan dimulai basmalah dan diakhiri dengan hamdalah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA,dia berkata,Rasulullah SAW bersabda,”
Janganlah kalian minum seperti minumnya unta,tetapi minumlah dengan minum
dua-dua (teguk) atau tiga-tiga (teguk),hendaknya kalian membaca basmalah ketika
minum dan membaca hamdalah setelah minum”.(HR.Tirmidzi)
DAFTAR PUSTAKA

29
A.Price, Sylvia. M. Wilson, Lorraine. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Charles, Donal, et al. 1979. Kimia Universitas. Hal: 7
Dorland. Kamus Kedokteran. Ed.31

Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.22

Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

widodo, joko. 2013.Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa. Jakarta: Badan


Penerbit FKUI.)

http://emedicine.medscape.com/article/906999-
overview?pa=17379330T1329239206677_13292392066771329239206679
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRODI._KEP
ERAWATAN/197011022000121-
HAMIDIE_RONALD_DANIEL_RAY/Bahan_Kuliah/CAIRAN_TUBUH.pdf

http://medicastore.com/penyakit/284/Dehidrasi.html
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/adab-adab-makan-seorang-muslim-6.html
http://staff.ui.ac.id/internal/1308050290/publikasi/fluidbalance.pdf
http://www.asuhankeperawatan.net/pdf/cara-menghitung-pemberian-cairan-infus.html
http://www.biologydiscussion.com/metabolism/water-and-mineral-metabolism/17311
http://www.blogdokter.net/2009/06/20/dehidrasi/
http://www.medicinenet.com/electrolytes/article.htm
http://www.medkes.com/2014/09/dehidrasi-pada-bayi-gejala-penyebab-dan-pengobatan.html
http://www.medicinesia.com/harian/fisiologi-cairan-dan-elektrolit/
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1385917/pdf/annsurg00384-0260.pdf
http://www.news-medical.net/health/Dehydration-What-is-Dehydration-(Indonesian).aspx
http://www.nhs.uk/Conditions/dehydration
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000982.htm
http://www.pssplab.com/journal/01.pdf
http://www.webmd.com/fitness-exercise/tc/dehydration-home-treatment

30

Anda mungkin juga menyukai