Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH INTERAKSI OBAT

“ANTIDIABETES”

DISUSUN OLEH :

NAMA : LISWANI FEBRINA


NIM : 184301090
KELAS : TRANSFER 18

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DIEN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis

LISWANI FEBRINA

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Definisi Diabetes....................................................................................... 3
2.2 Terapi obat Antidiabetes........................................................................... 4
2.3 Insulin........................................................................................................ 4
2.4 Obat Hipoglikemik Oral............................................................................ 5
2.4.1 Golongan Sulfonylurea...................................................................... 5
2.4.2 Golongan Biguanida.......................................................................... 8
2.4.3 Golongan Tiazondindian (TZD)........................................................ 9
2.4.4 Golongan Inhibitor Alpha-Glukosidase............................................ 9
2.5 Interaksi Obat Antidiabetes...................................................................... 11
2.5.1 Interaksi Obat Golongan Anti Diabetes Oral.................................... 11
2.5.2 Interaksi Obat Dengan Antibiotik Lain............................................. 12
2.5.3 Interaksi Obat Dengan Steroid Anabolik.......................................... 12
2.5.4 Interaksi Obat Dengan Makanan....................................................... 12
BAB III PENUTUP................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes atau biasa disebut Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan
protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans
kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
Pada tahun 2015 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap diabetes
mellitus. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2019,
dan sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia.
Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan
kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat.
Pengelolaan Diabetes Melitus memerlukan penanganan secara multidisiplin yang
mencakup terapi non-obat dan terapi obat.

1.2 Rumusan Masalah


Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Mendampingi, memberikan konseling dan bekerja sama erat dengan penderita
dalam penatalaksanaan diabetes sehari-hari khususnya dalam terapi obat merupakan salah
satu tugas profesi kefarmasian. Obat antidiabetes memiliki beragam jenis fungsi dan efek
samping sehingga perlu kiranya untuk lebih dipahami oleh seorang apoteker.

1
2

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diambil dari makalan ini
adalah :
1. Apa pengertian dari diabetes dan obat-obat antidiabetes?
2. Bagaimana penggolongan obat antidiabetes dan jenis-jenisnya?
3. Bagaimana interaksi yang dapat terjadi pada obat antidiabetes ini terhadap tubuh
maupun variabel yang lainnya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah obat antidiabetes ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menguraikan apa itu diabetes dan obat-obat antidiabetes.
2. Memahami jenis-jenis obat antidiabetes beserta penggolongannya.
3. Mengetahui interaksi apa yang akan terjadi pada tubuh saat penggunaan obat-obat
antidiabetes.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes


Diabetes adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindroma klinis) yang timbul oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah kronis akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Penyebab diabetes mellitus adalah kekurangan hormon insulin
yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesis
lemak.Akibatnya adalah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya
diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan.Oleh karena itu, produksi kemih sangat
meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa sangat haus, berat badan menurun, dan
merasa lelah.
American Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem klasifikasi berbasis
etiologi dan kriteria diagnosis untuk diabetes yang diperbaharui pada tahun 2010. Sistem
klasifikasi ini menjelaskan tipe diabetes, diantaranya :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi karena destruksi sel-sel pembuat insulin melalui mekanisme
imunologik sehingga menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin endogen. Destruksi
sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses
imunologik dan idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetes tipe 2 ini, sel beta pankreas tidak rusak tetapi terjadi resistensi terhadap
kerja insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Berikut adalah beberapa jenis diabetes tipe lainnya :
a. Defek genetik fungsi sel beta.
b. Defek genetik kerja insulin: resisitensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom
Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.
c. Penyakit eksokrin pankreas: pankreatitis, trauma/ pankreatektomi, neoplasma,
fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.

3
4

d. Endokrinopati: akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme


somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.
e. Karena obat/zat kimia.
f. Infeksi: rubella konganital, CMV, lainnya.

4. Diabetes Gestasional
Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena pada kehamilan
terjadi perubahan hormonal dan metabolic sehingga ditemukan jumlah atau fungsi
insulin yang tidak optimal yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang
meliputi preklampsia, kematian ibu, abortus spontan, kelainan congenital dan
kematian neonatal.

2.2 Terapi obat Antidiabetes


Obat antidiabetik digunakan untuk mengontrol diabetes melitus. Diabetes
merupakan penyakit yang perlu pengobatan jangka panjang maka resiko interaksi dengan
obat lain cenderung tinggi. Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan
olahraga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu
dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi
obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.

2.3 Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita Diabetes Tipe 1. Pada
Diabetes Tipe I, sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak
lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita Diabetes Tipe I
harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolism karbohidrat di dalam
tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita Diabetes Tipe 2 tidak
memerlukan terapi insulin, namun hampir 30% ternyata memerlukan terapi insulin
disamping terapi hipoglikemik oral.
5

2.4 Obat Hipoglikemik Oral


Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu penanganan
pasien Diabetes Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi
pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis
obat atau kombinasi dari dua jenis obat.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi menjadi
3 golongan yaitu :

a. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin meliputi obat sulfonylurea dan glinida
dengan mekanisme kerja merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas, sehingga
hanya efektif pada penderita diabetes yang sel-sel beta pankreasnya masih berfungsi
dengan baik.
b. Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap
insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion,
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase yang bekerja
menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk mengendalikan
hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia). Mekanisme kerjanya
dengan menghambat kerja enzim-enzim pencenaan yang mencerna karbohidrat,
sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke dalam darah.
2.4.1 Golongan Sulfonylurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu ditemukan. Obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan untuk penderita diabetes
dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami
ketoasidosis sebelumnya. Senyawa-senyawa sulfonylurea sebaiknya tidak diberikan pada
penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid. Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang
sekresi insulin di kelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel beta
Langerhans pankreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi
6

setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi


insulin oleh kelenjar pankreas.
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan
frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf
pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung
dan sakit kepala. Gangguan susunan 38 syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan
lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia,
agranulosistosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamida dapat
meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon). Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak
tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia.
Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan masa kerja
panjang.
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea, sehingga risiko
terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai. Obat atau senyawa-senyawa yang dapat
meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea
antara lain: alkohol, insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO (Mono Amin
Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat.
Berikut adalah obat-obat antidiabetes golongan sulfonylurea :
1. Gliburida
Contoh sediaannya yaitu :
a. Glibenclamide
b. Abenon
c. Clamega
d. Condiabet
e. Daonil
Jenis obat ini memiliki efek hipoglikemik yang potensif. Gliburida
dimetabolisme dalam hati, hanya 25% metabolit diekskresi melalui ginjal,
sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja.
Gliburida efektif dengan pemberian dosis tunggal. Diperkirakan mempunyai
7

efek terhadap agregasi trombosit. Dalam batas-batas tertentu masih dapat


diberikan pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal.
2. Glipzida
Adapun contoh sediaan obatnya adalah :
a. Aldiab
b. Glucotrol
c. Glyzid
d. Minidiab
e. Glucotrol
Obat glipzida mempunyai masa kerja yang lebih lama dibandingkan dengan
glibenklamid tetapi lebih pendek dari pada klorpropamid. Kekuatan
hipoglikemiknya jauh lebih besar dibandingkan dengan tolbutamida.
Mempunyai efek menekan produksi glukosa hati dan meningkatkan jumlah
reseptor insulin. Glipizida diabsorpsi lengkap sesudah pemberian per oral dan
dengan cepat dimetabolisme dalam hati menjadi metabolit yang tidak aktif.
Metabolit dan kira-kira 10% glipizida utuh diekskresikan melalui ginjal.
3. Glikazida
Adapun contoh obat jenis ini adalah :
a. Diamicron
b. Glibet
c. Glicab
d. Glidabet
Mempunyai efek hipoglikemik sedang sehingga tidak begitu sering
menyebabkan efek hipoglikemik. Mempunyai efek anti agregasi trombosit yang
lebih poten. Dapat diberikan pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal
yang ringan.
8

2.4.2 Golongan Biguanida


Obat hipoglikemik oral golongan biguanida bekerja langsung pada hati,
menurunkan produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa golongan biguanida tidak
merangsang sekresi insulin, dan hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
Satu-satunya senyawa biguanida yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral
saat ini adalah metformin. Metformin masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk
Indonesia, karena frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak
melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati. Efek samping yang
sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare, dan dapat menyebabkan
asidosis laktat.
Berikut adalah obat-obat antidiabetes golongan biguanida :
1. Metformin
Adapun sediaan obat jenis ini adalah :
a. Metformin
b. Benoformin
c. Bestab
d. Diabex
e. Eraphage
Metformin merupakan satu-satunya golongan biguanida yang masih
dipergunakan sebagai obat hipoglikemik oral. Bekerja menurunkan kadar
glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel-sel otot.
Obat ini dapat memperbaiki uptake glukosa sampai sebesar 10-40%.
Menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan
glukoneogenesis
9

2.4.3 Golongan Tiazondindian (TZD)


Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
insulin dengan jalan berikatan dengan peroxisome proliferator activated receptor-gamma di
otot, jaringan lemak, dan hati untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD
juga menurunkan kecepatan glikoneogenesis.
Adapun jenis obat-obat golongan Tiazondindian ini adalah :
1. Rosiglitazone
Contoh obat ini yaitu avandia, cara kerja hampir sama dengan pioglitazon, diekskresi
melalui urin dan feses. Mempunyai efek hipoglikemik yang cukup baik jika
dikombinasikan dengan metformin. Pada saat ini belum beredar di Indonesia.
2. Pioglitazone
Contoh obat ini yaitu Actos, mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein transporter glukosa, sehingga meningkatkan uptake
glukosa di sel-sel jaringan perifer. Obat inidimetabolisme di hepar. Obat ini tidak
boleh diberikan pada pasien gagal jantung karena dapat memperberat edema dan
juga padagangguan fungsi hati. Saat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal.

2.4.4 Golongan Inhibitor Alpha-glukosidase


Senyawa-senyawa inhibitor a-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa glukosidase
yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim alpha glukosidase (maltase
isomaltase, glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada
dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi pencernaan
karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar
glukosa post prandial pada penderita diabetes. Senyawa inhibitor a-glukosidase juga
menghambat enzim a-amilase pankreas yang bekerja menghidrolisis polisakarida di dalam
lumen usus halus. Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan dengan dosis
150-600 mg/hari. Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar
glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa
darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat-
obat inhibitor a-glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk
10

kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis
awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk
memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan.
Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadang-
kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama. Obat ini
hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi
kadar glukosa darah setelah itu. Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea
(atau dengan insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa
murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini umumnya diberikan
dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untuk
memberikannya bersama suap pertama setiap kali makan.
Adapan jenis obat antidiabetes golongan inhibitor alpha-glukosidase yaitu :
1. Acarbose
Contoh obat acarbose ini diantaranya adalah,
a. Glucobay
b. Precose
Acarbose adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi
mikroorganisme Actinoplnes utahensis, acarbose dapat diberikan dalam terapi
kombinasi dengan sulfonilurea, metformin, atau insulin.
2. Miglitol
Contoh obat dari miglitol ini ialah Glycet. Miglitol biasanya diberikan dalam terapi
kombinasi dengan obat-obat antidiabet oral golongan sulfonylurea.
11

2.5 Interaksi Obat Antidiabetes


Terapi obat antidiabetes dapat menimbulkan masalah-masalah terkait obat yang
dialami oleh penderita, interaksi obat dengan obat lain maupun variabel lainnya
memungkinkan untuk terjadinya efek samping yang bermanfaat maupun merugikan.
Berikut adalah beberapa jenis interaksi obat antidiabetes dengan berbagai jenis variabel.

2.5.1 Interaksi obat golongan antidiabetes oral


Berikut adalah beberapa interaksi obat antidiabetes oral dengan jenis obat lainnya.
1. Kloropropamid dan alkohol
Menimbulkan efek disulfiram, proses perombakan enzimatis dari alkohol di hati
akan terhambat pada fase asetaldehid, sehingga jumlah asetaldehid dalam darah meningkat.
Efek yang terjadi berupa nyeri kepala, jantung berdebar, flushing, berkeringat.

2. Sulfonilurea dan akarbose


meningkatkan efek hipoglikemi sulfonilurea merangsang sel beta untuk melepaskan
insulin yang selanjutnya akan merubah glukosa menjadi glikogen. Dengan adanya akarbose
akan memperlambat absorbsi & penguraian disakarida menjadi monosakarida.

3. Sulfonilurea dan antacid


absorbsi sulfonilurea meningkat, interaksi ini terjadi pada proses absorbsi, yaitu
antasid akan meningkatkan pH lambung. Peningkatan pH ini akan meningkatkan kelarutan
dari sulfonilurea sehingga absorbsinya dalam tubuh juga akan meningkat.

4. Insulin dan CPZ


Interaksi ini membuat glukosa darah meningkat, CPZ akan menginaktivasi insulin
dengan cara mereduksi ikatan disulfida sehingga insulin tidak dapat bekerja.
12

5. Sulfonilurea dan Simetidin


Menimbulkan efek hipoglikemi, simetidin menghambat metabolisme sulfonilurea
di hati sehingga efek dari sulfonilurea meningkat.

6. Antidiabetika dan Sulfonamida


peningkatan efek hipoglikemia. Sulfonamida dapat menggantikan posisi dari
sulfonilurea dalam hal pengikatan pada protein dan plasma sehingga sulfonilurea dalam
darah meningkat.

7. Sulfonilurea dan Kloramfenikol


Dapat menyebabakan hipoglikemi akut, kloramfenikol dapat menginhibisi enzim
di hati yang memetabolisme tolbutamid dan klorpropamid. Hal ini menyebabkan terjadinya
akumulasi di dalam tubuh, waktu paruh akan semakin panjang.

2.5.2 Interaksi Obat Dengan Antibiotik Lain


1. Eritromisin, menyebabkan peningkatan efek hipoglikemia.

2.5.3 Interaksi Obat Dengan Steroid Anabolik


1. Metandontresnolon dengan tolbutamid mengakibatkan terjadi peningkatan efek
hipoglikemia. Anabolik steroid memiliki kerja terhadap metabolisme sehingga
menurunkan glukosa darah,
2.5.4 Interaksi Obat Dengan Makanan
Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah parameter
farmakokinetik dari obat terutama pada proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari
obat. Hasil interaksinya mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau manfaat obat
serta dapat meningkatkan efek samping atau efek dari obat itu sendiri. Ada beberapa
golongan interaksi yang akan dibahas pada makalah ini yaitu : Golongan Antibiotik,
Golongan Antikoagulan, Golongan Antiparkinson, Golongan Antihipertensi.
13

1. Golongan Antibiotik
Antibiotik merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh berbagai spesies
mikroorganisme (bakteri, fungi, aktinomisetes), mampu menekan pertumbuhan
mikroba lain dan mungkin membinasakan.

Obat Makanan/Minuman Mekanisme

Tetrasiklin mempunyai afinitas yang kuat


terhadap ion kalsium yangg terdapat pada susu
& produk olahanya, dimana akan terbentuk
Tetrasiklin Susu
khelat yang akan sulit diabsorbsi pada GI
sehingga kadarnya dalam serum akan
berkurang

Pasien yang mengkonsumsi alkohol dapat


memetabolisme beberapa jenis obat dengan
cepat dibandingkan dengan yang tidak,
Doksisiklin Alkohol
berkaitan dengan efekk dari induksi oleh
enzim, sehingga akan terjadi penurunan
absorbsi pada doksisiklin

