konsekuensi cukup berat. Tidak jarang, para lulusan pesantren tidak mampu untuk bersaing
terutama di dunia kerja formal maupun wirausaha.
Untuk itulah, kini diperkenalkan pelatihan-pelatihan khusus bagi para santri, seperti yang
dilakukan di Pondok Pesantren Ali Maksum, Yogyakarta. Salah satunya adalah pelatihan
pembuatan kue coklat dan memasak spaghetti, akhir pekan ini.
Nazilatul Mubarokah, pembuat coklat profesional yang menjadi pelatih dalam acara ini
mengharapkan, lewat pelatihan ini para santri perempuan memiliki bekal dan cara pandang baru
mengenai masa depannya.
“Tujuan saya mengadakan pelatihan, terutama untuk anak-anak perempuan, (adalah) bagaimana
saya menularkan jiwa wirausaha kepada anak-anak ini, apalagi karena santri identik setelah
lulus, ya sudah, mereka di rumah. Tapi bagaimana kita nanti ketika kita di rumah apalagi
perempuan nanti jadi isteri, itu di rumah menunggu suami tetapi kita bisa menghasilkan
(sesuatu), saya tekankan seperti itu. Jadi tetap mereka (bisa) berwirausaha,” harap Nazilatul
Mubarokah.
Nazilatul Mubarokah yang juga lulusan pondok pesantren merasakan betul, bagaimana susahnya
lulusan pesantren untuk bersaing di dunia kerja. Karena itulah, pelatihan ini merupakan upaya
berdasar pengalaman pribadinya. Dia ingin, perempuan lulusan pesantren tidak hanya pasif
berperan sebagai istri, tetapi juga berani berwirausaha dan mandiri.
Nazilatul menambahkan, “Jadi saya mengenalkan itu, yang jelas menumbuhkan jiwa
entrepreneur dari dini. Kita nanti hidup di dunia ini setelah keluar dari (pesantren) ini, di
kehidupan nyata di lingkungan rumah, itu kan kita harus tetap eksis, tetap (bisa) hidup, seperti
itu.”
Dua santri perempuan di Ponpes Ali Maksum menunjukkan hasil kue yang mereka buat (3/2).
Ketika ditanya mengapa para santri perempuan itu dilatih membuat makanan barat seperti coklat
dan spaghetti, menurut Nazilatul Mubarokah ini adalah bagian dari upaya mengenalkan mereka
ke produk budaya lain, di luar budaya lokal atau menu-menu Timur Tengah yang sudah lebih
diakrabi.
Widia Ayu Lestari, salah satu santri peserta pelatihan ini mengaku senang berkesempatan belajar
menu-menu asing. Dia yakin, pelatihan semacam ini akan menjadi bekal tambahan selepas lulus
dari pesantren.
“Saya memang ikut ini motivasinya sebagai modal awal untuk berwirausaha di bidang pangan
sendiri. Untuk lebih berkreasi lagi, untuk menjadi seseorang yang lebih dari sekedar santri yang
hanya tahu pondok dan ilmu agama saja, tetapi ilmu umum pun tahu,” ujar Widya.
Pelatihan wirausaha ini tidak hanya berhenti seusai pertemuan selama satu hari ini. Nazilatul
Mubarokah sebagai pemilik usaha pembuatan kue coklat, membuka kesempatan bagi para santri
untuk belajar lebih jauh di tempat usahanya. Dia juga berharap, para pemilik usaha lain untuk
lebih peduli kepada kalangan pesantren, agar santri yang lulus memiliki wawasan lebih luas dan
lebih banyak kesempatan untuk bersaing di dunia luar, sehingga menjadi perempuan yang lebih
mandiri.
PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA
A. LATAR BELAKANG
Situasi ekonomi nasional bergerak dinamis seiring dengan tantangan global dengan segala peluang dan
ancamannya. Pemuda sebagai pemilik usia produktif sangat berpotensi untuk dapat terlibat dalam
menggerakan perekonomian bangsa pada sektor real dan meminimalisir angka pengangguran di
Indonesia. Program ekonomi & Wirausaha pemuda dari Menteri Koodinator Perekonomian RI
merupakan sebuah peluang untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam upaya membangun sinergisitas
pemuda Indonesia dan pemerintah.
B. NAMA DAN TEMA KEGIATAN
Tema:
Pemuda Indonesia dapat memahami programprogram ekonomi rakyat yang sedang digalakan oleh
pemerintah. Menggerakan pemuda Indonesia untuk proaktif menjadi bagian dari penggerak ekonomi di
lingkungannya. Sinergitas Pemuda Indonesia – Pemerintah dalam menekan angka pengangguran.
D. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan Pelatihan ini akan diadakan pada: Kamis – Sabtu, Tanggal 06 dan 08 Oktober 2011 Bertempat
di: Hotel Grand Sahid Jaya Jl. Jend. Sudirman No. 86 Jakarta Pusat
E. BENTUK KEGIATAN
Sahrin Hamid
Wirausaha Desa
Acara Penutupan
F. ORGANISASI PENYELENGGARA
Pelatihan ini diselenggarakan oleh: DPP KNPI dan didukung oleh Kantor Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia Penasihat Penanggung Jawab : Menko Perekonomian RI Bapak Ir.
Hatta Rajasa : Ketua Umum DPP KNPI Ahmad Doli Kurnia Deputi IV Menko Perekonomian RI Edy Putra
Irawady Ketua Penyelenggara Ketua Pelaksana : Sahrin Hamid : Firman Baso
Manusia komersial, hedonis, dan kanibal yang dulu sering dibaca dalam komik dan cerita fiktif saat ini
menjadi kenyataan yang membuat haru biru kehidupan. Homo homini lupus semakin dekat dan nyata.
Cerita Negara yang gemahripah loh jinawe, tata tentrem kerta raharja menjani lamunan dan impian
bersama. Memang impian, harapan, dan lamunan –dalam kondisi tertentu—merupakan obat mujarab
untuk memberikan lelipur lara agar kita survive dalam hidup, bertahan dalam menghadapi prahara
nasional ini.
Pendidikan yang menjadi ujung tombak peningkatan SDM dan kesejahteraan masih menjadi ujung
tombok bagi para guru yang mendidik di berbagai lembaga ini. Kemajuan telah dirasakan oleh sebagian
kecil guru yang sebagian besarnya mengalami kemacetan. Dari mana kita mengurai benang kusust ini?
Mengapa Negara yang kita cintai menjadi seakan menunjukkan kebencian dan murkanya? Bumi
memuncratkan lumpur panas, angin menggeliat dengan arah putar zig zag dan cepat, gunung batuk, air
muntah meratakan bumi, api melahap pepohonan dan rumah yang tidak bersalah. Ada apa ini ?.
Berbagai pertanyaan tersebut akan dijawab serba singkat dalam makalah ini melalui “kaca” pendidikan
dan politik.
Sekolah dengan desain politik seperti ini telah merebut kebebasan dan kemanusiaan.[3] Sekolah bukan
lagi mengemban misi pendidikan tetapi lebih cenderung pada penyediaan lapangan kerja, perdagangan
ilmu, dan praktik kapitalisme dan kolonialisme baru. Tanpa membedakan antara sekolah dan pendidikan
secara global ada dua hal yang perlu direnungkan:
1. Mengapa sekolah mahal, mengapa harus membeli buku setumpuk. Apa tujuan dan bagaimana proses
dan strategi pembelajarannya telah direncanakan sehingga anak paham terhadap tujuan membeli dan
membaca buku-buku tersebut. Pertanyaan ini selalu saja tidak terjawab, yang membuat jiwa tertekan
dan merasa harga buku yang harus mereka beli menjadi lebih mahal dan menyesakkan dada. Belum lagi
kondisi pekerjaan, beban hidup, kondisi lingkungan yang rusak, informasi yang terus mengalir bahwa ada
orang-orang yang memanfaatkan proyek pengadaan buku ajar dengan cara yang kurang ngajar. Apalagi
dengan melihat kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada pendidikan bangsanya.
2. Secara institusional, sekolah kita belum mampu membuat visi dan orientasi yang berpihak kepada
rakyat, akan tetapi berpihak pada kepentingan investasi modal. Di sisi lain sekolah juga belum mampu
mengaplikasikan strategi pembelajaran dan pendidikan yang menyentuh wilayah “dalam” manusia agar
peserta didik memiliki kompetensi unggulan sehingga ia dapat berpartisipasi untuk memajukan
peradaban yang berkeadaban.
Politik Keterpaksaan Sekolah
Jika sekolah masih diposisikan sebagai alat politik, maka pendidikan politik bagi generasi muda di negeri
ini akan mengalami penurununan kualitas dan bahkan lebih drastis lagi. Untuk mengatisipasi agar unsur
keterpaksaan sekolah bias dinetralisasikan dari pengaruh politik jahat, maka harus ada program
pembebasan rakyat dari keterpaksaan dalam menempuh pendidikan.
Kebebasan memilih pendidikan yang berkualitas tanpa dibebani biaya yang tidak terjangkau adalah salah
satu solusi di samping peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang
berkualitas harus tersebar di seluruh sudut kehidupan bangsa sehingga muda diakses. Dengan teknologi
informasi, upaya ini menjadi lebih mudah untuk direalisasikan.
Untuk memberikan alternatif solusi agar sekolah bisa murah sehingga bisa terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat di antaranya dengan :
1. Pengalokasian dana APBN/APBD 20 persen untuk pendidikan, sehingga tidak hanya menjadi wacana
atau dengan menggunakan politik anggaran.[4]
2. Memotong gaji pejabat tinggi yang dialokasikan untuk pendidikan berdasarkan komitmen yang
dipaksakan pemerintah.
3. Menarik pajak pendidikan melalui perusahaan-perusahaan besar.
4. Menginvestigasi dan menjatuhkan sanksi kepada semua pihak yang melakukan korupsi atas anggaran
pendidikan.
5. Mendorong sektor usaha yang terkait dengan lembaga pendidikan untuk mengalokasikan anggaran
yang bisa memanfaatkan secara maksimal oleh institusi pendidikan.
6. Melibatkan media massa terutama untuk memberi liputan yang berani dan tajam mengenai komitmen
sejumlah kalangan untuk pendidikan.
7. Membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh kemampuan dan
krativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah.
8. Mendorong manajemen lembaga pendidikan secara terbuka dengan melibatkan sejumlah wali murid
dan jika perguruan tinggi adalah mahasiswa untuk mendesain kebutuhan lembaga pendidikan.
9. Mendorong kalangan parlemen untuk terlibat aktif dalam penentuan pejabat pendidikan. Pejabat
pendidikan bukan urusan internal sekolah melainkan urusan publik.
10. Melakukan penarikan dana langsung ke kalangan masyarakat.
Pendidikan yang murah adalah pendidikan yang berprestasi. Prestasi ini bisa kita capai dengan kerja
keras, komitmen yang tinggi, dan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah. Dukungan
politik dan semakin kondusifnya peran politik masyarakat di era reformasi ini prestasi sekolah atau
lemabaga pendidikan bisa lebih mudah direalisasikan.
[1] Makalah singkat ini disampaikan dalam “Seminar Pendidikan 100 Tahun Kebangkinan Nasional” PC
Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Banyumas Tanggal 20 Mei 2008.
[2] Drs. Muhammad Roqib, M.Ag adalah Dosen Jurusan Tarbiyah dan Pembantu Ketua I bidang Akademik
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, sedang mempersiapkan promosi disertasi
Program Doktor (S-3) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[3] Sebagai bahan referensi, menarik untuk dibaca buku Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan,
kekuasaan, dan Pembebasan, (Yogyakarta: Read, 2000).
[4] DIPA yang memasukkan PNBP (seperti SPP) dicurigai sebagai bagian dari politik pendidikan yang
didesain pemerintah untuk memenuhi 20 % APBN/APBD.
[5] Terkait dengan peran perempuan dalam pendidikan, baca buku penulis Pendidikan Perempuan
(Yogyakarta: Gama Media & STAIN Press, 2003) sedang terkait dengan pemanfaatan budaya dalam
pendidikan (home schooling) baca buku penulis Harmoni Dalam Budaya Jawa : Dimensi edukasi dan
Keadilan Gender (Yogyakarta: Pustaka Pelajar & STAIN Press, 2007).
[6] Tentang optimalisasi fungsi masjid, baca buku penulis Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Yogyakarta:
Grafindo & STAIN Press, 2005).
G. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan Stadium General dan Seminar akan diikuti oleh oleh 1.000 orang peserta Sedangkan kegiatan
Pelatihan/ Workshop akan diikuti oleh 250 orang peserta Adapun peserta terdiri dari:
Utusan KNPI tingkat Kabupaten/ Kota Utusan KNPI tingkat Provinsi Utusan dari Organisasi Kepemudaan
tingkat Nasional Utusan BEM Fakultas Ekonomi
H. FASILITAS PESERTA
Seritifkat dari Menko Perekonomian RI Akomodasi dan Konsumsi selama Pelatihan Seminar Kit
Persyaratan Peserta : - Memperoleh Surat Mandat dari Pimpinan DPD dan Pimpinan Organisasi masing-
masing - Memberikan konfirmasi kepesertaan paling lambat 4 Oktober 2011 melalui: Email :
pemudawirausaha@gmail.com Fax : 021 – 300 40705 HP : 0813 20439131 (Bachrowi
I. PENUTUP
Demikian proposal kegiatan “PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA” ini kami sampaikan,
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan bermanfaat bagi Indonesia tercinta. Terima kasih.
Contact Person Firman Baso - Ketua Pelaksana Charles P. Siregar – Sekretaris 08788 2567416 0812
66402111
Lampiran
SUSUNAN ACARA PELATIHAN PEMUDA PENGGERAK WIRAUSAHA DESA Kamis, 06 Oktober 2011 12.00 –
14.30 14.30 – 15.30 15.30 – 17.30 Registrasi Peserta/ Check in Pembukaan oleh Deputi IV Menko
Perekonomian Workshop – Sesi 1 Kementerian Koperasi dan UKM Kementerian Pertanian Kementerian
Kehutanan 17.30 – 19.00 19.00 - 21.00 Istirahat – Makan Malam Workshop – Sesi 2 Kementerian
Perdagangan Direktur Utama BRI Direktur Utama PT. Jamsostek (Persero) Jumat, 07 Oktober 2011 09.00
– 11.00 Workshop – Sesi 3 Motivator Prasetya Mulya School of Business 11.00 – 13.30 13.30 – 15.30
Istirahat – Makan Siang FGD – Sesi 4
Lampiran
Istirahat – Makan Malam Stadium General Menko Perekonomian RI Bapak Ir. Hatta Rajasa
Sabtu, 08 Oktober 2011 09.00 – 10.30 10.30 – 11.30 Penutupan Deklarasi – Konferensi Pers