Anda di halaman 1dari 2

Berita hoax yang menyebar di tengah masyarakat lewat media sosial atau portal-portal

berita, menimbulkan keresahan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.


Kemunculannya menimbulkan segregasi kuat di tengah masyarakat yang berakibat
menghabiskan energi cukup besar untuk sekadar berdebat di dunia maya.Informasi yang
menyebar cepat saat ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan berita hoax.
Berita hoax dapat tersebar cepat karena tingkat penetrasi pengguna internet di Indonesia yang
tinggi, mencapai 132 juta pengguna pada 2016 menurut data dari APJII (Asosiasi Penyelengara
Jasa Internet Indonesia). Budaya orang Indonesia yang bangga ketika mereka dapat
menyebarkan berita pertama kali, baik itu berita benar atau tidak, juga menjadi salah satu
sebabnya. Saat ini berita hoax sudah dibuat sedemikian rupa menyerupai berita asli, dilengkapi
dengan data-data yang seolah-olah itu adalah fakta. Kemunculan berita hoax ini disebabkan
ada pihak-pihak ingin membuat situasi menjadi kacau dan mengambil keuntungan dari sana.

Pemerintah sudah harus mulai serius menangani penyebaran berita hoax ini. Revisi UU
ITE yang baru saja berlaku sebenarnya dapat menjadi landasan hukum untuk menjerat tidak
hanya pembuat berita hoax, tetapi juga mereka yang menyebarkannya. Namun ancaman pidana
ini kurang efisien karena penyebaran berita hoax sudah sangat masif dan dilakukan hampir oleh
seluruh masyarakat pengguna internet.Media penyebaran berita hoax dilakukan melalui portal-
portal berita dan media sosial. Portal berita memproduksi konten hoax dengan beberapa tujuan,
antara lain yang paling sering ditemui adalah alasan politik sekaligus ekonomi. Beberapa portal
yang ditengarai memproduksi konten berbau hoax punya alasan kuat secara politik untuk
mengkritik pemerintah.

Begitu pula sebaliknya, ada situs yang sengaja memproduksi konten untuk menyerang
oposisi. Keduanya mempunyai pembaca loyal masing-masing. Ini sekaligus membuat portal
berita banyak diakses dan menghasilkan keuntungan materiil. Media sosial, yang banyak
dipakai untuk menyebarkannya adalah Facebook dan Twitter. Berita, grafis, dan
video hoax disebarkan secara sistematis dan masif lewat akun-akun media sosial. Selain media
sosial, WhatsApp sering kali juga digunakan sebagai media penyebaran. WhatsApp relatif
lebih sulit untuk dipantau karena sifatnya tertutup. Penyebaran lewat WhatsApp ini sangat
efektif dan cepat karena modal sosial budaya masyarakat yang gemar berbagi cerita.

Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya


dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media
resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang
pembuat hoax. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya
Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan
isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebagai pembaca bisa
memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang. Untuk informasi yang diperoleh dari website
atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs
yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog,
maka informasinya bisa dibilang meragukan. Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa
sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat
percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan
keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan
gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat
berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti,
sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki
kecenderungan untuk bersifat subyektif. Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten
berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada
kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk
mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan
melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan
menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

Dari pemerintah bisa melakukan penanganan terhadap berita hoax sebagai berikut.

1) Pemerintah bisa mengambil peran sebagai penengah dalam waktu sesegera mungkin, dalam
hal ini sebagai verifikator, baik lewat akun resmi pemerintah maupun akun yang bisa diajak
bekerja sama. Setiap berita hoax dan palsu yang menyerang kebijakan sebuah instansi, tidak
lagi memerlukan waktu lama untuk diklarifikasi. Klarifikasi tidak hanya dalam bentuk teks,
tetapi juga dalam bentuk grafis maupun video yang diproduksi dalam waktu singkat dan
didistribusikan lewat jalur tradisional maupun media sosial atau situs resmi.

2) Pemerintah melakukan pendekatan terhadap akun-akun berpengaruh, memberikan


pengertian sejauh mana bahaya isu-isu liar yang berkembang di media sosial. Media sosial
bekerja sebagai penggiring opini, sehingga akun-akun berpengaruh mempunyai peran besar.
Akun-akun berpengaruh ini bisa dalam bentuk akun personal asli maupun akun kelompok.

3) Bekerja sama dengan Google untuk menghapus konten hoax dari mesin pencari mereka.
Dengan kondisi Google bermasalah pajak, seharusnya pemerintah bisa melakukan proses lobi
dengan posisi lebih kuat. Apalagi banyak web dan blog penyebar
konten hoax memakai platform berbasis blogspot atau blogger milik Google. Pemerintah
membuat satu situs atau aplikasi resmi yang bisa menjelaskan pada masyarakat mana saja
situs yang berbahaya untuk dibuka, karena kontennya yang hoax, atau berita-berita apa saja
yang ternyata tidak benar. Ini menjadi rujukan utama bagi masyarakat.

4) Melibatkan masyarakat umum secara langsung dengan membuat suatu komunitas yang
bertujuan untuk memerangi hoax karena peran serta masyarakat juga dibutuhkan bagi
pemerintah dalam persoalan ini. Komunitas ini dapat membantu pemerintah dengan cara
melaporkan berita-berita hoax yang beredar dan menyampaikan kebenaran atas suatu
berita hoax.

Oleh karena itu, tetaplah bijak ketika menggunakan internet. Jangan mudah percaya
terhadap semua berita atau kabar yang dibaca. Periksa kembali kebenaran suatu berita dengan
membandingkannya dari sumber lain, dan jangan sebarkan ulang apabila dirasa berita itu tidak
benar. Segera lapor jika menemukan berita hoax agar dapat ditindaklanjuti. Anggaplah internet
itu sama dengan dunia nyata yang mana ada etika-etika kebaikan yang harus dipatuhi. Apabila
menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar. Pengguna
internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.
Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax
sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada
banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut. Untuk Google,
bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila
mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan tweet
yang negatif, demikian juga dengan Instagram.

Anda mungkin juga menyukai