Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
indonesia sebagaimana yang dimaksudkan dalam pancasila dan UUD 45.
Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis.
Kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa
Puskesmas sebagai bagian dari sistem Kesehatan Nasional, sub sistem, dari
kesehatan yang berada di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional. Sebagai
sistem yang harus berjalan, Puskesmas dilengkapi dengan organisasi,
memiliki Sumber Daya dan Program kegiatan pelayanan kesehatan.
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan
yang wajib dilaksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Ada 6 program pokok pelayanan kesehatan diantaranya program
pengobatan, promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan
penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikan
gizi masyarakat.
program kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu program
yang ada di puskesmas yang berupaya untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan yang meliputi pekerjaan formal maupun
informal dan berlaku bagi setiap orang yang berada dilingkungan tempat
kerja yang berdasar kepada Kepmenkes nomor 128/MENKES/SK/II 2004
tentang kebijakan dasar puskesmas yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwilayah kerja termasuk upaya

1 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


kesehatan kerja. Ada (3) upaya dasar yang dilakukan di bidang kesehatan
dan keselamatan kerja
1) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya
ditempat kerja
Kegiatan upaya tersebut meliputi ;
a. pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman ditempat kerja
b. pemantauan dan pengendalian tindakan tidak aman ditempat kerja
2) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan
pengawasan.
Kegiatan upaya tersebut meliputi:
a. pelatihan dan pendidikan K3 terhadap tenaga kerja
b. konseling dan konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga
kerja
c. pengembangan sumber daya ataupun teknologi yang berkaitan
dengan penerapan K3 ditempat kerja
3) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui sistem manajement
Kegiatan upaya tersebut meliputi:
a. prosedur ndan aturan K3 ditempat kerja
b. penyediaan sarana dann prasarana K3 dan pendukungnya ditempat
kerja.
c. penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja
pada tenaga kerja
1.2 Tujuan
Umum : Meningkatkan kemampuan manajemen Program K3
Puskesmas dalam mengelola kegiatannya dalam upaya
Peningkatan pencapaian program K3.
Khusus :
1. Dapat disusunnya rencana usulan kegiatan program K3
2. Dapat disusunnya rencana pelaksanaan kegiatan progaram K3

1.3. Manfaat
Program Perencanaan dan Evaluasi diharapkan memiliki berbagai
manfaat antara lain sebagai berikut :

2 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Bagi disiplin Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota, produk studi ini dapat
digunakan sebagai masukan terhadap konsep dan teori mengenai
pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja
2. Bagi pihak Puskesmas Limba B, hasil studi ini akan memberikan
sumbangan mengenai hal-hal yang perlu dikembangkan dalam
pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Bagi Masyarakat yang berada dilingkungan kerja, pekerja, hasil evaluasi
akan menyadarkan mengenai pentingnya pemahaman terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja program K3 yang ada di puskesmas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan dan Evaluasi Program


2.1.1 Pengertian Perencanaan

3 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-
persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa
datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan
keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program.
Beberapa ahli lain merumuskan perencanaan sebagai mengatur
sumber-sumber yang langka secara bijaksana dan merupakan
pengaturan dan penyesuaian hubungan manusia dengan lingkungan
dan dengan waktu yang akan datang.
Definisi lain dari perencanaan adalah pemikiran hari depan,
perencanaan berarti pengelolaan, pembuat keputusan, suatu
prosedur yang formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam
berbagai bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi.
Menurut Wilson, Pengertian Perencanaan merupakan salah
satu proses lain, atau merubah suatu keadaan untuk mencapai
maksud yang dituju oleh perencanaan atau oleh orang/badan yang
di wakili oleh perencanaan itu. Perencanaan itu meliputi : Analisis,
kebijakan dan rancangan. Perencanaan tidak lain merupakan
kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-
cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David
L. Kurtz (1984) bahwa : planning may be defined as the proses by
which manager set objective, asses the future, and develop course
of action designed to accomplish these objective. Sedangkan T.
Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa : Perencanaan
(planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan
penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
2.1.2 Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-
masing menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap

4 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penafsiran (approach), pemberian angka
(rating), dan penilaian (assesment), kata-kata yang menyatakan
untuk menganalisis suatu hasil kebijakan dalam arti satuan
nilainya. Evaluasi berkenaan dengan produk informasi mengenai
nilai atau manfaat suatu hasil kebijkan. Ketika hasil suatu
kebijkaan pada kenyataannnya mempunyai nilai, hal ini karena
hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran (Dunn,
2000).
Definisi lain tentang evaluasi adalah mencari sesuatu yang
berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa
informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur
tertentu (Worthen dan Sanders, 1979). Karenanya evaluasi bukan
merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut
senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang
telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang
dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
Menurut Stufflebeam dalam Worthen dan Sanders (1979) evaluasi
adalah process of delineating, obtaining and providing useful
information for judging decision alternatives.
Dari pengertian-pengertian diatas, evaluasi merupakan
sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh
mana keberhasilan sebuah kebijakan/program. Dalam evaluasi
terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun
secara prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang
sama. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan 24 pelaksanaannya.
Jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu (prove) maka
evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve). Terkadang,
penelitian dan evaluasi juga digabung menjadi satu frase,
penelitian evaluasi. Sebagaimana disampaikan oleh Subarsono
(2006) penelitian evaluasi mengandung makna pengumpulan

5 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah program
yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan
metodologi ilmiah sehingga darinya dapat dihasilkan data yang
akurat dan obyektif.
Evaluasi Formatif dan Sumatif Rumusan Evaluasi mengacu
pada proses penentuan manfaat atau kepentingan sebuah kegiatan,
kebijakan atau program. Sebuah penilaian yang subyektif dan
sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang
direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah
diselesaikan. Berdasarkan kegunaan, fokus dan output evaluasi,
evaluasi formal dapat dibedakan menjadi dua tipe (Patton dan
Sawicki, 1986), yaitu:
a. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang ditujukan untuk
meningkatkan daya guna, dan pada umumnya dilaksanakan
selama tahap implementasi proyek atau program. Evaluasi
formatif juga dapat dilaksanakan untuk alasan lain misalnya
pemenuhan kelengkapan, keperluan hukum, atau sebagian dari
pelaksanaan evaluasi yang lebih besar. Evaluasi formatif adalah
sebuah evaluasi yang menyelidiki cara-cara program, kebijakan
atau proyek diterapkan, apakah asumsi logika operasional
sesuai dengan kegiatan senyatanya dan apa hasil langsung yang
muncul dari tahapan tersebut. Evaluasi jenis ini biasanya
dilakukan selama tahap implementasi proyek atau program
tetapi dapat juga dilaksanakan secara ex post (sesudah terjadi).
Bagian dari apa yang dikenal sebagai pemantauan dan
evaluasi ini dapat juga dipandang sebagai penyelidikan yang
berorientasi proses. Evaluasi formatif dapat berisi penaksiran
nilai secara cepat, evaluasi paruh waktu, dan evaluasi proses
implementasi. Evaluasi selama tahapan implementasi (evaluasi
proses) memberikan masukan sehingga implementasi dapat

6 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


diperbaiki dan halangan terhadap peningkatan dayaguna dapat
dikenali dan disingkirkan.
b. Evaluasi sumatif (evaluasi hasil/dampak) adalah penyelidikan
yang dilakukan pada akhir sebuah pelaksanaan atau tahapan
pelaksanaan untuk menentukan seberapa jauh antisipasi hasil
akan didapatkan. Evaluasi sumatif ditujukan untuk memberikan
informasi tentang kegunaan sebuah program. Evaluasi sumatif
ditujukan untuk memberikan informasi tentang keuntungan dan
dampak program. Evaluasi sumatif termasuk: penilaian dampak,
penilaian ketepatgunaan dana, percobaan pura-pura dan
percobaan secara acak. Evaluasi hasil atau dampak umumnya
dilakukan setelah penerapan selesai. Evaluasi tersebut
digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang pertaliannya,
hasil pelaksanaan, dampak, kesinambungan, kegunaan eksternal
dan pelajaran.
2.1.3 Kriteria Evaluasi Program
Evaluasi diterapkan secara retropektif (ex-post), sedangkan
kriteria untuk merekomendasikan diterapkan secara perspektif (ex-
ante). Secara umum tolok ukur yang dapat dijadikan alat untuk
evaluasi suatu program meliputi :
a. Efektifitas : berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil
yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
b. Efisiensi : berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.
c. Kecukupan atau adequancy : berkenaan dengan seberapa jauh suatu
tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada
kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang
diharapkan.
2.1.4 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Program

7 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Evaluasi memegang peranan utama dalam setiap analisis
kebijakan atau program, secara umum fungsi evaluasi adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan atau
program, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah
dapat dicapai melalui tindakan publik, dalam hal ini evaluasi
mengungkapkan seberapa besar tujuan telah dicapai.
b. Melakukan klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang medasari
pemilihan tujuan dan target.
c. Evalusai memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.
2.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.2.1 Pengertian
SAFE adalah aman atau selamat. Safety menurut kamus besar tata
bahasa Indonesia yang telah diterjema dalam bahasa Indonesia adalah mutu
suatu keadaan aman atau kebebasan dari bahaya dan kecelakaan.
Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan
keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan Kecelakaan
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak
disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa
manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja atau sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja. Keselamatan
kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik
jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya
tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada
khususnya.

Seringkali kita dengar berita ada kecelakan di tempat kerja. Lebih-


lebih kecelakaan kerja di Proyek. Menurut beberapa sumber terungkap
bahwa sektor konstruksi menjadi penyumbang tertinggi kecelakaan kerja
bila dibanding dengan sektor lain.

8 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pada kesempatan ini akan kami sajikan beberapa teori tentang
kecelakaan kerja menurut beberapa ahli, antara lain :
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu
rangkaian kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian
kejadian tersebut yaitu : lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan
atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian
( Ridley, 1986 ).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih
dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili
perbuatan, kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-
kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu
diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi
antara korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan
lingkungan yang kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan
mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena
itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara
terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat
diketahui secara detail.
4. Teori Domino Terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori
yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja
adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus
mengembangkan teori Domino Heinrich untuk memperlihatkan
pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat

9 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


terdapat lubang dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini
dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai
keselamatan kerja.
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird
mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan
menggunakan teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:
a. Manajemen kurang kontrol.
b. Sumber penyebab utama.
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar).
d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar).
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
f. Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)
Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di
permukaan laut dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil
dari pada ukuran es sesungguhnya secara keseluruhan. Begitu pula
kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang tampak/terlihat lebih
kecil daripada kerugian keseluruhan.
Dalam hal ini kerugian yang tampak ialah terkait dengan biaya
langsung untuk penanganan/perawatan/pengobatan korban kecelakaan
kerja tanpa memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi
berlipat-lipat jumlahnya daripada biaya langsung untuk korban
kecelakaan kerja. Kerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah
jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja ditambahkan dengan
kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang diakibatkan
oleh kecelakaan kerja tersebut.

Kerugian-kerugian (biaya-biaya) tersebut antara lain :


a. Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja :
1) Biaya Pengobatan & Perawatan Korban Kecelakaan Kerja.
2) Biaya Kompensasi (yang tidak diasuransikan).

10 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


b. Biaya Tidak Langsung :
1) Kerusakan Bangunan
2) Kerusakan Alat dan Mesin
3) Kerusakan Produk dan Bahan/Material
4) Gangguan dan Terhentinya Produksi
5) Biaya Administratif
6) Pengeluaran Sarana/Prasarana Darurat
7) Sewa Mesin Sementara
8) Waktu untuk Investigasi
9) Pembayaran Gaji untuk Waktu Hilang
10) Biaya Perekrutan dan Pelatihan
11) Biaya Lembur (Investigasi)
12) Biaya Ekstra Pengawasan
13) Waktu untuk Administrasi
14) Penurunan Kemampuan Tenaga Kerja yang Kembali karena
Cedera
15) Kerugian Bisnis dan Nama Baik
2.2.2 Tujuan Kesehatann dan Keselamatan Kerja
Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:
1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan
bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain lain.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja
dan menjamin kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan
sumbersumber produksi lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman
sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

11 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi
industri serta pembangunan
Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
a. Manusia (pekerja dan masyarakat)
b. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
c. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh
tumbuhan)
2.2.3 Syarat-syarat Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Menurut perundang-undangan Timor-Leste menjelaskan
bahwa yang sekarang ini di terapkan guna meminimisasikan resiko di
lokasi proyek atau lokasi pabrik.
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan gelora.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja,
baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang,
binatang, tanaman atau barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

12 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
2.2.4 Pengenalan bahaya pada area kerja
Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan
kerja diperusahaan/industri, manusia menganggap bahwa
kecelakaan terjadi karena musibah, namun sebenarnya setiap
kecelakaan disebabkan oleh salah satu faktor sebagai berikut, baik
secara sendiri - sendiri atau bersama-sama, yaitu:
a. Tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act)
b. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
c. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
d. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
e. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.
2.2.5 Keadaan yang tidak aman dari area Kerja (Unsafe Condition)
Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan,
kontruksi kurang aman, bising dan alat-alat kerja yang kurang baik
dan rusak. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek
atau licin, ventilasi ataupertukaran udara , bising atau suara-suara
keras, suhu tempat kerja, tata ruang kerja/ kebersihan dan lain-
lain). Dan Akhirnya timbul pertanyaan apakah kecelakaan yang
merugikan itu dapat dicegah? Pada prinsipnya setiap kecelakaan
dapat diusahakan untuk dicegah karena, Setiap kecelakaan pasti
ada sebabnya. Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita
hilangkan maka kecelakaan dapat dicegah.
Mengatasi Lingkungan Yang Tidak Aman Sebenarnya
Cukup Mudah Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan
tidak aman tersebut agar tidak lagi menimbulkan bahaya, misalnya

13 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki. Dieleminir/diisolir,
sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada
mesin diberi tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat
keselamatan kerja. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman
dikendalikan secara teknis, misalnya memasang safety valve pada
bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan
pengawasan yang seksama terhadap lingkungan kerja.

BAB III
PROFIL PUSKESMAS

3.1. Gambaran Umum Puskesmas


2.1.2 Luas Wilayah

14 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Letak Geografis Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan
Kota Gorontalo yaitu luas wilayah 14,39 Km2 yang secara
geografis terletak pada :1 lintang utara 123 bujur timur.
Gambar 1. Peta Wilayah Puskesmas Limba Kec.Kota Selatan

Disamping itu pula Batas-Batas Wilayah Puskesmas Limba B


Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kota tengah.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kota Timur.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hulonthalangi
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Barat.
3.1.2 JumlahKelurahan dan Luas wilayah Wilayah Puskesmas Limba B
No. Kelurahan Luas (Km2)
1. Biawao 0,39
2. Biawu 0,62
3. Limba U.I 0,48
4. Limba U.II 0,81
5. Limba B 1,12

3.1.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


Jumlah penduduk Puskemas Limba B Kecamatan Kota Selatan
Tahun 2014 menurut estimasi yang didasarkan pada hasil sensus
penduduk tahun 2014 oleh BPS dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 39,45 % adalah sebanyak 24.015 jiwa yang terdiri dari
11.954 jiwa penduduk laki-laki (49,77%) dan 12.061 jiwa penduduk

15 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


perempuan ( 50,23%). Kelompok umur dan jenis kelamin
merupakan faktor penting dalam demografi. Dengan adanya data
jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin,
maka penduduk dapat diklasifikasikan menjadi penduduk usia muda,
usia produktif dan usia lanjut. Komposisi penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin itu pada setiap negara tidak selalu
sama.

Grafik 1 : menunjukkan bahwa komposisi penduduk menurut


kelompok umur di Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan
Tahun 2014 sebagian besar berada pada kelompok umur produktif
atau usia kerja. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk berusia 15-64
tahun yang mencapai8.628 jiwa laki-laki (35,92 %) dan 8.593 jiwa
perempuan ( 35,78 %). Dengan kondisi seperti ini memberikan
implikasi bahwa potenssi kelompok usia produktif perlu
mendapatkan perhatian dan pengembangan dalam menghasilkan
tenaga-tenaga terampil dan mandiri untuk mendukung pembangunan
kesehatan di Kecamatan Kota Selatan Tahun 2014di masa yang akan
datang.

BAB IV
TUGAS POKOK PROGRAM KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA

4.1. Tugas Pokok


Tugas pemegang program adalah sebagai pelaksana pengamatan
kesehatan dan keselamatan kerja, pengawasan kesehatan dan keselamatan

16 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


kerja dan pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka
perbaikan kualitas kesehatan dan keselamatan kerja yang ada ditempat kerja
untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan taraf hidup para
pekerja dan masyarakat yang ada ditempat kerja.
Uraian tugas pokok pelayanan kesehatan kerja menurut
peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi R.I No
Per.03/Men/1982, pasal 2 yaitu.
1. pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus
2. pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
3. pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4. pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
5. pembinaan dan pengawasan perlenfgkapan sanitair
6. pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja
7. pertolongan pertama pada kecelakaan
8. pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan petugas
9. memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
10. membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja, pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang
mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya.

BAB V
LAPORAN BULANAN DAN
PERENCANAAN PROGRAM K3 TAHUN 2016

5.1. Laporan bulan oktober Kegiatan K3 Tahun 2015


No Uraian Jumlah Ket
1 Pekerja Yang Sakit Dilayani 9
2 Kasus Penyakit Umum Pada Pekerja 9

17 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


3 Kasus Diduga Penyakit Akibat Kerja Pada Pekreja 0
4 Kasus Penyakit Akibat Pekerjaan Pada Pekerja 0
5 Kasus Kecelakaan Akibat Kerja Pada Pekerja 0
6 Frekuensi Penyuluhan Di Tempat Kerja Formal 0
7 Frekuensi Penyuluhan Di Tempat Kerja In Formal 9
8 Jenis Penyakit Umum Yang Terbanyak Dikalangan Hipertensi
Pekerja
9 Jenis Penyakit Karena Pekerjaan Yang Terbanyak Pada 0
Pekerja

5.2. Perumusan Masalah dan Penyebab Masalah Program K3


No Rumusan Masalah Berbagai Faktor Perumusan Penyebab
Penyebab Masalah Masalah
1 Tingginya angka Masih adanya pekerja Tidak tersediaannya APD
kecelakaan kerja, yang tidak yang memadai ditempat kerja
penyakit akibat menggunakan APD dan kurangnya pengawasaan
hubungan kerja, melakukan tindakan pada saat aktifitas kerja
penyakit akibat yang tidak aman saat
kerja, serta bekerja
pengadaan jaminan
kesehatan untuk Perilaku / kebiasaan Perilaku / kebiasaan pekerja
pekerja dan pekerja yang mengonsumsi alkohol
dokumen AMDAL atau obat-obat terlarang

Faktor Ekonomi Pemilik perusahaan


menganggap pengadaan APD,
pengadaan jaminan kesehatan
dan pembuatan dokumen
AMDAL sangat mahal
Ketidak tersediaannya tenaga
2 Masih rendahnya Kurangnya tenaga ahli ahli terutama didaerah
ketersediaan tenaga didaerah kurang terpencil/pelosok. Kurangnya
ahli pada alat kerja selektifnya perekrutan fasilitas pendidikan yang
atau pada kegiatan tenaga/pekerja menghasilkan SDM
kerja tertentu berkualitas dan memiliki
Faktor ekonomi skill/keahlian yang khusus
sehingga perekrutan pekerja
kurang berkualitas

Keterbatasan dana dalam


pengadaan pekerja ahli dari
luar daerah/negeri

5.3. Perumusan Pendekatan Pemecahan Masalah Program K3

18 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


No Rumusan Penyebab Inventarisasi Alternatif Rumusan Pendekatan
Masalah Pendekatan Pemecahan Pemecahan Masalah
Masalah
1. Tingginya angka - Melakukan penyuluhan - Membuat jadwal
kecelakaan kerja, K3 secara penyuluhan
penyakit akibat berkelanjutan - Membuat jadwal
hubungan kerja, - Kunjungan Ditempat kunjungan di tempat
penyakit akibat kerja secara kerja
kerja, serta berkelanjutan - Menjelaskan dan
pengadaan dokumen - Memberikan contoh mempraktekan tentang
AMDAL penggunaan alat penggunaan APD yang
pelindung diri yang sesuai dan aman baik
baik dan aman - Pengadaan klinik kerja
- Melakukan oleh pihak perusahaan
pemeriksaan kesehatan - Memberi sanksi tegas
- Pengadaan dokumen terhadap pemilik
AMDAL sesegera perusahaan yang tidak
mungkin memiliki dokumen
- Melakukan kerja sama AMDAL
Lintas Sektor - Melakukan kerja sama
Lintas Sektor Dengan
Pihak Pemerintah
Daerah atau dengan
Pihak lainnya

2. Masih rendahnya Melakukan Perekrutan Melakukan perekrutan


ketersediaan tenaga sesuai Bidang yang pekerja yang berkompeten
ahli/kompeten pada dibutuhkan dan memiliki pengalaman
pada kegiatan kerja kerja dibidangnya

5.4. Inventarisasi rencana kegiatan Program K3


No Pendekatan Inventarisasi rencana Rencana Anggaran
pemecahan kegiatan kegiatan Biaya
masalah Kegiatan
1 Membuat jadwal Membuat Jadwal Setiap 1 Rp 600.000
penyuluhan K3 di penyuluhan K3 tahun sekali Pengadaan
Instansi atau di properti
tempat kerja kegiatan
2 Membuat jadwal Jadwal kunjungan Setiap 1 Rp 200.000

19 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


kunjungan Di tempat bulan Dilakukan oleh
kerja pemegang
program K3
dan anggota di
puskesmas
3 Memberikan contoh Menerangkan/menjelas Setiap 1 Rp 200.000
penggunaan alat kan dan mempraktekan bulan Dilakukan oleh
pelindung diri tentang penggunaan pemegang
APD yang sesuai dan program K3
aman baik dan anggota di
puskesmas
4 Memberikan Memotivasi pekerja Setiap 1 Rp 300.000
motivasi dan untuk mau berperilaku bulan Dilakukan oleh
bimbingan kepada aman saat bekerja pemegang
pekerja untuk mau program K3
melakukan tindakan dan anggota di
yang aman dalam puskesmas
bekerja

5.5 Rencana usulan kegiatan Program K3


Kegiatan Rencana Kegiatan Target Volume Sasaran
Pokok Kegiatan
Pemeriksaan Pekerja dan 12x setahun Tempat kerja
- kelengkapan APD di alat kerja
tempat kerja
- kesehatan pekerja
- kondisi alat kerja
Penyuluhan, kunjungan Pekerja 12x setahun Tempat kerja
dan Pembinaan serta
memotivasi pekerja
dalam kelancaran kerja
Pengadaan Klinik Setiap ada Setiap ada Pekerja yang
kesehatan ditempat kerja kecelakaan kasus mengalami
dan Jaminan kesehatan kerja kecelakaan

5.6 Analisa Hambata1.1n Potensial Program K3


NO KEGIATAN KEMUNGKINAN LANGKAH MENCEGAH
HAMBATAN TIMBULNYA HAMBATAN
PELAKSANAAN
1 2 3 4
1 Penyuluhan K3 Tidak semua Melalui undangan resmi dari
masyarakat/tenaga kerja manager/pemimpin perusahaan
datang diundang atau dan petugas program K3
tidak berada dirumah Menggunakan puskel

20 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2 Membuat Adanya jadwal yang Konfirmasi ulang sebelum
jadwal bentrok dengan kegiatan jadwal kunjungan
kunjungan lain yang kurang
3 Memberikan Faktor kebiasaan pekerja - Mengusulkan permintaan
contoh yang tidak mau dana ke Lintas Sektor atau ke
penggunaan alat menggunakan APD pihak perusahaan/industri
pelindung diri dengan alasan tidak - Membuat peraturan yang
yang baik dan nyaman memaksa dan tersedianya
aman sanksi bagi yang melanggar
dan tersedianya reward bagi
yang melakukan
4 Memberikan - Pekerja yang sulit Melakukan pendekatan
motivasi dan untuk berubah individual kepada pekerja
bimbingan perilaku bekerja maupun kepada Manager dan
kepada pekerja sesuka hati menerapkajn sanksi ringan
untuk mau - kurangnya hingga berat kepada pekerja
melakukan perhatian/acuh yang melakukan tindakan tidak
tindakan yang terhadap bimbingan aman saat bekerja
aman dalam
bekerja

BAB VI
PENUTUP

1. Penyusunan perencanaan program kesehatan dan keselamatan kerja ini


dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam melaksanakan program K3
di puskesmas sehingga dalam pelaksanaannya nanti kegiatan yang
dilaksanakan akan lebih terarah.

21 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2. Diharapkan pada semua pihak yang terkait dapat melaksanakan program K3
dengan baik dan profesional sehingga mendapat hasil yang lebih baik.
3. Akhirnya kami mengharapkan dukungan dari semua pihak maupun lintas
sektoral terkait untuk dapat berperan serta dalam program kesehatan yang
kami rencanakan.

DOKUMENTASI

Tampilan depan Puskesmas Limba B

22 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. (2008). Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat
Kerja bagi Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan

OHSAS 18001. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.


Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 03/MEN/98
tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

Perwitasari, D, Anwar, A. 2006. Tingkat Risiko Pemakaian Alat Pelindung Diri


dan Higiene Petugas di Laboratorium Klinik RSUPN Ciptomangunkusumo
Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol.5, No.1, April 2006 : 380-384.

Santoso, S. 2006. Kajian Pengembangan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan


Kerja Berdasarakan OHSAS 18001. BPTKN-Pusat Teknologi Reaktor dan
Keselamatan Nuklir. Vol.10, No.1, Pebruari 2006.

Silalahi, B. dan Silalahi, R. (1995). Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja. Pustaka Binaman Pressindo

Sumamur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung
Agung.

Sumamur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:


PT.Gunung Agung.

Tarwaka, 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

23 Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Anda mungkin juga menyukai