Dairy product dapat menurunkan bioavibilitas


dari ciprofloksasin, norfloksasin dan
gatifloksasin, dimana akan terbentuk suatu
Ciprofloksasin
khelat yg insoluble dengan ion Ca, Makanan
Ofloksasin
Dairy product dapat memperlambat absorbsi dari
Norfloksasin
ciprofloksasin & ofloksasin dengan
gatifloksasin
mekanisme dimana AB gol quinolon ini akan
membentuk suatu khelat yang insoluble
dengan ion divalen, misal Ca & Mg
14

2. Golongan Koagulan
Berikut adalah contoh obat beserta interaksinya dengan makanan :

Obat Makanan/Minuman Mekanisme Interaksi

Warfarin Pada peminum alkohol berat


enzim hepatik (yang terkait dengan
metabolisme dari warfarin) dapat
Alkohol terstimulasi, menyebabkan warfarin
cepat dieliminasi, sebagai hasil dari
t ½ yang pendek↓efek

Vitamin C dosis tinggi Mencegah absorspsi antikoagulan

Kemungkinan dari kompisisi


cranberry juice (mungkin flavonoid,

cranberry juice diketahui bahwa menghambat kerja


sitokrom P450) menghambat
metabolisme warfarin↓Cl, ↑efek

Jahe menghambat agregasi platelet


Jahe  ↑ efek

Penggunaan bersama dengan


gingseng kadang-kadang terjadi

Gingseng perdarahan, hal ini disebabkan


karena gingseng mengandung
komponen antiplatelet
15

3. Golongan Antiparkinson
Berikut adalah contoh-contoh obat beserta interaksinya :

Nama Obat Makanan Hasil Interaksi

Daging dan hati Vitamin B6


Methionine
Biji gandum menghilangkan aktivitas
Tryptophan
Ragi dari L-dopa dalam
Phenylalanine
Makanan tambahan atau mengobati gejala
Bendopa
suplemen vitamin seperti penyakit parkinson. Diet
Dopar
vitamin B6 protein yang berlebihan
Larodopa
Makanan yang tinggi dapat menghambat L-
Sinemet
protein dopa mencapai otak.

4. Golongan Antihipertensi
Berikut adalah contoh-contoh obat beserta interaksinya :

Nama Obat Makanan Hasil Interaksi

Enalapril
Captopril Komponen yang
Calan-SR terdapat dalam akar
Sejenis gula-gula yang dibuat
Capoten licorice alami
dari Succus liquiritae
Inderal menyebabkan retensi
Makanan yang banyak
Lopressor garam dan air yang
mengandung garam
Vasotec dapat meningkatkan
Imidapril tekanan darah.
Spironolacton
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
sewaktu pemberian obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea antara lain: insulin,
alkohol, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon, oksifenbutazon,
dikumarol, kloramfenikol, senyawa-senyawa penghambat MAO (Mono Amin Oksigenase),
guanetidin, steroida anabolik, fenfluramin, dan klofibrat. Hormon pertumbuhan, hormon
adrenal, tiroksin, estrogen, progestin dan glukagon bekerja berlawanan dengan efek
hipoglikemik insulin. Disamping itu, beberapa jenis obat seperti guanetidin, kloramfenikol,
tetrasiklin, salisilat, fenilbutazon, dan lain-lain juga memiliki interaksi dengan insulin,
sehingga sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan pemberian insulin, paling tidak perlu
diperhatikan dan diatur saat dan dosis pemberiannya apabila terpaksa diberikan pada
periode yang sama.

16
DAFTAR PUSTAKA

Misura, Hanafi. 2013. Farmakologi dan Toksikologi obat-obat Anti Diabetes.


Fakultas farmasi USU. Medan.

Wulandari, Ayu. 2008. Evaluasi pemilihan obat antidiabetes pada Penderita


diabetes mellitus di instalasi rawat inap rumah sakit umum daerah kota salatiga.
Surakarta.

Muchid, Abdu. 2005. Pharmaceutical care untuk penyakit diabetes mellitus. Dirjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Pusdatin Kemenkes RI. 2014 Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta Selatan.

Basuki, E. 2004. Penyuluhan Diabetes Mellitus. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP
Nasional Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta.

WHO Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva. 1999.


Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications.

17

Anda mungkin juga menyukai