Anda di halaman 1dari 9

SUMBER DAYA KETENAGAAN KETIKA TERJADI BENCANA

Ketika berhadapan dengan keadaan darurat bencana, petugas kesehatan


lingkungan akan mendapatkan situasi yang serba tidak pasti. Kondisi keadaan darurat
bencana menampilkan potensi yang berkembang dengan konsekuensi-konsekuensi tidak
pasti. Ketidak-pastian ini menyangkut beberapa aspek kemungkinan terjadinya turutan
dengan ketidak pastian seperti berikut :
1. Jika (if) terjadi,
2. Kapan (when) terjadi,
3. Di mana (where) terjadi,
4. Bobot (magnitude) kejadian,
5. Siapa (who) yang akan terkena atau,
6. Apa (what) yang akan terkena konsekuensi kejadian.

Masalah yang akan dihadapi akan bergulir terus dan berproses. Mulai dari
penyebab bencana (keterlibatan manusia dan kepentingannya dengan marabahaya)
sampai terjadi evolusi potensial situasi kedaruratan bencana. Penilaian awal maupun
penilaian-penilaian selanjutnya yang dilakukan untuk memutuskan tindakan apa yang
harus dilakukan merupakan pemotretan-pemotretan sesaat yang selalu harus diperbaharui
lagi.
Menghadapi situasi yang terus berkembang itu, salah satu langkah yang
membantu adalah dengan cara menganalisiskan berulang-ulang situasi kedaruratan dan
memilah-milah menjadi kompenen-kompenen masalah yang dapat diatasi segera. Berarti
pada tahap awal yang mendesak, diperlukan tindakan-tindakan urgen untuk mengatasi
kompenen masalah hasil pemilahan tanpa perlu menguasai sekaligus keseluruhan
masalah secara utuh.

A. Manajemen Strategis Kesehatan Lingkungan


Upaya menanggulangi kedaruratan kesehatan lingkungan dilakukan sejak tahap
sedini-dininya, yaitu sebelum kondisi kesehatan lingkungan menimbulkan dampak yang
merugikan kesehatan masyarakat. Dasar penanggulangan kedaruratan kesehatan
lingkungan diperoleh dari penilaian awal (initial assessment) yang dilakukan pada tingkat
ketika bencana baru terjadi. Data yang diperoleh pada tahap ini masih sangat terbatas dan
simpang-siur namun perlu diperoleh juga untuk menyusun sesuatu rencana terbatas dalam
keadaan mendesak (contingency plan). Berdasarkan data yang terbatas (kualitas dan
kuantitasnya) ini langkah-langkah penanggulangan sudah dilakukan dengan sikap
antisipatif yaitu siap untuk melakukan perubahan dan pengembangan langkah-langkah di
mana perlu.
Rencana terbatas ini harus dipantau terus-menerus dan dikembangkan sesuai
dengan perubahan keadaan. Paling tidak rencana pengambilan keputusan diambil
berdasarkan masalah yang teridentifikasi saat itu. Masalah yang teridentifikasi diperoleh
dengan mengacu kepada tiga sumber yaitu pertama, ketimpangan antara kebutuhan
masyarakat dan tersedianya pelayanan; kedua, penyebab langsung terjadinya bencana
serta faktor-faktor yang mendasari; dan ketiga, informasi mengenai perkembangan atau
perubahan potensial mengenai situasi yang dihadapi.
Dalam upaya menanggulangi kedaruratan kesehatan lingkungan, diperlakukan
langkah-langkah manajemen. Pengelolaan sumber daya ketenagaan merupakan bagian
daripada manajemen. Upaya menanggulangi kedaruratan itu dimulai dengan tiga dasar
program yaitu penentuan misi, goal, dan objektif. Setekah dasar-dasar progam itu
dipahami dan dikaji tahap berikutnya adalah membuat kebijakan-kebijakan untuk
melangkah selanjutnya. Langkah dimaksud adalah menyusun manajemen strategis
kesehatan lingkungan yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading, directing), dan pengendalian
(control).
1. Misi
Sebelum melangkah ke dalam upaya penanggulangan kedaruratan
kesehatan lingkungan, harus terlebih dahulu diformulasikan tertulis
pernyataan yang menjelaskan segala apa yang dilakukan organisasi dan
tentukan pula batas-batas kewenangan yang dimiliki oleh organisasi. Misi
dapat dipertanggungjawabkan. Jika dibelakang hari program sudah berjalan,
semua pertanyaan mengenai keabsahan dan dasar dari program dapat diacu
kepada isi misi itu. Misi dibuat oleh jajaran pimpinan suatu organisasi.
Pernyataan dalam misi berisi uraian umum tentang fungsi atau pelayanan
yang dilakukan sebatas kewenangan secara hukum (jurisdiction and
authority). Misi merupakan penjelasan bagi pihak-pihak yang
mempertanyakan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan merupakan legalitas
kegiatan karena didukung oleh legislasi, regulasi dan peraturan. Dengan kata
lain , misi merupakan bahan informasi resmi dari suatu organisasi yang
melakukan kegiatan. Selama program dalam organisasi berjalan, misi tidak
berubah-ubah kecuali diganti oleh kewenangan hukum atau kewenangan lain.

