Page | 1
2. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan
sebuah pekerjaan: pendidikan,postur badan, pengalaman kerja,
umur dan lainnya
3. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan
kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan
lainnya
4. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja,
kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja
dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainny.
Page | 2
Dengan melakukan penilaian ergonomi di tempat kerja dapat diperoleh 3
keuntungan yaitu:
1. Mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja
2. Mengurangi potensi gangguan kesehatan pada pekerja
3. Meningkatkan produktivitas dan penampilan kerja Peran ergonomi
sangat besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat.
Page | 3
3. Membentuk working group yang bertanggung jawab untuk penerapan
program ini ( team P2K3/ Health and Safety Executive).
Page | 4
siku/pergelangan yang nyaman dengan tujuan mengurangi beban
otot bahu
• Sesekali lakukan ‘disguised pauses’, istirahat sekedar untuk
mengurangi konsentrasi pada pekerjaan misalnya: merubah posisi
duduk, berdiri sebentar dari kursi atau berjalan-jalan sebentar
3. Bila posisi kerja Anda dinamis (duduk dan berdiri bergantian) maka:
• Usahakan benda yang akan Anda jangkau berada maksimal 15 cm
di atas landasan kerja
• Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90cm-120cm,
merupakan ketinggian yang paling tepat dan baik untuk posisi
duduk maupun berdiri
Page | 5
akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk.
Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat melindungi,
sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat
kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi
kesempatan untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kondisi lelah terus
dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat membuahkan
kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di
sekitanya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk
beristirahat walau sejenak. Di samping itu kendaraan yang dikemudikan
harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak pengemudi sehingga
ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan serasi.
Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin.
Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat
respon yang cepat dan tepat dari kendaraannya. Kondisi yang tidak
ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk tidak nyaman
dan terlalu rendah sehingga mengganggu medan pandang, ruang kemudi
terlalu sempit, desain interior kurang indah dan penempatan kontrol-
kontrol tidak tepat. Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar
kelelahan yang timbul pada manusia sekecil mungkin sehingga
menurunnya gerak reflek pengemudi karena kelelahan dapat ditingkatkan
dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat diperpanjang.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk
menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain
tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang,
istrumen dan panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..
Page | 6
kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap
kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinya.
Page | 7
pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan
kemudi, tetapi banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaliknya jika
diameter roda kemudi terlalu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi
diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga
akan cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter roda kemudi yang
kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan, artinya
dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda kendaraan.
Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga
yang besar untuk memutarkannya.
Bentuk roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang
berbentuk elips (oval). Roda kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi
kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi bentuk
elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat
belok lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan
lurus.
Page | 8
kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000
dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa
mengakibatkan kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper
dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang mampu meredam
energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan
pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi.
Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki
pada saat mengemudi.
Page | 9
terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi
(ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi
lampu terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan
memperbaiki kemampuan pandang dan tidak mengganggu pengemudi
dari arah yang berlawanan. Berkurangnya kemampuan pandang akibat
adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut (lampu
berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai
beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat
terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk
menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah karena
kemampuan pandang berkurang.
Pada saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan
dan kabut (embun) yang menempel pada dinding kaca depan dan
belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis air
hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air
hujan yang menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah
ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis penggerak wiper
dengan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan gerimis,
wiper dapat diatur gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan
deras gerak wiper dapat dipercepat. Sebagai contoh seperti pada mobil
Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram.
Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu
penghapus kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal
memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja
bersama-sama. Untuk waktu penghapusan pun dapat diprogram ulang
berapa waktu yang diperlukan.
Terdapat beberapa jenis alat kontrol yang digunakan pada mobil antara
lain : sistem tombol tekan (push-buuton), sistem saklar towel (toggle
Page | 10
switch), sistem tombol putar (rotary selector switch), dan lain-lain.
Pemilihan jenis kontrol disesuaikan dengan frekuensi pemakaian,
tempat yang tersedia dan jenis instrumen yang dikendalikan (Mark S.
Sanders dan Ernest J. Mc Cormick, 1987).
Sistem tombol putar ada beberapa bentuk antara lain : bentuk bulat,
balok dan kerucut. Apapun bentuknya tombol ini harus mudah diraba
dan mempunyai pegangan yang handal. Apabila beberapa tombol putar
dipakai sebuah panel instrumen, tombol bergigi, (pointed knob) akan
lebih baik karena posisi yang dikehendaki mudah distel. Contoh
pemakaian tombol ini yaitu pada pengatur AC, radio, wiper, lampu
depan dan lain-lain.
Page | 11
saklar yang paling sering digunakan hendaknya ditempatkan sedekat
mungkin dengan pengemudi.
• Instrumen Pada Panel Yang Mudah di Baca
Page | 12
dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu
bergerak cepat atau saat melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).
• Aspek Psikologis
Kesimpulam
Page | 13
menjadi prioritas dan komitmen semua pihak baik pemerintah maupun swasta dari
tingkat pimpinan sampai ke seluruh karyawan dalam manajemen perusahaan.
Dengan hal tersebut tingkat kesehatan dan keselamatan kerja akan lebih baik
karena sakit akan menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun,
kerugian akibat kecelakaankan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja
dengan produktivitas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada
akhirnya kesejahteraan karyawan maupun pemberi kerja akan meningkat.
Daftar Pusataka
1. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1 untuk SMK oleh
Bambang Suhardi —- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
2. Dewa Putu Sutjana, “Hambatan dalam penerapan K3 dan ergonomic di
perusahaan”, Bali, Peneletian Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
3. ref: wells dkk, 2003. Participative Ergonomic Blueprint, www.iwh.on.ca
4. Fitrihana, Noor, 2008, “Evaluasi dan Analisi Resiko Ergonomi”.
5. Fitrihana, Noor, 2008, “Partisipatori Ergonomi”.
6. Fitrihana, Noor, 2008, “Tentang Ergonomi”.
Page | 14