Anda di halaman 1dari 29

Lulus dari pondok pesantren tanpa menguasai ilmu lain di luar ilmu agama ternyata membawa

konsekuensi cukup berat. Tidak jarang, para lulusan pesantren tidak mampu untuk bersaing
terutama di dunia kerja formal maupun wirausaha.

Untuk itulah, kini diperkenalkan pelatihan-pelatihan khusus bagi para santri, seperti yang
dilakukan di Pondok Pesantren Ali Maksum, Yogyakarta. Salah satunya adalah pelatihan
pembuatan kue coklat dan memasak spaghetti, akhir pekan ini.

Nazilatul Mubarokah, pembuat coklat profesional yang menjadi pelatih dalam acara ini
mengharapkan, lewat pelatihan ini para santri perempuan memiliki bekal dan cara pandang baru
mengenai masa depannya.

“Tujuan saya mengadakan pelatihan, terutama untuk anak-anak perempuan, (adalah) bagaimana
saya menularkan jiwa wirausaha kepada anak-anak ini, apalagi karena santri identik setelah
lulus, ya sudah, mereka di rumah. Tapi bagaimana kita nanti ketika kita di rumah apalagi
perempuan nanti jadi isteri, itu di rumah menunggu suami tetapi kita bisa menghasilkan
(sesuatu), saya tekankan seperti itu. Jadi tetap mereka (bisa) berwirausaha,” harap Nazilatul
Mubarokah.

Nazilatul Mubarokah yang juga lulusan pondok pesantren merasakan betul, bagaimana susahnya
lulusan pesantren untuk bersaing di dunia kerja. Karena itulah, pelatihan ini merupakan upaya
berdasar pengalaman pribadinya. Dia ingin, perempuan lulusan pesantren tidak hanya pasif
berperan sebagai istri, tetapi juga berani berwirausaha dan mandiri.

Nazilatul menambahkan, “Jadi saya mengenalkan itu, yang jelas menumbuhkan jiwa
entrepreneur dari dini. Kita nanti hidup di dunia ini setelah keluar dari (pesantren) ini, di
kehidupan nyata di lingkungan rumah, itu kan kita harus tetap eksis, tetap (bisa) hidup, seperti
itu.”

Dua santri perempuan di Ponpes Ali Maksum menunjukkan hasil kue yang mereka buat (3/2).
Ketika ditanya mengapa para santri perempuan itu dilatih membuat makanan barat seperti coklat
dan spaghetti, menurut Nazilatul Mubarokah ini adalah bagian dari upaya mengenalkan mereka
ke produk budaya lain, di luar budaya lokal atau menu-menu Timur Tengah yang sudah lebih
diakrabi.

Widia Ayu Lestari, salah satu santri peserta pelatihan ini mengaku senang berkesempatan belajar
menu-menu asing. Dia yakin, pelatihan semacam ini akan menjadi bekal tambahan selepas lulus
dari pesantren.
“Saya memang ikut ini motivasinya sebagai modal awal untuk berwirausaha di bidang pangan
sendiri. Untuk lebih berkreasi lagi, untuk menjadi seseorang yang lebih dari sekedar santri yang
hanya tahu pondok dan ilmu agama saja, tetapi ilmu umum pun tahu,” ujar Widya.

Pelatihan wirausaha ini tidak hanya berhenti seusai pertemuan selama satu hari ini. Nazilatul
Mubarokah sebagai pemilik usaha pembuatan kue coklat, membuka kesempatan bagi para santri
untuk belajar lebih jauh di tempat usahanya. Dia juga berharap, para pemilik usaha lain untuk
lebih peduli kepada kalangan pesantren, agar santri yang lulus memiliki wawasan lebih luas dan
lebih banyak kesempatan untuk bersaing di dunia luar, sehingga menjadi perempuan yang lebih
mandiri.
PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA
A. LATAR BELAKANG

Situasi ekonomi nasional bergerak dinamis seiring dengan tantangan global dengan segala peluang dan
ancamannya. Pemuda sebagai pemilik usia produktif sangat berpotensi untuk dapat terlibat dalam
menggerakan perekonomian bangsa pada sektor real dan meminimalisir angka pengangguran di
Indonesia. Program ekonomi & Wirausaha pemuda dari Menteri Koodinator Perekonomian RI
merupakan sebuah peluang untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam upaya membangun sinergisitas
pemuda Indonesia dan pemerintah.


B. NAMA DAN TEMA KEGIATAN

PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA

Tema:

“Wirausaha Pemuda untuk Gairah Produktifitas Ekonomi Desa”


C. MAKSUD DAN TUJUAN

DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia bermaksud menyelenggarakan “PELATIHAN PEMUDA


PENGGERAK WIRAUSAHA DESA” Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah:

Pemuda Indonesia dapat memahami programprogram ekonomi rakyat yang sedang digalakan oleh
pemerintah. Menggerakan pemuda Indonesia untuk proaktif menjadi bagian dari penggerak ekonomi di
lingkungannya. Sinergitas Pemuda Indonesia – Pemerintah dalam menekan angka pengangguran.


D. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan Pelatihan ini akan diadakan pada: Kamis – Sabtu, Tanggal 06 dan 08 Oktober 2011 Bertempat
di: Hotel Grand Sahid Jaya Jl. Jend. Sudirman No. 86 Jakarta Pusat
E. BENTUK KEGIATAN

 Acara Pembukaan  Laporan Ketua Penyelenggara

Sahrin Hamid

 Sambutan Ketua Umum DPP KNPI

Ahmad Doli Kurnia

 Stadium General Menteri Koordinator Perekonomian RI

Bapak Ir. Hatta Rajasa

 Seminar  Pelatihan/ Workshop  Deklarasi Jaringan Nasional Pemuda Penggerak

Wirausaha Desa

 Acara Penutupan
F. ORGANISASI PENYELENGGARA

Pelatihan ini diselenggarakan oleh: DPP KNPI dan didukung oleh Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia Penasihat Penanggung Jawab : Menko Perekonomian RI Bapak Ir.
Hatta Rajasa : Ketua Umum DPP KNPI Ahmad Doli Kurnia Deputi IV Menko Perekonomian RI Edy Putra
Irawady Ketua Penyelenggara Ketua Pelaksana : Sahrin Hamid : Firman Baso

(susunan panitia terlampir)


