Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Keperawatan Anak
yang dibina oleh Musviroh, S.Kep.Ns

oleh :

1. Fera Dwi Irawati (16/16047)


2. Yuni Revita Andriani (47/16140)

UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS LUMAJANG
Jalan Brigjend Katamso, Lumajang 67312 Telepon/Fax (0334)882262, 885920
Web: www.akper-lumajang.ac.id
Februari 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,
dipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga makalah Keperawatan Anak yang berjudul “makalah DHF” ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu disampaikan
banyak terima kasih kepada Ibu musviroh, S. Kep., Ns. selaku dosen matakuliah Keperawatan
Anak yang telah memberi tugas mengenai “Makalah DHF” dan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, tentu masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata diharapkan semoga makalah tentang “Makalah DHF” ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca, mahasiswa khususnya.

PENYUSUN
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau lebih dikenal dengan dengue hemorrhagic
fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang sangat menular dengan
vektor nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini banyak menimbulkan kematian di daerah tropis
dan subtropis serta merupakan ancaman kesehatan bagi dunia karena lebih dari 100 negara
terjangkit penyakit ini (Ranjit, 2011). Dalam 30 tahun terakhir, sebanyak >5 juta kasus
demam berdarah terjadi di Amerika (Branco, et al., 2014).
Sementara itu, negara Asia yang termasuk wilayah endemik demam berdarah yaitu
Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Timor Leste. Serangan demam berdarah ini menyebar di
beberapa daerah di Indonesia, misalnya Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Yogyakarta, Surabaya, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah lain (Sidiek,
2012). Penyebaran penyakit ini sangat cepat, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan
agar tidak terjadi endemik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Dengue Hemorrhagic Fever ?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari DHF?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinik DHF?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari DHF?
1.2.5 Apa saja tanda dan gejala dari DHF?
1.2.6 Apa komplikasi dari DHF?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari DHF?
1.2.8 Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit DHF?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan asuhan
keperawatan pada penderita penyakit dengue hemorrhagic fever. Serta di harapkan
mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan tentang penyakit dengue hemorrhagic
fever.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Apa definisi dengue hemorrhagic fever?
2. Bagaimana etiologi dari DHF?
3. Bagaimana manifestasi klinik DHF?
4. Bagaimana patofisiologi dari DHF?
5. Apa saja tanda dan gejala dari DHF?
6. Apa komplikasi dari DHF?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari DHF?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit DHF?

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Perawat Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan bagi perawat rumah sakit dalam menyusun Standar
Operasional Prosedure (SOP) untuk meningkatkan pelayanan keperawatan terutama yang
berkitan dengan penyakit DHF.
1.4.2 Bagi Penyusun Selanjutnya
Sebagai sumber referensi dan bahan perbandingan bagi penyusun selanjutnya dalam
melakukan penyusunan yang serupa tentang DHF.
1.4.3 Bagi Penulis
Sebagai panduan untuk meningkatka. n pelayanan keperawatan dalam dunia kerja
khususnya dalam pemberian kasus DHF.
BAB 2.KONSEP TEORI

2.1 Definisi Dengue Hemorrhagic Fever


Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus
dengue dan termasuk golongan Arbovirus (arthropod-borne virus) yang ditularkan melalui vektor
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus serta penyebarannya sangat cepat.

2.2 Etiologi
Disebabkan oleh salah satu dari 4 virus asam ribonukleat beruntai tunggal dari famili
Flaviviridae yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Masa
inkubasi penyakit ini berakhir 4-5 hari setelah timbulnya demam. Penyakit DBD disebabkan oleh
Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam
group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue
dengan tipe 1 dan tiga. 3. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Struktur antigen ke-4 serotipe
ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak
dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe
ini tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung
waktu dan daerah penyebarannya.
Struktur Virus Dengue adalah, genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari
protein struktural dan nonstruktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope (E),
protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan
protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 dan NS-5. Dalam
merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi
adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural
yang paling berperan adalah protein NS-1.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus dewasa
betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah
lain. Nyamuk Aedes aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit)
dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang beresiko terkena demam
berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di
lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara
lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu
kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi
geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi
demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis
nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus
Dengue, yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4.

2.3 Manifestasi Klinis


Penyakit ini sering kali menyerang anak yang berusia kurang dari 10 tahun, terutama pada
anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya yaitu demam, mual, muntah,
malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri perut, nyeri kepala, mialgia/nyeri otot, suara serak, batuk,
dan disuria. Demam tinggi mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok, maka
demam akan turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya (self limiting) dalam
waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD ini biasanya demam tinggi dan terus-menerus serta
tidak responsif terhadap antipiretik. Antipiretik hanya dapat menurunkan sedikit demam, setelah
itu demam naik lagi. Pada kondisi parah, penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan di
bawah kulit karena kebocoran plasma, epistaksis, hemoptisis, pembesaran hati, ekimosis,
purpura, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.

2.4 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, maka tubuh pasien membentuk kekebalan penyakit. Apabila tubuh pasien diserang
untuk kedua kalinya, maka tubuh akan aman. Akan tetapi, apabila virus yang masuk itu
mempunyai tipe yang berbeda, maka akan mengakibatkan reaksi imunologi proliferasi dan
transformasi limfosit imun yang dapat meningkatkan titer antibodi IgG antidengue. Dalam
limfosit, terjadi replikasi virus dengue yang bertransformasi akibat virus yang berlebihan.
Kondisi ini menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Kemudian, antigen-antibodi tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen dengan
melepaskan C3a dan C5a yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel. Renjatan (syok) yang tidak segera ditangani akan
menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, dan kematian.
Lalu, trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis yang dapat
menyebabkan trombositopenia hebat dan pendarahan. aktivasi Hageman (Faktor XII) dapat
menyebabkan pembekuan intravaskular yang luas dan mengaktifkan sistem kinin, sehingga
permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Kerusakan hati faktor koagulasi menyebabkan
semakin hebatnya pendarahan yang terjadi.

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dengue hemorrhagic fever adalah sebagai berikut:
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C - 40 °C)
b. Manifestasi pendarahan (hidung, gusi, mimisan, kulit lengan)
c. Hepatomegali (pembesaran hati).
d. Syok, tekanan nadi kurang dari 20 mmHg, tekanan sistolik sampai kurang dari 80 mmHg
e. Trombositopeni, pada hari ke 3 - 7 ditemukan trombosit dibawah 100.000 /mm3.
f. Gejala klinik lain: lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan sakit kepala.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu
perdarahan masif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD). Syok
sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan:
 nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba;
 tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol;
 tekanan darah menurun di bawah 80 mmHg atau sampai nol;
 terjadi penurunan kesadaran;
 sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari;
 hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembap;
 pucat
 oliguria atau anuria

2.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan pada penyakit DBD yaitu simptomatis dan suportif. Penanganan
pertama pada penyakit ini di antaranya memenuhi kebutuhan cairan, yaitu dengan memberikan
cairan oral 1-2 liter untuk mengatasi dehidrasi dan rasa haus akibat demam tinggi. Selain air
putih, pasien dapat diberikan teh manis, susu, sirup, jus buah, dan oralit. Pasien yang mengalami
demam tinggi dapat dikompres dengan air biasa. Selain itu, dapat diberikan antipiretik dari
golongan asetaminofen (parasetamol). Pasien tidak boleh diberikan antipiretik dari golongan
salisilat karena akan menimbulkan perdarahan yang semakin parah.
Demam tinggi pada anak-anak akan mengakibatkan terjadinya kejang. Untuk mengatasi
kejang, dapat diberikan antikonvulsi misalnya diazepam, stesolid, fenobarbital, dan obat
antikonvulsi lainnya. Jika syok dalam kondisi berat/parah, maka dapat diatasi atau dicegah
dengan memberikan resusitasi cairan parenteral melalui infus. Jika pemberian cairan infus tidak
memberikan respons, maka diberikan plasma/plasma ekspander sebanyak 20-30 mL/kg BB.
Plasma ekspander merupakan suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk menggantikan
plasma darah yang hilang akibat perdarahan, misalnya whole blood (darah lengkap yang diambil
dari donor manusia). Jika pasien mengalami renjatan hebat, maka pemberian infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus. Namun, jika vena kolaps yang menyebabkan tetesan tidak
mencapai harapan, maka cairan diberikan secara paksa dengan menggunakan spuit sebanyak
100-200 mL, kemudian diguyur. Pasien yang mengalami renjatan berat perlu dipasang central
venous pressure (CVP, pengaturan tekanan vena sentral) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui vena safena magna atau vena jugularis dan pasien pun dirawat di ruang ICU. Transfusi
darah perlu diberikan apabila terjadi perdarahan gastrointestinal yang dapat diketahui dari tanda-
tanda pasien muntah darah atau terjadi penurunan nilai hemoglobin dan hematokrit.
Pengendalian vektor dilakukan pada lingkungan yang berisiko, misalnya lingkungan
rumah dan sekolah, dengan secara rutin membersihkan air di penampungan, misalnya kamar
mandi, tempayan, air tampungan di belakang lemari pendingin, AC, dan sebagainya. Setelah
tempat penampungan air tersebut dibersihkan, perlu diberikan bubuk untuk memberantas jentik
nyamuk yaitu bubuk abate.

2.8 Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian Fokus

1. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari
15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua,
dan pekerjaan orang tua.

2. Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan pasien lemah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan
anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.

4. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan type virus yang lain.

5. Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.

6. Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan

sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).

8. Pola kebiasaan

a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,


dan nafsu makan menurun.

b. Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara


DHF grade III-IV bisa terjadi melena.

c. Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit
atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

d. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahatnya kurang.

e. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan


cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.

f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa untuk menjaga
kesehatan.

9. Pemeriksaan fisik

Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik anak adalah :

a. Kesadaran : Apatis

b. Vital sign : TD : 110/70 mmHg00

c. Kepala : Bentuk mesochepal

d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, mata anemis

e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan


pendengaran

f. Hidung : ada perdarahan hidung / epsitaksis


g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
rongga mulut, terjadi perdarahan gusi.