Contoh dari pernyataan misi adalah :


“perlindungan dan peningkatan kesehatan dalam masyarakat di wilayah X
yang terkena bencana sebatas ketentuan legal yang berlaku.”
Misi amat penting untuk menjadi pedoman organisasi. Misi akan mengarahkan
perhatian semua personel organisasi kepada tugas-tugas yang harus diselesaikan.

2. Goal
Goal dibuat oleh jajaran pemimpin organisasi penanggulangan bencana
dan jajaran di bawahnya. Goal merupakan pernyataan tentang pencapaian
yang diharapkan untuk keberhasilan misi dalam jangka panjang. Untuk
menyesuaikan dengan kondisi-kondisi yang berubah sepanjang pelaksanaan
program, goal boleh diubah-ubah (inilah perbedaan misi dan goal). Goal dapat
dijadikan kerangka kerja tempat mengevaluasi kemajuan program. Goal
utamanya adalah pernyataan pencapaian yang diharapkan dalam jangka
panjang dan tidak memberi batasan kapan pencapaian itu diperoleh. Goal juga
tidak dibatasi oleh sumber daya dan pengetahuan ilmiah yang dimiliki
sekarang. Jadi, goal memberikan petunjuk apa-apa yang harusdiraih agar
program maju menuju keberhasilan misi.
Goal merupakan ikrar sendiri yang dibuat oleh organisasi, bukan
merupakan pesanan dari luar organisasi. Oleh karenanya, goal boleh
dikembangkan se-ideal mungkin selama masih berada di dalam batas-batas
pertimbangan rasional. Badan-badan organisasi yang membidangi
perencanaan yang komprehensif perlu membuat goal yang luas, sedangkan
yang lebih spesifik dan konsisten dengan goal badan yang membawahinya.

Contoh goal yang dapat dinyatakan oleh organisasi :


“mengatasi semua masalah kesehatan lingkungan”, atau,
“mengurangi masalah sanitasi lingkungan sampai tingkat pedesaan.”

3. Objektif
Objektif adalah uraian rinci daripada goal tertentu. Objektif program
menentukan APA-APA dan BERAPA BANYAK yang harus dikerjakan untuk
menuju objektif kesehatan. Objektif kesehatan merupakan ujung kegiatan dan
petunjuk yang harus diikuti oleh kegiatan program.Objektif dibatasi oleh
jangka waktu dan lebih terukur dibandingkan dengan goal.pembatasan waktu
bagi objektif membuka peluang untuk menetapkan intensitas kerja yang
diperlukan untuk mencapainya.

Objektif berisikan 4 unsur, yaitu:


 Pernyataan masalah kesehatan
 Ketentuan tentang kelompok sasaran yang dipilih
 Kuantifikasi hasil-hasil yang diharapkan
 Batasan untuk menapai hasil yang diharapkan
Karakteristik objektif terangkum dalam singkatan kata SMART yaitu yang
spesifik (Sepecific) dapa di ukur (Measurable),dapat
dicapai(Achievable),realisik(Realistic),dalam jangka yang ditemukan(Time-
bound).

4. Sepesifik(Specific)
Objektif yang disampaikan harus dalam bentuk yang jelas mengarah
kepada suatu objek tertentu (spesifik) misalnya, objektif umum :
“menyediakan air minum sampai cukup.” Air minum merupakan objek yang
spesifik sehingga arahan program semata-mata menuju air minum.

5. Terukur(Measurable)
Objektif yang terukur menggambarkan bahwa sumber pengukuran sudah
teridentifikasi dan dapat melakukan tindakan pengukuran sambil maju menuju
pencapaian objektif itu. Pengukuran ini merupakan standar yang dicapai untuk
memperbandingkan perubahan yang terjadi dari satu tahap ke tahap yang lain.
Dengan adanya kesanggupan mengukur suatu benar.

Beberapa pernyataan untuk melakukan pengukuran objektif adalah :


 Bagaimana cara mengetahui adanya perubahan dalam kegiatan?
 Apakah ada cara pengukuran perubahan?
Setiap tahap ini dilengkapi dengan sistem evaluasi yang memberikan
umpan-balik sebagai modal untuk maju ketahap berikutnya.

6. Dapat Dicapai(Achievable)
Objektif penanganan masalah kesehatan lingkungan yang sudah
ditentukan hendaknya dapat dicapai. Jika objektif baru bisa tercapai jauh
diwaktu mendatang, akan sukar untuk dapat mempertahankan motivasi dan
usaha pencapaianya. Beberapa pernyataan yang patut dijawab dalam upaya
pencapaian objektif antara lain adalah :
 Apakah usaha penanganan kesehatan lingkungan dalam keadaan
bencana yang dijalankan dapat dilakukan dalam jangka waktu yang
ditetapkan?
 Apakah keterbatasan dan hambatan dalam pelaksanaan usaha sudah
dipahami?
 Apakah usaha ini dapat dilaksanakan bermodalkan sumber daya yang
ada?
 Apakah ada usaha lain yang pernah berhasil mencapai objektif yang
ditentukan?

7. Realistik (Realistic)
Objektif yang dapat dicapai belum tentu realistik. Untuk mencapai suatu
objektif diperlukan sumber daya misalnya, dana, alat-alat, keterampilan, dan
lain-lain untuk setiap tugas yang harus dikerjakan.Berarti,objektif yang
realistik adalah objektif yang sesuai dengan sumber daya yang tersedia untuk
pelaksanaan pencapaian objektif tersebut,Menghadapi masalah sesuai sumber
daya dengan usaha pencapaian objektif dapat dilakukan penyiasatan dengan
mengubah prioritaskegiatan sesuai dengan kondisi keselarasan sumber daya
yang ada dan usaha yang perlu dilakukan pada tiap tahap.Beberapa pernyataan
yang dijawab agar objektif menjadi realistik antara lain adalah:
 Apakah perlu meninjau ulang prioritas kegiatan yang sudah dibuat
agar objektif dapat dipakai?
 Apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai objektif?

B. Dalam Jangka Waktu Yang Ditentukan(Time-Bound)


Untuk mencapai suatu objektif batas waktu pencapaian harus ditentukan. Dengan
adanya batas waktu pencapaian, motivasi dan urgensi menjadi pendorong untuk bergerak
dengan yakin menuju pencapaian objektif yang sudah ditentukan. Jangka waktu yang
ditentukan merupakan bentuk keterikatan kegiatan pada bats-waktu (dead-line) untuk
mencapai objektif. Namun, ketentuan batas waktu ini juga harus realistik dan dapat
dicapai. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab agar objektif dapat dicapai tepat pada
waktunya antara lain adalah :
 Kapan objektif itu dapat dicapai?
 Adakah batas-waktu yang sudah ditentukan?
Objektif harus dapat dinilai. Agar selaras dengan yang dinilai, sistem evaluasi juga
harus dikaitkan dengan objektif-objektif itu. Untuk itu, objektif-objektif itu harus dibatasi
dalam arti dapat di observasi atau diukur tingkat pencapaiannya. Jadi dalam kaitan
dengan penilaian kesehatan lingkungan, objektif adalah sejumlah perbaikan terukur yang
harus dibuat terhadap masalah kesehatan lingkungan dalam waktu yang ditentukan.
Berarti objektif memberikan petunjuk tingkat kualitas kesehatan lingkungan mana yang
harus dipertahankan selama interval waktu yang ditetapkan. Objektif sebuah program
dalam penggal waktu yang ditetapkan menentukan apa dan berapa banyak yang harus
dilakukan menuju objektif tersebut dan sekaligus menjadi petunjuk yang harus diikuti
kegiatan program agar sampai kepada objektif itu.
Sering kali objektif baru dapat dicapai setelah program berjalan lama. Dalam hal
itu, perlu dibuat beberapa tahapan objektif menuju goal selama program berjalan. Untuk
mempermudah pengimplementasian program batuan kepada korban bencana misalnya,
objektif dapat disusun menurut peringkat :
 Objektif Umum (General Objective)
 Objektif Menengah (Intermediate Objective)
 Objektif Operasional (Specific/Operational Objective)
Objektif umum merupakan pernyataan yang meliputi keseluruhan maksud suatu
operasi tanpa menjelaskan cara pencapaian hasil yang diharapkan.
Misalnya :
 “mengurangi angka malnutrisi dari 30 persen menjadi 5 persen pada populasi
koban bencana dalam waktu 6 bulan.”
 “menyediakan air minum yang aman kepada 80 persen korban bencana alam
dalam waktu 3 bulan.”
Jelas untuk mengimplementasikan objektif itu masih perlu dicari faktor-faktor apa sja
yang dapat mengurangi angka malnutrisi dari 30 persen menjadi 5 persen. Secara garis
besar perlu dijelaskan penyebab-penyebab malnutrisi yang dapat diintervensikan untuk
mengurangi angka malnutrisi. Atau, faktor apa saja yang bisa menjadikan air minum
aman dan tersedia untuk 80 persen populasi. Untuk menjadikan air minum aman, air itu
harus sudah didesinfeksikan sebelum didistribusikan kepada populasi. Untuk menjadi
lebih jelas menjadi lebih jelas objektif selanjutnya disampaikan menurut peringkat
berikut, yaitu Objektif Menengah (Intermediate Objectife).

1. Objektif Menengah (Intermediate Objective)


Objektif menengah merupakan objektif yang lebih rinci dengan
memberikan strategi yang akan dipakai untuk mencapai objektif itu.
Misalnya:
“usaha kegiatan (mengurangi angka malnutrisi) diarahkan kepada penyebab-
penyebab malnutrisi yang dapat diintervensikan yang diarahkan antara lain untuk
memengaruhi insiden penyakit diare, pendidikan kesehatan, atau kemudahan
akses kepada pangan. Pada desinfeksi air minum, strategi yang dapat dilakukan
diantaranya adalah dengan cara membubuhkan klor pada air baku.”

2. Objektif Operasional (Specific/Operational Objective)


Objektif operasional adalah objektif yang secara spesifik menyampaikan
jenis tindakan akan diambil. Pada tingkat iniobjektif dikemukakandalam bentuk
yang konkret dan tindakan yang praktis. Misalnya, pembubuhan klor dapat
dilakukan sendiri oleh populasi setelah klor dibagikan kepada korban bencana
alam.
Tampak bahwa objektif umum masih sukar untuk diukur dan diobservasi
sedangkan objektif yang lebih akurat lebih mudah mengukurnya. Dengan
memilah-milah objektif menjadi bagian-bagian yang lebih spesifik dan konkret,
kegiatan menjadi lebih terfokus kepada kegiatan praktis misalnya, (menggali
sumur, membuat jamban) yang meliputi pengarahan sumber daya manusia,
finansial, dan aeri yang lebih sederhana dalam kondisi ketidakpastian keadaan
darurat.

3. Tugas
Pada tingkat yang lebih rinci, kegiatan yang tercantum dalam objektif
diuraikan lagi menjadi tugas-tugas yang harus dilakukan. Misalnya, dalam
objektif tercantum kegiatan “menentukan status gizi dan angka malnutrisi pada
anak-anak (dalam rangka menurunkan angka malnutrisi)”. Kegiatan ini dijabarkan
menjadi tugas-tugas, mengukur tinggi badan anak, menimbang berat badan anak,
bercakap-cakap denganibu, dan tugas-tugas lain. Dengan jelasnya tugas yang
harus dilakukan maka pada tahap berikutnya adalah menentukan sumber daya
yang diperlukan untuk pengimplementasian tugas tersebut.

4. Penentuan sumber daya


Pada contoh diatas untuk melakukan tugas mengukur tinggibadan anak
diperlukan sumber daya yang meliputi petugas pengukur, alat pengukur tinggi
badan, dan ala tulis untuk mencatat hasil pengukuran. Semua ini merupakan
bagian dari pada perencanaan yang diperlukan dalam pengolahan korban bencana.

