oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS LUMAJANG
Jalan Brigjend Katamso, Lumajang 67312 Telepon/Fax (0334)882262, 885920
Web: www.akper-lumajang.ac.id
Februari 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,
dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga makalah Keperawatan Anak yang berjudul “makalah DHF” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu disampaikan
banyak terima kasih kepada Ibu musviroh, S. Kep., Ns. selaku dosen matakuliah Keperawatan
Anak yang telah memberi tugas mengenai “Makalah DHF” dan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Makalah DHF” ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.
PENYUSUN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan asuhan
keperawatan pada penderita penyakit dengue hemorrhagic fever. Serta di harapkan
mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan tentang penyakit dengue hemorrhagic
fever.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Apa definisi dengue hemorrhagic fever?
2. Bagaimana etiologi dari DHF?
3. Bagaimana manifestasi klinik DHF?
4. Bagaimana patofisiologi dari DHF?
5. Apa saja tanda dan gejala dari DHF?
6. Apa komplikasi dari DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari DHF?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit DHF?
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Perawat Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan bagi perawat rumah sakit dalam menyusun Standar
Operasional Prosedure (SOP) untuk meningkatkan pelayanan keperawatan terutama yang
berkitan dengan penyakit DHF.
1.4.2 Bagi Penyusun Selanjutnya
Sebagai sumber referensi dan bahan perbandingan bagi penyusun selanjutnya dalam
melakukan penyusunan yang serupa tentang DHF.
1.4.3 Bagi Penulis
Sebagai panduan untuk meningkatka. n pelayanan keperawatan dalam dunia kerja
khususnya dalam pemberian kasus DHF.
BAB 2.KONSEP TEORI
2.2 Etiologi
Disebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari famili
Flaviviridae yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa
inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari setelah timbulnya demam. Penyakit DBD disebabkan oleh
Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam
group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue
dengan tipe 1 dan tiga. 3. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Struktur antigen ke-4 serotipe
ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak
dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe
ini tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung
waktu dan daerah penyebarannya.
Struktur Virus Dengue adalah, genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari
protein struktural dan nonstruktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope (E),
protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan
protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 dan NS-5. Dalam
merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi
adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural
yang paling berperan adalah protein NS-1.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus dewasa
betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah
lain. Nyamuk Aedes aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit)
dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang beresiko terkena demam
berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di
lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara
lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu
kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi
geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi
demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis
nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus
Dengue, yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4.
2.4 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, maka tubuh pasien membentuk kekebalan penyakit. Apabila tubuh pasien diserang
untuk kedua kalinya, maka tubuh akan aman. Akan tetapi, apabila virus yang masuk itu
mempunyai tipe yang berbeda, maka akan mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan
transformasi limfosit imun yang dapat meningkatkan titer antibodi IgG antidengue. Dalam
limfosit, terjadi replikasi virus dengue yang bertransformasi akibat virus yang berlebihan.
Kondisi ini menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Kemudian, antigen-antibodi tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen dengan
melepaskan C3a dan C5a yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel. Renjatan (syok) yang tidak segera ditangani akan
menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, dan kematian.
Lalu, trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis yang dapat
menyebabkan trombositopenia hebat dan pendarahan. aktivasi Hageman (Faktor XII) dapat
menyebabkan pembekuan intravaskular yang luas dan mengaktifkan sistem kinin, sehingga
permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Kerusakan hati faktor koagulasi menyebabkan
semakin hebatnya pendarahan yang terjadi.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan masif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD). Syok
sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan:
nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba;
tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol;
tekanan darah menurun di bawah 80 mmHg atau sampai nol;
terjadi penurunan kesadaran;
sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari;
hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembap;
pucat
oliguria atau anuria
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan pada penyakit DBD yaitu simptomatis dan suportif. Penanganan
pertama pada penyakit ini di antaranya memenuhi kebutuhan cairan, yaitu dengan memberikan
cairan oral 1-2 liter untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus akibat demam tinggi. Selain air
putih, pasien dapat diberikan teh manis, susu, sirup, jus buah, dan oralit. Pasien yang mengalami
demam tinggi dapat dikompres dengan air biasa. Selain itu, dapat diberikan antipiretik dari
golongan asetaminofen (parasetamol). Pasien tidak boleh diberikan antipiretik dari golongan
salisilat karena akan menimbulkan perdarahan yang semakin parah.
Demam tinggi pada anak-anak akan mengakibatkan terjadinya kejang. Untuk mengatasi
kejang, dapat diberikan antikonvulsi misalnya diazepam, stesolid, fenobarbital, dan obat
antikonvulsi lainnya. Jika syok dalam kondisi berat/parah, maka dapat diatasi atau dicegah
dengan memberikan resusitasi cairan parenteral melalui infus. Jika pemberian cairan infus tidak
memberikan respons, maka diberikan plasma/plasma ekspander sebanyak 20-30 mL/kg BB.
Plasma ekspander merupakan suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk menggantikan
plasma darah yang hilang akibat perdarahan, misalnya whole blood (darah lengkap yang diambil
dari donor manusia). Jika pasien mengalami renjatan hebat, maka pemberian infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus. Namun, jika vena kolaps yang menyebabkan tetesan tidak
mencapai harapan, maka cairan diberikan secara paksa dengan menggunakan spuit sebanyak
100-200 mL, kemudian diguyur. Pasien yang mengalami renjatan berat perlu dipasang central
venous pressure (CVP, pengaturan tekanan vena sentral) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui vena safena magna atau vena jugularis dan pasien pun dirawat di ruang ICU. Transfusi
darah perlu diberikan apabila terjadi perdarahan gastrointestinal yang dapat diketahui dari tanda-
tanda pasien muntah darah atau terjadi penurunan nilai hemoglobin dan hematokrit.
Pengendalian vektor dilakukan pada lingkungan yang berisiko, misalnya lingkungan
rumah dan sekolah, dengan secara rutin membersihkan air di penampungan, misalnya kamar
mandi, tempayan, air tampungan di belakang lemari pendingin, AC, dan sebagainya. Setelah
tempat penampungan air tersebut dibersihkan, perlu diberikan bubuk untuk memberantas jentik
nyamuk yaitu bubuk abate.
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
8. Pola kebiasaan
c. Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit
atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :
a. Kesadaran : Apatis
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeri telan
i. Dada
- Perkusi : Sonor
j. Abdomen :
- Perkusi : tympani
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab. Kuku sianosis atau tidak.
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),
rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
c. Abdomen
d. Serologi
e. Isolasi virus
f. Identifikasi virus
g. Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi
thorax kanan.
II. Diagnosis