Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGAMA ISLAM

Tentang
Beriman Kepada Allah

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. M.Rifqy Sarfarrosi Aiman
2.Luthfia Khairunnisa
3. Dian Khairani
4. Najwa Mesa Putra
5. Fauzan Ahsandi
6. salsabila montia

Smk Negeri 4 Pekanbaru


Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa salawat beriring salam kita

hanturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas makalah ini tepat waktu.

Makalah dengan judul “IMAN KEPADA ALLAH SWT” ini kami susun

untuk memenuhi nilai tugas mata Pelajaran Agama Islam. Kami menyadari masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati, kami memohon

maaf.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Pekanbaru, 4 Agustus 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 4
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT ................................................................. 5
B. Sifat-Sifat Allah SWT......................................................................................... 6
C. Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT .......................................... 8
1. Wujud ....................................................................................................................... 8
2. Qidam ....................................................................................................................... 9
3. Baqa’......................................................................................................................... 9
4. Mukhalafatu lil Hawadisi..................................................................................... 10
5. Qiyamuhu Binafsihi .............................................................................................. 11
6. Wahdaniyah ........................................................................................................... 12
7. Qudrat ..................................................................................................................... 13
8. Iradat ....................................................................................................................... 14
9. Ilmu ......................................................................................................................... 15
10. Hayat ....................................................................................................................... 16
11. Sama’ ...................................................................................................................... 17
12. Basar ....................................................................................................................... 18
13. Kalam ..................................................................................................................... 18
D. Hikmah Beriman Kepada Allah SWT .............................................................. 19
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 20
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 20

2
B. SARAN ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Adanya alam semesta ini merupakan bukti bahwa Allah SWT. Tuhan Yang

Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta dan yang mengaturnya. Tidak

ada Tuhan selain Allah SWT yang wajib disembah. Umat islam meyakini adanya

Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan

modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-

Nya. Beriman kepada Allah SWT merupakan hal yang pokok dalam agama dan

akidah seorang Muslim, maka dari itu sudah sepatutnya sebagai salah satu bukti cinta

kita kepada sang Pencipta yakni kita mengetahui sifat-sifat agung yang dimiliki-Nya,

serta sifat yang mustahil yang tidak mungkin disifati oleh Allah SWT, dengan

demikian dapat menambah rasa cinta dan rasa penghambaan yang tinggi kepada Sang

Pencipta.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan beriman kepada Allah SWT serta sifat-sifat apa

saja yang dimiliki-Nya?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas

mata Pelajaran Agama Islam, serta sebagai referensi bagi pembaca untuk lebih

mengetahui tentang iman kepada Allah SWT sehingga dapat menambah kecintaan

kita dan rasa penghambaan kita kepada-Nya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT

Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman

menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan

dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang

berbunyi :

)‫االيمان معرفة بالقلب و قول باللسا ن و عمل باالركان (رواه الطبران‬

Artinya : “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan

pengamalan dengan anggota badan.”(HR Thabrani)

Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT

membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama

lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang

yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan

atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang

beriman.

Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya

iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti

beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.

Firman Allah SWT :

ِ‫ب الذِى اَ ْنزَ َل ِم ْن قَ ْب ُل َو َم ْن يَكفُ ْر بَاهلل‬


ِ ‫سو ِل ِه َوال ِكتَا‬ َ ‫ب الذِى ن ََّز َل‬
ُ ‫على َر‬ ُ ‫يَا اَيُّ َها ال ِذيْنَ ا َمنُوا ِامنُوا بِاهللِ َو َر‬
ِ ‫سو ِل ِه َوال ِكت َا‬

َ ‫ض َّل‬
﴾١٣٦»‫ضالال َب ِع ْيدًا ﴿النسأ‬ َ ‫االخ ِر ِِ فقد‬ ُ ‫َو َمل ِئ َك ِت ِه َوكت ِب ِه َو ُر‬
ِ ‫س ِل ِه َوال َي ْو ِم‬

5
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab

Allah yang diturunkan sebelumnya, Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka

sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.An Nisa : 136).

B. Sifat-Sifat Allah SWT

Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta

isinya. Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan

bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.

1. Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat

wajib Allah berjumlah 13.

2. Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah

SWT. Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun

sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.

3. Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu

atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah

berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat

jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”

Sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWT adalah sebagai berikut.

No Sifat Wajib Artinya Sifat Mustahil Artinya


1. Wujud Ada Adam Tidak ada
2. Qidam Terdahulu Hudus Baru

6
3. Baqa’ Kekal Fana’ Rusak
4. Mukhalafatu Berbeda dengan baru Mumasalatu lil Sama dengan
lilhawadisi (mahluk) hawadisi mahluk-Nya
5. Qiyamuhu binafsihi Berdiri dengan zat- Ihtiyajuhu Membutuhkan
Nya sendiri lighairihi pertolongan
orang lain
6. Wahdaniyat Esa Ta’adud Berbilang
7. Qudrat Kuasa Ajzu Lemah
8. Iradat Berkehendak Karahah Terpaksa
9. Ilmu Mengetahui Jahlun Bodoh
10. Hayat Hidup Mautun Mati
11. Sama’ Mendengar Summu Tuli
12. Basar Melihat Umyum Buta
13. Kalam Berfirman Bukmum Bisu

Adapun sifat wajib yang menunjukkan makna “Maha” adalah sebagai berkut.
No Sifat Maknawiyah Artinya Sifat Mustahil Artinya
1. Qadiran Maha Kuasa Ajzun Yang Maha Lemah
2. Muridan Maha Berkehendak Mukrahan Yang maha terpaksa
3. Aliman Maha Mengetahui Jahilun Yang maha bodoh
4. Hayyan Maha Hidup Mayyitun Yang mati
5. Sami’an Maha Mendengar Ashamma Yang maha tuli
6. Basiran Maha Melihat A’ma Yang maha buta
7. Mutakaliman Maha Berfirman Abkama Yang maha bisu

7
C. Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT

1. Wujud

Wujud berarti ada. Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau

menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Adapun sifat mustahil-Nya

adalah adam yang berarti tidak ada.

Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri

yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta

isinya. Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal? Siapakah Dia

Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu? Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan

Maha Tinggi. Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.

Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya,

seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa

berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha

Kuasa ( Allah SWT).

Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman :

َ‫ض َوالي ِه تُحش َُر ْون‬ ْ ‫﴾ َوه َُو الذِى ذَ َرئ َ ُك ْم فِى‬78﴿ َ‫ار َواال ْفئِدَة َ قَ ِليْال َما ت َ ْش ُك ُر ْون‬
ِ ‫االر‬ َ ‫ص‬َ ‫شا َ لَ ُك ُم الس َّْم َع َواال ْب‬
َ ‫َوه َُو الذِى ا َ ْن‬

ِ ‫الف اللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬


﴾٨٠–٧٨»‫﴾ ﴿المؤمنون‬80﴿ َ‫ار اَفَال ت َ ْع ِقلُ ْون‬ ْ ُ‫﴾ َوه َُو الذِى يُحْ يِى َوي ُِميْتُ َو َله‬79﴿
ِ ِ‫اخت‬

Artinya : “Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran,

penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan

serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan

dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur

8
pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?” (QS.Al Muminun

:78-80)

2. Qidam

Qidam berarti terdahulu. Allah SWT mempunyai sifat terdahulu karena tidak

ada yang mendahului. Sifat mustahil-Nya adalah Hudus yang artinya baru.

Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan

sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk

melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.

Firman Allah SWT :

ٍ ‫اطنُ َوه َُو بِ ُك ِل ش‬


﴾3»‫َئ َع ِلي ٍْم ﴿الحديد‬ َّ ‫االخ ُر َوال‬
ِ َ‫ظاه ُِر َوالب‬ ِ ‫االو ُل َو‬
َّ ‫ه َُو‬

Artinya: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452];

dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.(QS.Al-Hadiid:3)

Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya

keberadaan Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan

hancur berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta,

tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan.

3. Baqa’

Baqa’ berarti kekal. Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau

penghabisan. Sifat mustahilnya adalah fana’ artinya rusak atau binasa. Semua

mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan

bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada

akhirnya.

9
Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan

menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur

maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita

berbangga diri di hadapan Allah SWT. Betapa tidak patutnya kita berbangga diri

dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat

sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal. Firman Allah SWT

﴾٢٦–٢٧»‫﴾ ﴿الرحمن‬27﴿ ‫﴾ َويِبْقى ِوجْ هُ َربك ذُوا ال َجال ِل ِواال ْك َر ِام‬26﴿ ‫ان‬
ٍ َ‫ُك ُّل َم ْن َعلَ ْي َها ف‬

Artinya : Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu

yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS.Ar Rahman :26-27)

4. Mukhalafatu lil Hawadisi

Mukhalafatu lil Hawadisi berarti berbeda dengan semua yang baru (mahluk).

Sifat mustahilnya adalah mumasalatu lil hawadisi artinya serupa dengan semua yang

baru(mahluk).

Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba

kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama

dengan baju yang dibuat orang lain. Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak

mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan

mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya.

Firman Allah SWT :

﴾١١»‫صي ُْر ﴿الشورى‬


ِ َ‫ئ َوه َُو الس َِّم ْي ُع الب‬ َ ‫ لَي‬.…
ٌ ‫ْس ك َِمث ِل ِه ِش‬

10
Artinya :”……… Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang

Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS Asyura’: 11)

Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang

lain yang berbunyi :

﴾٤»‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا ا َ َحدٌ ﴿األخالص‬

Artinya : “……….Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah).”(QS Al

Ikhlas :4)

Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak

setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya.

Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya.

5. Qiyamuhu Binafsihi

Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa

membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan

sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT

menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan

siapapun.

Sifat mustahilnya adalah ihtiyaju lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain.

Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-

sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena

mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.

Firman Allah SWT :

ُّ ‫اَهللُ ال اِلهَ اِال ه َُو ال َح‬


﴾٢»‫ي القَي ُّْو ُم ﴿على عمران‬

11
Artinya : “Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa

berdiri sendiri.” (QS Ali Imran:2)

Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa

bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat

mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.

6. Wahdaniyah

Wahdaniyah berarti esa atau tunggal. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha

Esa., baik esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuata-Nya.

Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan

perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda

dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia,

ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.

Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama

dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.

Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh

perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah

SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.

Sifat mustahil-Nya adalah ta’adud artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT

mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi

saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti

alam semesta tidak akan terwujud.

12
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :

َّ ‫﴾ ا َهللُ ال‬1﴿ ٌ ‫قُ ْل ه َُو هللاُ ا َ َحد‬


﴾4﴿ ٌ ‫﴾ َولَ ْم َي ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا اَ َحد‬3﴿ ْ‫﴾ لَ ْم َي ِلدْ َولَ ْم ي ُْولَد‬2﴿ ُ ‫ص َمد‬

Artinya :”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah

Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak

diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al Ikhlas :1-

4)

Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang

dianggap muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah

SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut

dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain

Allah.”

7. Qudrat

Qudrat berarti kuasa. Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak,

tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri

maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya

dan ada yang membatasi. Contohnya, kekuasaan Presiden RI, dibatasi oleh undang-

undang dan batas kekuasaannya hanya untuk negara Indonesia.

Sifat mustahilnya adalah ‘ajzu, artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat

lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu,

maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah

SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).

Firman Allah SWT :

13
َ ‫ اِ َّن هللاَ َعلى ُك ِل‬.…
﴾٢٠»‫شئ ٍِْ قَ ِديْر ٍ﴿البقرة‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS.Al Baqarah:20)

Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki

karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai

hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

8. Iradat

Iradat berarti berkehendak. Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas

kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari

siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap

Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.

Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai

keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan

tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal

ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT

memiliki kehendak yang tidak terbatas.

Adapun sifat mustahilnya adalah karahah, artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat

karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab

karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat

kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak)

mustahil bersifat karahah (terpaksa). Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT

berfirman :

﴾٧٢»‫ش ْيئًا ا َ ْن َيقُو َل لَهُ ُك ْن فَ َي ُك ْونُ ﴿يس‬


َ َ‫ا َِّنَِ َما ا َ ْم ُرهُ اِذَا ا َ َراد‬

14
Artinya : “Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah

berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah”. (QS. Yasin : 82)

Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang

bertujuan membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini

hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan

tujuan mengharap rida Allah SWT.

9. Ilmu

berarti mengetahui. Sifat mustahilnya adalah Jahlun yang artinya bodoh.

Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya

ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui

segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.

Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan

ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah

SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan

air yang banyak seperti semula.

Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di

dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang

diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja

yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.

Firman Allah SWT :

َ ‫ض َوهللاُ بِ ُكل‬
﴾١٦»‫شئ ٍِْ َع ِل ْي ٌم ﴿الحجرات‬ ِ ‫االر‬
ْ ‫ت َو َما فِى‬
ِ ‫َّموا‬
َ ‫ َوهللاُ يَ ْعل ُم َما فِى الس‬.…

15
Artinya :”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di

bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hujurat:16).

Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus

menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui,

masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.

10. Hayat

Hayat berarti hidup. Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya

melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda

dengan makhluk yang diciptakan-Nya.

Sifat mustahilnya adalah mautun yang artinya mati. Contohnya, manusia ada yang

menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat,

tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua

itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk

pun tidak.

Firman Allah SWT :

﴾225»‫ ﴿ البقرة‬.… ‫ي القيُّو ُم ال ت َا ُخذهُ ِسنَة َوال ن َْو ٌم‬


ُّ ‫هللاُ ال الهَ اال ه َُو ال َح‬

Artinya:”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus

mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur”. (QS Al Baqarah: 255)

Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh

karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak

gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut

akan kita pertanggungjawabkan.

16
11. Sama’

Sama’ berarti mendengar . Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di

alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT

walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.

Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak

terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan

waktu.

Sifat mustahilnya adalah summun artinya tuli (tidak mendengar). Allah SWT

mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar

pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.

Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya

tidak dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil

bersifat summun . Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut.

﴾٧٦»‫س ِمي ُع ال َع ِلي ُم ﴿المائده‬


َ ‫ َوهللاُ ه َُو ال‬.…

Artinya :”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS Al

Maidah :76)

Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan

berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik

lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik

terucap maupun di dalam hati.

17
12. Basar

Basar berarti melihat. Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam

semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh

atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu

yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti

semuanya terlihat oleh Allah SWT.

Sifat mustahil-Nya adalah ‘umyun, artinya buta. Allah SWT wajib bersifat

kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada

karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.

Firman Allah SWT sebagai berikut.

ِ َ‫َوهللاُ ب َما ت َ ْع َملونَ ب‬


﴾٢٦٥ »‫صي ٌْر﴿البقرة‬

Artinya :”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(al-Baqarah:

265)

Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam

berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau

teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh karena

itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung

jawabkannya kelak di akhirat.

13. Kalam

Kalam berarti berfirman atau berbicara. Allah SWT bersifat kalam artinya

Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-

Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena

18
Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh

manusia. Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun

sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu

Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan

kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.

Sifat mustahi-Nya adalah bukmun, artinya bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu.

Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti

maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun

larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT

dalam surah An Nisa’ : 164.

﴾١٦٤»‫َو َكلَّ َم هللاُ ُموسى تَك ِلي ًما ﴿النسأ‬

artinya :”…….Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang

jelas.(QS AnNisa’ :164)

Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri

mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika

kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Apabila kita menerima nikmat,

maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri

bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.

D. Hikmah Beriman Kepada Allah SWT

Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak

hikmah diantaranya :

1. Meyakini kebesaran Allah SWT

19
2. Meningkatkan rasa syukur

3. Selalu menjalankan perinyah-Nya.

4. Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.

5. Tidak takut menghadapi kematian.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya

iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti

beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat. Allah SWT

sebagai pencipta memiliki sifat-sifat wajib yang agung serta sifat yg mustahil yang

tidak mungkin dimiliki, Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan

memberikan banyak hikmah diantaranya, meyakini kebesaran Allah SWT,

meningkatkan rasa syukur, selalu menjalankan perinyah-Nya.

B. SARAN

Semoga dengan memahami makna iman kepada Allah SWT dapat menambah

rasa penghambaan kita kepada-Nya serta kita senantiasa mengagungkannya karena

sifat-Nya yang mulia dan meningkatkan keimanan kita kepada ALLAH SWT.

20
DAFTAR PUSTAKA
http://rohissmpn14depok.wordpress.com/kbm-pai/iman-kepada-allah-swt/
http://paismpn4skh.wordpress.com/2011/09/26/iman-kepada-allah-swt/

21

Anda mungkin juga menyukai