 1. LAPORAN PENELITIAN KUANTITATIF METODE PENELITIAN
SOSIALPARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT KOTA PADANG DI KECAMATAN
PAUH PADA PILKADA TAHUN 2005 OLEH : DADI DAPUTRA RAMA 06193086
NOVI HENDRA 06193058 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2008 1
 2. 1. 1. LATAR BELAKANG Partisipasi politik merupakan hal yang menarik untuk
diperhatikan, terbukti denganbanyaknya ilmuan yang meneliti tentang hal ini. Dalam
analisis politik modern,partisipasi termasuk kedalam hal penting yang belakangan ini
banyak mendapat perhatiandi negara-negara berkembang. Namun, walaupun ilmuan dan
pengamat politik sudahrelatif lama menekuninya, ternyata sampai saat ini belum ada
keseragaman pemahamantentang hal tersebut. Sehingga banyak penuli-penulis baru yang
ingin menelitipermasalahan ini. Partisipasi politik adalah hal yang mempengaruhi sistem
politik sebuah negara yangdemokratis, karena sistem politik yang demikratis tidak akan
ada artinya tanpa adanyapartisipasi politik. Partisipasi poltik mempunyai hubungan
dengan kepentinganmasyarakat. Sehingga apa yang dilakukan rakyat dalam
partisipasinya menunjukkanderajat kepentingan mereka. Sebenarnya apa yang dilakukan
masyarakat dalam kegiatan politiknya, tidak lebihdari sebuah ungkapan tanggung jawab
mereka terhadap keberlangsungan gerak daripemerintah. Banyak masyarakat
merefleksikannya dalam bentuk partisipasi politik aktif.Gejala ini sesuai dengan konsep
partisipasi politik itu sendiri, dimana kegiatan danaktifitas individu sebagai warga negara
yang berusaha mempengaruhi pembuatankeputusan pemerintah. Pengaruh terhadap
pemerintah dapat mewujudkan perubahandalam sistem politik Indonesia. Hal ini dapat
dilakukan dengan kekuatan politik. Salahsatu kekuatan politik yang ada adalah
masyarakat dan partisipasinya. Masyarakat merupakan kelas-kelas yang beragam. Mulai
dilihat dari status sosial,kasta, pendidikan ,sampai pada status ekonominya. Setiap gejala
sosial dalammasyarakat kan ikut mempengaruhi semua komponen penting pemerintah
termasukbidang politik. Sehingga keberagaman yang ada dalam masyarakat menjadi
suatufenomena ada atau tidaknya partisipasi dalam politik. Peran masyarakat dalam
panggung politik bukanlah hal yang baru. Peranmasyarakat sebenarnya sudah lama
mengakar dalam kehidupan politik bangsa sejakIndonesia merdeka. Namun bentuk
partisipasi masyarakat masa itu masih dalambelenggu, demokrasi hanya masih untuk para
penguasa. Namun setelah lepasnya masaorde baru dan dimulai dengan pemerintahan
yang baru barulah mulai terlihat partisipasi 2
 3. masyarakat. Hal yang paling menonjol menunjukkan adanya demokrasi besar-
basaranadalah diadakanya sebuah Pemilu yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun
2005lalu. Partisipasi politik masyarakat lebih terbuka, hal ini dikarenakan pada Pilkada
tahun2005 masyarakat dapat memilih kepala daerahnya masing-masing sesuai dengan
pilihan.Dilain hal, masyarakat juga dapat lebih mengenal dan mengetahui calon
pilihannya.Keaadan yang demikian juga terjadi di Kota Padang. Berdasarkan survei awal
yangdilakukan bahwa seiring dengan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
kebanyakanmasyarakat Kota Padang memberikan partisipasi politiknya, terutama
dalammenggunakan hak suara. Bentuk aktifitas partisipasi politik lainnya adalah
kampanye,menjadi tim sukses, dan menjadi saksi atau pengawas pada saat pemilihan
berlangsung. Yang menjadi menarik dari fenomena politik ini adalah tidak semua
masyarakatmelakukan partisipasi politiknya secara aktif, banyak faktor yang
mempengaruhi sertatidak sedikit pula masyarakat yang tidak mau ambil peduli dalam
kegiatan partisipasipolitik. Sebagian mereka banyak yang menghabiskan waktu dirumah
atau dilokasi tempatbekerja. Fenomena yang terjadi menjadi sebuah pertanyaan tentang
apakah yangmenyebabkan terjadinya perbedaan tingkat partisipasi politik dan bentuk-
bentukpartisipasi politik tersebut. Sebenarnya belum ada jawaban yang pasti terhadap
pertanyaan tersebut, namunberdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan tampak
kecenderungan bahwapartisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh faktor utama yaitu
tingkat pendidikan,status sosial dan tingkat perekonomian. Kebanyakan partisipasi
masyarakat yangterwujud terjadi pada masyarakat yang golongan masyarakat menengah
keatas.Dikarenakan pada golongan ini masyarakat rata-rata memiliki pendidikan politik
danperekonomian yang memadai.1.2. FOKUS PENELITIAN Dalam penelitian ini yang
menjadi focus penelitian adalah tingkat partisipasimasyarakat kota Padang pada
umumnya dan masyarakat Kecamatan Pauh padakhususnya. Dari focus penelitian ini
akan menjadi gambaran atau garis besar penelitianini.. 3
 4. 1.3. PARADIMA PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakanparadigma tradisionalais. Yang ditujukan untuk mencari data secara empiris
khususnyamasyarakat kecamatan pauh.I. 4. PERUMUSAN MASALAH Berangkat dari
latar belakang diatas yaitu adanya peran partisipasi masyarakat KotaPadang dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) daerah provinsi SumateraBarat dengan
tingakt dan jeni yang berbeda maka muncullah pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana
hubungan antara tingkat status ekonomi masyarakat dengan tingkat partisipasi politiknya
dalam Pilkada tahun 2005 Sumatera Barat? 2. bagaimana hubungan anatara tingkat
pendidikan masyarakat dengan tingkat partisipasi politiknya dalam Pilkada tahun 2005
Sumatera Barat?I.5. TUJUAN DAN SIGNIFIKANSI PENELITIANTujuan penelitian ini
adalah: 1. untuk mengetahui hubungan antara tingkat status ekonomi dengan tingkat
partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur propinsi
Sumatera Barat. 2. untuk mengetahui hubungan antara tingkat kosumsi media massa
masyarakat dengan tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan Gubenur dan
Wakil gubenur provinsi Sumatera Barat. 3. untuk mengetahui hubungan antara tingkat
identifiaksi kepartian masyarakat dengan tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur provinsi Sumatera Barat.Signifikan
penelitianHasil penelitian ini nantinya dapat memberi manfaat diantaranya sebagai
berikut : 4
 5. 1. secara teoritis dapat memperkaya atau menambah referensi tentang partisipasi
politik masyarakat yang masih minim di Sumatra Barat umumnya dan Unand khususnya.
2. secara akademis, dapat memberikan masukan bagi peneliti lainnya, khususnya yang
tertarik dengan permasalahan partisipasi politik masyarakat. 3. secara praktis, dapat
memberikan pemahaman dan pengambilan kebijakan dalam usaha peningkatan
paritsipasi politik masyarakat, melalui proses perbaikan sosialisasi politik dan pendidikan
politik pada masyarakat.1.6. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGUKURAN Menurut
pendapat para ahli, pilkada 2005 merupakan puncak apatisme publicterhadap partai
politik. Apatisme public ini pulalah yang secara dominan mendorangsejumlah komponen
masyarakat, mengkampanyekan golput. Meskipun deemikian ,apakah golput menjadi
alternatif terbaik ? masih dibutuhkan pencermatan yang lebihakurat. Menurut ilmuan
politik dari Universitas Goerge Mason, Amerika Serikat, RobertP Clark, partisipasi
politik selain melalui aktifitas electroral (pemilu) bisa juga melaluilobi, aktifitas
organisasional (non parpol), kontak individu dengan pejabat politik, bahkankekerasan
dalam artian upaya mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara melukaifisik
seseorang atau merusak property milik pemerintah. Menurut Samuel P. Huntington dan
Joan M. partisipasi politik adalah aktivitaswarga Negara secara pribadi yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatankeputusan pemerintah. Partisipasi politik
dapat bersifat individu ataupun kolektif,terorganisasi ataupun spontan, mapan, atau
sporadis, damai atau kekerasan, legal ataupunillegal, efektif atau tidak. Partisipasi politik
juga bisa berarti kegiatan mempengaruhipemerintah, terlepas dari kegiatan secara
langsung atau tidak. Langsung berarti ia sendiritanpa perantara dan taidak langsung
melalui orang-orang yang dapat menyalurkanpemerintah. Biasanya partisipasi politik
dipengaruhi oleh pertama, budaya politik masyarakatsetempat. Ini terkait dengan
beberapa nilai yang diyakini oleh masyarakat seperti nilaiadat dan nilai tradisi, agama,
dll. Kedua, partisipasi dipengaruhi juga oleh status social.Status social meliputi
pendidikan, okonomi, dan kelas social masyarakat. Biasanya 5
 6. masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan berpendapatan
yangmemadai lebih berpartisipasi dibandingkan orang yang berpendidikan dan
berpenghasilanrendah. Ketiga, partisipasi dipengaruhi juga oleh keterbukaan yang
dilakukan pemerintah.Ini berkaitan dengan political will pemerintah untuk membuka
ruang public yang seluas-luasnya. Model-model partisipasi politik ada lima yaitu : 1.
kegiatan pemilihan, berkaitan dengan setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil
pemelihan. 2. lobbying, yaitu upaya yang dilakukan untuk menghubungi pejabat–pejabat
dan pemimpin politik dengan tujuan mempengaruhi keputusan mengenai persoalan yang
menyangkut sejumlah orang. 3. kegiatan organisasi, tujuan utamanya adalah
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. 4. mencari koneksi, biasanya hanya
bermanfaat pada sedikit orang. 5. tindakan kekerasan, hal ini dilakukan sebagai upaya
terakhir.1. Partipassi Politik Masyarakat dalam Pemilihan Gubenur dan Wakil
GubenurSumbar 2005 Seiring dengan dilaksanakannya pemilihan kepala daerah langsung
( Pilkada)pada bulan Juni 2005 yang merupakan implementasi salah satu bagian dari UU
No. 32tahun 2004 tentang pemerintah daerah dalam PP No. 6 tahun 2005 khususnya
pemilihanGubenur dan Wakil Gubenur, maka kegiatan partisipasi politik ini semakin
terlihat dalamkehidupan masyarakat. Karena pilakda merupakan sakah satu produk
demokrasi danmerupakan salah satu saran pendidikan pilitik, dimana semua masyarakat
dapatmemberikan partisipasi politiknya. Sebagaimana dicatat oleh propesor
MiriamBudihardjo dalam bukunya “demokrasi di Indonesia “ Selain itu dengan
dilaksanakannya pemilihan Gubenur dan Wakil Gubenur inimaka masyarakat dapat
memberikan partisipasi politiknya secara individual. Sebenarnyatidak hanya berkaitan
dengan pemberian suara yang dapat dilakukan masyarakat dalamPilgub. Masyarakat
melakukan partisipasi politiknya antara lain dengan menjadi tim 6
 7. sukses calon Gubenur dan Wakil Gubenur, saksi dalam pelaksanaan pemilihan,
ikutdalam aktifitas kampanye pasangan calon.2. Hubungan Tingkat Status Ekonomi
dengan Tingkat Partisipasi PolitikMasyarakat Status adalah posisi dalam suatu hirarki,
suatu wadah bagi hak dan kewajiban,aspek status dari peranan prestise yang berkaitan
dengan suatau posisi peranan ideal.Sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam
kelompok tersebut atau suatu kelompoklainnya dalam kelompok yang lebih besar. Oleh
karena status yang dimiliki seseoangmenentukannya dalam stratifikasi tersebut. Menurut
Nimkof, status ekonomi menentukan kelas seseorang, maka statusseseorang dalam
masyarakat menjadi penting, dari yang diungakapkan diatas bahwastatus ekonomi
memisahkan orang dalam golongan yang berbeda-beda. Status ekonomimasyarakat yang
tinggi mencerminkan kondisi keuangan masyarakat yang baik pula.Dengan memadainya
keuangan masyarakat maka masyarakat tersebut dapat memikirkankemungkinan-
kemungkinan lain selain mencari uang. Biasanya status ekonomi ataukeuangan yang
memadai menyebabkan partisipasi politik yang tinggi pula.1.7. MODEL ANALISIS
Model analisis dalam penelitian sangat berguna untuk memfokuskan kajian yandilakukan
atau dengan pengertian lain, objek yang diteliti ditentukan criteria agar dapatmenjawab
masalah penelitian yang ada. Model analisis dalam penelitian ini adalah semua
masyarakat yang berdomisili diKecamatan Pauh dan mendaptkan hak dalam pemilu
Gubenur dan Wakil GubenurSumbar. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang pendapat,persepsi, dan orientasi individu terhadap partisipasi
politiknya.1.8 HIPOTESIS Penelitian ini berangkat dari suatu hipotesis kerja yang akan
dibuktikan dalampenelitian lapangan dengan menggunakan analisis statistic. Hipotesis
merupakanpernyatan yang menunjukan bagaiman peneliti berfikir tenetang hubungan
antara 7
 8. fenomena yang diamatinya. Hipotesis bertujuan untuk menuntun peneliti dalam
mencaridata-data responden yang termuat dalam item-item pertanyaan. Dalam penelitian
inihipotesis yang digunakan adalah hipotesis korelatif yaitu adanya hubungan
antaravariabel-variabel yan diteliti. Hipotesis yang akan diuji tersebut antara lain: 1.
semakin baik status ekonomi masyarakat maka semakin tinggi partisipasi politik
masyarakat. 2. semakin tinggi tingkat kosumsi media massa maka masyarakat semakin
tinggi tingkat partisipasi pilitik masyarakat. 3. semakin tinggi identifikasi kepartaian
masyarakat maka semakin tinggi tingkat pertisipasi politik masyarakat. Kerangka
hubungan variabelHipotesis geometrik 8
 9. Hipotesis indenpenden hipotesis dependen Status social ekonomi Partisipasi politik
Kosumsi media massa masyarakat pauh dalam pilkada 2005 Identifikasi kepartaian1.9
METODE PENELITIAN1.9.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Sementara jenidpenelitian yang
digunakan adalah eksplanatori atau penelitian penjelasan. Penelitianini tidak hanya
memberikan sekedar gambaran mengenai gejala social tertentunamun, juga menjelaskan
hubungan klausa antara variabel-variabel penelitian danpengajuan hipotesa yang telah
dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan 9
 10. dengan melakkukan survey yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. 1.9.2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini didukung dengan data yan bersifat kuantitatif. Teknik yan dipakai dalam
penelitain ini adalah teknik wawancara tersrtuktur dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini disebarkan dengan tujuan untuk memperoleh data dan
informasi dari lapangan. 1.9.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Pauh-Padang Sumatera Barat. Karena penelitian ini melihat tingkat partisipasi politik
masyarakat Pauh. Selain itu Kecamatan Pauh adalah kecamatan yang memiliki
Universitas yaitu Universitas Andalas, dimana partisipasi politik masyarakat dipengaruhi
oleh keberadaan kampus unand. 1.9.4. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini diambil
sebagai populasi adalah masyarakat Kecamatan Pauh yang memiliki hak suara.
Penetapan ini didasari oleh aturan atau UU yang mengatur hak pilih yaitu warga negara
Indonesia yang memiliki umur diatas 17 tahun. Dalam artian kata setiap masyarakat yang
memenuhi syarat untuk memilih dan terdaftar sebagai pemilih. Karena banyaknya
populasi maka dalam penelitian ini ditarik sampel. Sampel adalah sebagian wakil yang
akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini ditarik dengan menggunakan teknik stratified
proportional random samplingIdentitas RespondenUmur Responden No Umur Frekuensi
Persentase 1 < 25 4 40 2 26-35 2 20 3 36-45 3 30 4 > 46 1 10 Total 10 100 10
 11. Dari 10 orang responden yang diteliti tidak ada yang memberikan jawaban
tidaktentang umur. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa umur responden pada
umumnyaberkisar antara 22-46 tahun. Terbukti dengan 4 responden berumur dibawah 25
tahundengan persentase 40%, 2 orang responden berumur antara 26-35 tahun atau 20%,
umur36-45 tahun berjumlah 3 orang atau 30% dan hanya 1 orang responden yang
berumurantar 49-55 tahun atau 10%.Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase 1 < 25 8 80 2 26-35 2 20 Total 10 100 Ternyata setelah dilakukan
penelitian diketahui bahwa dari 10 orang respondenjumlah responden laki-laki lebih
banyak daripada responden perempuan yaitu sebanyak 8orang atau 80%. Sedangkan
jumlah responden perempuan adalah 2 orang atau 20%.Pemungutan SuaraPenggunaan
Hak Pilih No Penggunaan Hak Pilih Frekuensi Persentase 1 Ya 8 80 2 Tidak 2 20 Total 10
100 Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui bahwa dari 10 orang responden
yangditeliti tidak semua responden yang menggunakan hak pilihnya dalam Pilkada
2005tersebut. Namun jumlah responden yang menggunkan hak pilihya lebih banyak
dibandingresponden yang tidak memilih yaitu sebanyak 8 orang atau 80%, sedangkan
respondenyang tidak memilih adalah 2 orang atau 20%Calon Yang Dipilih No Nama
Calon Frekuensi Persentase 11
 12. 1 Gamawan-Marlis 3 37.5 2 Jefri-Dasman - - 3 Kapitra-Dalimi - - 4 Irwan-Ikasuma 4
50 5 Rahasia 1 12.5 Total 8 100 Dari data di atas dapat di lihat bahwa dari 8 orang
responden yang ikut memilih,pasangan Gamawan-Marlis dipilih oleh 3 orang responden
atau 37.5%. Pasangan Irwan-Ikasuma sebanyak 4 orang responden atau 50%. Pasangan
Jefri-Dasman dan Kapitra-Dalimi tidak mendapat suara dari 8 orang pemilih tersebut.
Sedangkan 1 orang respondenatau 12.5% merahasiakan pasangan pilihannya.Alasan
Memilih No Alasan Memilih Frekuensi Persentase 1 Kesadaran sendiri 2 25 2 Fanatik
terhadap calon 3 37.5 3 Suka terhadap calon 2 25 4 Diminta untuk memilih - - 5 Ikut
pilihan orang lain 1 12.5 Total 8 100 Dari 8 orang responden yang memilih diketahui
bahwa alasan responden memilihadalah karena kesadaran sendiri sebanyak 2 orang atau
25%, alasan memilih karenafanatik terhadap calon yang dipilih sebanyak 3 orang
responden atau 37.5%. Respondenyan memilih karena suka terhadap calon sebanyak 2
orang atau 25%. Sedangkanresponden yang ikut pilihan orang lain hanya 1 orang dengan
persentase 12.5%. Dan daridata diatas tidak ditemukan responden yang memilih karena
diminta untuk memilihpasangan calon.Sikap Terhadap Calon No Sikap Terhadap Calon
Frekuensi Persentase 12
 13. 1 Simpati 6 75 2 Sangat simpati - - 3 Tidak simpati - - 4 Biasa saja 2 25 Total 8 100
Selain memilih karena adanya alasan, responden juga memiliki sikap terhadap calonyang
dipilihnya. Dapat dilihat dari 8 orang pemilih terdapat sabagian besar respondenmemilih
calonnya karena simpati terhadap calon tersebut yaitu sebanyak 6 orang atau75%.
Sedangkan responden yang bersikap biasa saja terhadap calonnya sebanyak 2 orangatau
25%.Latar Belakang yang Cocok Untuk Seorang Gubernur No Latar Belakang Frekuensi
Persentase 1 Birokrat 2 25 2 Militer 1 12.5 3 Politisi 1 12.5 4 Pengusaha 2 25 5 Praktisi -
- 6 Lainnya 2 25 Total 8 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden
menginginkan calon yang berlatarbelakang birokrat dan pengusaha @2 orang atau
@25%. Responden yang memilih calonberlatar belakang militer dan politisi @1 orang
atau @12.5%. sedangkan untuk berlatarbelakang seorang praktisi, tidak satupun calon
yang memilihnya dan pilihan tersebutdialihkan ke pilihan lainnya yaitu sebanyak 2 orang
atau 25% dari jumlah responden.Alasan Jika Tidak Ikut Memilih No Alasan Frekuensi
Persentase 1 Tidak percaya janji calon 5 50 2 Tidak ada calon yang sesuai 2 20 3 Bingung
karena banyaknya calon - - 4 Ajakan teman - - 5 Kesibukan yang tidak bisa dilewatkan 3
30 Total 10 100 13
 14. Berdasarkan data di atas kebanyakan dari 10 orang responden yang
diajukanpertanyaan jika tidak ikut memilih rata-rata beralasan tidak percaya pada janji
calon yaitudengan 5 orang atau 50%. Untuk alasan tidak ada calon yang sesuai adalah
sebanyak 2orang responden atau 20%. Sedangkan responden yang memberikan alasan
karenakesibukan yang tidak bisa dilewatkan adalah 3 orang atau 30%. Dan dari tabel
tersebutjuga terlihat tidak ada responden yang memberikan alasan bingung karena banyak
calondan alasan ajakan teman.Partisipasi Dalam Kampanye No Latar Belakang Frekuensi
Persentase 1 Ya 2 20 2 Tidak 8 80 Total 10 100 Ternyata partisipasi politik masyarakat
dalam kampanye berbanding terbalikdengan partisipasi dalam menggunakan hak suara
yaitu dari 10 orang responden dapatdilihat bahwa sebanyak 8 orang responden atau 80%
tidak ikut dalam kampanye Pilkada2005. Sedangkan responden yang ikut dalam
kampanye hanya sebanyak 2 orang atau20%.Mengikuti semua Kampanye No Mengikuti
Semua Kampanye Frekuensi Persentase 1 Ya - - 2 Tidak semua 3 30 3 Tidak sama sekali
7 70 Total 10 100 Dari data di atas ternyata tidak ada satupun responden yang mengikuti
semuakampanye Pilkada calon pilihannya. Responden yang tidak mengikuti semua
kampanyesebanyak 3 orang atau 30%. Persentase yang besar adalah 70% atau 7 dari 10
orangresponden tidak mengikuti sama sekali selama kampanye Pelikada 2005
berlangsung. 14
 15. Status Sosial EkonomiPernghasilan perbulan No Jumlah penghasilan perbulan
Frekuensi Persentase 1 < Rp. 1.000.000,00 3 30 2 Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 4
40 3 Rp. 2.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00 3 30 4 Rp. 4.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00 - -
5 > Rp. 5. 000.000,00 - - Total 10 100 Berdasarkan data diatas, status sosial yang dilihat
dari jumlah penghasilan perbulanberkisar antara Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00.
dari 10 orang responden tersebut,responden yang berpenghasilan < Rp. 1.000.000,00
adalah sebanyak 3 orang atau 30%.Responden yang berpenghasilan antara Rp.
1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 adalahsebanyak 4 orang responden. Responden yang
Rp. 2.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00sebanyak 3 orang atau 30%. Sedangkan tidak ada
satupun responden yang berpenghasilanlebih dari Rp. 4.000.000,00.Daerah Tempat
Tinggal No Daerah Tempat Tinggal Frekuensi Persentase 1 Apartemen - - 2
Perumahan/Komplek 4 40 3 Asrama - - 4 Perkampungan 6 60 Total 10 100 Data dari
tabel di atas membuktikan bahwa responden sebagian besar tinggal diderah
perkampungan sebanyak 6 orang atau 60% dan di daerah perumahan/kompleksebanyak 4
orang atau 40%. Namun, dari 10 orang responden tersebut tidak ada yangtinggal di
apartemen ataupun asrama.Media MassaMengenal Calon 15
 16. No Media Frekuensi Persentase 1 Koran 2 20 2 Spanduk/Baliho 2 20 3 Radio 1 10 4
Teman 4 40 5 Dll 1 10 Total 10 100 Dari 10 orang responden yang diteliti dapat dilihat
dari tabel di atas bahwaresponden mengenal pasangan calonnya dari koran dan
spanduk/baliho masing-masingsebanyak 2 orang dengan persentase masing-masingnya
20%. responden yang mengenalcalonnya dari radio hanya 1 orang atau 10%. Sedangkan
dari teman memiliki jumlahpaling banyak yaitu 4 orang atau 40%, dan 1 orang responden
atau 10% mengenal darimedia lain.Membaca Berita No Membaca berita Frekuensi
Persentase 1 Setiap hari 1 10 2 4 kali seminggu 1 10 3 2 kali seminggu 3 30 4 1 kali
seminggu 1 10 5 Tidak pernah 4 40 Total 10 100 Setelah dilakukan penelitian mengenai
berapa kali responden membaca berita, dari10 orang responden tersebut responden yang
membaca berita setiap hari hanya 1 orangatau 10%. Responden yang membaca berita 4
kali dalam seminggu hanya 1 orang atau10%, 2 kali seminggu sebanyak 3 orang atau
30% dan 1 kali seminggu 1 orang respondenatau 10%. Sedangkan responden yang tidak
pernah membaca berita sebanyak 4 orangatau dengan persentase terbesar yaitu
40%.Pernah Membaca Koran Lokal No Pernah Membaca Koran Lokal Frekuensi
Persentase 1 Ya 10 100 2 Tidak - - Total 10 100 16
 17. Dilihat dari aktifitas membaca koran, data di atas menunjukkan bahwa dari 10orang
responden, ternyata semua atau 100% responden pernah membaca koran lokal.Membaca
Koran Lokal No Membaca Koran Lokal Frekuensi Persentase 1 Setiap hari 1 1 2 4 kali
seminggu 3 20 3 2 kali seminggu 2 20 4 1 kali seminggu 3 30 5 Tidak pernah 1 10 Total
10 100 Setelah dilakukan penelitian mengenai berapa kali responden membaca koran
lokaldari 10 orang responden tersebut, hanya 1 orang responden yang membaca koran
lokalsetiap hari. Responden yang membaca koran lokal 4 kali dalam seminggu sebanyak
3orang atau 30%, 2 kali seminggu sebanyak 2 orang atau 20% dan 1 kali seminggu
dengan4 orang responden yaitu 40%. Sedangkan responden yang tidak pernah membaca
koranlokal hanya 1 orang atau 10%.Pernah Membaca Koran Nasional No Pernah
Membaca Koran Nasional Frekuensi Persentase 1 Ya 8 80 2 Tidak 2 20 Total 10 100
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dari 10 orang reseponden, ternyatarata-rata
responden pernah membaca koran nasional yaitu sebanyak 8 orang atau 80%.Sedangkan
responden yang tidak pernah membaca koran nasional sebanyak 2 orang
ataupersentasinya 20%.Membaca Koran Nasional 17
 18. No Membaca Koran Nasional Frekuensi Persentase 1 Setiap hari - - 2 4 kali seminggu
2 20 3 2 kali seminggu 2 20 4 1 kali seminggu 4 40 5 Tidak pernah 2 20 Total 10 100
Setelah dilakukan penelitian mengenai berapa kali responden membaca korannasional
dari 10 orang responden tersebut, tidak satupun responden yang membaca korannasional
setiap hari. Responden yang membaca koran nasional 4 kali dalam seminggusebanyak 2
orang atau 20%, 2 kali seminggu sebanyak 2 orang atau 20% dan 1 kaliseminggu
memiliki persentase terbesar dengan 4 orang responden yaitu 40%. Sedangkanresponden
yang tidak pernah membaca koran nasional sebanyak 2 orang atau 20%.Membaca Berita
Politik Saat Membaca Koran No Membaca Koran Lokal Frekuensi Persentase 1 selalu 3
30 2 Jarang 2 20 3 Sekali-kali 3 30 4 Tidak pernah 2 20 Total 10 100 Dilihat dari
ketertarikan responden terhadap berita politik saat membaca koran,dapat dilihat dari data
di atas bahwa responden yang selalu membaca berita politik saatmembaca koran adalah
sebanyak 3 orang atau 30m%, responden yang jarang membacaberita politik sebanyak 2
orang atau 20%. Sedangkankan responden yang sekali-kalimembaca berita politik
sebanyak 3 orang atau 30% dan responden yang tidak pernahsebanyak 20% atau 2 orang
responden 18
 19. I.10. Analisis Uji Hipotesis Berdasarkan data dari penelitian maka untuk menguji
hipotesis penelitilihat berdasarkan tidak adanya partisipasi masyarakat di Kecamatan
Pauh sebagai berikut:no partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh1 Berpartisipasi2
Tidak Berpartisipasi3 Tidak Berpartisipasi4 Berpartisipasi5 Berpartisipasi6
Berpartisipasi7 Berpartisipasi8 Berpartisipasi9 Berpartisipasi10
BerpartisipasiBerdasarkan data di atas peneliti akan menganalisa berdasarkan hipotesis
yaitu : Ho= tidak ada partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh pada pilkadaSumbar
2005 Ha =adanya partisipasi masyarakat di Kecamatan Pauh pada pilkadaSumbar
2005No Kategori Fo Fh ( Fo-Fh)2 ( Fo-Fh)2 Fh1 Berpartisipasi 8 5 9 1,82 Tidak
berpartisipasi 2 5 9 1,8 Jumlah 10 10 18 3,6Jadi x hitung = 10 dan x table = 5%= 3.48Uji
hipotesisJika x table > x hitung maka hipotesis Ha ditolakJika x hitung ≥ dengan x table
maka Ha diterimaMakaHa = 10 ≥ Ho = 3,48Berarti dalam penelitian ini maka Ha nya
diterima dan Ho nya ditolak 19
 20. 1.11. KESIMPULAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara
tingkat statusekonomi, kosumsi media massa, dan identifikasi kepartaian dengan tingkat
partisipasipolitik.Hasil pengujian hipotesis tersebut adalah: 1. hipotesis pertama ditolak,
karena terdapat hubungan terbalik antara status ekonomi dengan tingkat partisipasi
politik. Hal ini dibuktikan dengan taraf kepercayaan 5 %. Berarti temuan pada survey
awal yang menyatakan bahwa tingkat status ekonomi seseorang sangat menentukan
tingkat partisipasi politik masyarakat salah. 2. hipotesis kedua diterima, karena t hitung
lebih besar daripada t table hubungan antara tingkat kosumsi media massa dengan tingkat
partisipasi politik. Ini juga dibuktikan dengan tingkat kepercayaan 5%. Berarti semakin
tinggi tingkat kosumsi media massa tidak mempengaruhi tingkat partisipasi politik. 20
 21. KUISIONER LEMBARAN KUESIONER PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
PAUH PADA PILKADA TAHUN 2005 A. Identitas RespondenNama :Umur :Jenis
kelamin :Jorong : Apakah pendidikan terakhir anda? a. tidak tamat SD b. tamatan SD c.
tamatan SMP/ Sederajat d. tamatan SMA/Sederajat e. tamatan diploma f. tamatan sarjana
Apakah propesi anda? a. PNS b. TNI/Polri c. Pensiunan/purna d. Pegawai swasta e.
………………… 21
 22. B. Pemungutan Suara1. Apakah anda ikut memilih pada pilkada 2005?a. yab. tidak2.
Siapa calon gubenur yang anda pilih dalam pilkada tersebut?a. Gamawan fauzi-marlis
rahmanb. Jefri geofani-dasmanc. Kapitra-dalimid. Irwan prayitno-ikasumae. Rahasia3.
Jika anda memilih dari alasan berikut, manakah yang membuat anda ikut memilih pada
pilkada 2005?a. kesadaran sendirib. fanatic trhadap salah satu calonc. suka terhadap salah
satu calond. diminta untuk memilih salah satu calone. ikut pilihan orang lain4.
Bagaimana sikap anda terhadap calon yang anda pilih?a. simpatib. sangat simpatic. tidak
simpatid. biasa saja5. Apa latarbelakang yang paling cocok menurut anda untuk seorang
gubenur sumbar?a. birokratb. militerc. politisid. pengusahae. akademisif. kalangan
praktisig. lainnya6. Jika anda tidak ikut memilih dari alasan berikut, manakah yang
membuat anda tidak ikut memilih pada pilkada 2005?a. tidak percaya pada janji calonb.
tidak ada yang sesuai dengan andac. bingung karena banyaknya calond. ajakan dari
temane. kesibukan yang tidak bisa dilewatkan7. Apakah anda ikut kampanye pilkada
tahun 2005?a. yab. tidak8. Apakah anda ikut semua kampanye calon pada pilkada tahun
2005?a. yab. tidak semuac. tidak sama sekali 22
 23. C. Status Sosial dan Ekonomi9. Berapa penghasilan yang anda peroleh tiap bulannya?
a. <Rp 1.000.000,00b. Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00c. Rp 2.000.000,00-Rp
3.000.000,00d. Rp 4. 000.000,00-Rp 5.000.000,00e. >Rp 5.000.000,0010. Apakah
penghasilan tersebut mencukupi kebutuhan anda?a. sangat mencukupib. mencukupic.
kurang mencukupid. tidak mecukupie. sangat tidak mencukupi11. Apakah pendidikan
formal yang pernah anda terima?----------------------------------------------------------------12.
Apakah pendidkan informal yang pernah anda
terima?--------------------------------------------------------------------13. Dimanakah
pemukiman tempat anda tinggal?a. apartemenb. perumahan/kompekc. asramad.
perkampungane. ------------------ D. Media Massa14. Darimanakah anda kenal pasangan
calon yang anda pilih?a. Koranb. Spanduk/balihoc. Radiod. Temane. Dll15. Berapa kali
anda membaca berita di media massa?a. setiap harib. 4 kali semingguc. 2 kali seminggud.
1 kali seminggue. tidak pernah16. Apakah anda pernah membaca Koran local?a. yab.
tidak17. Berapa kali anda membaca Koran local?a. setiap hari 23
 24. b. 4 kali semingguc. 2 kali seminggud. 1 kali seminggue. tidak pernah18. Apakah
anda pernah membaca Koran nasioanl?a. yab. tidak19. Berapa kali anda membaca Koran
nasional?a. setiap harib. 4 kali semingguc. 2 kali seminggud. 1 kali seminggue. tidak
pernah20. Apakah setiap membaca Koran anda, membaca berita politik?a. selalub.
jarangc. sekali-kalid. tidak pernah21. Apakah anda selalu memperhatikan berita
kampenye yang ada di media massa?a. yab. tidak 24
Oleh Dr. Moh. ROQIB, M.Ag
Putus asa, jika tidak dosa mungkin pengamalnya lebih banyak dari berita yang selama ini kita dengar.
Bunuh diri berjamaah (bersama keluarga), terjun dari mall, stress, dan mendaulat diri sebagai
“pengangguran” adalah wujud kongkritnya. Kemalangan, menimpa bangsa ini hamper merata
bersamaan dengan kejayaan yang fantastis dirasakan oleh “segelintir” oknum pejabat yang merangkap
sebagai “pedagang” atau oknum pengusaha yang merangkap sebagai “pejabat”. Dagangan dan jabatan
silih berganti berfungsi atau secara bersamaan untuk melipat “karunia sumber daya alam” yang
melimpah di negeri ini. Dilipat dan digenggam kemudian dipermainkan sesukanya.

Manusia komersial, hedonis, dan kanibal yang dulu sering dibaca dalam komik dan cerita fiktif saat ini
menjadi kenyataan yang membuat haru biru kehidupan. Homo homini lupus semakin dekat dan nyata.
Cerita Negara yang gemahripah loh jinawe, tata tentrem kerta raharja menjani lamunan dan impian
bersama. Memang impian, harapan, dan lamunan –dalam kondisi tertentu—merupakan obat mujarab
untuk memberikan lelipur lara agar kita survive dalam hidup, bertahan dalam menghadapi prahara
nasional ini.

Pendidikan yang menjadi ujung tombak peningkatan SDM dan kesejahteraan masih menjadi ujung
tombok bagi para guru yang mendidik di berbagai lembaga ini. Kemajuan telah dirasakan oleh sebagian
kecil guru yang sebagian besarnya mengalami kemacetan. Dari mana kita mengurai benang kusust ini?
Mengapa Negara yang kita cintai menjadi seakan menunjukkan kebencian dan murkanya? Bumi
memuncratkan lumpur panas, angin menggeliat dengan arah putar zig zag dan cepat, gunung batuk, air
muntah meratakan bumi, api melahap pepohonan dan rumah yang tidak bersalah. Ada apa ini ?.
Berbagai pertanyaan tersebut akan dijawab serba singkat dalam makalah ini melalui “kaca” pendidikan
dan politik.

Pendidikan Sebagai Soft Power


Setiap kesuksesan di awali dan diakhiri dengan pendidikan. Kesuksesan dalam politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan agama dibangun di atas pndasi pendidikan. Kesuksesan tanpa proses pendidikan adalah
hayalan. Hayalan yang berkembang dalam diri dan memiliki gap yang besar akan membuat stress atau
bahkan gila. Pendidikan yang kurang memadai jika dibarengi dengan tumpukan hayalan sebagaimana
yang ditawarkan oleh sinetron dan iklan di media cetak dan elektronik akan membuat sebagaian
masyarakat menjadi benar-benar gila. Gila jabatan, gila harta, gila kecantikan, dan lainnya. Bukan hanya
rakyat jelata yang terserang penyakit ini tetapi juga politisi, penguasa, pengusaha, guru, dosen, dan kyai.
Trend kegilaan ini bias ditemukan dalam kehidupan nyata. Mereka yang mestinya digugu dan ditiru
malah membuat adegan saru dan menjadi tontonan publik. Pertikaian karena rebutan “roti” kejayaan
menunjukkan bahwa mereka tidak akan pernah meraih kejayaan itu.
Pendidikan merupakan soft power, kekuatan sejati yang tidak kasab mata tetapi semua orang
memerlukan dan merasakan kekuatannya. Pendidikan memberikan pengaruh politis yang amat besar
dalam kehidupan manusia. Manusia yang terdidik dengan baik dan sehat ia akan mampu mengkreasi diri
untuk mengubah pendidikan menjadi media berpolitik adiluhung dan sekaligus mempu mendidik politik
lewat pendidikan. Pendidikan politik dan politik pendidikan bias berintegrasi, interkoneksi, tetapi juga
bisa bermusuhan.

Sekolah Sebagai Alat Politik


Orang Miskin Dilarang Sekolah, Emoh Sekolah, dan judul buku semacamnya merukan potret kegelisahan
public melihat realitas sekolah yang semrawut, mahal, bersifat seperti bank, dan menjadi alat
kapitalisme global. Neokolonialisme telah hadir begitu dekat dengan lembaga publik yang selama ini
diagungkan. Pendidikan telah mengalami proses formalisasi sekolah, dan hanya sekolah yang
mendapatkan legitimasi negara membuat semua warga “salah baca” terhadap pendidikan. Pendidikan
dimaknai sekolah dengan batasan yang amat sempit. Tugas pendidik, ujian nasional, pembangunan fisik,
dan program pendidikan lainnya selalu dilekatkan pada lembaga formal yang bernama “sekolah”. Nasib
orang ditulis dalam secarik kerta keramat yang kemudian dimaknai oleh pejabat yang berwenang yang
didukung oleh data dan sekaligus “data pendukung”. Data pendukung ini dibutuhkan karena ijazah
dianggap belum cukup, karenanya harus ada lembaran-lembaran kecil lain yang bias mendukung ijazah
ini laku atau tidak.

Sekolah dengan desain politik seperti ini telah merebut kebebasan dan kemanusiaan.[3] Sekolah bukan
lagi mengemban misi pendidikan tetapi lebih cenderung pada penyediaan lapangan kerja, perdagangan
ilmu, dan praktik kapitalisme dan kolonialisme baru. Tanpa membedakan antara sekolah dan pendidikan
secara global ada dua hal yang perlu direnungkan:

1. Mengapa sekolah mahal, mengapa harus membeli buku setumpuk. Apa tujuan dan bagaimana proses
dan strategi pembelajarannya telah direncanakan sehingga anak paham terhadap tujuan membeli dan
membaca buku-buku tersebut. Pertanyaan ini selalu saja tidak terjawab, yang membuat jiwa tertekan
dan merasa harga buku yang harus mereka beli menjadi lebih mahal dan menyesakkan dada. Belum lagi
kondisi pekerjaan, beban hidup, kondisi lingkungan yang rusak, informasi yang terus mengalir bahwa ada
orang-orang yang memanfaatkan proyek pengadaan buku ajar dengan cara yang kurang ngajar. Apalagi
dengan melihat kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada pendidikan bangsanya.
2. Secara institusional, sekolah kita belum mampu membuat visi dan orientasi yang berpihak kepada
rakyat, akan tetapi berpihak pada kepentingan investasi modal. Di sisi lain sekolah juga belum mampu
mengaplikasikan strategi pembelajaran dan pendidikan yang menyentuh wilayah “dalam” manusia agar
peserta didik memiliki kompetensi unggulan sehingga ia dapat berpartisipasi untuk memajukan
peradaban yang berkeadaban.
Politik Keterpaksaan Sekolah
Jika sekolah masih diposisikan sebagai alat politik, maka pendidikan politik bagi generasi muda di negeri
ini akan mengalami penurununan kualitas dan bahkan lebih drastis lagi. Untuk mengatisipasi agar unsur
keterpaksaan sekolah bias dinetralisasikan dari pengaruh politik jahat, maka harus ada program
pembebasan rakyat dari keterpaksaan dalam menempuh pendidikan.

Kebebasan memilih pendidikan yang berkualitas tanpa dibebani biaya yang tidak terjangkau adalah salah
satu solusi di samping peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang
berkualitas harus tersebar di seluruh sudut kehidupan bangsa sehingga muda diakses. Dengan teknologi
informasi, upaya ini menjadi lebih mudah untuk direalisasikan.
Untuk memberikan alternatif solusi agar sekolah bisa murah sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat di antaranya dengan :
1. Pengalokasian dana APBN/APBD 20 persen untuk pendidikan, sehingga tidak hanya menjadi wacana
atau dengan menggunakan politik anggaran.[4]
2. Memotong gaji pejabat tinggi yang dialokasikan untuk pendidikan berdasarkan komitmen yang
dipaksakan pemerintah.
3. Menarik pajak pendidikan melalui perusahaan-perusahaan besar.
4. Menginvestigasi dan menjatuhkan sanksi kepada semua pihak yang melakukan korupsi atas anggaran
pendidikan.
5. Mendorong sektor usaha yang terkait dengan lembaga pendidikan untuk mengalokasikan anggaran
yang bisa memanfaatkan secara maksimal oleh institusi pendidikan.
6. Melibatkan media massa terutama untuk memberi liputan yang berani dan tajam mengenai komitmen
sejumlah kalangan untuk pendidikan.
7. Membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh kemampuan dan
krativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah.
8. Mendorong manajemen lembaga pendidikan secara terbuka dengan melibatkan sejumlah wali murid
dan jika perguruan tinggi adalah mahasiswa untuk mendesain kebutuhan lembaga pendidikan.
9. Mendorong kalangan parlemen untuk terlibat aktif dalam penentuan pejabat pendidikan. Pejabat
pendidikan bukan urusan internal sekolah melainkan urusan publik.
10. Melakukan penarikan dana langsung ke kalangan masyarakat.

Pendidikan yang Tejangkau dan Berprestasi


Sepuluh alternatif tersebut masih perlu didiskusikan dan dilengkapi.
1. Memotong gaji memberikan kesan pemaksaan. Pemaksaan memberikan efek kurang positif dalam
pendidikan. Sebagai alternatif bisa dilakukan sosialisasi zakat profesi dan zakat semua penghasilan yang
diperoleh oleh pejabat dan tenaga profesional.
2. Menerapkan konsep bahwa bagi orang yang telah membayar zakat di atas bisa dimasukkan sebagai
bagian dari pembayaran pajak. Dengan ikatan spiritual dimungkinkan para pengusaha lebih mudah untuk
mengeluarkan dana pendidikan.
3. Melakukan kontrol secara komprehensip dan menjatuhkan sanksi kepada semua pihak yang
melakukan korupsi bukan hanya atas anggaran pendidikan tetapi pada semua anggaran.
4. Memanfaatkan dan mendukung pendidikan keluarga (home schooling) dengan optimalisasi peran ibu
sebagai pendidikan anak dan generasi muda.[5]
5. Membangun tradisi keilmuan/akademik di setiap lingkungan sosial dan melengkapi sarana atau media
pendidikan sehingga mudah diakses oleh masyarakat.
6. Optimalisasi fungsi masjid dan perpustakaan. Apabila perpustakaan belum ada bisa dimachingkan
dengan masjid sekaligus upaya pelengkapan buku-buku yang dibutuihkan dan aktual bagi masyarakat.[6]
7. Membuat kelompok pemikir kependidikan di pusat dan masing-masing daerah yang bertugas
memberikan masukan dan antisipasi terhadap problem-problem kependidikan. Hal ini karena problem
yang akut akan membutuhkan biaya tinggi dan kemudian akan membebani masyarakat.
8. Mendorong berdirinya sentra-sentra pendidikan masyarakat seperti pesantren dan madrasah diniyah
yang biasanya dikelola dengan kesadaran tinggi dan kemandirian.
9. Memilih pejabat yang berpihak dan bukan yang netral. Memilih pejabat atau pimpinan yang
berkarakter memihak rakyat dan keadilan.
Terkait dengan pendanaan, selain dana dari sumber yang sudah lazim, sekolah/lembaga pendidikan
dapat mengembangkan dana dari donatur (infaq-shadaqah), zakat, dan wakaf (termasuk wakaf media
pembelajaran, buku perpustakaan, dan fasilitas masjid). Pendanaan model ini bisa diterapkan khususnya
pada madrasah atau sekolah agama apalagi keluhan madrasah yang selama otonomi daerah diibaratkan
(Kompas, 11 September 2004: 10) tak lebih dari anak tiri bagi pemerintah daerah dan tak lebih dari anak
angkat bagi pemerintah pusat.

Pendidikan yang murah adalah pendidikan yang berprestasi. Prestasi ini bisa kita capai dengan kerja
keras, komitmen yang tinggi, dan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah. Dukungan
politik dan semakin kondusifnya peran politik masyarakat di era reformasi ini prestasi sekolah atau
lemabaga pendidikan bisa lebih mudah direalisasikan.

Political Will Pemimpin dan Do’a Khusyu’ Rakyat


Dalam masyarakat paternalistik, pemimpin, pejabat, dan orang tua merupakan panutan yang
menentukan. Pemikiran dan wacana yang berkembang hanya akan menjadi agenda jika pemimpin di
republik ini tidak merealisasikannya. Kebijakan politik harus segera diambil sebelum negara ini menjadi
lebih “menyedihkan”. Harapan terhadap political will ini juga terkait dengan pemimpin informal dan
nonformal yang memiliki kemampuan dan kekuatan lebih disbanding rakyat kebanyakan.
Do’a kaum dhu’afa’ akan terkabul jika dilakukan dengan khusyu’ yang berarti disertai dengan ihktiar yang
serius dan bergandengan tangan dengan berbagai pihak untuk maju. Pertikaian tidak lagi diagendakan
apalagi dilaksanakan, karena waktu tertumpah untuk pendidikan umat dan kemanusiaan. Dengan
demikian semoga bencana di negeri ini berganti menjadi kejayaan, baldatun thayyibatun warabbun
ghafur.
Wassalam.

[1] Makalah singkat ini disampaikan dalam “Seminar Pendidikan 100 Tahun Kebangkinan Nasional” PC
Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Banyumas Tanggal 20 Mei 2008.
[2] Drs. Muhammad Roqib, M.Ag adalah Dosen Jurusan Tarbiyah dan Pembantu Ketua I bidang Akademik
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, sedang mempersiapkan promosi disertasi
Program Doktor (S-3) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[3] Sebagai bahan referensi, menarik untuk dibaca buku Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan,
kekuasaan, dan Pembebasan, (Yogyakarta: Read, 2000).
[4] DIPA yang memasukkan PNBP (seperti SPP) dicurigai sebagai bagian dari politik pendidikan yang
didesain pemerintah untuk memenuhi 20 % APBN/APBD.
[5] Terkait dengan peran perempuan dalam pendidikan, baca buku penulis Pendidikan Perempuan
(Yogyakarta: Gama Media & STAIN Press, 2003) sedang terkait dengan pemanfaatan budaya dalam
pendidikan (home schooling) baca buku penulis Harmoni Dalam Budaya Jawa : Dimensi edukasi dan
Keadilan Gender (Yogyakarta: Pustaka Pelajar & STAIN Press, 2007).
[6] Tentang optimalisasi fungsi masjid, baca buku penulis Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Yogyakarta:
Grafindo & STAIN Press, 2005).
G. PESERTA KEGIATAN

Kegiatan Stadium General dan Seminar akan diikuti oleh oleh 1.000 orang peserta Sedangkan kegiatan
Pelatihan/ Workshop akan diikuti oleh 250 orang peserta Adapun peserta terdiri dari:



Utusan KNPI tingkat Kabupaten/ Kota Utusan KNPI tingkat Provinsi Utusan dari Organisasi Kepemudaan
tingkat Nasional Utusan BEM Fakultas Ekonomi
H. FASILITAS PESERTA

Peserta Pelatihan akan mendapatkan fasilitas sebagai berikut:



Seritifkat dari Menko Perekonomian RI Akomodasi dan Konsumsi selama Pelatihan Seminar Kit

Persyaratan Peserta : - Memperoleh Surat Mandat dari Pimpinan DPD dan Pimpinan Organisasi masing-
masing - Memberikan konfirmasi kepesertaan paling lambat 4 Oktober 2011 melalui: Email :
pemudawirausaha@gmail.com Fax : 021 – 300 40705 HP : 0813 20439131 (Bachrowi
I. PENUTUP

Demikian proposal kegiatan “PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA” ini kami sampaikan,
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan bermanfaat bagi Indonesia tercinta. Terima kasih.

Contact Person Firman Baso - Ketua Pelaksana Charles P. Siregar – Sekretaris 08788 2567416 0812
66402111
Lampiran

SUSUNAN ACARA PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA Kamis, 06 Oktober 2011 12.00 –
14.30 14.30 – 15.30 15.30 – 17.30 Registrasi Peserta/ Check in Pembukaan oleh Deputi IV Menko
Perekonomian Workshop – Sesi 1 Kementerian Koperasi dan UKM Kementerian Pertanian Kementerian
Kehutanan 17.30 – 19.00 19.00 - 21.00 Istirahat – Makan Malam Workshop – Sesi 2 Kementerian
Perdagangan Direktur Utama BRI Direktur Utama PT. Jamsostek (Persero) Jumat, 07 Oktober 2011 09.00
– 11.00 Workshop – Sesi 3 Motivator Prasetya Mulya School of Business 11.00 – 13.30 13.30 – 15.30
Istirahat – Makan Siang FGD – Sesi 4
Lampiran

15.30 – 19.00 19.00 - 21.30

Istirahat – Makan Malam Stadium General Menko Perekonomian RI Bapak Ir. Hatta Rajasa

Sabtu, 08 Oktober 2011 09.00 – 10.30 10.30 – 11.30 Penutupan Deklarasi – Konferensi Pers

Anda mungkin juga menyukai