5. Perencanaan
Pertanyaan awal yang diajukan adalah: ‘mengapa harus
merencanakan?’perencanaan adalah bagian dari manajemen, yaitu proses menata
objektif kinerja dan menentukan langkah yang perlu dilakukan untuk
mencapainya. Seorang manajer menentukan hasil kerja yang dikehendaki dan
cara-cara mencapainya melalui perencanaan.
Harus mempunyai perencanaan tertulis sehingga tidak terjadi saling
tumpang-tindih ketika akan melaksanakan program bantuan. Secara umum
perencanaan merupakan tekad (commitmen) resmi tertulis yang memproyeksikan
pada kedudukan perspektif segala kegiatan-kegiatan au rencana –rencana kegiatan
semua badan (agancies) yang terlibat dalam kegiatan program bantuan. Berarti
segala kegiatan atau rencana kegiatan sekarang dan yang akan datang (dengan
tingkat fleksibilitas yang dapat ditoleransikan) sejak awal sudah dianisipasikan
dengan jelas.
Perencanaan cara menanggapi keadaan darurat dan cara bagaimana
mengelolanya amat besar pengaruhnya terhadap pemulihan kehidupan masyarakat
setelah bencana dan kemungkinan pembangunan di masa yang akan datang.
Terkait dengan penanggulangan kedaruratan kesehatan lingkungan,
perencanaan dalam program bantuan hendaknya,
 Dikembangkan di dalam kerangka goal (atau beberapa goal) yang
sudah ditentukan;
 berhubungan dengan kegiatan yang akan datang;
 diarahkan dengan peningkatan atau pemeliharaan status kesehatan
secara komprehensif semua korban bencana dalam batas lokasi
geografis tertentu dan batas kewenangan legal organisasi atau badan
yang menggembangkan rencana itu
Jika direncanakan suatu tindakan penanggulangan menyeluruh hadap
masalah kedaruratan kesehatan lingkungan, dapat dibuat suatu perencanaan
penanggulangan komprehensif terhadap penyakit-penyakit.
Perencanaan ini merupakan cetak-biru untuk kegiatan-kegiatan yang
dikembangkan mulai dari kegiatan spesifik program, kemudian ke objektif
kesehatan sapai dengan kepada goal. Selama kegiatan berlangsung, objektif
program dan objektif kesehatan diproyeksikan sepanjang waktu yang sama.
Walaupun bersifat komprehensif, rencana harus dirancang dalam bentuk spesifik
untuk masalah kesehatan tertentu sehingga hasilnya akan lebih jelas.
Perencanaan penanggulangan yang komprehensif terhadap penyakit-
penyakit yang berbasis lingkungan (comprehensive onvironmental health plan)
berisikan,
 pernyataan tentang batasan masalah kesehatan dan lingkungan
berdasarkan informasi statistik;
 pembahasan mengenai sebab-sebab dan faktor lingkungan terkait
dengan masalah kesehatan serta faktor-faktor lain;
 objektif kesehatan yang dikuantifikasikan dalam bentuk angka
kematian(mortality) dan kesakitan (morbidity) di dalam populasi para
korban bencana dan diproyeksikan sepanjang periode waktu
tertentu;
 objektif rogram yang akan dilaksanakan untuk mencapai objektif
kesehatan serta dikuantifikasikan dalam bentuk penyingkiran
faktor-faktor kausatif lingkungan sepanjang periode watu itu.
 kegiatan program yang akan dikerjakan oleh orang atau badan tertentu.

Dalam penyusun perencanaan penanggulangan yang komprehensif


terhadap penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan dalam kedaruratan
kesehatan lingkungan, hendaknya tetap diingat bahwa masalah kesehatan tidak
bertumpu hanya kepada masalah semata. Banyak faktor lain di luar masalah
lingkungan yang berkaitan dengan masalah.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi masalah antara lain adalah,
 Kondisi sosio-ekonomi.
 perilaku masyarakat.
 pendidikan.
 pelayanan masyarakat
 Dan lain-lain.
Langkah-langkah perencanaan
Perencanaan program dalam keadaan darurat bencana meliputi:
a. Upaya mengubah faktor-faktor penyebab masalah kesehatan.
b. Menentukan
 APA yang akan dikerjakan;
 TEMPAT melaksanakan program;
 BAGAIMANA melakukan program;
 pembuatan RAMBU-RAMBU ARAHAN (road-map)
kegiatan,jadwal;
 PERIODE WAKTU pelaksanaan program.
c. memerhatikan aspek perubahan masalah kesehatan.
d. metode diagnosis masalah kesehatan.
e. memberikan bimbingan ke arah pemecahan masalah kesehatan yang
sudah ditentukan
f. setelah ada perencanaan program dilakukan kegitan.

Anda mungkin juga menyukai