Hubungan Warga Negara Dengan Negara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA

A. Teori Hubungan Warga Negara dengan Negara


1. Teori Marxis
Menurut teori Marxis, negara hanyalah sebuah panitia yang mengelola kepentingan kaum
borjuis, sehingga sebenarnya tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Justru kekuasaan nyata
terdapat pada kelompok atau kelas yang dominan dalam masyarakat (kaum borjuis dalam
sistem kapitalis dan kaum bangsawan dalam sistem feodal).
2. Teori Pluralis
Dalam pandangan teori pluralis, negara merupakan alat dari masyarakat sebagai kekuatan
eksternal yang mengatur negara. Dalam masyarakat terdapat banyak kelompok yang berbeda
kepentingannya, sehingga tidak ada kelompok yang terlalu dominan. Untuk menjadi mayoritas,
kepentingan yang beragam ini dapat melakukan kompromi.
3. Teori Organis
Menurut teori Organis, negara bukan merupakan alat dari masyarakatnya, tetapi
merupakan alat dari dirinya sendiri. Negara mempunyai misinya sendiri, yaitu misi sejarah
untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, negara harus dipatuhi oleh
warganya sebagai lembaga diatas masyarakat. Negaralah yang tahu apa yang baik bagi
masyarakat secara keseluruhan. Pandangan ini merupakan dasar bagi terbentuknya negara-
negara kuat yang seringkali bersifat otoriter bahkan totaliter.
4. Teori Elite Kekuasaan
Teori ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori pluralis. Menurut teori ini, meskipun
masyarakatnya terdiri dari bermacam-macam kelompok yang pluralitas, tetapi dalam
kenyataannya kelompok elite penguasa datang hanya dari kelompok masyarakat tertentu,
meskipun secara hukum semua orang memang bisa menempati jabatan-jabatan dalam
negara/pemerintah

B. Asas, Sifat, Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara


1) Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara
Asas hubungan warga negara dengan negara ada 2 yaitu, asas demokrasi dan asas
kekeluargaan. Asas demokrasi meliputi:
1. Pancasila
2. Pembukaan UUD 1945 alinea III dan IV
3. UUD 1945
4. Pasal 33 UUD 1945
Asas Kekeluargaan mencakup isi Batang Tubuh UUD 1945 dan Jiwa kekeluargaan dalam
hukum adat dan pembangunan
2) Sifat Hubungan Warga Negara dengan Negara
a) Hubungan yang bersifat hukum
Hubungan hukum yang sederajat dan timbal balik, adalah sesuai dengan elemen atau ciri-ciri
negara hukum Pancasila , yang meliputi :
1. Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan
2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga negara
3. Prinsip fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga negara
4. Prinisp penyelesaian snegketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban (Hadjoen, 1987: 90)
Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di sesuaikan juga dengan tujuan hukum
di negara Pancasila yaitu “... Memelihara dan mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta
cita-cita moral rakyat yang luhur berdasarkan ketuhanan yang maha esa” (Klili Rasjididan
Arief Sidharta, 1988: 172).
b) Hubungan yang bersifat politik
Kegiatan poliik (Peran politik) warga negara ldama bentuk partisipasi (mempengaruhi
pembuatan kebijaksanaan) dan dalam bentuk subyek (terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan) misalnya : Menerima perauran yang telah di tetapkan.
Sifat hubungan politik antara warganegara dengan pemerintah di Indonesia yang
berdasarkan kekeluargaan, akan dapat menunjang terwujudnya pengambilan keputusan politik
secara musyawarah mufakat, sehingga kehidupan politik yang dinamis dalam kestabilan juga
masih terwujud.

3) Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara


a) peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan perudnang-undangan yang
berlaku sebagai cermin dari seorang warga negara yang taat dan patuh kepada negara.
Contoh : membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas.
b) Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk ikut serta mengambil bagian
dalam kehidupan bangsa dan negara
Contoh : memberikan Hak suara pada saat pemilu
c) Peran positif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk meminta pelayanan dari negara
/ pemerintah sebagai konskeuensi dari fungsi pemerintah sebagai pelayanan umum (public
service)
Contoh : mendirikan lembaga sosial masyarakat LSM)
d) Peran Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campr tangan
pemerintah dalma persoalan yang bersifat pribadi.
Contoh : Kebebasan warga negara untuk memeluk ajaran agama yang diyakininya.

Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/hubungan-warga-negara-dengan-


negara.html#ixzz5pEaBOMukHUBUNGAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA
HUKUM

HUBUNGAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA HUKUM

1. SIAPAKA WARGA NEGARA?

Pasal 26 ayat (1) mengatur siapa yang termasuk warga negara indonesia. Pasal ini dengan tegas
menyatakan bahwa yang menjadi warga negara adalah orang orang bangsa indonesia asli,
misalnya peranakan Belanda, Tionghoa, arab yang bertempat tinggal di Indonesia. Mengakui
Indonesia sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada negara kesatuan Republik Indonesia, dan
disahkan oleh UU sebagai warga negara. Syarat syarat menjadi warga negara Indonesia
ditetapkan oleh UU (pasal 26 ayat 3).

2. KATEGORI HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA

Hubungan warga negara dengan negara dikategorikan sebagai :

a. Hubungan yang bersift emosional.

Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang bersifat emosional , menumbuhkan
nilai nilai pada setiap warga negara dalam dirinya suatu sikap berupa kebanggaan terhadap
bangsa dan negara. Cinta akan negara dan bangsa dan rela berkorban untuk bangsa dan negara.

b. Hubungan yang bersifat formal.

Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang bersifat formal, dibutuhkan
seperangkat pengetahuan ilmu hukum, ketatanegaraan, sejarah perjuangan bangsa,
administrasi negara dan ilmu politik yang membekali kesadaran hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

c. Hubungan yang bersifat fungsional.

Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang bersifat fungsional, lebih banyak
menggambarkan peran, fungsi dan pertisipasi warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

3. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Dalm UUD 1945, pasal pasal tentang hubungan warga negara dengan negara tertuang pada
pasal 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32 dan 33 dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Warga negara.

Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undangsebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

b. Kesamaan kedudukasn dalam hukum dan pemerintahan.

Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

c. Hak atas pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 27 ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.

d. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
e. Kemerdekaan memeluk Agama.

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

f. Hak dan kewajiban pembelaan negra.

Pasal 27 ayat (3)

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

g. Hak mendapat pengajaran.

Pasal 31 ayat (1) : Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ayat (2) : Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya

h. Kebudayaan nasional.

Pasal 32, menyatakan “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia”. Penjelasan UUD
1945 memberikan rumusan tentang jebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai
buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.

i. Kesejahteraan sosial.

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Anda mungkin juga menyukai