Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992) TigkatTekanan
sistolik(mmHg)Tekanan diastolik(mmHg)
Jadwal kontrol
Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV 140-159 160-179 180-209 210 satau lebih 90-99
100-109 110-119 120 atau lebuh 1 bulan sekali 1 minggu sekali Dirawat RS
2.3.Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
Elastisitas dinding aorta menurun
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah : a. Konsumsi garam
yang tinggi (melebihi dari 30 gr) b. Kegemukan atau makan berlebihan c. Stress d. Merokok
e. Minum alcohol f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin ) Sedangkan
penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal, Glomerulonefritis,
Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat –
obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
2.4.Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999)
2.5.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a.Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b.Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhaeni (2001),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
2.6.Pemeriksaan Penunjang
a.Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor– factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
b.BUN Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
c.Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d.Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e.Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk /
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
fPemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
g.Kadar aldosteron urin/serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h.Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
i.Asam urat Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j.Steroid urin Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k.IVP Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
l.Foto dada Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m.CT scan
n.Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o.EKG Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.7.Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
:
a.Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit
berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu. c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi : Ø Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan. Ø Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik
yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Ø Pendidikan Kesehatan (
Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE
ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE,
USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
oStep 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
oStep 2 Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari
obat pilihan pertama Ditambah obat ke – 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
oStep 3 Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
oStep 4 Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan
konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka
panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
2.8.Konsep Keperawatan
A.Pengkajian Pengkajian secara Umum
1.Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a.Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b.Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3.Aktivitas / istirahat
a.Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b.Frekuensi jantung meningkat
c.Perubahan irama jantung
d.Takipnea
4.Integritas ego
a.Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
b.Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
5.Makanan dan cairan
a.Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
b.Mual, muntah.
c.Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a.Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b.Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c.Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d.Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1.Sirkulasi
a.Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit
cerebro vaskuler
b.Episode palpitasi,perspirasi.
2.Eleminasi
a.Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit
ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a.Keluhan pusing.
b.Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam)
4.Pernapasan
a.Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b.Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c.Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d.Riwayat merokok
B.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3.Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolic
5.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak adekuat
6.Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif
C.Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
1.Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2.Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu
kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat
atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3.Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang, membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada
adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1.Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi lebih dari 20
kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata selama atau
sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20
mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau
pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap
stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas.
2 Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan
perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi
1.Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi awal.gunakan ukuran
manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa
sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130
dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga
merupakan faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular dan penyakit
iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolic
1.Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung berkaitan dengan peningkatan masa
tubuh.
2.Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi masukan
lemak,garam,dan sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis dan kegemukan
yang merupakan predesposisi untuk hipertensi dan komplikasinya misalnya stroke,penyakit
ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam memperbanyak volume cairan
intravascular dan dpat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak
adekuat
1.Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-
hari
2.Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons
seseorang terhadap stressor
3.Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan,
memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen
terapeutik
4.Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah
yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic
DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif
1.Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari
penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan
pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
2.Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi
istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala
adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa
sehat
3.Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik”
saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
asional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,
maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
4.Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang
dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan teratur), pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi
dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
D.Evaluasi
1.Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
2.Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
3.Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja
jantung.
4.Menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan makan, kuantitas,dan sebagainya),
mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
5.Mengidentivikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
6.Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan