Anda di halaman 1dari 15

MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN AKTIVA YANG

DIKELOKA
(Dosen Pengampu : Dr. Dwi ratmono, S.E., M.Si.)

Disusun oleh:

Aglista Ramadhanty 12030116130167


Anindhiati Restu W 12030116140136
Caterina Kesuma D 12030116140153
Asido Ivan 12030116140161

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di beberapa unit usaha, fokus adalah laba yang diukur dari selisih antara
pendapatan dan beban. Di unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aktiva yang
digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas masalah-
masalah yang terjadi dalam pusat tanggungjawab, ada banyak permasalahan yang terlibat
dalam mengukur aktiva yang digunakan oleh suatu pusat laba.

Makalah ini akan membahas mengenai masing-masing jenis aktiva yang digunakan
oleh suatu pusat Investasi. Kemudian akan dibahas dua metode yang menghubungkan laba
dengan dasar investasi : (1) Persentase tingkat pengembalian atas investasi (Return On
Investment – ROI), dan (2) nilai tambah ekonomi (Economic Value Added – EVA). Akan
dijelaskan keuntungan dan persyaratan-persyaratan dari penggunaan dari masing-masing
metode untuk mengukur kinerja. Yang terakhir akan dibahas masalah perbedaan dalam
mengukur nilai ekonomi dari suatu pusat investasi, sebagaimana dibandingkan dengan
manajer yang bertanggung jawab atas suatu pusat investasi.

Sampai akhir-akhir ini, penulis menggunakan istilah laba residual (residual in


come) dan bukannya EVA. Kedua konsep tersebut secara efektif adalah sama. EVA
sebenarnya merupakan merek dagang dari Stern Stewart & Co.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Struktur Analisis
Tujuan pengukuran penggunaan aktiva merupakan analogi dari tujuan pusat laba
yaitu :
1. Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan yang baik
mengenai aktiva yang digunakan dan untuk memacu para manajer agar membuat
keputusan yang merupakan kepentingan perusahaan.
2. Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas ekonomi.
Tingkat pemgembalian atas investasi ( ROI ) adalah suatu rasio perbandingan.
Pembilangnya (numerator) adalah Laba yang dilaporkan pada laporan keuangan.
Penyebutnya (denominator) adalah Aktiva yang digunakan.

B. Mengukur Aktiva yang Digunakan


Dalam memutuskan dasar investasi apa yang akan digunakan untuk mengevaluasi
pusat investasi, kantor pusat menanyakan 2 hal : (1) Praktik-praktik apa saja yang akan
membuat para manajer unit usaha menggunakan aktiva mereka dengan dengan efisien dan
untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat dari aktiva baru? Mungkin, ketika laba
mereka berkaitan dengan aktiva yang digunakan, para manajer unit usaha akan mencoba
untuk meningkatkan kinerja mereka yang diukur dengan cara ini. Manajemen senior ingin
agar tindakan yang mereka lakukan untuk tujuan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan
perusahaan secara keseluruhan. Yang ke (2) Praktik-praktik apa saja yang paling baik
mengukur kinerja suatu entitas ekonomi?

Kas
Hampir semua perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pengendalian
pusat memungkinkan penggunaan saldo kas yang lebih kecil daripada jika setiap unit
usaha memegang saldo kas yang dibutuhkannya untuk menyeimbangkan perbedaan antara
kas masuk dan arus kas keluar. Saldo kas unit usaha mungkin hanya akan merupakan
“selisih” antara penerimaan dan pengeluaran harian .
Satu alasan untuk memasukkan kas pada jumlah yang lebih besar daripada saldo
yang biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar ini
diperlukan untuk memungkinkan perbandingan dari unit internal akan terlihat sangat tinggi
dan dapat menyesatkan manajemen senior.
Beberapa perusahaan mengabaikan unsure kas dalam dasar investasi. Alasannya
adalah bawa karena jumlah kas untuk mendekati kewajiban lancar ( current liabilities).
Jika demikian halnya, jumlah piutang dan perusahaan akan mendekati jumlah modal kerja
( working capital).

Piutang
Manajer unit usaha dapat mempengaruhi tingkat piutang secara tidak langsung
melalui kemampuan mereka untuk menghasilkan penjualan dan secara langsung melalui
penetapan persyaratan kredit dan persetujuan atas kredit individual dan batas kredit serta
melalui wewenang mereka dalam menagih kredit yang jatuh tempo. Demi kemudahan,
unsure piutang sering dimasukkan pada saldo actual di akhir periode, meskipun rata-rata
antarpriode secara konsep merupakan ukuran yang lebih baik atas jumlah yang seharusnya
dikaitan dengan laba.
Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau pada harga pokok penjualan
merupakan hal yang masih diperdepatkan. Suatu pihak dapat berargumen bahwa investasi
riil dari suatu unit dalam piutang adalah hanya sebesar harga pokok penjualan dan bahwa
tingkat pengembalian yang memuaskan atas investasi ini mungkin sudah mencukupi. Di
lain pihak, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa unit usaha dapat diinvestasikan
kembali uang yang diperoleh dari piutang, dank arena itu, piutang harus dimasukkan pada
harga jualnya. Yang biasanya dilakukan adlah mengambil alternative yang lebih
sederhana- yaitu memasukkan piutang pada nilai buku, yang merupakan harga jual
dikurangi penyisihan atas piutang tak tertagih.
Jika unit tersebut tidak mengendalikan kredit maupun penagihannya, maka piutang
dapat dihitung berdasarkan suatu rumus. Rumus ini harus konsisten dengan periode
pembayaran normal-misalnya, penjualan 30 hari dimana oembayaran biasanya dilakukan
30 hari setelah barang dikirim.

Persediaan
Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang- yaitu dicatat pada jumlah
akhir periode meskipun rata-rata antar periode lebih baik secara konsep. Metode yang
dapat digunakan adalah FIFO, Average, atau LIFO costing. Contoh: dengan waktu
peroduksi setahun atau lebih, boeing menerima pembayaran cicilan untuk pesawat-pesawat
yang diproduksi dan mencatatnya sebagai kewajiban.
Beberapa perusahaan mengurangkan utang usaha dari persediaan dengan dasar
bahwa utang mencerminkan pendanaan atas sebagian persedian oleh pemasok, tanpa biaya
untuk unit usaha. Modal perusahaan yang dibutuhkan untuk persediaan adalah hanya
selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang, jika unit usaha tersebut dapat
mempengaruhi periode oembayaran yang diperbolehkan oleh pemasok, maka
memasukkan unsure utang dalam perhitungan itu mendorong manajer untuk mencari
persyaratan pembayaran yang terbaik. Pada saat suku bunga tinggi atau kredit yang
diperketat, para manajer mungkin terdorong untuk mempertimbangkan guna
mengorbankan diskon tunai yang ditawarkan, supaya tambah pendanaan di sediakan oleh
pemasok, dilain pihak, menunda pembayaran akan mengurangi aktiva lancar bersih( net
current asset) yang mungkin bukan merupakan kepentingan perusahaan, karena hal
tersbeut akan membahayakan peringkat kredit( credit rating)

Modal Kerja Secara Umum


Perlakuan atas modal kerja sangat bervariasi. Pada satu sisi, perusahaan
memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi
kwajiban lancar. Metode tersebut adalah beralasan dari sudut pandang motivasional jika
unit usaha tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar lainnya. Tetapi metode
tersebut menyatakan terlalu tinggi (overstate) jumlah modal korporat yang diperlukan
untuk mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber modal, seringkali
dengan biaya bunga sama dengan nol. Dilain pihak, seluruh kewajiban lancar dapat
dikurangkan dari aktiva lancar.

Properti, Pabrik, dan Peralatan


Dalam akuntansi keuangan, aktiva tetap awalnya dicatat pada biaya perolehan dan
biaya ini dihapuskan sepanjang umur ekonomis aktiva melalui penyusutan. Hampir semua
perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam mengukur profitabilitas atas dasar
aktiva dari unit usaha. Hal ini menyebabkan pemasalahan serius dalam penggunaan sistem
tersebut untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun permasalahan tersebut yaitu berupa :
1. Akuisisi peralatan baru
2. Nilai buku kotor
3. Disposisi aktiva
4. Penyusutan Anuitas
5. Metode penilaian yang lain

1. Akuisisi Peralatan Baru


Jika aktiva yang telah disusutkan dimasukkan kedalam dasar investasi pada nilai buku
bersih, maka profitabilitas unit usaha tersebut akan dinyatakan salah saji pada nilai buku
bersih dan para manajer unit usaha akan termotivasi untuk mengambil keputusan akuisisi
yang tepat. Untuk mengilustrasikan bagaimana manajer akan mengambil keputusan, akan
diperlihatkan pada contoh berikut ini:
A. Asumsinya bahwa:
Investasi mesin baru $100.000
Perkiraan kas masuk per tahun $27.000
Masa manfaat 5 tahun
Required return 10 % (Investasinya termasuk baik)
B. Asumsinya bahwa:
Mesin tersebut dibeli dan perusahaan mengukur dasar aktiva seperti gambar 7.1
Perusahaan melaporkan penurunan EVA pada tahun pertama.
Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus
Contoh
(dalam ribuan $)

A. Perhitungan ekonomi
Investasi pada mesin 100
Masa manfaat 5 tahun,
Arus kas masuk, $27.000 per tahun
Nilai sekarang dari arus kas masuk ($27.000 x 3,791)* 1024

Nilai sekarang bersih 24


Keputusan: Membeli mesin.
2. Nilai Buku Kotor
Fluktuasi dalam EVA dan ROI dari tahun ke tahun pada contoh dibawah dapat dihindari
dengan memasukkan unsur aktiva yang dapat disusutkan (depreciable asset) dalam dasar
investasi pada nilai buku kotornya (gross book value). Seperti contoh Investasi setiap tahun
adalah $100.000 dan pendapatan tambahannya adalah $7.000 yang didapat dari arus kas
masuk sebesar $27.000 – penyusutan sebesar $20.000). Meskipun demikian, EVA-nya
akan menurun sebesar $3.000 ($7.000 – beban bunga sebesar $10.000), ROI-nya sebesar
7% ($7.000 / $100.000). Kedua angka tersebut menandakan bahwa profitabilitas
perusahaan tersebut menurun, yang pada kenyataannya tidak benar. ROI yang dihiung
berdasarkan nilai buku kotor akan selalu menyatakan terlalu rendah tingkat pengembalian
sebenarnya.

3. Disposisi Aktiva
Jika satu mesin baru dianggap akan menggantikan mesin yang telah ada dan yang
masih memilliki nilai buku yang belum disusutkan, diketahui bahwa nilai buku tersebut
tidak relevan dalam analisis ekonmi atas usulan pembelian (kecuali bahwa secara tidak
langsung hal tersebut mempengaruhi pajak penghasilan). Tetapi, menghilangkan nila buku
dari aktiva lama dapat mempengaruhi perhitungan profitabilitas unit usaha secara
substansi. Nilai buku kotor akan meningkat hanya sebesar selisih antara nilai buku bersih
setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai buku bersih dari mesin yang lama.
Dalam kedua kasus tersebut, jumlah yang relevan dari investasi tambahan akan
dinyatakan terlalu rendah, dan selanjutnya EVA akan dinyatakan terlalu tinggi. Hal ini
akan mendorong para manajer untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru, bahhkan
ketika penggantian itu tidak dibenarkan secara ekonomis. Lebih lanjut lagi, unit-unit usaha
yang paling banyak melakukan penggantian akan menunjukkan kenaikan profitabilitas
yang besar.

4. Penyusutan Anuitas
Jika penyusutan ditentukan oleh metode anuitas dan bukan oleh metode garis lurus,
maka perhitungan profitabilitas perusahaan akan menunjukkan EVA dan ROI yang tepat.
Hal ini disebabkan karena metode penyusutan anuitas sesungguhnya mengaitkan
pengembalian investasi yang implicit salam perhitungan present value. Penyusutan anuitas
merupakan kebalikan dari penyusutan yang dipercepat, dimana jumlah penyusutan tahunan
adalah rendah pada tahun-tahun pertama ketika nilai investasinya masih tinggi dan
meningkat setiap tahunnya seiring dengan menurunnya nilai investasi tetapi tingkat
pengembalian hasil tetap konstan.
Namun hanya sedikit sekali manajer yang menerima ide mengenai penyisihan
penyusutan yang meningkat pada saat umur asset semakin tua. Mereka melihat penyusutan
akuntansi sebagai cerminan dari penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam ekonomis.
Oleh karena itu, mereka percaya bahwa penyusutan dengan metode garis lurus, ataupun
yang dipercepat, merupakan metode yang paling menggambarkan kondisi dilapangan.
Akibatnya, sangat sulit untuk meyakinkan mereka guna menerima konsep metode anuitas
untuk mengukur laba unit usaha.
5. Metode Penilaian yang Lain

Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi menetapkan batas


bawah, biasanya 50 persen, sebagai biaya awal yang dapat dihapus. Hal ini mengurangi
distorsi yang terjadi dalam unit usaha yang memiliki aktiva yamg tua. Kesulitan dalam
metode ini adalah bahwa suatu unit usaha dengan aktiva tetap yang memiliki nilai buku
bersih diatas 50 persen nilai buku kotornya dapat mengurangi dasar investasi dengan
sepenuhnya membuang aktiva –aktiva yang masih bagus. Perusahaan-perusahaan lain sama
sekali tidak menggunakan catatan akuntansi dan menggunakan estimasi nilai sekarang
(current value) dari aktiva. Perusahaan-perusahaan memperoleh jumlah tersebut dengan
cara menilai aktiva secara berkala (katakanlah, setiap lima tahun atau ketika manajer unit
usaha yang baru mengambil alih), dengan menyesuikan biaya awal menggunakan suatu
indeks perubahan pada harga peralatan, atau dengan menggunakan nilai asuransi.

6. Aset-aset yang Disewagunausahakan

Menjual aktiva tetapnya seharga nilai bukunya yaitu $300.000, mengembalikan


hasil penjualannya kepada kantor pusat korporat, dan kemudian menyewagunausahakan
aktiva tersebut denfan tariff sewa $60.000 per tahun. laba sebelum pajak dari unit usaha
tersebut akan menurun akibat beban sewa baru yang lebih tinggi daripada beban
penyusutan yang dihilangkan. Meskipun demikian EVA-nya akan naik karena biaya yang
lebih tinggi tersebut akan diimbangi oleh penurunan beban modal yang dihilangkan. Oleh
karena itu, para manajer unit usaha lebih terdorong untuk menyewa daripada memiliki
aktiva ketika beban bunga terkandung dalam biaya sewa lebih kecil daripada beban modal
yang dikenakan sebagai dasar investasi dari unit usaha.
Banyak perjanjian sewa guna usaha merupakan perjanjian pendanaan, yaitu perjanjian
tersebut memberikan cara alternatif untuk menggunakan aktiva yang seharusnya didapatkan
dari pendanaan dengan utang dan modal. Sewa guna usaha finansial (yaitu sewa guna usaha
jangka panjang yang setara dengan nilai sekarang dari arus beban sewa) adalah sama dengan
utang dan dilaporkan juga dalam neraca. Keputusan pendanaan biasanya dilakukan oleh
kantor pusat. Karena alasan tersebut, pembatasan biasanya diberlakukan pada kebebasan
manajer unit usaha untuk melakukan sewa guna usaha atas aktiva.

7. Aktiva yang Menganggur

Jika suatu unit usaha memiliki aktiva yang menganggur (idle asset) yang dapat
digunakan oleh unit lain, maka unit usaha tersebut dapat diperbolehkan untuk mengeluarkan
aktiva tersebut dari dasar investasinya. Tujuan dari ijin ini adalah untuk mendorong para
manajer unit usaha guna melepas aktiva menganggur ke unit lain yang mungkin
memerlukannya. Tetapi, jika aktiva tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit lain, maka
pemberian izin untuk menjual atau mengganti aktiva tersebut akan menimbulkan tindakan-
tindakan yang disfungsional. Misalnya, hal tersebut akan mendorong manajer unit usaha
untuk menganggurkan aktiva yang tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang sama
dengan target laba unit usaha. Jika tidak ada alternatif lain dari penggunaan peralatan,
kontribusi apa pun dari peralatan tersebut akan meningkatkan laba perusahaan.

8. Aktiva Tidak Berwujud

Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengembangan yang


intensif; (misalnnya, perusahaan farmasi seperti Novartis menghabiskan dana yang besar
untuk mengembangkan produk baru), sedang yang lainnya cenderung fokus pada pemasaran
(misalnya, perusahaan barang konsumen seperti Unilever yang menghabiskan banyak dana
untuk iklannya). Ada keuntungan dalam mengkapitalisasi aktiva tidak berwujud seperti R &
D dan pemasaran, serta kemudian mengamortisasinya selama masa manfaatnya. Metode
tersebut akan mengubah cara para manajer unit usaha memandang pengeluaran semacam ini.
Dengan menghitung aktiva semacam ini sebagai investasi jangka panjang, manajer unit usaha
akan memperoleh manfaat jangka pandek yang lebih sedikit dari pengurangan atas
pengeluaran untuk pos tersebut. Sebagai contoh, jika pengeluaran R&D langsung
dibebankan, maka setiap dolar dari pengurangan R&D merupakan tambahan dolar untuk laba
sebelum pajak. Di lain pihak, jika biaya R&D dikapitalisasi, maka setiap pengurangan satu
dolar akan mengurangi aktiva yang digunakan sebesar satu dolat, sehingga beban modal
dapat berkurang sebesar satu dolar dikalikan biaya modal, yang hanya memiliki dampak
positif yang jauh lebih kecil terhadap EVA.

9. Kewajiban Tidak Lancar

Kadang-kadang, suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana
korporat. Korporat memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman, investor modal, dan
laba ditahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut adalah relevan tetapi tidak
dengan sumber daya dari mana dana tersebut berasal. Meskipun demikian, dalam situasi yang
tidak lazim, pendanaan suatu unit usaha mungkin saja merupakan hal yang aneh bagi unit
usaha itu sendiri. Sebagai contoh, suatu unit yang membangun atau mengoperasikan suatu
perumahan atau gedung kantor menggunakan proporsi yang jauh lebih besar untuk modal
utang dibandingkan dengan suatu unit manufaktur atau pemasaran. Karena modal tersebut
didapat melalui pinjaman hipotik atas aktiva unit usaha tersebut, maka sebaiknya dana
dipinjam diperhitungkan secara terpuisah dang perhitungan EVA-nya dilakukan berdasarkan
aktiva diperoleh dari sumber umum korporat, dan bukan total aktiva.

10. Beban Modal

Kantor pusat korporat menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk menghitung
beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi daripada tarif korporat
untuk pendanaan dengan utang karena dana yang terlibat merupakan campuran antara utang
dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost equity). Biasanya tarif tersebut ditetapkan
dibawah estimasi biaya modal perusahaan sehingga EVA atas rata-rata unit usaha berada di
atas nol.

Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja
daripada untuk aktiva tetap. Hal ini dapat mencerminkan penilaian bahwa modal kerja lebih
kecil risikonya daripada aset tetap, karena dananya disalurkan untuk periode yang lebih
pendek. Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah merupakan cara untuk
mengkompensasikan fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur persediaan dan
piutang dalam dasar investasinya pada jumlah kotor (yaitu, tanpa mengurangkan utang
usaha). Perusahaan tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang usaha
memiliki biaya bunga sama dengan nol.

11. Survei-survei Praktik


Kebanyakan perusahaan memasukkan unsure aktiva tetap ke dalam dasar investasi
pada nilai buku bersih. Perusahaan-perusahaan tersebut melakukan karena ini merupakan
jumlah dengan mana aktiva tersebut dicatat dalam laporan keuangan tersebut, mencerminkan
jumlah modal yang digunakan dalam divisi tersebut. Manajemen menyadari bahwa metode
ini memberikan sinyal yang menyesatkan, tetapi mereka yakin orang-orang harus
memberikan kelonggaran untuk kesalahan tersebut pada saat menginterprestasikan laporan
laba unit usaha dan metode alternatif penghitungan dasar investasi tidak dapat dipercaya
karena sangat subyektif. Mereka menolak pendekatan penyusutan anuitas dengan dasar cara
penghitungan penyusutan untuk tujuan pelaporan keuangannya.

C. EVA vs. ROI

Hampir semua perusahaan yang memiliki pusat investasi mengevaluiasi unit-unit


usahanya berdasarkan ROI, dibandingkan yang menggunakan EVA. Ada tiga keuntungan
dari ROI:

1. ROI merupakan pengukuran yang kompherensif dimana semua mempengaruhi


laporan keuangan tercermin dari rasio ini.
2. ROI mudah dihitung, mudah dipahami,dan sangat berarti dalam pengertian absolute.
3. ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan ke setiap unit organisasi yang
bertanggung jawab terhadap profitabilitas, tanpa memperdulikan ukuran dan jenis
usahanya/

EVA tidak memberikan dasar perbandingan semacam ini. Tetapi pendekataan EVA juga
memiliki beberapa keunggulan. Ada empat alasan yang membuatnya lebih unggul dari ROI:

1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk
perbandingan investasi.
2. Keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat
menurunkan laba keseluruhan.
3. Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aktiva yang berbeda
pula.
4. EVA berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap
perubahan-perubahan dalam nilai pasar perusahaan.
Ada beberapa alasan mengapa penciptaan nilai pemegang saham menjadi sangat penting
bagi perusahaan:

 Mengurangi resiko pengambilalihan (takeover)


 Menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akusisi
 Mengurangi biaya modal, sehingga memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk
pertumbuhan masa depan.

Mandat terbaik untuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah meminta para
manajer unit usaha untuk menciptakan dan meningkatkan EVA. EVA mendorong para
manajer untuk meningkatkan EVA dengan cara mengambil tindakan-tindakan yang konsisten
dengan peningkatan nilai pemegang saham. Hal ini dapat dipahami dengan melihat pada cara
bagaimana EVA diperhitungkan. EVA diukur dengan cara sebagai berikut:

EVA = Laba operasional – Beban modal

Dengan:

Beban modal = Biaya modal x Modal yang digunakan (1)

Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah :

EVA = Modal yang digunakan X (ROI- biaya modal) (2)

Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA sebagaimana ditunjukkan oleh


persamaan (2): (i) peningkatan ROI melalui business process reengineering dan productivity
gains, tanpa menaikkan dasar investasi; (ii) divestasi aktiva,produk dan atau bisnis yang ROI-
nya kurang dari biaya modal; (iii) investasi agresif yang baru dalam aktiva,produk, dan atau
bisnis yang ROI-nya melebihi biaya modal dan (iv) peningkatan penjualan,margin laba,atau
efisiensi modal (rasio penjualan terhadap modal yang digunakan), atau penurunan persentase
biaya modal tanpa mempengaruhi variable lain dalam persamaan (2). Tindakan-tindakan
tersebut jelas merupakan yang terbaik bagi kepentingan perusahaan.

EVA memecahkan permasalan mengenai perbedaan tujuan laba untuk aktiva yang
sama dalam unit usaha yang berbeda dan tujuan laba yang sama pada unit usaha sama.
Metode tersebut memungkinkan untuk memasukkan peraturan keputusan yang sama dengan
yang digunakan dalam proses perencanaan ke dalam sistem pengukuran: Semakin rumit
proses perencanaan, semakin rumit juga perhitungan EVA-nya.
D. Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer

Dalam penggunaan metode ROI, kesalahan konseptual untuk evaluasi kinerja adalah
nyata dan menyebabkan timbulnya perilaku disfungsional dari para manajer unit usaha.
Tetapi cakupan dari kesalahan tersebut tidak dapat ditentukan karena hanya sedikit jumlah
manajer yang mau mengakui adanya kesalahan tersebut dan banyak yang tidak menyadari
bahwa kesalahan tersebut terjadi.

Sedangkan penggunaan EVA sebagai perangkat pengukuran kinerja sangat


disarankan. Akan tetapi EVA tidak menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
penghitungan aktiva tetap, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, kecuali metode
penyusutan anuitas dipergunakan. Jika nilai buku kotor dipergunakan, suatu unit usaha dapat
meningkatkan EVA-nya dengan cara mengambil tindakan yang bertentangan dengan
kepentingan perusahaan. Sedangkan jika metode nilai buku bersih dipergunakan, maka EVA
akan langsung meningkat karena berlalunya waktu penggunaan dan EVA juga akan tertekan
oleh investasi baru karena tingginya nilai buku bersih pada tahun awal.

Seluruh unit usaha akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika tingkat
pengembalian dari investasi tersebut melebihi tarif yang ditentukan sistem pengukuran.
Beberapa aktiva mungkin akan dinyatakan terlalu rendah nilainya ketika dikapitalisasi,
sejumlah besar investasi dalam biaya awal. Atas dasar beberapa pertimbangan, terkadang
perusahaan memutuskan untuk mengeluarkan unsur aktiva tetap dari dasar investasi.
Perusahaan hanya membebankan beban bunga hanya untuk aktiva yang dapat dikendalikan
dan mengendalikan aktiva tetap dengan perangkat terpisah. Aktiva yang dapat dikendalikan
pada dasarnya merupakan modal kerja. Para manajer unit dapat membuat keputusan sehari-
hari yang mempengaruhi aktiva-aktiva tersebut. Namun apabila keputusan yang dibuat salah,
maka dampak yang serius akan segera timbul.