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada,
nyeri telan

i. Dada

- Inspeksi : simetris, ada penggunaan otot bantu pernafasan

- Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan

- Perkusi : Sonor

- Palpasi : taktil fremitus normal

j. Abdomen :

- Inspeksi : bentuk cembung, pembesaran hati (hepatomegali)

- Auskultasi : bising usus 8x/menit

- Perkusi : tympani

- Palpasi : turgor kulit elastis, nyeri tekan bagian atas

k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi


tulang

l. Genetalia : bersih tidak ada kelainan di buktikan tidak terpasang kateter

10. Sistem integument

Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab. Kuku sianosis atau tidak.

a. Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade
II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).

b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura),
rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

c. Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.


Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi dengue


adalah :

a. Uji rumple leed / tourniquet positif

b. Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi, masa


perdarahan memanjang, hiponatremia, hipoproteinemia.

c. Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan

d. Serologi

Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk menentukan


adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG Elisa dan uji IgM Elisa

e. Isolasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body technique test


secara langsung / tidak langsung menggunakan conjugate (pengaturan atau
penggabungan)

f. Identifikasi virus

Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body tehnique test


secara langsung atau tidak langsung dengan menggunakan conjugate

g. Radiology

Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama disebelah hemi
thorax kanan.
II. Diagnosis

1.Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.

Kriteria hasil Intervensi Rasional Implementasi

Perfusi jaringan  Kaji sirkulasi pada  Untuk  mengkaji sirkulasi


adekuat yang ekstremitas(suhu mendeteksi pada
ditandai dengan tubuh,kelembapan tanda awal ekstremitas(suhu
ekstermitas hangat, ,dan warna) catat bahaya pada tubuh,kelembapan
hasilnya. pasien. ,dan warna) catat
warna kulit normal
 Observasi tanda-  Peningkatan hasilnya.
atau merah muda, tanda vital, catat denyut nadi,  mengobservasi
tidak terjadi hasilnya(kualitas, penurunan tanda-tanda vital,
sianosis, nilai frekuensi,denyut tekanan darah catat
hemoglobin dan nadi,tekanan sentral, hasilnya(kualitas,
hematokritdalam darah,serta penurunan frekuensi,denyut
batas normal, capillary refill). tekanan darah nadi,tekanan
 Pantau hipovolemia darah,serta
Tanda-tanda vital
kemungkinan yang mengarah capillary refill).
dalam batas normal. terjadinya pada perfusi  memantau
kematian jaringan jaringan. kemungkinan
pada ekstremitas  Mencegah terjadinya
misalnya dingn, komplikasi kematian jaringan
nyeri, dan yang mungkin pada ekstremitas
pembengkakan akan terjadi. misalnya dingn,
pada kuku.  Pemberian nyeri, dan
 Penuhi kebutuhan cairan pembengkakan
cairan. membantu pada kuku.
 Jika perlu berikan meningkatkan  memenuhi
plasma apabila volume cairan kebutuhan cairan.
pemberian cairan sirkulasi.  Jika perlu berikan
infus tidak  Pemberian plasma apabila
memberikan cairan ini dapat pemberian cairan
respon. membantu infus tidak
 Berikan transfuse meningkatkan memberikan
darahjika terjadi kebutuhan respon.
perdarahan hebat, cairan  memberikan
nilai hemoglobin ekstraseluler. transfusi darahjika
dan hematocrit. terjadi perdarahan
hebat, nilai
hemoglobin dan
hematocrit.
2.hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
Kriteria hasil Intervensi Rasional Implementasi

 Suhu tubuh  Kaji keluhan  Untuk  mengkaji keluhan


pasien pasien. mengkaji pasien.
normal.  Observasi perawatan yang  mengobservasi
 Pasien suhu tubuh memungkinkan suhu tubuh setiap
tenang. setiap 4 jam. perkembangan 4 jam.
 Tidak  Penuhi perencanaan,  memenuhi
menggigil. kebutuhan dan perawatan kebutuhan cairan
cairan untuk secara untuk ,emcegah
,emcegah individual yang terjadinya
terjadinya sesuai untuk dehidrasi akibat
dehidrasi pasien. hipertermia.
akibat  Peningkatan  memberikan
hipertermia. suhu tubuh kompres dingin.
 Berikan secara tiba-tiba  memberikan
kompres akaan pakaian yang
dingin. megakibatkan longgar.
 Berikan kejang.  memberikan
pakaian yang  Untuk antipiretik dari
longgar. mencukupi golongan
 Berikan kebutuhan asetaminofen.
antipiretik cairan yang
dari golongan hilang akibat
asetaminofen. penguapan
yang
berlebihan.
 Tindakan
tersebut
menyebabkan
perpindahan
panas dari
tubuh ke
kompres.
 Tindakan
tersebut
meningkatkan
kenyamanan
dan
menurunkan
suhu tubuh.
 Antipiretik
untuk
menurunkan
demam.
Daftar Pustaka

marmi. (2016). asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. erlangga.

Zulkoni, A. (2010). PARASITOLOGI. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai