Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PENERAPAN PRINSIP

ERGONOMI
PUSKESMAS KENDALKEREP

PUSKESMAS KENDALKEREP
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, Panduan Penerapan Prinsip


Ergonomi Puskesmas Kendalkerep dapat kami selesaikan sebagai dasar acuan
Penerapan Prinsip Ergonomi di Puskesmas Kendalkerep.
Disadari bahwa mungkin masih ada kekurangan – kekurangan yang ditemui
dalam panduan ini, untuk itu sangat diharapkan saran – saran, masukan dan kritik yang
bermanfaat/ membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan panduan ini.
Akhirnya terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah bekerja
bersama dalam penyusunan draf, uji coba sampai ditetapkannya standar ini.

Malang, 1 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
A. DEFINISI...................................................................................................................... 1
B. RUANG LINGKUP...................................................................................................... 1
C. TATALAKSANA......................................................................................................... 1
D. DOKUMENTASI.......................................................................................................... 5
LAMPIRAN

iii
iv
Panduan Penerapan Prinsip Ergonomi
Puskesmas Kendalkerep

A. DEFINISI
1. Lingkungan kerja adalah tempat dimana proses berlangsungnya seseorang
melakukan aktivitas kerja. Hal ini meliputi keadaan dan kondisinya,
pengaturan tempat duduk, bentuk kursi, berbagai macam alat perlengkapan
yang tersedia
2. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memenfaatkan
informasi – informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam
sistem yang baik, efektif, aman dan nyaman.
3. Penerapan prinsip ergonomi merupakan upaya penyesuaian pekerjaan
dengan manusia, serta bagaimana merancang tugas, pekerjaan, peralatan
kerja, informasi, serta fasilitas di lingkungan kerja.
4. Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang harus dilaksanakan sesuai persyaratan ergonomi di
Fasyankes meliputi:
1. Penanganan Beban Manual (Manual Handling)
2. Postur Kerja
3. Cara Kerja Dengan Gerakan Berulang
4. Shift Kerja
5. Durasi Kerja
6. Tata Letak Ruang Kerja

C. TATA LAKSANA
1. Penanganan Beban Manual (Manual Handling)
Standar berat objek yang boleh diangkat secara manual tergantung dari letak
obyek berada, dengan rincian sebagai berikut: Penanganan beban manual di
Fasyakes sebagian besar terkait dengan kegiatan memindahkan pasien
(mengangkat, mendorong dan memindahkan), contoh kegiatan memindahkan
pasien di tempat tidur sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
a. Sesuaikan tinggi tempat tidur dengan pinggang
b. Pastikan tempat tidur/brankar terkunci

1
c. Badan tidak melintir sebagian dalam menolong, putar badan secara
keseluruhan
d. Tekuk kaki untuk penyesuaian bukan membungkukkan punggung (tulang
punggung posisi netral)
e. Ukur kemampuan untuk menolong, upayakan ada penolong atau bantuan.
2. Postur Kerja
Postur kerja dalam memberikan asuhan pelayanan di Fasyankes merupakan
salah satu faktor risiko ergonomi yang menyebabkan gangguan kesehatan
jika tidak melakukan proses kerja yang ergonomi. Postur kerja dalam
keadaan duduk harus memperhatikan beberapa hal berikut agar dapat
bekerja dengan nyaman:
a. Pada saat duduk, posisikan siku sama tinggi dengan meja kerja, lengan
bawah horizontal dan lengan atas menggantung bebas.
b. Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai dengan
posisi datar. Jika diperlukan gunakan footrest terutama bagi SDM yang
bertubuh mungil.
c. Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah Anda ditopang
dengan baik.
d. Atur meja kerja supaya mendapatkan pencahayaan yang sesuai. Hal ini
untuk menghindari silau, pantulan cahaya dan kurangnya pencahayaan
dengan Nilai Ambang Batas peruntukan pekerjaan yang dilakukan.
e. Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki.
f. Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pada bagian belakang
kaki dan lutut.
g. Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan
Anda. Penyangga dokumen (document holder), alat dan bahan dapat
digunakan untuk menghindari pergerakan mata dan leher yang janggal.
h. Letakkan layar monitor kurang lebih sepanjang lengan Anda. Pastikan
letak monitor dan keyboard berada ditengah – tengah sumbu tubuh.
i. Atur meja dan layar monitor untuk menghindari silau, atau pantulan
cahaya. Cara termudah adalah dengan tidak menghadapkan layar ke
jendela atau lampu yang terang.
j. Gunakan mouse yang sesuai dengan ukuran genggaman tangan Anda dan
letakkan disamping keyboard

2
Gambar 1 : Posisi duduk yang Ergonomi

Postur kerja dalam keadaan berdiri harus memperhatikan beberapa hal


berikut:
a. Postur berdiri yang baik adalah posisi tegak garis lurus pada sisi tubuh
mulai dari telinga bahu pinggul dan mata kaki.
b. Posisi berdiri sebiknya berat badan bertumpu secara seimbang dua kaki
c. Postur berdiri sebaiknya tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama
(+<1 jam atau <4 jam sehari) untuk menghindari kerja otot yang statik, jika
prostur kerja dilakukan berdiri sebaiknya sedinamis mungkin.
d. Jaga punggung dalam posisi netral.
e. Jika pekerjaan berdiri dilakukan dalam jangka waktu lama, maka perlu ada
foot step (pijakan kaki) untuk mengistirahatkan salah satu kaki secara
bergantian.
f. Perlu disediakan tempat duduk untuk istirahat sejenak Berdasarkan uraian
tersebut di atas, secara khusus contoh : postur kerja yang ergonomi bagi
bidan atau tenaga Kesehatan penolong persalinan yaitu:
1) Posisi penolong berdiri dengan fisiologi
2) Kaki rata dengan lantai
3) Gunakan sepatu tahan slip
4) Atur posisi berdiri dekat dengan proses kelahiran
5) Jika harus menunduk harus kurang 20 o dan dengan kaki menekuk dari
pinggan sampai lutut bukan punggung.
6) Pada proses mengeluarkan bayi atau jahit/hetching menggunakan
bangku untuk footstep.
7) Guna bangku khusus/tangga untuk menggapai benda dan alat kerja
yang lebih tinggi.
8) Minta bantuan asisten jika berat bayi atau benda diangkat melebihi
standar
9) Lakukan olahraga seperti senam, berenang, joging secara teratur untuk
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik.
3. Cara Kerja Dengan Gerakan Berulang Gerakan berulang yaitu:
a. Pekerjaan manual handling dilakukan jika >12x per menit dengan beban
< 5 kg, contoh: petugas kebersihan.

3
b. Pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan pergelangan tangan dan
jari >20x permenit, contoh: petugas administrasi, petugas farmasi, dokter
gigi, perawat. Untuk mengurangi gerakan berulang merancang kembali
cara dan prosedur kerja yang lebih efektif, meningkatkan waktu jeda antara
aktifitas pengulangan atau mengganti dengan pekerjaan yang lain.

4. Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dengan peraturan
yaitu 40 jam per minggu, sehingga shift kerja yang disarankan sebaiknya
yang 3 shift dengan masing-masing shift 8 jam kerja selama 5 hari kerja per
minggu atau sesuai peraturan yang ada.
5. Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan antara lain:
a. 7 (tujuh) jam 1 (hari) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (hari) dan
40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu.
b. Jika terdapat kerja lembur harus mendapat persetujuan sumber daya
manusia yang bersangkutan dengan ketentuan waktu kerja lembur paling
banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu.
c. Aktivitas rutin setiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan.

4
Gambar 2. Contoh Gerakan Peregangan

6. Tata Letak Ruang Kerja


Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tiap
sumber daya manusia yang bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara
yang minimal 10 m3 dan sebaiknya 15 m3. Tata letak ruang kerja di
Fasyankes harus memperhatikan house keeping yang baik, diantaranya:
a. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Ruang Kerja Lantai bebas dari
bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang yang menyebabkan
kecelakan dan cidera pada SDM Fasyankes.
b. Desain Alat dan Tempat Kerja
1) Penyusunan dan penempatan lemari peralatan dan material kerja tidak
mengganggu aktifitas lalu lalang pergerakan SDM Fasyankes.
2) Penyusunan dan pengisian lemari peralatan dan material kerja yang
berat berada di bagian bawah.
3) Dalam pengelolaan benda tajam, sedapat mungkin bebas dari benda
tajam, serta siku-siku lemari peralatan dan material kerja maupun benda
lainnya yang menyebabkan SDM Fasyankes cidera.

5
c. Pengelolaan Listrik dan Sumber Api Dalam pengelolaan listrik dan sumber
api, terbebas dari penyebab elektrikal syok. Prosedur kerja yang aman di
ruang kerja Fasyankes harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dilarang berlari di ruang kerja.
2) Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di tangga diatur berada
sebelah kiri.
3) Sumber daya manusia yang membawa tumpukan barang yang cukup
tinggi atau berat harus menggunakan troli dan tidak boleh naik melalui
tangga tapi menggunakan lift barang bila tersedia.
4) Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang, berkumpul,
dan segala aktivitas yang dapat menghambat lalu lalang.
5) Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan Fasyankes yang
baik, cairan tumpah harus segera dibersihkan dan potongan benda yang
terlepas dan pecahan kaca harus segera diambil.
6) Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera mengganti ubin
rusak dan karpet usang.
7) Menggunakan listrik dengan aman

D. DOKUMENTASI
Pencatatan dokumentasi penerapan prinsip ergonomi ini melalui monitoring.

Lampiran

PENILAIAN AWAL RISIKO ERGONOMI

Petugas melingkari pilihan angka skor pada bagian kanan form sesuai dengan kondisi
lingkungan kerja pada saat kegiatan penilaian dilakukan.

I. POSTUR KERJA
1. Bagaimana posisi tulang punggung saat bekerja?

Agak
Tidak Membungkuk (20° - Sangat membungkuk
1 membungkuk (0° 2 3 4
membungkuk 60°) (>60°)
- 20°)
6
2. Bagaimana posisi leher saat bekerja?

Tidak menunduk 1 Menunduk (0o-20o) 2 Sangat Menunduk (>20o) 3

3. Bagaimana posisi lengan atas saat bekerja?

Sedikit terangkat ke Sangat


Terangkat ke
Sejajar dengan badan depan/ke belakang terangkat/terangkat
1 2 depan (fleksi 45o 3 4
(fleksi/ekstensi 20o) (fleksi 20o - melebihi bahu
- 90o)
45o/ekstensi >20o) (fleksi >90o)

4. Bagaimana posisi lengan bawah saat bekerja?

Menekuk ke arah bahu atau lurus


Menekuk sedikit ke atas siku/sedikit ke bawah siku
1 sejajar badan (fleksi <60o atau 2
(Fleksi 60o - 100o)
ekstensi >100o)

5. Bagaimana posisi pergelangan tangan saat bekerja?

7
Sedikit tertekuk ke bawah/sedikit terangkat Tertekuk ke bawah/terangkat (fleksi atau
1 2
(fleksi atau ekstensi 0o-15o) ekstensi >15o)

6. Bagaimana posisi kaki saat bekerja?

Duduk di kursi tanpa


sandaran atau berdiri
Duduk bersandar pada kursi
dengan bertumpu pada Berjongkok, duduk bersila
atau berdiri dengan
1 kedua kaki tetapi tidak 2 atau duduk 3
bertumpu pada kedua kaki
stabil (satu kaki menginjak menggunakan kursi kecil
dengan stabil
benda/beda ketinggian,
berjinjit dsb)

Total Skor Postur

Total Skor Tingkat Risiko Total Skor :


6-9 Rendah
10-13 Sedang Tingkat Risiko :
14-18 Tinggi

II. GERAKAN BERULANG dan DURASI


1. Seberapa sering Anda mengulang pekerjaan tersebut?
Sangat jarang (<3 kali per menit) 1
Sering (8-12 kali per menit) 2
Sangat sering (>12 kali per menit) 3
2. Seberapa lama Anda melakukan pekerjaan tersebut?
Kurang dari 2 jam 1
Antara 2 hingga 4 jam 2
Lebih dari 4 jam 3

Total Skor Gerakan Berulang


Total Skor Tingkat Risiko Total Skor :
1-2 Rendah
3-4 Sedang Tingkat Risiko :
5-6 Tinggi

III. PENANGANAN BEBAN MANUAL


1. Apakah berat benda yang diangkat melebihi 16kg untuk wanita dan melebihi 25kg untuk
pria?
Tidak 1
Ya, dengan alat bantu 2
Ya, tanpa alat bantu 3

8
9
2. Seberapa jauh posisi benda yang diangkat dari posisi pekerja?

Dekat dengan badan (0 cm sd 30 cm) 1 Jauh dari badan (> 30 cm) 2

3. Apakah ukuran benda yang diangkat melebihi lebar bahu pekerja (70 cm)?
Tidak 1
Ya 2

4. Apakah benda sulit dipegang (misalnya karena ukurannya besar, bentuknya bulat,
bertekstur halus, basah, berminyak)?
Tidak 1
Ya, benda memiliki pegangan yang memadai 2
Ya, benda memiliki pegangan tapi tidak memadai 3

5. Apakah benda tersebut tidak stabil atau berisi material yang mudah berpindah (misalnya
cairan atau serbuk?)
Tidak 1
Ya 2

6. Apakah benda tersebut memiliki bagian tajam, panas atau dingin?


Tidak 1
Ya 2

Total Skor Penanganan Beban Manual

Total Skor Tingkat Risiko Total Skor :


6–8 Rendah
9 – 11 Sedang Tingkat Risiko :
12 – 14 Tinggi

10
IV. WORKSTATION

1.
2. Apakah
Apakah tinggi
kursi yang sandaran
digunakan kursi yang
memiliki digunakan
sandaran? dapat
diatur?

Ya 1 Ya 1

Tidak,
lanjut 2 Tidak 2
ke no 4
3. 4.
Apakah
Apakah
kemiringan
tinggi kursi
sandaran
dapat
kursi dapat
diatur?
diatur?

Ya 1 Ya 1

Tidak 2 Tidak 2

5. Apakah 6. Apakah
kursi yang tinggi
digunakan sandaran
memiliki lengan
sandaran dapat
lengan? diatur?

Ya 1 Ya 1

Tidak 2 Tidak 2

7. Apakah Apakah
tinggi meja meja yang
yang digunakan
digunakan memiliki
dapat ruang
diatur? untuk kaki?

Ya 1 Ya 1
8.
Tidak 2 Tidak 2

Total Skor Tingkat Risiko


8 – 10 Rendah
11 – 13 Sedang
14 – 16 Tinggi

Total Skor Workstation (office)

Total Skor :

Tingkat Risiko :

11
TOTAL SKOR KESELURUHAN

1. Posture kerja
2. Gerakan berulang dan durasi
3. Penanganan beban manual
4. Workstation

Total Skor Tingkat Risiko


13 – 19 Rendah
20 – 27 Sedang
27 – 35 Tinggi

Total skor keseluruhan (tanpa workstation)

Total Skor :
Total Skor Tingkat Risiko
21 – 30 Rendah Total Skor Tingkat Risiko :
31 – 40 Sedang Keseluruhan
41 – 51 Tinggi (dengan workstation)

Total Skor :

Tingkat Risiko :

12

Anda mungkin juga menyukai