Contoh: jika tingkat persediaan tinggi maka akan memasukkan pengeluaran yang tidak perlu
dan resiko kerusakan akan meningkat, sebaliknya jika persediaan terlalu rendah maka akan
menyebabkan kekurangan persediaan dan terjadi gangguan produksi.

Investasi dalam aktiva tetap dapat dikendalikan oleh proses anggaran modal sebelum
terjadinya dan oleh audit setelah penyelesaian untuk menentukan apakah ada arus kas yang
diantisipasi terwujud. Hal ini jauh dari memuaskan karena penghematan atau pendapatan
aktual dari akuisisi aktiva tetap tidak dapat dikendalikan.
E. Mengevaluasi Kinerja Ekonomi suatu Entitas

Laporan-laporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Laporan tersebut


memberikan indikasi apakah strtegi unit usaha yang sekarang sudah memuaskan Dan jika
tidak, keputusan apa yang haruds diambil untuk unit usaha tersebut memperbesarnya,
memperkecil, mengubah arah, atau menjualnya.

Laporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai perusahaan secara
keseluruhan. Nilai semacam ini disebut breakup value yaitu, estimasi jumlah yang akan
diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usah dijual. Breakup
value berguna bagi organisasi luar yang sedang akan membuat penawaran pengambilalihan
perusahaan, dan tentu saja, laporan ini juga berguna bagi pihak manajemen dalam menilai
suatu tawaran.

Perbedaan yang paling nyata antara ke dua jenis laporan tersebut adalah bahwa
laporan ekonomi lebih berfokus pada profitabilitas di masa depan daripada profitabilitas yang
sekarang atau yang lalu. Nilai buku dari aktiva dan penyusutan berdasarkan biaya historis
dari aktiva tersebut digunakan dalam laporan yang memperkirakan masa depan dalam laporsn
tersebut, penekanannya adalah pada biaya penggatian (replacement cost).

Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa
depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di masa depan dan
mendiskontokan setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan. Analisis
tersebut dilakukan untuk 5, atau mungkin 10 tahun yang akan datang. Aktiva yang ada
ditangan pada akhir periode diasumsikan memiliki nilai tertentu disebut nilai akhir (terminal
value) yang didiskontokan dan ditambahkan ke nilai arus kas tahunan.

Secara konsep nilai suatu usaha adalah nilai sekarang dari pendapatan di masa depan. Hal ini
dihitung dengan mengestimsi arus kas untuk setiap tahun di masa depan dan mendiskontokan
setiap arus kas tersebut pada tarif laba yang telah ditentukan. Analisis tersebut dilakukan
untuk lima,atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pusat investasi pada dasarnya memiliki semua masalah terkait dengan pengukuran
yang terkait dalam penentuan beban dan pendapatan. Pusat investasi dapat menimbulkan
permasalahan baru mengenai bagaimana mengukur aktiva yang digunakan, khususnya aktiva
mana yang akan dimasukkan, bagaimana menilai aktva tetap dan aktiva lancar, metode
penyusutan apa yang akan digunakan untuk aktiva tetap, aktiva perusahaan mana yang harus
dialokasikan, dan kewajiban mana yang harus dikurangi.

Tujuan penting dari organisasi bisnis adalah untuk mengoptimalkan tingkat


pengembalian atas ekuitas pemegang saham, seperti nilai sekarang bersih dari aris kas masa
depan. Tidaklah praktis untuk menggunakan pengukuran semacam ini untuk mengevaliaso
kinerja dari parameter unit usaha per bulan atau per kuarta;. Menghitung tingkat
pengembalian merupakan pengukuran yang paling baik atas kinerja dari para manajer unit
usaha. Nilai tambah ekonomis (economic valie added – EVA) secara konseptual lebih unggul
daripada tingkat pengembalian investasi (return on investment – ROI) dalam mengevaluasi
kinerja dari para manajer unit usaha.

Sebagai tambahan unsur dalam laporan laba rugi, ketika kita menentukan sasaran laba
tahunan, maka harus ada tarif bunga yang eksplisit terhadap saldo yang diproyeksikan atas
unsur modal kerja yang terkendali, khususnya piutang dan persediaan. Ada perdebatanyang
cukup banyak tentang pendekatan yang tepat bagi manajemen dalam mengontrol asset tetap.
Melaporkan kinerja ekonomi dari suatu pusat investasi berbeda dengan melaporkan kinerja
manajer yang berwenang dalam pusat investasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai