Anda di halaman 1dari 18

KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA
(K3) DI FASYANKES
K3 di Fasyankes adalah kegiatan untuk menjamin
dan melindungi SDM, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan
fasyankes agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan
kesehatan dan pengaruh buruk yang di akibatkan dari
pekerjaan, lingkungan dan aktifitas kerja.

PMK 52 Tahun 2018 tentang K3 di Fasyankes


Lambang K3

https://hsepedia.com/logo-k3/
STANDAR K3 DI FASYANKES
1. Pengenalan potensi bahaya dan pengenalan risiko K3 di fasyankes

2. Penerapan kewaspandaan standar

3. Penerapan prinsip ergonomi

4. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

5. Pemberian Imunisasi

6. Pembudayaan Perilaku Hidup bersih dan sehat di Fasyankes

7. Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek K3

8. Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3

9. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran

10. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
SK K3
TIM K3
Penerapan prinsip ergonomi
Penanganan Beban Manual
(Manual Handling)
Postur Kerja
Cara Kerja Dgn Gerakan
Berulang
Shift Kerja

Durasi Kerja

Tata Letak Ruang Kerja


Penanganan Beban Manual (Manual Handling)

Penanganan beban manual di Fasyankes, sebagian besar terkait dengan kegiatan memindahkan
pasien (Mengangkat, Mendorong, dan Memindahkan).
Contoh : Kegiatan memindahkan pasien di tempat tidur sesuai dengan prosedur :
1. Sesuaikan tinggi tempat tidur dengan pinggang
2. Pastikan tempat tidur/brankar terkunci
3. Badan tdk melintir sebagian, putar badan keseluruhan
4. Tekuk kaki utk penyesuaian, bukan membungkukkan
punggung (tulang punggung posisi netral)
5. Ukur kemampuan untuk menolong,
upayakan ada penolong/bantuan
Postur Kerja
Postur Kerja saat memberikan asuhan pelayanan di Fasyankes merupakan salah satu faktor risiko ergonomic
yang menyebabkan gangguan kesehatan jika tidak melakukan proses kerja yang ergonomis.

Postur kerja pada SAAT DUDUK:


1. Posisikan siku sama tinggi dgn meja kerja, lengan bawah horizontal dan lengan atas menggantung bebas.
2. Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai dgn posisi datar. Jika perlu, gunakan
footrest terutama bagi SDM yg bertubuh mungil.
3. Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah ditopang dengan baik.
4. Atur meja kerja supaya mendapatkan pencahayaan yg sesuai. Hal ini utk menghindari silau, pantulan
cahaya, dan kurangnya pencahayaan dengan Nilai Ambang Batas peruntukan pekerjaan yang dilakukan.
5. Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki.
6. Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pd bag belakang kaki dan lutut.
7. Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan Anda.
Penyangga dokumen (document holder), alat dan bahan dapat digunakan utk
menghindari pergerakan mata dan leher yang janggal
Lanjutan
Postur kerja pada SAAT BERDIRI:
1. Postur berdiri yang baik adalah posisi tegak garis lurus pada sisi
tubuh, mulai dari telinga bahu pinggul dan mata kaki.
2. Posisi berdiri sebaiknya berat badan bertumpu secara seimbang
dua kaki
3. Postur berdiri sebaiknya tidak dilakukan dlm jangka waktu lama
(<1 jam/X atau <4 jam/hari), utk menghindari kerja otot yg static.
Jika prostur kerja dilakukan berdiri sebaiknya sedinamis mungkin.
4. Jaga punggung dalam posisi netral.
5. Jika pekerjaan berdiri dilakukan dlm jangka waktu lama, maka
perlu foot step (pijakan kaki) utk mengistirahatkan salah satu kaki
bergantian.
6. Perlu disediakan tempat duduk untuk istirahat sejenak
Lanjutan

Postur kerja Bidan/nakes PENOLONG PERSALINAN:


1. Posisi penolong berdiri dengan fisiologi
2. Kaki rata dengan lantai
3. Gunakan sepatu tahan slip
4. Atur posisi berdiri dekat dengan proses kelahiran
5. Jika harus menunduk harus kurang 20 derajat, dgn kaki menekuk
dari pinggang sampai lutut.
6. Pada proses mengeluarkan bayi atau jahit/hetching menggunakan
bangku untuk footstep.
7. Gunakan bangku khusus/tangga utk menggapai benda dan alat kerja
yang lebih tinggi.
8. Minta bantuan asisten jika berat bayi atau benda yang diangkat
melebihi standar.
9. Lakukan olahraga seperti senam, renang, joging secara teratur untuk
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik
Cara Kerja Dgn Gerakan Berulang
Gerakan berulang yaitu :
1. Pekerjaan manual handling dilakukan jika > 12 X / menit dengan
beban < 5 kg, Contoh : petugas kebersihan.
2. Pekerjaan yg dilakukan dengan
menggunakan pergelangan
tangan dan jari > 20 X / menit.Contoh: petugas administrasi,
petugas farmasi, dokter gigi, perawat.

Untuk mengurangi gerakan berulang, dapat diatasi dgn merancang kembali cara dan prosedur kerja yang
lebih efektif, meningkatkan waktu jeda antara aktifitas pengulangan, atau mengganti dgn pekerjaan yg lain.
Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dengan peraturan yaitu 40
jam/minggu, sehingga shift kerja yang disarankan sebaiknya 3 shift dgn masing2
shift 8 jam kerja selama 5 hari kerja/minggu atau sesuai peraturan yang ada.

Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dgn ketentuan peraturan per-UU antara lain. :
1. 7 (tujuh) jam/hari dan 40 (empat puluh) jam/minggu untuk 6 (enam) hari kerja/minggu, atau 8 (delapan)
jam/hari dan 40 (empat puluh) jam/minggu untuk 5 (lima) hari kerja/ minggu.
2. Jika terdapat kerja lembur, harus mendapat persetujuan SDM yang bersangkutan dengan ketentuan waktu
kerja lembur maksimum 3 (tiga) jam/hari dan 14 (empat belas)
jam/minggu.

Aktivitas rutin tiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregang


Tata Letak Ruang Kerja
Setiap SDM yg bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara minimal 10 m3 dan sebaiknya 15 m3.
Tata letak ruang kerja harus memperhatikan house keeping yang baik antara lain;
• Lantai harus bebas dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang
• Penyusunan dan penempatan lemari tak mengganggu aktifitas lalu lalang pergerakan SDM
• Penyusunan dan pengisian lemari peralatan dan material kerja yang berat berada di bagian bawah
• Lemari bebas dari benda tajam, dan siku-siku lemari peralatan serta material kerja maupun benda lainnya.
• Ruang kerja harus terbebas dari penyebab elektrikal syok.

Prosedur kerja di ruang kerja :


• Dilarang berlari di ruang kerja.
• Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di tangga diatur ada sebelah kiri.
• SDM yang membawa tumpukan barang yang cukup tinggi atau berat, harus menggunakan troli dan tidak boleh naik
melalui tangga tapi gunakan lift barang.
• Tangga tidak boleh jadi area utk menyimpan barang, berkumpul, dan segala aktivitas yg dpt menghambat lalu lalang.
• Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan yang baik, cairan tumpah harus segera dibersihkan dan
potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus segera diambil.
• Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan mengganti ubin rusak dan karpet usang.
• Menggunakan listrik dengan aman
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes bertujuan :
 Menilai status kesehatan,
 Penemuan dini kasus penyakit,
 Menentukan kelayakan bekerja (fit to work).
 Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1 (satu)
kali/tahun dengan memperhatikan risiko pekerjaannya.
 Penentuan parameter jenis pemeriksaan kesehatan berkala
disesuaikan dg jenis pekerjaan, proses kerja, potensi risiko
gangguan kesehatan akibat pekerjaan, dan lingkungan kerja.
SOP PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
lanjutan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai